You are on page 1of 12

PARADIGMA adalah CARA PANDANG untuk mengetahui

realitas sosial yang dikonstruksi melalui suatu model


penelitian tertentu yang mana menghasilkan sebuah model
untuk mengetahui sesuatu yang lebih spesifik (Kuhn, 1962).
Paradigma adalah perspektif riset yang digunakan peneliti
untuk melihat realita, mempelajari fenomena riset, memilih
metode riset dan menginterpretasikan temuan riset (Chariri,
2009).
PENELITIAN AKUNTANSI terdiri dari beragam paradigma
atau sering kali diistilahkan dengan MULTI-PARADIGMA.
Paradigma POSITIVISME memandang realitas sosial sebagai
sesuatu yang OBJEKTIF dan terpisah dari peneliti. Dunia sosial
diasumsikan mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya
(HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT) layaknya hukum alam.
Tujuan penelitian dengan paradigma positivisme adalah untuk
menjelaskan (TO EXPLAIN) dan untuk memprediksi/
meramalkan (TO PREDICT) realitas sosial. Penelitian dengan
paradigma positivisme percaya bahwa ada teori dan
seperangkat pernyataan hasil observasi independen yang dapat
digunakan untuk membenarkan atau memVERIFIKASI TEORI.
Berdasakan paradigma positivisme, tujuan teori akuntansi adalah
untuk menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi (Watts
dan Zimmerman, 1978). Tingkat kebermanfaatan akuntansi
sebagai alat bantu organisasi dalam menyusun laporan dilihat
dari kemampuan akuntansi dalam membuat penjelasan yang
logis dan prediksi yang tepat untuk realitas yang akan datang
kepada semua stakeholder. Pada tingkat praktik, akuntansi
positivisme terlihat pada konsistensi laporan keuangan
terhadap standar pelaporan yang sudah baku. Akuntansi
postivisme juga dipandang bersifat universal dan bebas nilai
(value free).
Paradigma INTERPRETIF berfokus pada sifat SUBJEKTIF dari dunia
sosial dan berupaya untuk memahaminya dari kerangka berpikir
objek yang sedang diteliti.
Hubungan peneliti dengan objek yang diteliti bersifat interaktif melalui
pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting alamiah
agar dapat memahami (TO UNDERSTAND) dan menafsirakan (TO
INTERPRETATION) bagaimana objek tersebut menciptakan dunia
sosialnya dan memeliharanya.
Tujuan paradigma interpretif adalah menemukan makna tersembunyi
dari tindakan sosial dan meREKONSTRUKSI bangun struktur sosial di
mana interaksi sosial berlangsung dengan seluruh makna yang
dipahami oleh semua aktor yang melakukannya.
Berdasarkan paradigma interpretif, akuntansi adalah sesuatu
yang bersifat subjektif, ada dalam pikiran manusia dan
diciptakan dari hasil pemikiran manusia. Akuntansi tidak bebas
nilai dan selalu ada nilai (kepentingan) sesuai dengan konteks
sosialnya. Akuntan dan non akuntan adalah makhluk aktif,
menciptakan akuntansi dan realitas melalui pemberian makna
terhadap segala sesuatu. Tujuan penelitian akuntansi interpretif
adalah untuk menginterpretasikan dan memahami fenomena
akuntansi serta proses terjadinya dalam setting alamiah serta
menjelaskan proses terjadinya fenomena akuntansi
berdasarkan konteks sosial.
Paradigma KRITIS memandang realitas sosial berada DIANTARA
OBJEKTIVISME dan SUBJEKTIVISME, kompleks dan diciptakan
oleh manusia dalam ketegangan dan kontradiksi, tekanan dan
eksploitasi.
Tujuan dari penelitian kritis adalah mengungkap hubungan
nyata yang ada di bawah “permukaan”, mengungkap
mitos/ilusi, menghilangkan kepercayaan/ide yang salah,
membebaskan dan memberdayakan.
Tujuan sebuah teori kritis adalah membebaskan (TO
EMANCIPATE) dan melakukan perubahan (TO TRANSFORM).
Berdasarkan paradigma kritis, akuntansi tidak lebih jauh
dipandang sebagai teknik rasional dan aktivitas jasa yang
dipisahkan dari hubungan sosial yang lebih luas. Akuntansi dan
realitas diciptakan oleh pihak yang berkuasa (akuntan).
Akuntan memanipulasi dan mengkondisikan agar orang lain
memahami/menginterpretasikan seperti yang diinginkan.
Akuntansi sarat nilai dan kepentingan. Tujuan penelitian
akuntansi kritis adalah untuk memberdayakan manusia
(akuntan dan non akuntan) untuk mengubah realitas
akuntansi yang dianggap menindas.
Paradigma POSTMODERN adalah paradigma yang
menekankan pada ANTI KETERATURAN atas hal-hal yang
dianggap sudah mapan (normal/lumrah terjadi) yang
dihasilkan modernisme.
Paradigma postmodern bertujuan melakukan DEKONSTRUKSI
yaitu memasukkan pemikiran/ide/konsep yang biasanya
terpinggirkan ke dalam diskursus utama (logosentris) untuk
menafikkan kebenaran tunggal.
Paradigma postmodern hadir sebagai kritik atas modernisme
yang cenderung bersifat reduksionis agar bisa dikuasai.
Penelitian akuntansi dengan paradigma postmodern biasanya didasari
teori dari Derrida, Foucault, Bourdieu dan lain-lain. Akuntansi sebagai
bahasa yang penuh dengan tanda dan aturan sangat mungkin
menjadi objek dekonstruksi. Filsafat dekonstruksi Derridean
digunakan sebagai sebuah strategi pembacaan semiotika atas simbol-
simbol yang ditemukan dalam fenomena akuntansi serta strategi
untuk melahirkan pemikiran dekonstruktif. Teori Foucault terkait
hubungan kekuasaan, sejarah dan pengetahuan dapat digunakan
dalam penelitian akuntansi sejarah untuk melihat bagaimana
akuntansi muncul dan eksis dalam suatu organisasi atau masyarakat
sebagai suatu kekuatan disipliner, yaitu kekuatan yang membentuk
perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial.
Paradigma RELIGIUS/SPIRITUAL memandang realitas sosial
sebagai refleksi ruh (spirit) dari masing-masing individu anggota
masyarakat dan hukum-hukum Tuhan.
Tujuan penelitian religius adalah untuk membangkitkan
kesadaran ketuhanan (TO AWAKEN GOD CONSCIOUSNESS)
pada diri manusia.
Paradigma religius dibangun berdasarkan ajaran AGAMA,
misalnya agama Islam. Paradigma adalah pandangan hidup
muslim tentang realitas dan kebenaran serta hakikat wujud
yang berakumulasi dalam alam pikiran dan memancar dalam
seluruh aktivitas kehidupan muslim.
Berdasarkan paradigma religius (Islam), koeksistensi manusia adalah
sebagai hamba ALLAH (Abdullah) dan wakil Allah di muka bumi
(Khalifatullah fil ardh). Hamba ALLAH adalah realisasi tujuan manusia
untuk selalu menjalankan ibadah kepada ALLAH. Khalifah adalah
realisasi tujuan kealaman manusia untuk memeliharan dan mengelola
alam semesta milik ALLAH. Implementasi tujuan tersebut harus
dilaksanakan dalam bentuk harmoni, keseimbangan dan kebaikan.
Mulawarman (2010) menyebutnya cinta sejati ala Islam. Asumsi dasar
teori agensi seharusnya didasari atas cinta sejati bukan self interest.
Motivasi dan tujuan yang bersifat cinta egoistis terimplementasi dalam
bentuk kepentingan pemegang saham dan pasar pada akhirnya
menciptakan hegemoni korporasi dan akuntansi. Tazkiyah motivasi dan
tujuan akuntansi cinta sejati adalah melakukan pencerahan dan
pembebasan dengan menyetujui perluasan akuntabilitas disamping
shareholder, tapi juga terhadap karyawan, masyarakat, alam & Tuhan.

You might also like