You are on page 1of 5

JAWABAN No.

1 BAHASA INDONESIA

JUDUL SKRIPSI :

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBAWA LARI


PEREMPUAN

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Unaaha No. 14/Pid.B.2011/Pn.Unh.)

ANALISIS :

Teori Tujuan Pemidanaan :

Adapun tujuan pemidanaan, penulis mengemukakan dua aliran, yaitu :

1. Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak
baik (aliran klasik).
2. Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan yang tidak baik dan
dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkungannya (aliran modern).

Menurut aliran klasik tujuan hukum pidana untuk melindungi individu dari kekuasaan
penguasa atau negara. Sebaiknya aliran modern mengajarkan tujuan hukum pidana harus
memperhatikan kejahatan dan keadaan penjahat, maka aliran ini mendapatkan pengaruh dari
perkembangan kriminologi. Vos memandang perlu adanya aliran ketiga, yang merupakan
kompromi aliran klasik dan aliran modern.

Dalam rancangan KUHP Juli Tahun 2006, tujuan pemidanaan ditentukan dalam Pasal 51, yaitu
pemidanaan bertujuan :

1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi


pengayoman masyarakat;
2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang
yang baik dan berguna;
3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat, dan
4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Untuk mencapai tujuan pemidanaan, maka dikenal tiga teori yaitu :

1. Teori Absolut atau Teori pembalasan (Vergeldings Theorien). Menurut teori ini pidana
dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan kejahatan atau tindak pidana.
Teori ini diperkenalkan oleh Kent dan Hegel. Teori Absolut didasarkan pada pemikiran
bahwa pidana tidak bertujuan untuk praktis, seperti memperbaiki penjahat tetapi pidana
merupakan tuntutan mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi menjadi
keharusan, dengan kata lain hakikat pidana adalah pembalasan (revegen). Sebagaimana
yang dinyatakan Muladi (Zainal Abidin, 2005 : 11) bahwa : Teori Absolut memandang
bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan
sehingga berorientasi pada perbuatan dan terletak pada terjadinya kejahatan itu sendiri.
Teori ini mengedepankan bahwa sanksi dalam hukum pidana menjatuhkan semata-
mata karena orang telah melakukan sesuatu kejahatan yang merupakan akibat mutlak
yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan
sehingga sanksi bertujuan untuk memuaskan tuntutan keadilan.
2. Teori Relatif atau tujuan (Doel Theorien), berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana
adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Teori ini berbeda
dengan teori absolute, dasar pemikiran agar suatu kejahatan dapat dijatuhi hukuman
artinya penjatuhan pidana mempunyai tujuan tertentu, misalnya memperbaiki sikap
mental atau membuat pelaku tidak berbahaya lagi, dubutuhkan proses pembinaan sikap
mental. Menurut Muladi tentang teori ini bahwa : Pidana bukanlah sekedar untuk
melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu
tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. (Muladi, 2005
: 16). Sanksi ditekankan pada tujuannya, yakni untuk mencegah agar orang tidak
melakukan kejahatan, maka bukan bertujuan untuk pemuasan absolute atas keadilan.
3. Teori Gabungan atau Modern (VereningingsTheorien), Teori gabungan atau Teori
Modern memandang bahwa tujuan pemidanaan bersifat plural, karena menggabungkan
antara prinsip-prinsip relative (tujuan) dan absolute (pembalasan) sebagai 29 satu
kesatuan. Teori ini bercorak ganda, dimana pemidanaan mengandung karakter
pembalasan sejauh pemidanaan dilihat sebagai suatu kritik moral dalam menjawab
tindakan yang salah. Sedangkan karakter tujuannya terletak pada ide bahwa tujuan
kritik moral tersebut ialah suatu reformasi atau perubahan prilaku pidana dikemudian
hari. Jadi hukum pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi
tingkah laku manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum. Akan tetapi,
kalau dalam kehidupan ini masih ada manusia yang melakukan perbuatan tidak baik
yang kadang-kadang merusak lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai dari
moralitas hidup manusia individu itu (Andi Hamzah, 2009 : 45).

TUJUAN :

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBAWA LARI PEREMPUAN

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Unaaha No. 14/Pid.B.2011/Pn.Unh.)

METODE :

Kualitatif

PENELITIAN :

Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan ketentuan hukum pidana materil terhadap tindak
pidana membawa lari perempuan dalam Putusan Pengadilan Negeri Unaaha
Nomor.14/Pid.B/2011?PN.Unh dan mengetahui pertimbangan hukum dalam menjatuhkan
sanksi pidana pada pelaku tindak pidana membawa lari perempuan dalam putusan Pengadilan
Negeri Unaaha Nomor.14/Pid.B/2011?PN.Unh. Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan
Negeri Unaaha. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Kepustakaan dan
Metode Wawancara kemudian data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) penerapan ketentuan hukum pidana materil terhadap tindak pidana
membawa lari perempuan dalam Putusan Pengadilan Negeri Unaaha Nomor
14/Pid.B/2011?PN.Unh mestinya jaksa dalam membuat surat dakwaan tidak hanya
menerapkan Pasal 332 ayat 1 KUHP tetapi juga menerapkan Pasal 81 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. (2) Pertimbangan hukum dalam menjatuhkan
sanksi pidana pada pelaku tindak pidana membawa lari perempuan dalam putusan Pengadilan
Negeri Unaaha Nomor 14/Pid.B/2011?PN.Unh seharusnya hakim menjatuhkan putusan tidak
hanya 10 (sepuluh) bulan penjara jika mendasari batas minimum pidana penjara sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
SIMPULAN :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan ketentuan hukum pidana materil terhadap perkara putusan Nomor :


14/Pid.B/2011/PN. Unh mestinya tidak hanya berdasarkan pada Pasal 332 ayat 1
KUHP tetapi harus diterapkan juga Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindunga Anak.
2. Pertimbangan Hukum Hakim dalam dalam menjatuhkan sanksi pidana perkara putusan
Nomor : 14/Pid.B/2011/PN. Unh berdasarkan pertimbangan Penuntut Umum dan
Hakim maka sanksi yang dijatuhkan mestinya tidak hanya 10 (sepuluh) bulan penjara
jika menerapkan Pasal 81 Undang-Undang 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.

Abstract : This study aims to determine the application of legal provisions material punishment
for the crime of bringing women away Unaaha District Court Decision
No.14/Pid.B/2011?PN.Unh and know the legal considerations in imposing criminal sanctions
on the perpetrator of the crime of carrying away a woman in a court decision Negeri Unaaha
No.14/Pid.B/2011?PN.Unh. This research was conducted at the Unaaha District Court.
Method data collection used is the Method of Literature and Methods Interview then the data
obtained were analyzed qualitatively. The research results show that (1) application of legal
provisions material punishment for the crime of bringing women away Unaaha District Court
Decision Number 14/Pid.B/2011?PN.Unh should the prosecutor in making the indictment did
not only apply Article 332 paragraph 1 of the Criminal Code but also applies Article 81 of Law
Number 23 2002 concerning Child Protection. (2) Internal legal considerations impose
criminal sanctions on the perpetrators of the crime of carrying away women in the decision of
the Unaaha District Court Number 14/Pid.B/2011?PN.Unh the judge should have made a
decision not only 10 (ten) months in prison if based on the minimum limit of imprisonment as
stipulated in Article 81 of Law Number 23 Years. 2002 Concerning Child Protection.

Keywords : Juridical Review of the Crime of Taking a Woman Away.


ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan ketentuan hukum pidana materil
terhadap tindak pidana membawa lari perempuan dalam Putusan Pengadilan Negeri Unaaha
Nomor.14/Pid.B/2011?PN.Unh dan mengetahui pertimbangan hukum dalam menjatuhkan
sanksi pidana pada pelaku tindak pidana membawa lari perempuan dalam putusan Pengadilan
Negeri Unaaha Nomor.14/Pid.B/2011?PN.Unh. Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan
Negeri Unaaha. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Kepustakaan dan
Metode Wawancara kemudian data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) penerapan ketentuan hukum pidana materil terhadap tindak pidana
membawa lari perempuan dalam Putusan Pengadilan Negeri Unaaha Nomor
14/Pid.B/2011?PN.Unh mestinya jaksa dalam membuat surat dakwaan tidak hanya
menerapkan Pasal 332 ayat 1 KUHP tetapi juga menerapkan Pasal 81 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. (2) Pertimbangan hukum dalam menjatuhkan
sanksi pidana pada pelaku tindak pidana membawa lari perempuan dalam putusan Pengadilan
Negeri Unaaha Nomor 14/Pid.B/2011?PN.Unh seharusnya hakim menjatuhkan putusan tidak
hanya 10 (sepuluh) bulan penjara jika mendasari batas minimum pidana penjara sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.

KATA KUNCI : Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Membawa Lari Perempuan.

You might also like