You are on page 1of 8

PANDUAN RESIKO JATUH UPT PUSKESMAS ARCAMANIK DINAS KESEHATAN

KOTA BANDUNG Nomor : Revisi ke : Berlaku tanggal :

2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasien jatuh merupakan salah satu dari 6
sasaran keselamatan pasien di UPT Puskesmas Arcamanik. Berdasarkan laporan yang masuk ke
Joint Commission periode terjadi 133 kasus pasien jatuh yang mengakibatkan pasien meninggal
atau cidera berat. National Patient Safety Agency (NPSA) di Inggris menerima laporan pasien
jatuh di RS sebesar lebih dari kegiatan dalam tahun , dan 26 kasus berakibat meninggal.
Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Puskesmas. Jumlah kasus jatuh
menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Puskesmas perlu
mengevakuasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika
sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang di rawat di
rumah sakit akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang di derita,
contonhnya pada pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk,
perbahan kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi), perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua
dengan gaya jalan berayun tidak aman, langkah kaki pendek-pendek atau menghentak; pasien
bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau melompati pagar tempat tidur yang
dipasang; pada psien dengan diare atau inkontinensia. Selain itu factor lingkungan juga
mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu
tinggi, pecahaayaan yang kurang. Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien
secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial memperpanjang
waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala, rontgen, dll) yang
seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum beresiko untuk timbulnya tuntutan hukum
bagi puskesmas. Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh. Dengan
mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan
tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh akrena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan
pencegahan dan penanganan

3 resiko jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan
cidera pada pasien yang dirawat. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien UPT Puskesmas Arcamanik. 2. Tujuan khusus a. Meningkatkan kesadaran
seluruh staf/petugas akan pentingnya upaya pencegahan pasien jatuh. b.
Mengenali/mengidentifikasi pasien beresiko jatuh c. Melakukan tindakan pencegahan pasien
jatuh d. Memastikan seluruh pasien memahami resiko jatuh dan pencegahannya melalui edukasi.
e. Mengurangi kejadian yang tidak diharapkan / resiko cedera akibat jatuh yang akan
memperpanjang masa rawat inap dan biaya yang tidak perlu akibat jatuh. f. Menghindari resiko
tuntutan hukum C. DEFINISI JATUH 1. Jatuh adalah seseorang tergeletak di lantai atau di
tingkat yagn lebih rendah (disaksikan oleh seseorang) atau dilaporkan tergeletak di lantai (tanpa
ada saksi) yang tidak disebabkan oleh gerakan yang disengaja atau dikarenakan factor ekstrinsik
seperti serangan stroke, pingsan atau kejang. 2. Nyaris jatuh atau kehilangan keseimbangan
secara tiba-tiba namun tidak mengakibatkan jatuh atau cidera. 3. Pasien yang ditemukan berada
dilantai tanpa diketahui mengapa dan bagaimana terjadinya baik oleh pasien maupun oleh orang
lain adalah kejadian jatuh tanpa saksi mata D. DAMPAK JATUH PADA PASIEN jatuh
merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pasien yang dirawat di puskesmas.
Selain cidera baik ringan maupun berat, insiden jatuh dapat menurunkan rasa percaya diri
sehingga pasien takut melakukan aktivitas dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien
terutama pada pasien lanjut usia, pada psien anak-anak, insiden jatuh dapat berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan secara psikologis orang tua akan merasa bersalah akibat
anaknya mengalami jatuh. Dampak jatuh pada pasien diantarnya: 1. Dampak sosial/ psikologis,
misalnya rasa takut jatuh, meningkatnya ketergantungan, dan turunnya rasa percaya diri. 2.
Fraktur panggul, femur, humerus, pergelangan tangan dan iga. 3. Hematoma (subdural atau pada
area tubuh lain) 4. Luka lecet atau robek

4 5. Perpanjang masa rawat imobilisasi akibat terjadinya komplikasi, misalnya kontraktur sendi,
ulkus decubitus, pneumonia, thrombosis, atrofi otot dan pengeroposan tulang. 6. Kematian. BAB
II RUANG LINGKUP Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di
Puskesmas. Salah satu sasaran keselamatan pasien yaitu sasaran ke enam adalah pengurangan
resiko pasien jatuh. Tujuan dari keselamatan pasien adalah agar puskesmas memberikan
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien yang dirawat. Maksud dari aman adalah terbebas
dari cidera yang tidak perlu, contohnya cidera akibat jatuh. Resiko jatuh dapat dicegah, namun
mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus membatasi mobilitas dan aktivitasnya
(contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada ditempat
tidur saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi
sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian terhadap factor resiko jatuh
pasien. Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi dari pimpinan dan
seluruh staf. Puskesmas harus memiliki budaya aman agar setiap orang sadar dan memiliki
tanggung jawab terhadap keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan
tangung jawab seluruh staf di puskesmas baik medik maupun non medik, tetap dan tidak tetap.
Seluruh karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh pasien dan berpartisipasi dalam
melakukan tindakan pencegahan diseluruh area rumah sakit dimana pasien berada, baik area
klinis/ perawatan maupun area non klinis (contohnya:area parkir, ruang tunggu, koridor RS,
ruang administrasi, dll). Ruang lingkup panduan ini meliputi: A. Identifikasi Umum Resiko Jatuh
Semua pasien di puskesmas diidentifikasi resiko jatuh. Identifikasi dilakukan dengan cara visual
kemudian dilanjutkan dengan pengkajian resiko jatuh lebih lanjut dengan menggunakan Formulir
Pengkajian Resiko Jatuh. B. Faktor Resiko Jatuh Sebagai upaya pengurangan resiko jatuh dan
cidera yang ditimbulkan akibat jatuh maka puskesmas menetapkan langkah-langkah sebagai
berikut: 1. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian resiko melalui pengkajian
awal dan pengkajian ulang. 2. Melakukan intervensi pencegahan resiko jatuh 3. Memonitor
resiko jatuh Untuk melakukan pengkajian resiko jatuh maka harus diketahui faktor resiko apa
saja yang dapat mengakibatkan pasien jatuh. Mengenali faktor risiko

5 jatuh yang terdapat pasda pasien penting dilakukan karena faktor risiko jatuh adalah hal-hal
yang melatar belakangi terjadinya jatuh pada pasien. Faktor risiko jatuh terbagi menjadi kategori:
1. Ekstrinsik : berhubungan dengan kondisi fisik dan psikologis pasien 2. Intrinsic : berhubungan
dengan lingkungan 3. Dapat diantisipasi : faktor risiko yang dapat diperkirakan 4. Tidak dapat
diantisipasi : faktor risiko yang tidak dapat diperkirakan. C. Pengkajian resiko jatuh Pengkajian
resiko jatuh dilakukan pada setiap pasien dengan menggunakan Formulir Pengkajian. Semua
pasien anak <5 tahun, geriatric >60 tahun. Psien disabilitas atau pasien yang dirawat di unit
resiko tinggi yang telah ditetapkan adalah pasien beresiko jatuh, tidak dilakukan penilaian tetapi
langusng dilakukan intervensi. D. Intervensi resiko jatuh Intervensi dilakukan bagi pasien yang
dalam pengkajian dikategorikan pasien resiko jatuh. E. Monitoring dan evakuasi Monitoring dan
evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan, sehingga intervensi mungkin akan
berubah F. Strategi pencegahan resiko jatuh Rumah sakit menggunakan strategi dalam mencegah
pasien jatuh dan diketahui oleh seluruh petugas G. Penangan pasien jatuh Penanganan pasien
jatuh dilakukan sesuai prosedur H. Kewajiban dan tanggung jawab BAB III TATA LAKSANA
A. Identifikasi umum pasien jatuh 1. Semua pasien rumah bersalin harus diidentifikasi resiko
jatuh dengan benar sebelum dilakukan segala tindakan atau pengobatan.

6 2. Semua pasien anak < 5 tahun getiatri > 60 tahun, pasien disabilitas atau pasien yang dirawat
di unit resiko tinggi yang telah ditetapkan adalah pasien beresiko jatuh, tidak dilakukan penilaian
tetapi langsung dilakukan intervensi. 3. Identifikasi pasien resiko jatuh yang akan dipasangkan
meliputi : gelang kuning yan dipasang bersama gelang identitas 4. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang proses identifikasi pasien resiko jatuh ini, kegunaan dan resiko jika menolak
dipasangkan tanda resiko jatuh. 5. Sebelum dilakukan pemasangan gelang kuning, keterangan
tentang nama lengkap, tanggal lahir dan nomor rekam medis pasien harus diperiksa dengan cara
bertanya dan dikonfirmasi antara data rekam medis dan gelang pasien. 6. Ketika menanyakan
skla resiko jatuh sesuai pertanyaan yang ada di skala penilaian dan dari hasil pengamatan,
kemudian dihitung skor total sehingga didapatkan kriteria resiko jatuh. 7. Jika pasien tidak
memungkinkan untuk menjawab pertanyaan makan dinyatakan kepada penjaga/wali/keluarga
terdekatnya. 8. Pasien beresiko jatuh dilakukan intervensi setiap shift dan penilaian kembali
dilakukan setiap 3 hari dan jika pasien ditransfer di unit lain, terdapat penurunan kesadaran,
mendapatkan obat-obat efek sediasi, post operasi, mengalami jatuh saat dirawat. 9. Pasien yang
tidak beresiko jatuh dilakukan penilaian kembali dilakukan setiap 3 hari dan jika pasien
ditransfer di unit lain, terdapat penurunan kesadaran, mendapatkan obat-obat efek sedasi, post
operasi, mengalami jatuh saat dirawat. 10.Apabila diruang rawat inap ditemukan pasien jatuh
(sebelum re assesment), maka perawat melakukan penanganan pasien pasca jatuh sesuai
prosedur dan dipasang gelang kuning, di dokumentasikan pada catatan perkembangan
terintegrasi kemudian membuat laporan insiden menggunakan formulir pelaporan insiden
keselamatan pasien dan melaporkan ke PMKP dalam waktu 1x24 jam. 11.Pasien jatuh di area
lain puskesmas dilakukan penanganan terlebih dahulu di tempat kejadian, jika memerlukan
penangananlebih lanjut pasien dibawa ke UP 24 jam. 12.Pasien rawat jalan diidentifikasi resiko
jatuh secara visual oleh petugas yang pertama kali kontak dengan pasien agar diidentifikasi
kebutuhan akan alat bantu. Dalam hal ini petugas tersebut adalah petugas di pintu masuk area
puskesmas baik petugas klinis maupun petugas non klinis puskesmas.

7 B. Pengkajian resiko jatuh Setiap pasien yang masuk dan dirawat di puskesmas memiliki
resiko untuk jatuh terkait dengan penyakitnya atau alasan pasien dirawat. Oleh karena itu
pengkajian resiko jatuh dilakukan untuk mengidentifikasi mengenali apakah pasien memiliki
kemungkinan besar untuk jatuh (beresiko tinggi jatuh) atau tidak (beresiko tidak jatuh). Untuk
pasien rawat jalan juga harus dinilai resiko jatuh dengan melihat kondisi pasien sehingga dapat
dilakukan intervensi terhadap kondisi pasien tersebut. a. Penilaian resiko jatuh menggunakan
Skala Humpty Dumpty (modifikasi) untuk pasien anak-anak dan Skala Morse (modifikasi) untuk
pasien dewasa dan geriatric. b. Penilaian dilakukan saat pasien akan dirawat. c. Penilaian ulang
dilakukan: 1) Setiap 3 hari sekali 2) Jika akan transfer ke unit lain, unit baru membuat penilaian
3) Jika pasien jatuh saat dalam masa perawatan puskesmas 4) Terjadi perubahan status klinis
meliputi perubahan kondisi fisik, fisiologis dan psikologis; contohnya perubahan kesadaran,
perubahan pola eliminasi, perubahan perilaku, hipotensi, hipoglikemi, kelemahan fisik, dll. 5)
Dilakukan apabila pasien mendapat penambahan obat-obat yang mengakibatkan kelemahan
umum, penurunan tekanan darah, penurunan kadar gula dan yang mengakibatkan mengamuk.
Diantarnya : oabt-obat anesthesia, sedative, hipnotik, diuretic, antidiabetik dan antihipertensi. 6)
Post operasi d. Pasien untuk resiko jatuh dilakukan intervensi dan monitoring setiap shift. e.
Untuk mengubah kategori beresiko jatuh menjadi tidak beresiko, dinilai ulang setiap shift 2 kali
berturut-turut. 1. Pengkajian resiko jatuh pada anak a. Pengkajian awal resiko pada anak Petugas
melakukan pengkajian awal resiko jatuh pada saat menerima pasien baru form penilaian resiko
jatuh anak. Petugas mengkaji faktor resiko meliputi : 1) Usia 2) Jenis kelamin 3) Diagnosa medis
4) Faktor lingkungan 5) Pemakaian obat (anesthesia, antihistamin, anti kejang, narkotik/
psikotropika, diuretic) b. Penilaian resiko jatuh

8 Setelah melakukan pengkajian, petugas menentukan resiko jatuh pasien dengan cara
menjumlahkan skor yang ada: 1) Skor 1 : resiko jatuh 2) Skor 0 : tidak resiko jatuh c. Intervensi
Setelah menentukan resiko jatuh pasien, petugas melakukan intervensi setiap shift yang
meliputi : 1) Penjelasan mengenai resiko jatuh 2) Memastikan bell pemanggil petugas berfungsi
dan dalam jangkauan tangan pasien 3) Menempatkan tempat tidur dalam posisi rendah, roda
terkunci, dan bed side rail terpasang semua 4) Membantu psien saat transfer / ambulansi 5)
Memasang gelang kuning pada pasien 6) Menjelaskan obat-obat yang berefek enestesia, anti
histamine, anti kejang, psikotropika/ narkotika, diuretic, dll. d. Pengkajian ulang Perawat
melakukan pengkajian ulang secara rutin setiap 3 hari sekali atau sewaktu-waktu apabila: 1)
Terjadi perubahan status klinis meliputi perubahan kondisi fisik, fisiologis maupun psikologis 2)
Pasien pindah ruangan/unit 3) Penambahan obat yang tergolong beresiko jatuh 4) Post operasi 5)
Pasien mengalami insiden jatuh saat di rawat. Tabel 1 : SKALA HUMPTY DUMPTY
(modifikasi) Parameter Kondisi Skor Riwayat jatuh sebelumnya Pelayanan fisioterapi / speech
theraphy Menggunakan infus / IV catheter Composmentis 0 Somnolen 1 Gelisah, Disorientasi,
Apatis 2 Tidak pernah jatuh dalam 3 bulan 0 ini Pernah Jatuh Dalam 3 Bulan Ini 2 Pasien tidak
menerima pelayanan 0 fisioterapi/ speech theraphy Pasien menerima pelayanan fisioterapi/
speech theraphy Pasien tidak menggunakan infus / IV catheter 1 0

9 Pemakaian obat : anstesi, anti histamine, anti kejang, narkotika / psikotropika Penyakit
penyerta : ggn musculoskeletal / orthopedic seperti rheumatoid arthritis, cerebral palsy, amputasi
atau penyakit lain seperti kejang, ggn pendengaran, ggn Pasien menggunakan infus / IV Catheter
Tidak menggunakan obat tersebut 1 2 jenis dalam 1 bulan ini Menggunkn obat tersebut 1 2 jenis
dalam 1 bulan ini Tidak ada penyakit penyerta penyakit peserta 1 penglihatan TOTAL SKOR
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT Kategori : Skor 1 : resiko jatuh lakukan
intervensi keperawatan beresiko jatuh Skor 0 : tidak resiko jatuh lakukan penilaian ulang 3 hari
lahi / jika kondisi berubah / post operasi /minum obat / transfer unit / post jatuh saat dirawat d
puskesmas. 2. Pengkajian resiko jatuh pada dewasa Langkah-langkah pencegahan resiko jatuh
adalah melakukan pengkajian resiko jatuh pasien dewasa menggunakan form penilaian resiko
jatuh dewasa, menetapkan nilai resiko jatuh, memberikan intervensi yang sesuai dan melakukan
pengkajian ulang. a. Pengkajian awal resiko pada dewasa Petugas UP 24 jam dan RB melakukan
pengkajian awal resiko jatuh pada saat menerima pasien baru form penilaian resiko jatuh dewasa.
Perawat mengkaji faktor resiko mliputi : 1) Riwayat jatuh dalam 6 bulan terakhir 2) Diagnosa
medis / penggunaan obat: anesthesia, antihistamin, anti kejang, narkotik/ psikotropika, diuretic)
3) Usia 4) Alat bantu jalan 5) Terpasang infus 6) Gaya jalan 7) Kondisi mental b. Penilaian
resiko jatuh Setelah melakukan pengkajian, perawat menentukan resiko jatuh pasien dengan cara
menjumlahkan skor yang ada : Skor > 4 : resiko jatuh c. Intervensi 1 0 1

10 Setelah menentukan resiko jatuh pasien, perawat melakukan intervensi setiap shift yang
meliputi : 1) Penjelasan mengenai resiko jatuh 2) Memastikan bell pemanggil perawat berfungsi
dan dalam jangkauan tangan pasien 3) Menempatkan tempat tidur dalam posisi rendah, roda
terkunci, dan bed said rail terpasang semua 4) Membantu pasien saat transfer / ambulansi 5)
Memasang gelang kuning pada gelang identitas pasien 6) Menjelaskan obat-obat yang berefek
anesthesia, anti histamine, anti kejang, psikotropika/ narkotika, diuretic, dll d. Pengkajian ulang
Petugas melakukan pengkajian ulang secara rutin setiap 3 hari sekali atau sewaktu-waktu apabila
: 1) Terjadi perubahan status klinis meliputi perubahan kondisi fisik, fisiologis maupun
psikologis 2) Pasien pindah ruang/ unit 3) Penambahan obat yang tergolong beresiko jatuh 4)
Post operasi 5) Pasien mengalami insiden jatuh saat dirawat Tabel 2 : SKALA MORSE FALL
SCORE (modifikasi) Parameter Kondisi Skor Tingkat kesadaran Composmentis 0 Somnolen 1
Gelisah, orientasi, apatis 2 Riwayat jatuh Tidak pernah jatuh dalam 3 bulan ini 0 Pernah jatuh 1 x
dalam 3 bulan ini 1 Pernah jatuh 2 dalam 3 bulan ini 2 Status eliminasi Eliminasi ke kamar
mandi, kateter, 0 pampers, pispot, urinal Eliminasi dengan menggunakan commode Eliminasi
dengan menggunakan bantuan Status penglihatan Penglihatan normal 0 Menggunakan kacamata
1 Masih terdapat ggn walaupun 2 Pemakaian obat: anestesi, antihistamin, antihipertensi,
benzodiazepine, diuretic, hipoglikemik, narkotik, psikotropik, sedative / hipnotik menggunakan
kacamata Saat ini tidak menggunakan obatobatan / 7 hari terakhir Adanya perubahan obat/ dosis
pada 5 hari terakhir Saat ini menggunakan 1-2 obat/ 7 hari terakhir Saat ini menggunakan 3-4
obat/ 7 hari

11 Penyakit penyerta: hipotensi, hipertensi, vertigo, CVD, parkinson s Disease, CVA, ansietas,
artritis, osteoporosis, fraktur, asma TOTAL SKOR Nama dan tanda tangan perawat Skor > 4
resiko jatuh terakhir Tidak ada penyakit penyerta penyakit penyerta 1 3 penyakit penyerta 2 3.
Penilaian resiko jatuh rawat jalan a. Semua pasien rawat jalan dinilai terhadap resiko jatuh b.
Orang yang melakukan penilaian adalah petugas (siapapun) yang pertama kali kontak dengan
pasien yaitu petugas sekiriti puskesmas c. Penilaian dilakukan secara visual dengan melihat
kondisi secara umum dari pasien, cara datang ke puskesmas, cara mobilitas/ memerlukan alat
bantu/ tidak, gaya jalan, hambatan dalam berjalan C. Intervensi resiko jatuh 1. Intervensi
pencegahan pasien jatuh pada pasien anak Intervensi pencegahan pasien jatuh dilakukan
berdasarkan pengkajian resiko jatuh yang dilakukan oleh perawat. Intervensi resiko jatuh pada
anak a. Orientasikan ruangan kepada keluarga dan dekatkan bel pasien b. Pasang gelang kuning
pada pasien c. Berikan edukasi resiko jatuh dan pencegahan jatuh pada orang tua atau keluarga d.
Posisikan tempat tidur rendah, rem tempat tidur terkunci e. Pastikan handrail TT terpasang f.
Gunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang mampu berjalan g. Bantu pasien saat
transfer atau ambulansi h. Jaga daerah sekitar tempat tidur agar rapi dan bersih i. Pastikan
penerangan yang cukup j. Observasi tiap jam k. Singkirkan bendayang tidak diperlukan untuk
pasien l. Konsul dengan farmasi klinis dalam melakukan tinjauan obat-obatan 2. Intervensi
pencegahan pasien jatuh pada pasien dewasa Intervensi pencegahan pasien jatuh dilakukan
berdasarkan pengkajian resiko jatuh yang dilakukan oleh perawat. Intervensi resiko jatuh dewasa
a. Orientasikan ruangan keapda keluarga dan dekatakn bel pasien b. Pasang gelang kuning pada
pasien c. Berikan edukasi resiko jatuh dan pencegahan jatuh pada orang tua atau keluarga d.
Posisikan tempat tidur rendah, rem tempat tidur terkunci e. Pastikan handrail TT terpasang f.
Gunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang mampu berjalan g. Bantu pasien saat
transfer atau ambulansi h. Jaga daerah sekitar tempat tidur agar rapi dan bersih i. Pastikan
penerangan yang cukup

12 j. Observasi tiap jam k. Singkirkan bendayang tidak diperlukan untuk pasien l. Konsul dengan
farmasi klinis dalam melakukan tinjauan obat-obatan D. Monitoring dan evaluasi 1. Pasien
dengan resiko jatuh perlu dimonitor, diintervensi setiap shift dan dinilai ualng setiap 3 hari 2.
Penurunan kesadaran, penggunaan obat berefek sedasi, post operasi, transfer ke unit lain,
mengalami jatuh saat dirawat merupakan kondisi pasien yang memerlukan evaluasi ulang
terhadap penilaian resiko jatuh 3. Setiap perpindahan pasien ke unit lain perlu dinilai ulang unit
yang baru 4. Semua pasien anak <5 tahun, geriatric > 60 tahun, pasien disabilitas adalah pasien
beresiko jatuh tidak dilakukan penilaian, tidak dipasang gelang kuning tetapi langsung dilakukan
intervensi. 5. Intervensi dilakukan setiap shift 6. Tidak adanya kejadian jatuh merupakan target
dari penilaian, monitoring, dan evaluasi resiko jatuh 7. Monitoring dilakukan agar efek jatuh bisa
mendapatkan penanganan Berikut adalah table intervensi dan monitoring resiko jatuh No
Intervensi dan monitoring resiko jatuh 1 Orientasikan ruangan kepada keluarga dan dekatakn bel
pasien 2 Pasang gelang kuning pada pasien 3 Berikan edukasi resiko jatuh dan pencegahan jatuh
pada orang tua atau keluarga 4 Posisikan tempat tidur rendah, rem tempat tidur terkunci 5
Pastikan handrail TT terpasang 6 Gunakan alasa kaki yang tidak licin untuk pasien yang mampu
berjalan 7 Bantu pasien saat transfer atau ambulansi 8 Jaga daerah sekitar tempat tidur agar rapid
an bersih 9 Pastikan penerangan yang cukup 10 Observasi tiap jam 11 Singkirkan benda yang
tidak diperlukan untuk pasien 12 Konsul dengan farmasi klinis dalam melakukan tinjauan obat-
obatan E. Strategi pencegahan resiko jatuh 1. Peningkatan pelayanan kepada pasien a.
Melakukan rone=de 1-3 jam sekali Secara periodic melakukan pemantauan untuk : 1) Menjamin
kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi, misalnya dengan secara periodic menawarkan bantuan
BAB/BAK 2) Menjamin barang-barang yang dibutuhkan pasien agar berada dalam jangkauan,
misalnya mendekatkan gelas airminum, remote, tisu, bel 3) Menjamin kenyamanan pasien
dengan mengatur atau merubah posisi tidur pasien

13 b. Melakukan pematauan medikasi Berkolaborasi dengan farmasi klinis untuk : 1) Meninjau


obat-obat yang diresepkan 2) Mengevaluasi pasien yang mendapat obat-obat atau kombinasi obat
yang memungkinkan terjadinya jatuh, dan obat yng meningkatkan resiko cedera akibat jatuh
(misalnya antikoagalan) 3) Memberikan usulan kepada dokter yang merawat untuk
mempertimbangkan antara manfaat dan resiko jatuh akibat obat yang digunakan c.
Meningkatakn kondisi pasien 1) Mobilisasi dini sesuai kondisi pasien, peningkatan kekuatan dan
fungsi otot dan keseimbangan 2) Pemenuhan nutrisi dan cairan yang adekuat 3) Penatalaksanaan
medis untuk penyakit pasien, misalnya gangguan jantung, cidera obat, masalah persendian,
tulang,dll. d. Edukasi 1) Pasien dan keluarga Pasien dan keluarga perlu diedukasi secara
langsung dan menggunakan leaflet yang berisikan cara pencegahan jatuh yang dapat dilakukan
oleh pasien dan keluarga. 2) Staf Staf diedukasi mengenai cara mengidentifikasi pasien beresiko
jatuh, intervensi yang harus dilakukan dan tindakan yang harus dilakukan apabila pasirn jatuh. e.
Peningkatan keamanan saat ambulansi 1) Pindahkan pasien ke sisi yang lebih stabil 2) Anjurkan
pasien menggunakan pegangan 3) Anjurkan pasien memanggil petugas jika ingin turun dari
tempat tidur 4) Ajarkan penggunaan alat bantu jalan, gunakan alat bantu yang sesuai dengan
pasien 2. Penataan lingkungan dan fasilitas a. Perbaikan lingkungan fisik Yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko pasien jatuh antara lain: 1) Pencahayaan yang terang pada
gang/koridor, tangga, kamar mandi dan jalan masuk. Cahaya jangan menyilaukan mata. 2)
Mengurangi penghalang dengan mengurangi penggunaan bendabenda atau furniture yang tidak
perlu dan merapikan kabel listrik 3) Kursi dan furniture yang digunakan untuk menopang pada
saat pasien duduk dan bangkit berdiri tidak terlalu rendah atau tinggi. 4) Pengontrolan bahaya
yang mungkin terjadi yang terdapat dikamar mandi seperti: pegangan yang mudah terlihat dan
aman serta perekat yang berwarna mencolok sehingga mudah terlihat dan tidak

14 licin, lantai tidak berlumut dan licin, letak toilet yang ditinggikan / toilet duduk posisinya
tidak rendah dan terdapat pegangan tangan arah vertical. 5) Menyiapkan alas kaki yang layak b.
Kursi dan kursi roda Memastikan pasien resiko jatuh telah duduk dengan posisi yang baik c.
Tempat tidur Memasang tempat tidur dalam posisi rendah, mengunci rem dengan baik, dan
tempat tidur mempunyai pagar pengaman. Pagar pengaman hendaknya memagari sebagian saja,
sebab bila pagar tempat tidur penuh, memungkinkan pasien yang bingung untuk loncat dari
tempat tidur, kasur, alas kasur dan sprei tidak licin F. Penanganan pasien pasca jatuh Apabila
pasien mengalami kejadian jatuh maka berikut ini adalah langkahlangkah penanganannya: 1.
Kaji adanya cedera dan tentukan tingkat cedera Tingkat cedera 0 Tidak ada cedera 1 Minor,
abrasi, memar, laserasi mimor yang membutuhkan jahitan 2 Mayor, fraktur, trauma kepala/spiral
3 Meninggal 2. Kaji tanda-tanda viral, tingkat kesadaran, perubahan ROM (Range Of Motion)
dan melakukan pemeriksaan GDS ( Gula DArah Sewaktu) khususnya pada pasien DM 3.
Pindahkan pasien dari posisi jatuh dengan aman dan perhatikan adanya resiko cedera spinal dan
kepala 4. Beritahu dokter dan kepala ruan 5. Observasi pasien secara berkala 6. Dokumentasikan
tindakan yang harus dilakukan dalam catatan keperawatan 7. Lakukan pengkajian ulang resiko
jatuh 8. Komunikasikan kepada seluruh petugas kesehatan dan keluarga pasien bahwa pasien
mengalami jatuh dan beresiko untuk jatuh lagi 9. Buat laporan insiden keselamatan pasien dan
laporan ke PMKP dalam waktu 2x24 jam. 10.Lakukan investigasi pasien jatuh menggunakan
format investigasi pasien jatuh untuk mengetahui faktor intrinsic dan ektrinsik yang
berkontribusi terhadap jatuhnya pasien. G. Kewajiban dan tanggung jawab Seluruh staf
puskesmas 1. Memahami dan mengerti hasil identifikasi pasien jatuh dengan melihat gelang
resiko jatuh yang dikenakan pasien (gelang warna kuning)

15 2. Mematuhi intervensi yang telah ditetapkan sesuai hasil identifikasi pasien jatuh yang
dilakukan 3. Melaporkan kejadian pasien jatuh ditempat tugasnya dengan menggunakan laporan
insiden 4. Melakukan assesmen awal / identifikasi pasien resiko jatuh 5. Menuliskan hasil dan
melakukan intervensi pasien jatuh jika hasil identifikasi ditemukan pasien dengan resiko jatuh 6.
Menginformasikan hasil identifikasi jatuh saat serah terima dengan petugas ruang rawat inap 7.
Melakukan penilaian ulang/ identifikasi ulan jika diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien
atau pengobatan aau yang lainnya dan mencatat dalam lembar catatanperawatan 8. Perubahan
intervensi pasien jatuh, jika hasil identifikasi ulang mengalami perubahan 9. Memberikan
penjelasan/ informasi tentang hasil identifikasi pasien resiko jatuh kepada pasien jika
memungkinkan maupun keluarga, dan menjelaskan intervensi yang akan dilakukan keapda
pasien dan keterlibatan keluarga. 10.Melaporkan kejadian pasien jatuh di tempat tugasnya
dengan menggunakan laporan insiden. BAB IV DOKUMENTASI A. KEBIJAKAN Kebijakan
umum sasaran keselamatan pasien 1. Puskesmas melakukan penilaian, intervensi dan monitoring
terhadap pasien beresiko jatuh 2. Setiap pasien dinilai terhadap resiko jatuh. Di rawat jalan
secara visual dan di rawat inap. 3. Semua pasien anak < 5 tahun, geriatric > 60 tahun, pasien
disabilitas adalah pasien beresiko jatuh tidak dilakukan penilaian, tidak dilakukan pemasangan
gelang warna kuning tetapi langsung intervensi 4. Identifikasi pasien resiko jatuh yang akan
dipasangkan gelang berwarna kuning 5. Penilaian kembali dilakukan setiap 3 hari dan jika
paseien di transfer di unit lain, terdapat penurunan kesadaran, mendapatkan obat-obat efek
sedasi, post operasi, mengalami jatuh saat dirawat. 6. Intervensi dan monitoring dilakukan setiap
shift B. PANDUAN

16 Panduan sasarn 6 keselamtan pasien C. PROSEDUR Prosedur yang memandu tindakan


pencegahan pasien jatuh dan penanganan apabila pasien jatuh adalah SOP penanganan resiko
jatuh. BAB V PENUTUP Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat megurangi resiko
jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh di UPT Puskesmas
Arcamanik. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang,
dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cedera pada pasien yang dirawat. KEPALA UPT
PUSKESMAS ARCAMANIK, dr. Hj Lily Zuarti

You might also like