Professional Documents
Culture Documents
V2 Implementasi Prinsip Ekonomi Syariahdalam Hukum Perdagangan Internasional
V2 Implementasi Prinsip Ekonomi Syariahdalam Hukum Perdagangan Internasional
net/publication/346963644
CITATIONS READS
0 1,135
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Helza Nova Lita on 12 December 2020.
F O R UM G R O UP D I S C US SI O N K NE KS , 1 1 D E S E M B ER 2 0 2 0
Narasumber :
Dr. Helza Nova Lita,S.H.,M.H.
-Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
-Dosen LB Institut Agama Islam Tazkia
-Pengurus Pusat Asosiasi Pengajar dan Peneliti Hukum Ekonomi Islam Indonesia
(APPHEISI) – Sekretaris Bidang Publikasi Internasional
-Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Bidang Pengembangan dan
Penelitian Hukum Ekonomi Syariah
-Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAIE), Bidang Pengembangan Zakat
dan Wakaf
PENdAHULUAN
Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional sebagai: “... the body of rules
governing commercial relationship of a private law nature involving different nations”.
Schmitthoff dalam Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional,Prinsip-Prinsip Dasar dan Konsepsi Dasar, 2004
Rafiqul Islam memberi batasan perdagangan internasional :
"... a wide ranging, transnational, commercial exchange of goods and
services between individual business persons, trading bodies and States".
Diatas Rafiqul Islam menekankan keterkaitan erat antara perdagangan
internasional dan hubungan keuangan (financial relations). Hubungan
finansial terkait erat dengan perdagangan internasional. keterkaitan
erat ini tampak karena hubungan-hubungan keuangan ini mendampingi
transaksi perdagangan antara para pedagang (dengan pengecualian
transaksi barter atau counter trade)
Rafiqul Islam, International Trade Law, dalam Huala Adolf Hukum Perdagangan Internasional, 2004.
Dari batasan Rafiqul Islam tampak adanya keterkaitan erat antara hukum
perdagangan internasional dengan hukum internasional publik. Memang
sekilas tampak bahwa dampak dan pengaruh hukum internasional publik ini
tidak langsung.
Namun demikian pengaruh ini dapat berdampak cukup luas terhadap
beberapa aspek dari hukum perdagangan internasional. Hal ini disebabkan
karena hukum internasional publik dalam beberapa hal telah membentuk
dan sedang dalam proses pembentukan ketentuan-ketentuan yang
mengatur aspek-aspek perdata dari transaksi perdagangan internasional.
1. Perjanjian Internasional
2. Hukum Kebiasaan Internasional
3. Prinsip-Prinsip Hukum Umum
4. Putusan-Putusan Badan
Pengadilan dan Doktrin
5. Kontrak
6. Hukum Nasional
Perjanjian Ekspor Impor
Peran kontrak semakin penting terutama dalam transaksi bisnis dengan pihak
luar negeri. Pembuatan kontrak internasional prosesnya lebih rumit
dibandingkan dengan pembuatan kontrak diantara pihak-pihak yang berada
dalam satu wilayah Negara.
Dalam transaksi bisnis lintas batas Negara, pihak-pihak yang berhubungan
biasanya tidak bertemu muka secara langsung, selain itu juga mereka memiliki
nilai dan praktek sosial dan sistem hukum yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman. Oleh
karenanya pihak-pihak yang melakukan transaksi ekpor impor harus
mendefinisikan pemahaman bersamanya dalam kontrak dengan persyaratan-
persyaratan yang tertulis dan tegas
Sale’s Contract adalah kesepakatan dari eksportir dan importir untuk
melakukan perdagangan barang sesuai dengan syarat-syarat yang
disepakati bersama, dimana para pihak terikat untuk melaksanakan
semua kewajiban yang disepakati. Pihak yang ingkar janji akan
dikenakan sanksi dengan membayar ganti rugi kepada pihak yang
dirugikan.
3 (tiga) landasan utama dalam Export Sale’s Contract
ASAS KONSENSUS
Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak secara sukarela untuk melakukan
perdagangan ekspor – impor.
ASAS OBLIGATOIR
Kesepakatan antara kedua pihak dimaksudkan untuk mengikat keduabelahpihak
dengan berjanji akan menjalankan semua hak dan kewajiban masing-masing yang
dituangkan dalam kontrak.
ASAS PENALTY
Kedua belah pihak bersedia memberikan ganti rugi kepada pihak lain bila salah satu
pihak tidak dapat memenuhi janjianya dalam melaksanakan kewajiban.
Dalam Buku III KUHPerdata, Pasal 1313 KUH Perdata dinyatakan
pengertian perjanjian adalah :
“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”
Maksud dari pernyataan ini adalah perbuatan yang dilakukan
tersebut harus dilakukan secara sadar dan memenuhi syarat sahnya
perjanjian karena akan menimbulkan perikatan untuk melaksanakan
suatu kewajiban dalam lapangan harta kekayaan bagi mereka yang
melakukan perjanjian tersebut”.
Agar suatu kontrak atau perjanjian mengikat para pihak harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam
Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
a). Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b). Cakap untuk membuat suatu perikatan;
c). Suatu hal tertentu; dan
d). Suatu sebab yang halal.
Dalam penyusunan kontrak bisnis internasional, para pihak yang
terkait dengan pelaksanaan isi kontrak, harus pula memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam perdagangan internasional.
Dalam hukum nasional Indonesia, juga mengakui praktik kebiasaan
ini. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata
yang berbunyi sebagai berikut:
“Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
undang-undang”.
Ketentuan Hukum kebiasaan internasional seperti ketentuan
dalam Lex Mercatoria yang merupakan kumpulan ketentuan
kebiasaan-kebiasaan para pedagang yang berisi prinsip-prinsip
dasar dalam melakukan kontrak dagang internasional.
Negosiasi,Mediasi, Konsiliasi,
Arbitrase, Penyelesaian melalui
Hukum atau Pengadilan
Dalam penyelesaian sengketa perdata internasional,
pada umumya para pihak diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri forum dan hukum yang dapat
mereka gunakan untuk menyelesaikan sengketa yang
dapat timbul dalam pelaksanaan transaksi tersebut
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, dan ketertiban umum di masing-masing
dinegara yang berlaku.
Dalam praktek perjanjian melalui di beberapa bank syariah di Indonesia
biasanya dalam salah satu klausul perjanjiannya mencantumkan penggunaan
pilihan forum arbitrase dalam hal ini menggunakan Badan Arbitrase Syariah
Nasional (Basyarnas) sebagai forum penyelesaian sengketa.
Dalam Penggunaan Arbitrase sebagai salah satu forum penyelesaian sengketa
di Indonesia mengacu pada UU No. 30 Tahun 1999 termasuk penggunaan
arbitrase asing pada penyelesaian sengketa dagang internasional.
Kedepan perlu didorong dan dikuatkan peranan Basyarnas baik dari
kompetensi SDM maupun regulasi terkait untuk menjadi bagian lembaga
penyelesaian sengketa perdagangan non litigasi khususnya terkait sengketa
ekonomi syariah tidak hanya pada level nasional maupun internasional .
Penutup
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam
Hukum Perdagangan Internasional meliputi aspek hukum ekonomi internasional yang bersifat
publik maupun hukum perdagangan internasional yang bersifat perdata.
Sehingga dengan demikian dari aspek hukum ekonomi publik, sangat diperlukan peranan
negara/pemerintah dalam melakukan upaya kerjasama yang menimbulkan suatu perjanjian yang
bersifat mengikat baik bilateral maupun multilateral.
Dari sudut hukum perdagangan internasional, penerapan prinsip prinsip ekonomi Islam lebih
bersifat terbuka dan merupakan kesepakatan para pihak yang dapat didorong dalam setiap
aspek kontrak yang mereka buat dengan pembatasan ketentuan perundang-undangan,
ketertiban umum, kesusilaan, dan yang paling utama tidak bertentangan dengan ketentuan
hukum Islam (prinsip-prinsip syariah)
Sekian
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
helza.nova@unpad.ac.id