You are on page 1of 39

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346963644

Implementasi Prinsip Ekonomi Syariah dalam Hukum Perdagangan


Internasional

Presentation · December 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.34997.70881

CITATIONS READS

0 1,135

1 author:

Helza Nova Lita


Universitas Padjadjaran
88 PUBLICATIONS   38 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

islamic economic law View project

Teori dan Pengembangan Ilmu Hukum View project

All content following this page was uploaded by Helza Nova Lita on 12 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Implementasi Prinsip Ekonomi
Syariah dalam Hukum
Perdagangan Internasional
Dr. Helza Nova Lita, S.H.,M.H.
Pengurus Pusat Asosiasi Pengajar dan Peneliti Hukum Ekonomi
Islam Indonesia (APPHEISI) – Sekretaris Bidang Publikasi
Internasional
Dosen FH UNPAD

F O R UM G R O UP D I S C US SI O N K NE KS , 1 1 D E S E M B ER 2 0 2 0
Narasumber :
Dr. Helza Nova Lita,S.H.,M.H.
-Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
-Dosen LB Institut Agama Islam Tazkia
-Pengurus Pusat Asosiasi Pengajar dan Peneliti Hukum Ekonomi Islam Indonesia
(APPHEISI) – Sekretaris Bidang Publikasi Internasional
-Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Bidang Pengembangan dan
Penelitian Hukum Ekonomi Syariah
-Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAIE), Bidang Pengembangan Zakat
dan Wakaf
PENdAHULUAN

Definisi Hukum Ekonomi Internasional dan Hukum Perdagangan Internasional


John H. Jackson, beliau beranggapan bahwa: “international economic Law could be defined as
inculding all legal subjects which have both an international and an economic component.”
Pengertiannya yaitu bahwa hukum ekonomi internasional adalah semua subjek hukum yang
memiliki unsur internasional dan unsur ekonomi

Schmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional sebagai: “... the body of rules
governing commercial relationship of a private law nature involving different nations”.

Schmitthoff dalam Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional,Prinsip-Prinsip Dasar dan Konsepsi Dasar, 2004
Rafiqul Islam memberi batasan perdagangan internasional :
"... a wide ranging, transnational, commercial exchange of goods and
services between individual business persons, trading bodies and States".
Diatas Rafiqul Islam menekankan keterkaitan erat antara perdagangan
internasional dan hubungan keuangan (financial relations). Hubungan
finansial terkait erat dengan perdagangan internasional. keterkaitan
erat ini tampak karena hubungan-hubungan keuangan ini mendampingi
transaksi perdagangan antara para pedagang (dengan pengecualian
transaksi barter atau counter trade)

Rafiqul Islam, International Trade Law, dalam Huala Adolf Hukum Perdagangan Internasional, 2004.
Dari batasan Rafiqul Islam tampak adanya keterkaitan erat antara hukum
perdagangan internasional dengan hukum internasional publik. Memang
sekilas tampak bahwa dampak dan pengaruh hukum internasional publik ini
tidak langsung.
Namun demikian pengaruh ini dapat berdampak cukup luas terhadap
beberapa aspek dari hukum perdagangan internasional. Hal ini disebabkan
karena hukum internasional publik dalam beberapa hal telah membentuk
dan sedang dalam proses pembentukan ketentuan-ketentuan yang
mengatur aspek-aspek perdata dari transaksi perdagangan internasional.

Rafiqul Islam, dalam Huala Adolf, Op.Cit


5 kategori utama transaksi-transaksi internasional:

Pergerakan barang-barang secara lintas batas negara


Pergerakan jasa-jasa secara lintas batas negara atau biasa disebut sebagai
perdagangan jasa
Pergerakan orang-orang yang melintasi batas-batas negara (international
movement of persons),
Pergerakan internasional modal yang mensyaratkan investor-investor asing
untuk dapat mengawasi secara langsung modalnya; dan
Pembayaran internasional dalam transaksi-transaksi ekonomi tersebut diatas
yang biasanya menyangkut tukar menukar mata uang asing(foreign exchange
transactions).
Sumber-Sumber Hukum Internasional
Pasal 38 Statuta the International Court of Justice (ICJ) yang memberikan empat buah sumber
hukum internasional yang diakui oleh ICJ.
a. Perjanjian Internasional (International Conventions) – baik umum maupun khusus yang
memuat aturan-aturan yang diakui oleh Negaranegara peserta.
b. Kebiasaan Internasional (International Customs) sebagai suatu bukti praktek-praktek umum
yang diterima dan dilakukan oleh Negara-negara di dunia.
c. Prinsip-prinsip umum hukum (General principles of laws) yang diakui oleh masyarakat
internasional
d. Putusan-putusan hakim dan pendapat sarjana (Judicial decisions and text book writers) – para
ahli dan para pakar pada bidang-bidang yang relevan dalam hukum internasional.
Baik menurut hukum internasional
maupun hukum ekonomi internasional
secara khusus, bahwa perjanjian
internasional merupakan sumber utama
dan terpenting.
SUMBER HUKUM DAGANG INTERNASIONAL

1. Perjanjian Internasional
2. Hukum Kebiasaan Internasional
3. Prinsip-Prinsip Hukum Umum
4. Putusan-Putusan Badan
Pengadilan dan Doktrin
5. Kontrak
6. Hukum Nasional
Perjanjian Ekspor Impor
Peran kontrak semakin penting terutama dalam transaksi bisnis dengan pihak
luar negeri. Pembuatan kontrak internasional prosesnya lebih rumit
dibandingkan dengan pembuatan kontrak diantara pihak-pihak yang berada
dalam satu wilayah Negara.
Dalam transaksi bisnis lintas batas Negara, pihak-pihak yang berhubungan
biasanya tidak bertemu muka secara langsung, selain itu juga mereka memiliki
nilai dan praktek sosial dan sistem hukum yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman. Oleh
karenanya pihak-pihak yang melakukan transaksi ekpor impor harus
mendefinisikan pemahaman bersamanya dalam kontrak dengan persyaratan-
persyaratan yang tertulis dan tegas
Sale’s Contract adalah kesepakatan dari eksportir dan importir untuk
melakukan perdagangan barang sesuai dengan syarat-syarat yang
disepakati bersama, dimana para pihak terikat untuk melaksanakan
semua kewajiban yang disepakati. Pihak yang ingkar janji akan
dikenakan sanksi dengan membayar ganti rugi kepada pihak yang
dirugikan.
3 (tiga) landasan utama dalam Export Sale’s Contract
ASAS KONSENSUS
Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak secara sukarela untuk melakukan
perdagangan ekspor – impor.
ASAS OBLIGATOIR
Kesepakatan antara kedua pihak dimaksudkan untuk mengikat keduabelahpihak
dengan berjanji akan menjalankan semua hak dan kewajiban masing-masing yang
dituangkan dalam kontrak.
ASAS PENALTY
Kedua belah pihak bersedia memberikan ganti rugi kepada pihak lain bila salah satu
pihak tidak dapat memenuhi janjianya dalam melaksanakan kewajiban.
Dalam Buku III KUHPerdata, Pasal 1313 KUH Perdata dinyatakan
pengertian perjanjian adalah :
“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”
Maksud dari pernyataan ini adalah perbuatan yang dilakukan
tersebut harus dilakukan secara sadar dan memenuhi syarat sahnya
perjanjian karena akan menimbulkan perikatan untuk melaksanakan
suatu kewajiban dalam lapangan harta kekayaan bagi mereka yang
melakukan perjanjian tersebut”.
Agar suatu kontrak atau perjanjian mengikat para pihak harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam
Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
a). Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b). Cakap untuk membuat suatu perikatan;
c). Suatu hal tertentu; dan
d). Suatu sebab yang halal.
Dalam penyusunan kontrak bisnis internasional, para pihak yang
terkait dengan pelaksanaan isi kontrak, harus pula memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam perdagangan internasional.
Dalam hukum nasional Indonesia, juga mengakui praktik kebiasaan
ini. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata
yang berbunyi sebagai berikut:
“Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
undang-undang”.
Ketentuan Hukum kebiasaan internasional seperti ketentuan
dalam Lex Mercatoria yang merupakan kumpulan ketentuan
kebiasaan-kebiasaan para pedagang yang berisi prinsip-prinsip
dasar dalam melakukan kontrak dagang internasional.

Prinsip-prinsip Lex Mercatoria tersebut dalam


perkembangannya dijadikan prinsip-prinsip dasar dalam
menyusun ketentuan perjanjian-perjanjian dalam bidang
perdagangan internasional, antara lain dalam ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh International Chamber of
Commerce (ICC),
Kebebasan berkontrak adalah salah satu materi yang diatur dalam Lex
Mercatoria yakni pada Chapter IV tentang Contract Section 1: General principles
No. IV.1.1 - Freedom of contract menyebutkan :” The parties are free to enter
into contracts and to determine their contents (principle of party autonomy)”
Dalam pelaksanaan kontrak tersebut, selanjutnya dalam lex mercatoria
principles para pihak harus memiliki itikad yang baik untuk melaksanakan isi
kontrak sebagaimana disebutkan dalam Artikel 1.7. : Chapter I:
“ The parties must act in accordance with the standard of good faith and fair
dealing in international trade”.
Para pihak dalam central List of Lex MercatoriaPrinciples, Rules, and Standar
disamping terikat untuk melaksanakan kesepakatan yang telah mereka buat
dalam kontrak juga terikat kepada ketentuan-ketentuan praktek kebiasaan yang
berlaku serta ketentuan-ketentuan internasional sebagaimana yang disebutkan
dalam Article tentang Usages and Practices:
“The parties are bound by any usages to which they have agreed and by any
practice which they have established between themselves. Unless agreed
otherwise, they are considered to have impliedly made applicable to their
contract or its formation a usage of which the parties knew or ought to have
known and which in international trade is widely known to,
and regularly observed by, parties to contracts of the type involved in the
particular trade concerned”.
Penerapan Prinsip Ekonomi Islam dalam Kontrak
Perdagangan Internasional
Hukum Perikatan Islam sebagai bagian dari Hukum Islam di bidang Muamalah
memiliki sifat “terbuka” yang berarti segala sesuatu dibidang muamalat boleh
dilakukan modifikasi selama tidak bertentangan atau melanggar larangan yang
sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Hal inilah
yang memungkinkan Hukum Perikatan Islam dapat mengikuti perkembangan
zaman . Salah satu kaidah fiqh yang pada umumnya dipakai dalam setiap
hubungan muamalah termasuk didalamnya transaksi bisnis secara syariah
memuat ketentuan kaidah sebagai berikut :
“Pada dasarnya segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya”.
Kegiatan usaha dalam ekonomi Islam wajib
memenuhi prinsip-prinsip syari’ah.

1. The prohibition of riba (the charging of interest)


2. the requirement that a party share in both the profit and loss of a
business transaction from which the party stands to benefit and
3. the prohibition of risky (gharar) ventures or vague business
arrangements.

Nathan Piper, “Asseing The Potenstial For Sharian-Compliant Project Finance in


India”, Columbia Journal of Transnational Law Association,(2009): 424-425.
Dalam hukum Islam setiap bentuk perjanjian wajib ditaati oleh
para pihak yang membuatnya sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang tertuang dalam
Firman Allah QS. Al – Maidah (5) : 1 : sebagai berikut :

“ Hai orang-orang yang


beriman! Penuhilah akad-akad
itu…”.
RUKUN AKAD
Pernyataan untuk mengikatkan
diri (sighat al –‘aqd)

Pihak pihak yang berakad (al –


muta’aqidain)

Objek Akad (al-Ma’qud ‘Alaih)


Menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy suatu akad terbentuk dengan adanya
empat komponen :
1. Dua aqid sebagai subyek perikatan/para pihak :
subjek hukum pada umumnya yang dapat berupa manusia dan badan hukum.
syarat-syarat yang harus ada pada seorang aqid

a). Aqil (berakal/dewasa)


b). Tamyiz (dapat membedakan) sebagai tanda kesadaran, jiwanya tidak terganggu (tidak
c). Muhktar (bebas melakukan transaksi/bebas memilih) tanpa adanya paksaan atau tekanan.
2. Objek perikatan atau Mahallul –Aqdi ;
Syarat- syarat objek akad :

a). halal menurut syara’ (hukum Islam)


b). Bermanfaat (bukan merusak atau digunakan untuk merusak).
c). Dimiliki sendiri atau kuasa si pemilik
d). Dapat diserahterimakan (berada dalam kekuasaan).
e). Dengan harga jelas.
3. Prestasi atau Maudhu’u al-Aqdi
yaitu cara yang dituju sebagai prestasi yang dilakukan. Tujuan ini sesuai dengan jenis
akadnya, misalnya tujuan dalam jual beli ialah menyerahkan barang dari penjual kepada
pembeli dengan ganti bayaran.
Para pihak dalam pembuatan kontrak bisnis internasional memiliki kebebasan
untuk mamun enentukan sendiri isi kontraknya.
Namun demikian dalam kebanyakan yurisdiksi, pengadilan dibanyak negara,
akan menegakan sebuah kontrak jika pihak-pihak yang melakukan kontrak telah
menyepakati empat persyaratan dasar berikut ini :
a). Deskripsi barang dalam hal jenis, kuantitas, dan kualitas.
b). Waktu pengiriman
c). Harga
d). Waktu dan cara pembayaran.
Kualifikasi Barang dalam Hukum Perdagangan
Internasional terkait Produk Halal
Kewajiban Negara Indonesia melindungi mayoritas warga negaranya yang
beragama Islam sesuai amanat Pasal 29 UUD 1945 bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Amanat Undang-Undang No. 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Pengaturan ini lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 31 tahun
2019, serta Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 982 Tahun 2019
tentang Layanan Sertifikasi Halal.
Pasal 4 UUJPH
Semua produk yang beredar di Indonesia
harus bersertifikat halal
Harga / Mata Uang dan Cara Pembayaran
Adanya Ide Dr. Mahathir Mohammad untuk menggantikan sistem fiat money pada sistem “Dinar
Emas” karena penggunaan fiat money karena hanya menguntungkan negara-negara maju.
Khususnya AS. Sudah saatnya dunia memikirkan sistem mata uang yang memiliki nilai intrinsik
sehingga peredaran dan nilainya dapat dikontrol.
Umar Ibrahim Vadillo seorang Ilmuwan Islam dari Spanyol pada kuliah di International Islamic
University Malaysia (IIUM). Sesungguhnya setiap dolar yang dicetak oleh The Fed adalah inflasi
yang harus dibayar oleh seluruh penduduk dunia. Setiap utang yang dilakukan oleh Amerika
Serikat adalah beban hutang bagi semua negara-negara di dunia. Penyebabnya hanya karena
Dolar AS tidak bernilai apa pun selain karena nominalnya sendiri.
emas dipercaya dapat meminimalkan risiko moneter dibandingkan pada fiat money, karena :
(1) Emas memiliki nilai intrinsik yang nilainya tidak diragukan. Berdasarkan hukum Islam, satu
dinar setara dengan 4,22 gram (0,135 ons) emas murni atau 1 spesial drawing right (SDR).
Sehingga, wajar bila semua negara sangat menginginkan untuk menimbun emas sebanyak
mungkin,
(2) Keberadaanya langka (rare) sehingga ia tidak mudah untuk diperoleh,
(3) Bersifat padat, artinya padat secara struktur dan bernilai besar sehingga untuk membeli
barang bernilai besar cukup mengambil sedikit bagian dari emas,
(4) Penyimpan nilai yang aman,
(5) Tidak mudah rusak bahkan tahan lama walaupun telah ditransaksikan berulang kali,
(6) Emas tidak dapat diciptakan dan dirusak. Artinya emas tidak dapat dicetak dan berkurang
nilainya sekehendak manusia sebab ia memerlukan proses dan bernilai intrinsik. Dengan
demikian perekonomian secara otomatis akan terjaga dari percetakan uang tanpa dasar atau
jaminan barang yang jelas,
(7) Terakhir karena kestabilannya.

Detik News 14 Dec 2009, “Mungkinkah Penerapan Dinar Emas dalam


Perekonomian”, https://news.detik.com/opini/d-
1203386/mungkinkah-penerapan-dinar-emas-dalam-perekonomian
Metode Pembayaran
Internasional
1. Advance Payment
2. Open Account
3. Documentary Collection (D/C)
4. Letter of Credit
Cara Pembayaran
L/C sebagai salah satu alat pembayaran dalam transaksi bisnis Internasional, yang
dianggap aman karena melibatkan bank sebagai penjamin dalam pembayaran.
Bank syariah yang dikategorikan sebagai bank devisa sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat melakukan lalu lintas jasa pembayaran internasional dengan menerbitkan
L/C.
Pembayaran dengan menggunakan mekanisme L/C dalam perdagangan ekspor impor harus
disepakati oleh ekportir dan importir yang dicantumkan dalam sales contract.
Dewan Syariah Nasional (DSN) mengeluarkan Fatwa nomor : 34/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C
Impor dan Fatwa Nomor : 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C Ekspor.
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Internasional
& Forum Penyelesaian Sengketa
Prinsip penyelesaian sengketa perdagangan internasional meliputi :
Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus). Prinsip Kesepakatan
para pihak merupakan prinsip fundamental dalam Penyelesaian
Sengketa Perdagangan Internasional.
Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa
Prinsip Kebebasan Memilih Hukum.
Prinsip Itikad baik (Good Faith)
Prinsip Exhaustion of Local Remedies
Forum Penyelesaian sengketa
Perdagangan Internasional

Negosiasi,Mediasi, Konsiliasi,
Arbitrase, Penyelesaian melalui
Hukum atau Pengadilan
Dalam penyelesaian sengketa perdata internasional,
pada umumya para pihak diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri forum dan hukum yang dapat
mereka gunakan untuk menyelesaikan sengketa yang
dapat timbul dalam pelaksanaan transaksi tersebut
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, dan ketertiban umum di masing-masing
dinegara yang berlaku.
Dalam praktek perjanjian melalui di beberapa bank syariah di Indonesia
biasanya dalam salah satu klausul perjanjiannya mencantumkan penggunaan
pilihan forum arbitrase dalam hal ini menggunakan Badan Arbitrase Syariah
Nasional (Basyarnas) sebagai forum penyelesaian sengketa.
Dalam Penggunaan Arbitrase sebagai salah satu forum penyelesaian sengketa
di Indonesia mengacu pada UU No. 30 Tahun 1999 termasuk penggunaan
arbitrase asing pada penyelesaian sengketa dagang internasional.
Kedepan perlu didorong dan dikuatkan peranan Basyarnas baik dari
kompetensi SDM maupun regulasi terkait untuk menjadi bagian lembaga
penyelesaian sengketa perdagangan non litigasi khususnya terkait sengketa
ekonomi syariah tidak hanya pada level nasional maupun internasional .
Penutup
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam
Hukum Perdagangan Internasional meliputi aspek hukum ekonomi internasional yang bersifat
publik maupun hukum perdagangan internasional yang bersifat perdata.
Sehingga dengan demikian dari aspek hukum ekonomi publik, sangat diperlukan peranan
negara/pemerintah dalam melakukan upaya kerjasama yang menimbulkan suatu perjanjian yang
bersifat mengikat baik bilateral maupun multilateral.
Dari sudut hukum perdagangan internasional, penerapan prinsip prinsip ekonomi Islam lebih
bersifat terbuka dan merupakan kesepakatan para pihak yang dapat didorong dalam setiap
aspek kontrak yang mereka buat dengan pembatasan ketentuan perundang-undangan,
ketertiban umum, kesusilaan, dan yang paling utama tidak bertentangan dengan ketentuan
hukum Islam (prinsip-prinsip syariah)
Sekian
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

helza.nova@unpad.ac.id

View publication stats

You might also like