You are on page 1of 16

AKUNTANSI FORENSIK

“PENGARUH PENYAJIAN AKUN PENDAPATAN DAERAH


YANG TERLALU TINGGI DAN TERLALU RENDAH (OVER /
UNDER STATEMENT) DALAM LAPORAN KEUANGAN
PEMDA”

Dosen Pembimbing :
Aristha Purwanthari Sawitri, S.E., M.A

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Dahlia Nur Fadilla (211600153)


2. Karina Permatasari (211600072)
3. Riska Amellia Putri (211600046)
4. Mega Afiqoh (211600019)
5. Rizky Wahyu Saputra (211600057)
6. Muhammad Wiza Athala (211600064)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat,
karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya yang ditujukan untuk memenuhi tugas “Akuntansi Forensik” tentang
materi Pengaruh Penyajian Akun Pendapatan Daerah yang Terlalu Tinggi dan
Terlalu Rendah (Over / Under Statement) dalam Laporan Keuangan Pemda dari
Ibu Aristha Purwanthari Sawitri, S.E., M.A selaku Dosen Pengajar mata kuliah
Akuntansi Forensik.

Kami sangat berharap kedepannya makalah ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Akuntansi Forensik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini nantinya.

Surabaya, 28 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1 PENGERTIAN PENDAPATAN DAERAH DALAM LAPORAN
KEUANGAN PEMDA....................................................................................... 3
2.2 SUMBER – SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH ................................. 4
2.3 PENGARUH PENYAJIAN AKUN PENDAPATAN DAERAH YANG OVER
/ UNDER STATEMENT DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMDA .......... 5
BAB III ............................................................................................................................... 7
STUDI KASUS ................................................................................................................... 7
3.1 KASUS .................................................................................................................... 7
3.2 PENYELESAIAN KASUS...................................................................................... 8
BAB IV ............................................................................................................................. 11
4.1 KESIMPULAN ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap entitas, termasuk pemerintah daerah, wajib menyusun laporan
keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) itu sendiri memberikan
gambaran mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah pemerintah pusat. Pada
dasarnya LKPI) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana
publik (APBD). Pemerintah pusat berkepentingan dengan laporan keuangan
pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber daya
keuangan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pembuatan
laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh tiap-tiap Satuan Kerja
Perangkat daerah (SKPD). Laporan keuangan tersebut akan dikonsolidasikan oleh
entitas pelaporan, dalam hal ini disebut sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPD) menjadi Laporan Keuangan Pemerintah/ Provinsi/ Kota/
Kabupaten.

Terlebih Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan (SAP). Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP
berbasis akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para
pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan
pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan
salah satu prinsip akuntansi, yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding
dengan manfaat yang diperoleh.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Pendapatan Daerah dalam Laporan Keuangan Pemda?
2. Darimana sumber – sumber pendapatan asli daerah?
3. Bagaimana Pengaruh Penyajian Akun Pendapatan Daerah yang Over /
Under Statement dalam Laporan Keuangan Pemda?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui pengertian dari Pendapatan Daerah dalam Laporan Keuangan
Pemda
2. Mengetahui berasal darimana sumber – sumber pendapatan asli daerah
3. Mengetahui Pengaruh Penyajian Akun Pendapatan Daerah Over / Under
Statement dalam Laporan Keuangan Pemda

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENDAPATAN DAERAH DALAM LAPORAN


KEUANGAN PEMDA
Pendapatan Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
berkenaan (UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah). Pendapatan daerah meliputi
semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang
menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah (PP No. 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan). Berdasarkan pengertian tersebut, pendapatan
Daerah merupakan unsur yang penting dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) karena merupakan sumber penerimaan yang dapat
digunakan untuk penenuhan kebutuhan keuangan di daerah. Pendapatan
daerah juga berperan untuk melaksanakan perencanaan pemerintah daerah
sebagai upaya untuk mengembangkan pembangunan dan meningkatkan
perekonomian suatu daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah


Daerah, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Menurut Halim (2004) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Keuangan Daerah” menyebutkan bahwa PAD adalah semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber ekonomi asli daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen untuk menghitung
kemandirian keuangan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
Semakin tinggi penerimaan Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, maka
tingkat kemandiriannya akan semakin besar sehingga ketergantungan terhadap

3
transfer dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah lainnya menjadi
menurun. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah menunjukkan semakin tinggi
keberhasilan daerah dalam mengelola sumber-sumber penerimaan di daerah.

PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah


untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah
sebagai perwujudan desentralisasi. Dana Perimbangan, yaitu dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Lain-
lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan Daerah selain
pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana
darurat, dan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.2 SUMBER – SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen untuk menghitung
kemandirian keuangan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
Semakin tinggi penerimaan Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, maka
tingkat kemandiriannya akan semakin besar sehingga ketergantungan terhadap
transfer dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah lainnya menjadi
menurun. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah menunjukkan semakin tinggi
keberhasilan daerah dalam mengelola sumber-sumber penerimaan di daerah.
Sumber sumber Pendapatan asli daerah :
1. Pajak Daerah

Pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang


Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pemerintah

4
daerah memiliki hak untuk menarik pajak daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan, sehingga apabila wajib pajak tidak melunasinya
maka akan dianggap sebagai utang pajak. Untuk ketertiban wajib pajak
dalam membayar pajak daerah, maka diberlakukan sanksi administrasi
berupa denda pajak bagi pajak terutang yang dibayarkan melewati batas
waktu pembayaran

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa


atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berbeda
dengan pajak daerah, pemungutan retribusi daerah terdapat kontraprestasi
yang secara langsung bisa ditunjuk. Wajib retribusi menggunakan atau
menikmati jasa yang diberikan atas pungutannya.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan


penerimaan daerah atas hasil penyertaan modal kepada Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) berupa pembagian laba/ deviden.

2.3 PENGARUH PENYAJIAN AKUN PENDAPATAN DAERAH YANG


OVER / UNDER STATEMENT DALAM LAPORAN KEUANGAN
PEMDA
Hasil penelitian menunjukkan penyajian sebagian laporan keuangan
pemerintah daerah memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah. Penyajian
informasi yang lengkap dalam laporan keuangan akan meningkatkan
transparansi dan menciptakan akuntabilitas (Nordiawan, 2010). Penyediaan
pelaporan keuangan yang baik merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu,

5
pemerintah daerah harus dapat menyusun laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi pemerintahan yang berlaku umum. Pengungkapan laporan
keuangan merupakan unsur penting dalam menciptakan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan daerah. Artinya semakin baik penyajian laporan
keuangan pemerintah daerah maka semakin baik akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.

Dengan demikian hipotesis pertama yang menunjukkan bahwa penyajian


laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima. Artinya,
peningkatan penyajian laporan keuangan daerah akan berdampak pada
peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Temuan penelitian ini sejalan dengan Mulyana (2006) yang menyatakan
bahwa salah satu upaya khusus untuk mencapai akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah adalah penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah
secara lengkap sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Penyajian akun pendapatan daerah yang dimanipulasi atau tidak sesuai


dengan kenyataan dilakukan untuk tujuan kepentingan daerah itu sendiri.
Pendapatan daerah yang overstatement akan membuat setiap pengguna
laporan keuangan daerah tersebut terkesima dengan pendapatan daerah yang
sangat banyak atau mungkin iri tentang bagaimana daerah tersebut bisa
mendapatkan pendapatan daerah yang melimpah. Hal ini kemungkinan bisa
menarik minat investor atau pengusaha dan lainnya untuk mulai menanam
saham atau membuka cabang di daerah tersebut, melihat banyaknya
pendapatan daerah mereka. Padahal akun pendapatan daerah tersebut telah
dimanipulasi atau overstated dari yang seharusnya. Sedangkan penyajian akun
pendapatan daerah yang understatement atau diakui terlalu rendah akan
berpengaruh buruk pada citra atau nama baik daerah tersebut. akan membuat
pengguna laporan keuangan daerah tersebut menjadi tidak minat untuk
membuka usaha ataupun menanam saham di daerah tersebut.

6
BAB III
STUDI KASUS

3.1 KASUS

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) menemukan 2.525


permasalahan ketidak patuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengakibatkan kerugian senilai Rp 1,13 triliun dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Hal tersebut disampaikan Ketua BPK Moermahadi Soerja Djanegara saat
penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2017 kepada
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Rabu (4/10).

"Selain mengakibatkan kerugian, permasalahan ketidakpatuhan juga


mengakibatkan potensi kerugian sebanyak 413 permasalahan senilai Rp 419,60
miliar, 846 permasalahan kekurangan penerimaan senilai Rp 537,72 miliar,
serta 2.331 permasalahan penyimpangan administrasi," ujar Moermahadi.

Atas seluruh permasalahan ketidakpatuhan tersebut, lanjutnya, pada saat


pemeriksaan pemerintah daerah (pemda) yang diperiksa telah menindaklanjuti
dengan penyerahan aset dan menyetor ke kas negara/daerah senilai Rp 388,19
miliar. Permasalahan ketidakpatuhan atas pemeriksaan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) pada 2016 antara lain kekurangan volume
pekerjaan/barang senilai Rp 416,93 miliar yang terjadi pada 453 pemda. Selain
itu, ditemukan belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan senilai Rp 181,30
miliar, kelebihan pembayaran selain kekurangan volume senilai Rp 127,25
miliar, serta biaya perjalanan dinas ganda atau melebihi standar yang ditetapkan
senilai Rp 52,91 miliar.

Permasalahan ketidak patuhan yang perlu mendapat perhatian adalah


ditemukannya penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi senilai Rp
46,73 miliar yang terjadi pada 61 pemda. Beberapa contoh temuan adalah
ditemukannya juru bayar gaji yang memanipulasi data perhitungan dan tidak

7
membayarkan tambahan penghasilan pegawai berdasarkan beban kerja, serta
tidak membayarkan tunjangan kelangkaan profesi pegawai tidak tetap senilai
Rp 5,87 miliar.

Selain itu, ditemukan juga penerimaan atas piutang pokok Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) per 31 Desember 2016 digunakan untuk kepentingan
perangkat desa. Ditemukan juga permasalahan penggunaan uang/barang untuk
kepentingan pribadi juga terjadi pada 58 pemda lainnya senilai Rp39,10 miliar.
Pada semester I tahun 2017, BPK memeriksa 537 LKPD tahun 2016 dari 542
pemda yang wajib menyusun LK tahun 2016. Lima pemda terlambat
menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, yaitu Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, Pemkab Aceh Tenggara,
Pemkab Pidie, Pemkab Pidie Jaya, dan Pemerintah Kota Lhokseumawe.

Atas LKPD pada 2016, 375 LKPD memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), 139 LKPD mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP), dan 23 LKPD mendapat opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP).
Dibandingkan dengan capaian pada 2015, kualitas LKPD Tahun 2016
mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan kenaikan opini WTP sebesar
12 poin persen yaitu dari 58 persen pada LKPD 2015 menjadi 70 persen pada
LKPD 2016.

3.2 PENYELESAIAN KASUS


Terdapat peningkatan opini LKPD dari opini Tidak Wajar, TMP, WDP
menjadi WTP pada 84 LKPD, dan dari Tidak Wajar/TMP menjadi WDP
pada 15 LKPD. Hal tersebut dikarenakan pemda telah menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPK pada tahun 2015 dengan melakukan perbaikan atas
kelemahan sistem pengendalian intern maupun ketidakpatuhan sehingga
akun-akun dalam laporan keuangan telah disajikan dan diungkap sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan.

8
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya fraud
dengan mengurangi peluang ( opportunities ) , berbagai tekanan ( pressure )
yang dapat menyebabkan fraud atas laporan keuangan terjadi :

Usaha dalam mengurangi peluang terjadinya fraud atas laporan


keuangan dapat dilakukan dengan cara :
a. Menjaga keakuratan dan keleungkapan catatan akuntansi
b. Melaksanakan pemantuan secara hati-hati terhadap transaksi-transaksi
dan hubungan bisnis dengan pemasok,konsumen agen dan semua pihak
yang langsung berhubungan dengan bagian keuangan.
c. Membangun jaringan sistem keamannan untuk pengamanan fisik harta
perusahaan termasuk persediaan,kas,harta berwujud,perlengkapan,
peralatan, dan harta berharga perusahaan lainnya.
d. Menciptakan pemisahaan fungsi fungsi dalam perusahaan dan
pemecahan pengedalian dalam satu area yang sama
e. Memeliahara catatan biodata pegawai
f. Mendorong hubungan kepemimpinan dan pengawasan yang kuat dalam
suatu kelompok untuk menciptakan iklim yang sehat dalam penegakan
prosedur akuntansi
g. Menetapkan prosedur akuntansi yang jelas dan seragam tanpa kecuali

Usaha untuk mengurangi tekanan yang dapat mendorong terjadinya


fraud:
a. Membangun sistem pengawasan dewan komisaris yang efektif
b. Hindarkan penetapan target finansial yang tidak masuk akal
c. Hindarkan perilaku menekan yang berlebihan ata karyawan dalam
rangka pencapaian tujuan perusahaan
d. Ubahlah tujuan organisasi jika kondisi pasar memaksa perubahan
tersebut
e. Hialngkan berbagai kendala yang menghambat kinjera yang efektif

9
Usaha untuk mengurngi rasionalisasi yang dapat mendorong
terjadinya fraud:
a. Mengedepankan nilai – nilai yang kuat secara menyeluruh kedalam
organisasi
b. Mempunyai kebijakan yang jelas tentang larangan atas tindakan yang
mengarah kepada fraud atas laporan keuangan dan pratksi akuntansi
c. Memberikan training berkala kepada pegawai tentang prilaku yang
mengarah kepada tindakan fraud
d. Menyediakan media komunikasi dan adivisi yang menjaga kerhasiaan
tentang prilaku yang mengarah terhadap fraud
e. Manajemen harus memberikan contoh akan perilaku kejujuran
f. Memberikan informasi yang jelas akan peraturan dan hukuman atas
semua tindakan fraud bagi sipelaku

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening
Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah (PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan). Pendapatan
daerah berperan untuk melaksanakan perencanaan pemerintah daerah sebagai
upaya untuk mengembangkan pembangunan dan meningkatkan perekonomian
suatu daerah.

Pendapatan Asli Daerah merupakan komponen untuk menghitung


kemandirian keuangan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Sumber Sumber Pendapatan Asli Daerah :


1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap


transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima. Artinya,
peningkatan penyajian laporan keuangan daerah akan berdampak pada
peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Salah
satu upaya khusus untuk mencapai akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
adalah penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah secara lengkap sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andri, S. (n.d.). Audit Laporan Keuangan Pemda, BPK: Kerugian Capai Rp 1,13 T.
Retrieved from Republika:
https://news.republika.co.id/berita/oxalze409/audit-laporan-keuangan-
pemda-bpk-kerugian-capai-rp-113-t

Pengertian Laporan Keuangan yang Overstated Terjadinya Laporan Keuangan


yang Overstated. (n.d.). Retrieved from 123dok: https://text-
id.123dok.com/document/7q0vnegz6-pengertian-laporan-keuangan-yang-
overstated-terjadinya-laporan-keuangan-yang-overstated.html

https://www.e-akuntansi.com/laporan-keuangan-pemerintah-daerah/

https://djpk.kemenkeu.go.id/?ufaq=apa-yang-dimaksud-dengan-pendapatan-
daerah

https://djpk.kemenkeu.go.id/?ufaq=apa-saja-sumber-sumber-pendapatan-daerah

https://ugnurul.wordpress.com/2013/05/10/pengaruh-dan-dampak-dari-
overstatement-dan-inflasi/

https://text-id.123dok.com/document/7q0vnegz6-pengertian-laporan-keuangan-
yang-overstated-terjadinya-laporan-keuangan-yang-overstated.html

12

You might also like