You are on page 1of 16

PRODUKSI BIOFUNGISIDA BERBAHAN BAKU MIKROBA ANTAGONIS

INDIGENOUS UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN


TANAMAN KENTANG DI PROVINSI JATENG

Production of biofungiside with raw material of local antagonist Trichoderma sp.


isolate to control leaf blight desease of potatoes in Central Java

Susiana Purwantisari, Achmadi Priyatmojo and Budi Raharjo

ABSTRACT
Biological control of plant pathogens is an attractive alternative of the strong
dependence of modern agriculture on chemical fungicides, which cause environmental
pollution and development of resistant strains. Species of Trichoderma have long been
known for their capacity to reduce plant diseases caused by fungal pathogens and some
have been tested for biological control potential in many field and greenhouse trials. Late
blight deseases is one of the most important deseases of Potato Plant which distributes
almost all over high humidity region in Central Java. The aim of this research was to
produce mass fungus antagonist Trichoderma sp. isolate inexpensive cost. The exact
nature of this relationship is still not clear, but it appears that they kill other fungi with a
toxin and then consume them using a combination of lytic enzymes. This suggests that they
are actually microbial predators. This antagonistic behaviour has led to their use as agents
of biological control of some fungi causing plant disease. Agricultural waste is the best
choice to packing biofungicide formulation based on antagonist fungus of isolate
Trichoderma sp. isolate. The study showed that the biofungicide production using local
Trichoderma sp. isolate can be done in simple procedure using local agriculture waste.
The biofungicide is considered safe and its production process can be socialized to control
Lodoh desease presence in potatoes production areas.
Keywords: biological control, Trichoderma sp. biofungicide, local isolate agricultural
waste

Pendahuluan Tengah yang bernilai ekonomi tinggi,


Kentang merupakan salah satu maka peningkatan produksi adalah satu-
jenis tanaman hortikultura yang bernilai satunya pertimbangan utama dalam usaha
ekonomis tinggi. Sebagai sumber tani kentang. Usaha peningkatan produksi
karbohidrat, kentang merupakan sumber kentang mempunyai faktor pembatas
bahan pangan yang dapat mensubstitusi penting di lapangan antara lain adanya
bahan pangan karbohidrat lain yang serangan hama dan penyakit tumbuhan
berasal dari beras, jagung dan gandum (Rukmana, 1997).
(Samadi, 1997). Mengacu pada program Produktivitas kentang di Provinsi
pemerintah akan diversifikasi sumber Jawa Tengah saat ini menurun tajam, hal
pangan karbohidrat non beras akhir-akhir ini disebabkan oleh lapisan humus yang
ini, kentang merupakan salah satu sudah habis, sehingga kontaminasi
alternatif penting untuk keragaman bahan penyakit dan hama menjadi tinggi. Pada
pangan non beras. Sebagai komoditas musim hujan benih kentang rentan
pertanian andalan di Propinsi Jawa terhadap kapang patogen Phytophthora

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 185
infestans, sedangkan di gudang hayati (biopestisida) sebagai pengganti
penyimpanan, benih rawan serangan pestisida sintetik yang selama ini telah
hama (Agrina, 2007). Phytopthora diketahui banyak berdampak negatif
infestans merupakan kapang yang paling dalam mengendalikan penyakit-penyakit
serius menyerang tanaman kentang di tanaman. Seperti terbunuhnya mikro-
Indonesia. Penurunan produksi kentang di organisme bukan sasaran, membahayakan
Indonesia dapat mencapai 90% dari total kesehatan dan lingkungan (Samways,
produksi kentang dalam waktu yang amat 1983). Berdasarkan keadaan ini maka
singkat. Sampai saat ini belum ada produksi biofungisida berbahan baku
varietas kentang yang benar-benar tahan agen hayati lokal spesifik pada
terhadap patogen tersebut (Utami, 2000 ; keanekaragaman hayati yang kita punya
Cholil, 1991). Kondisi tersebut sangat harus dilakukan dalam rangka untuk
merugikan para petani kentang di sentra- menemukan sumberdaya genetik baru
sentra pertanaman kentang di Provinsi yang berpotensi untuk mengendalikan
Jawa Tengah yang kondisi lingkungannya penyakit tanaman kentang yang ramah
sangat mendukung perkembangan lingkungan.
penyakit oleh kapang patogen tersebut. Trichoderma harzianum. adalah
Penyakit busuk daun dan umbi jamur saprofit tanah yang secara alami
tanaman kentang oleh jamur patogen merupakan parasit yang menyerang
Phytophthora infestans sejak lama banyak jenis jamur penyebab penyakit
menjadi masalah bagi para petani kentang tanaman (spektrum pengendalian luas).
dan penyakit ini merupakan penyakit Jamur Trichoderma harzianum dapat
yang paling serius di antara penyakit dan menjadi hiperparasit pada beberapa jenis
hama yang menyerang tanaman kentang jamur penyebab penyakit tanaman,
di Indonesia (Katayama & Teramoto, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak
1997). Penyakit ini tergolong sangat menjadi penyakit untuk tanaman tingkat
penting karena kemampuannya yang tinggi. Mekanisme antagonis yang
tinggi merusak jaringan tanaman. dilakukan adalah berupa persaingan hidup,
Serangan patogen dapat menurunkan parasitisme, antibiosis dan lisis (Trianto
produksi kentang hingga 90% dari total dan Gunawan Sumantri, 2003). Menurut
produksi kentang dalam waktu yang amat Rifai, 1969, jenis Trichoderma yang
singkat. Sampai saat ini kapang patogen umum dijumpai di Indonesia adalah: T.
penyebab penyakit busuk daun dan umbi piluliferum, T. polysporum, T. hamatum,
kentang tersebut masih merupakan T. koningii, T. aureoviride, T. harzianum,
masalah krusial dan belum ada varietas T. longibrachiatum. T. psudokoningii,
kentang yang benar-benar tahan terhadap dan T. viride. Trichoderma harzianum.
penyakit tersebut (Cholil, 1991). merupakan jamur antagonis yang sangat
Memasuki pasar global penting untuk pengendalian hayati.
persyaratan produk-produk pertanian Mekanisme pengendalian Trichoderma
ramah lingkungan akan menjadi harzianum. yang bersifat spesifik target,
primadona. Persyaratan kualitas produk mengoloni rhizosfer dengan cepat dan
pertanian akan menjadi lebih ketat melindungi akar dari serangan jamur
kaitannya dengan pemakaian pestisida patogen, mempercepat pertumbuhan
sintetik. Salah satu alternatif upaya tanaman dan meningkatkan hasil produksi
peningkatan kuantitas dan kualitas produk tanaman, menjadi keunggulan lain
pertanian khususnya kentang dapat sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi
dilakukan dengan pemanfaatan agen dapat dilakukan melalui tanah secara

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 186
langsung, melalui perlakuan benih Beberapa hasil penelitian
maupun melalui kompos. Selain itu menunjukkan bahwa Trichoderma
Trichoderma harzianum sebagai jasad harzianum. dapat mengendalikan
antagonis mudah dibiakkan secara massal, penyakit yang disebabkan oleh jamur
mudah disimpan dalam waktu lama dan Rhizoctonia solani. Hasil penelitian
dapat diaplikasikan sebagai seed furrow Susanna, 2000 dalam Trianto dan
dalam bentuk tepung atau granular Gunawan. S., 2003, menunjukkan bahwa
/butiran (Arwiyanto, 2003). Beberapa Trichoderma harzianum. isolat Lampung
keuntungan dan keunggulan Trichoderma mampu menekan pertumbuhan jamur
harzianum yang lain adalah mudah Fusarium oxysporum pada tanaman
dimonitor dan dapat berkembang biak, pisang. Nurjannani, 2001 dalam Trianto
sehingga keberadaannya di lingkungan dan Gunawan. S., 2003, bahwa
dapat bertahan lama serta aman bagi pemakaian Trichoderma harzianum.
lingkungan, hewan dan manusia lantaran dapat mengendalikan penyakit layu
tidak menimbulkan residu kimia bakteri Ralstonia solanacearum. Kaji
berbahaya yang persisten di dalam tanah terap yang dilaksanakan pada
(Anonim, 2002). Laboratorium PHPT Semarang
Jamur Trichoderma harzianum menunjukkan bahwa Trichoderma
merupakan agen hayati yang banyak harzianum. cukup efektif untuk
diteliti oleh para ahli tentang mengendalikan penyakit Alternaria sp
kemampuannya mengendalikan jamur pada bawang merah.
dan bakteri penyebab penyakit tumbuhan. Penggunaan jamur antagonis
Produk komersial yang mengandung sebagai agen hayati harus dalam bentuk
spora jamur ini banyak dijumpai di formulasi yang tepat dengan bahan yang
pasaran. Spesies yang banyak dibicarakan mudah tersedia (Lewis dan Papavizas,
adalah Trichoderma viridae, 1991). Menurut Weller dan Cook, 1983
Trichoderma hamatum, dan Trichoderma bahwa untuk menstabilkan efektifitas
harzianum. Jamur ini merupakan jamur agensia hayati harus diformulasikan.
saprofit yang hidup di tanah dan mudah Beberapa laporan menyebutkan bahwa P.
diproduksi massal dengan media buatan. fluorescens, Gliocladium dan
Jamur Trichoderma harzianum. dapat Trichoderma telah diformulasikan dalam
menjadi hiperparasit pada beberapa bentuk cair, tepung dan kompos.
spesies jamur penyebab penyakit Perkembangbiakan Trichoderma
tanaman, pertumbuhannya sangat cepat harzianum. akan terjadi bila hifa jamur
dan tidak menjadi penyakit untuk mengadakan kontak dengan bahan
tanaman tingkat tinggi. Agens antagonis organik seperti kompos, bekatul atau
dalam menekan populasi atau aktifitas beras jagung. Bertha Hapsari, 2003
pathogen tumbuhan dapat berupa menunjukkan bahwa jamur
Kompetisi, Hiperparasitisme dan menguntungkan tersebut dapat bertahan
Antibiosis. Sedang jamur Trichoderma selama 3 bulan jika disimpan dalam
harzianum dalam menekan pertumbuhan kulkas atau sebulan di suhu kamar pada
pathogen mampu memproduksi senyawa medium beras jagung yang telah
racun (antibiotic) berupa trichodermin, difermentasi. Sedangkan bahan yang
trichodermol dan chrysophanol yang dapat dibuat sebagai pengemas antara lain
dapat menyebabkan lisis pada hifa jamur talk dan kaolin. (Trianto dan Sumantri,
lain. 2003).

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 187
Mekanisme pengendalian pengembangan ke depan yaitu dengan
biofungisida itu bersifat spesifik pembuatan formulasi yang ditujukan
target, sehingga untuk menciptakan produk agen hayati
tidak menimbulkan hilangnya organisme yang efektif untuk mengendalikan
nontarget. Kelebihan lain mampu penyakit tanaman. Pengendalian hayati
mengoloni Rhizosfer (daerah perakaran dengan agen hayati Trichoderma
tanaman) dengan cepat dan melindungi harzianum. yang terseleksi ini sangatlah
tanaman dari serangan jamur penyakit, diharapkan dapat mengurangi
mempercepat pertumbuhan tanaman, dan ketergantungan dan mengatasi dampak
meningkatkan hasil produksi tanaman. negatif dari pemakaian pestisida sintetik
Secara ekonomi penggunaan Biofungisida yang selama ini masih dipakai untuk
Trichoderma harzianum lebih murah mengendalikan penyakit pada tanaman
dibandingkan dengan fungisida kimiawi. kentang di Indonesia.
Proses produksi biofungisida dari
jamur itu akan tergantung pada bentuk Metode
akhir produknya, padat atau cair. Secara Peremajaan Isolat lokal terseleksi jamur
garis besar alur proses produksinya dibagi antagonis Trichoderma harzianum.
menjadi dua tahap proses, yaitu tahap Isolat lokal jamur Trichoderma
produksi konidia-biomassa yang harzianum yang terseleksi dalam
mencakup kegiatan peremajaan isolat, pengujian in vitro di laboratorium dan
pembuatan starter, perbanyakan biomassa secara in vivo di rumah kaca pada
dan spora dalam fermentor. Tahap penelitian sebelumnya yaitu Trichoderma
berikutnya pencampuran hasil fermentasi harzianum diremajakan pada medium
dengan bhan padat, penyiapan bahan buatan pertumbuhan jamur. Isolat lokal
padat pencampur, pencampuran bomassa- spesifik Kedu Trichoderma harzianum
spora dengan bahan matriks padat, tersebut diremajakan pada medium PDA.
pengeringan campuran dan pengepakan Isolat jamur tersebut akan ditentukan
produk. Sebagai pestisida yang berbahan waktu generasinya dan dibiakkan secara
aktif mikroorganisme dan berasal dari massal pada medium beras jagung pecah
alam, biofungisida mempunyai sifat yang dan sampah pertanian yang nantinya
ramah terhadap lingkunganlantaran dikembangkan dalam suatu formulasi
introduksinya ke tanah tidak biofungisida dengan alternatif beberapa
menimbulkan pencemaran atau medium pembawa dari sampah pertanian.
berdampak negative terhadap lingkungan.
Sebab, ia bukan bahan beracun, Penentuan waktu generasi jamur
melainkan justru dapat mengembalikan antagonis dan produksi massal
keseimbangan alamiah dan kesuburan Trichoderma harzianum. dalam media
tanah. in vitro
Berdasarkan potensi yang dimiliki
Trichoderma harzianum maka Untuk menentukan waktu generasi jamur
pemanfaatan jamur tersebut sebagai agen Trichoderma harzianum. terlebih dahulu
hayati untuk pengendalian jamur patogen menumbuhkan jamur tersebut ke dalam
Phytophthora infestans pada tanaman medium pertumbuhan yang sesuai. Uji
kentang yang berwawasan lingkungan pendahuluan tentang media pertumbuhan
dan berkelanjutan sangatlah penting di jamur membuktikan bahwa media beras
dalam menunjang program PHT. Oleh jagung pecah yang telah disterilkan
karena itu perlu adanya upaya sangat cocok untuk pertumbuhan jamur

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 188
Trichoderma harzianum (Bertha Hapsari, G = (T1 – T0) / n
2003). Konidia jamur Trichoderma
harzianum. ditumbuhkan pada medium G : waktu generasi dalam jam
beras jagung yang telah disterilkan (Satu T1 : waktu pada jam ke 1
ujung jarum ose inokulum jamur T0 : waktu pada jam ke 0
Trichoderma harzianum. cukup untuk n = (Log M1 – Log M0) /2
menginkubasi 1 ons beras jagung). M1 : populasi (konidia/ ml) pada
Medium yang telah diinokulasi dengan jam ke1
jamur Trichoderma harzianum. kemudian M2 : populasi (konidia/ ml) pada
ditutup rapat, dikocok dan disimpan di jam ke 0
ruangan tertutup selama 10-15 hari. Pengamatan dilakukan terhadap
Perkembangbiakan miselium jamur biomassa jamur Trichoderma harzianum.
ditandai warna hijau dan memadat. Setiap pada media pertumbuhan untuk
24 jam ( 1 hari) populasi jamur dihitung pembiakan massal. Populasi / biomassa
dengan metode pengenceran (dilution konidia jamur Trichoderma harzianum.
method), kemudian waktu generasi jamur ditentukan dalam konidia/ ml, setiap
ditentukan dengan rumus: perlakuan diulang dua kali.

ISOLAT

STERILKAN
KUKUS MASUKKAN DENGAN
BERAS / DENGAN MEDIA DALAM DANDANG 1 – 2 MEDIA SIAP
KANTONG JAM DI
JAGUNG DANDANG ±
PLASTIK ± 100 gr AUTOCLAVE INOKULASI
GILING 30 MENIT ( ¾
MASAK ) (120 C ;1,5 ATM
20 MENIT)
DINGINKA
CUCI BERSIH SIRAM DINGINKAN NNN
DGN AIR PANAS

NASI BERAS / FERMENTOR


JAGUNG INOKULUM ( F1 )

INKUBASIKAN INOKULUM/ ( F2 )
SIAP DIPAKAI

Gambar 1. Skema/ Bagan alur produksi massal jamur antagonis spesifik lokasi
Trichoderma harzianum pada media beras jagung pecah

Pembuatan Formulasi Biofungisida komposisinya sederhana, murah dan


media padat berbahan baku mudah ketersediaannya seperti sampah-
Trichoderma harzianum sampah pertanian namun tetap terjaga
Berdasarkan hasil perbanyakan kualitas, viabilitas dan daya simpan dari
biomassa konidia jamur Trichoderma produk biofungisida tersebut. Produk
harzianum. pada medium beras jagung biofungisida berbentuk padat misalnya
pecah dapat digunakan media padat yang granula dapat diproduksi dengan
dimodifikasi dengan bahan-bahan yang mencampurkan biomassa konidia jamur

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 189
jamur Trichoderma harzianum. dalam Kriteria penilaian meliputi tampilan
media sekam, serbuk alang-alang, produk akhir dan pemantauan viabilitas
kompos, bekatul/ dedak dan pupuk sel jamur.
kandang sebagai medium pembawa. Pembuatan formulasi media padat
Penelitian pendahuluan dari Jamur Trichoderma harzianum juga
menemukan hasil bahwa bahan organik dapat dilakukan dengan beberapa media
alang-alang dan jagung merupakan bahan pembawa dari jenis sampah pertanian.
yang tepat untuk meningkatkan populasi Hal tersebut didasarkan pada
dan daya antagonistik Trichoderma komposisinya yang minimal mengandung
harzianum terhadap Phytopthora capsici selulosa sehingga mampu digunakan
(Wahyuno, Dono, dkk, 2003). Dengan sebagai medium bagi pertumbuhan jamur
demikian dalam penelitian ini ingin saprofitik secara umum seperti jenis
dicoba menemukan suatu formula yang Trichoderma harzianum. Sampah
ideal dalam mengemas biofungisida pertanian seperti alang-alang (yang juga
dengan beberapa media pembawa dari menjadi gulma tanaman budidaya) sangat
sampah pertanian (medium pembawa non penting dimanfaatkan sebagai medium
pangan) yaitu: (F1) Alang-alang + talk + alternatif pembawa konidia jamur. Hal
kaolin (CaCo3 + CMC); (F2) Jagung + tersebut karena alang-alang merupakan
talk + kaolin (CaCo3 + CMC); (F3) Dedak gulma pengganggu tanaman budidaya
+ serbuk gergaji + talk + kaolin (CaCo3 + yang memang keberadaannya harus
CMC); (F4) kompos + talk + kaolin dikendalikan secara periodik. Selain itu
(CaCo3 + CMC); (F5) pupuk kandang + alang-alang bukan merupakan sumber
talk + kaolin (CaCo3 + CMC). pangan manusia seperti beras dan jagung
Campuran bahan tersebut yang keberadaannya dibutuhkan manusia
disterilkan terlebih dahulu dalam autoklaf sebagai sumber pangan yang
(121o C) dua kali selama masing-masing mengandung karbohidrat (sebagai sumber
satu jam dengan selang waktu 24 jam, tenaga/kalori bagi kebutuhan gizi
untuk menjaga keawetan produk dari manusia).
kontaminasi mikroorganisme lain. Selain alang-alang sebagai
Biomassa konidia jamur Trichoderma medium pembawa konidia jamur
harzianum. dengan kerapatan 106 konidia/ Trichoderma harzianum, Sekam padi
ml sebanyak 100 ml/ kg bahan dituang yaitu lapisan keras yang membungkus
sampai tercampur merata. Setelah beras dan merupakan limbah
pencampuran selesai dikeringkan di penggilingan gabah dapat juga digunakan
dalam inkubator beraliran udara pada sebagai medium pembawa konidia jamur
suhu 30 – 32 o C, sampai produk sudah Trichoderma harzianum. Dari proses
cukup kering dengan tingkat kelembaban penggilingan gabah akan dihasilkan 16,3
< 15o C. Setelah pencampuran masing- – 28% sekam. Sekam padi mempunyai
masing formula disimpan dalam kemasan kadar selulosa yang cukup tinggi
plastik (P) dan aluminium foil (A) sehingga sangat cocok untuk media
masing-masing sebanyak 100 gram tiap pembawa dan pertumbuhan konidia
kemasan. Setelah proses pengemasan jamur Trichoderma harzianum. Medium
dilakukan pencatatan tanggal produksi alternatif pembawa konidia jamur
dan dilakukan pengamatan terhadap Trichoderma harzianum yang lain juga
kualitas produk secara berkala setiap dapat digunakan seperti kaolin, kompos,
minggu sekali untuk melihat kestabilan bekatul atau dedak dan pupuk kandang.
kualitas produk dalam waktu yang sama. Tahapan pembuatan formulasi untuk

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 190
biofungisida berbahanbaku jamur Isolat jamur spesifik lokasi tersebut
Trichoderma harzianum dengan media adalah Trichoderma harzianum. Isolat
pembawa dari sampah pertanian dengan jamur spesifik lokasi Trichoderma
dua cara. Pertama masing-masing media harzianum adalah isolat yang telah
yang telah diinokulasi T. harzianum dan terseleksi paling efektif mengendalikan
sudah diinkubasi selama 7 hari dihitung jamur patogen Phytophthora infestans
kerapatan konidianya. Setelah itu masing- diantara isolat-isolat jamur spesifik lokasi
masing media dicampur dengan talk dan yang lain dalam uji antagonisme (dual
kaolin dengan perbandingan 2:1:1. plating) di laboratorium. Selain itu isolat
Selanjutnya pengemasan dilakukan jamur spesifik lokasi Trichoderma
dengan 2 macam jenis pengemas yaitu harzianum tersebut juga telah dicoba
plastik dan alumunium foil. Setelah untuk diaplikasikan di rumah kaca dengan
dikemas masing-masing kemasan diberi cara mengintroduksikannya pada tanah
label. tempat tanaman kentang ditanam. Tujuan
introduksi isolat jamur spesifik lokasi
Pembuatan Formulasi Biofungisida Trichoderma harzianum tersebut adalah
Media Cair Berbahan baku untuk mencegah pertumbuhan jamur
Trichoderma harzianum patogen Phytophthora infestans penyebab
penyakit busuk daun pada tanaman
Pembuatan formulasi biofungisida dengan kentang sehingga tanaman tetap sehat dan
medium cair dengan medium cair juga bisa berproduksi secara maksimal. Dalam
dapat dilakukan dengan menggunakan hasil penelitian tersebut, tanaman kentang
Fermentor sederhana. Medium cair yang tetap tumbuh sehat tanpa kendala
digunakan sebagai bahan pembawa penyakit lodoh dan pertumbuhannya lebih
dipergunakan adalah dari ekstraksi optimal.
sampah pertanian yaitu alang-alang, Penelitian teknologi pengendalian
kompos, pupuk kandang dan sekam. hama dan penyakit tanaman harus
Selain itu formulasi biofungisida dengan mempertimbangkan kesederhanaan dan
media cair juga dibuat dengan ekstrak kepraktisan serta ditunjang teknologi
kentang dan jagung. Bahan, alat dan spesifik lokasi (indigenous technology)
langkah kerja ada pada lampiran. yang dapat diterapkan para petani.
Demikian juga hasil penelitian ini yaitu
Hasil dan Pembahasan produksi biofungisida berbahan baku
Penelitian ini merupakan salah jamur antagonis spesifik lokasi
satu rangkaian penelitian sebelumnya Trichoderma harzianum diharapkan
yaitu tentang pencarian biofungisida mampu diterapkan dan diaplikasikan oleh
berbahanbaku jamur antagonis spesifik para petani kentang khususnya petani-
lokasi yang diharapkan efektif petani kentang di sentra-sentra
mengendalikan penyakit lodoh tanaman penanaman kentang di Provinsi Jawa
kentang. Penelitian sebelumnya telah Tengah. Produksi biofungisida ini mudah
didapatkan isolat jamur spesifik lokasi diaplikasikan pembuatannya oleh para
yang terbaik dalam mengendalikan petani sendiri, selain itu hanya
pertumbuhan jamur patogen memerlukan alat-alat yang sederhana dan
Phytophthora infestans penyebab mudah memperolehnya. Bahan baku
penyakit lodoh (busuk daun dan umbi) biofungisida berupa jamur antagonis
tanaman kentang pada kondisi di spesifik lokasi dapat diperoleh di
laboratorium maupun di rumah kaca. laboratorium pengamatan hama dan

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 191
penyakit Kedu Temanggung, sedang alat- harzianum dan produksi massalnya
alat dan bahan pembuatan biofungisida Penentuan waktu generasi isolat
dapat disiapkan sendiri dan merupakan jamur Trichoderma harzianum
alat-alat rumah tangga biasa. dimaksudkan untuk mengetahui dan
menetapkan keadaan/ kondisi fisiologis
Peremajaan jamur antagonis spesifik isolat jamur yang optimal untuk
lokasi Trichoderma harzianum diformulasikan. Produksi massal jamur
Proses produksi biofungisida antagonis Trichoderma harzianum
dimualai dengan peremajaan jamur dilakukan pada media beras jagung pecah
antagonis spesifik lokasi Trichoderma karena pada media ini pertumbuhan
harzianum yang telah terseleksi dalam jamur diketahui paling optimal dan
medium pertumbuhan jamur. Isolat mempunyai waktu generasi paling tinggi
diremajakan pada medium buatan yang pada masa inkubasi 7 hari. Keadaan isolat
sesuai untuk mendukung pertumbuhan dengan pertumbuhan yang optimal ini
jamur tersebut yaitu medium PDA yang juga disebut fase pertumbuhan log
(Potato Dekstrose Agar) dan (log phase), perlu diketahui untuk
diinkubasikan pada suhu 27oC selama 7 menentukan bahwa isolat telah dapat
hari. Peremajaan jamur tersebut dipakai pada tahapan produksi
dimaksudkan untuk membuat kondisi selanjutnya yaitu bisa diformulasikan
jamur tersebut aktif kembali dan dalam pada beberapa medium pembawa yang
kondisi sel yang optimal. Di dalam tepat.
medium PDA isolat tumbuh subur serta Pada penelitian ini waktu generasi
berkembang dengan pesat pertumbuhan isolat jamur Trichoderma harzianum
sporanya secara optimal pada umur diketahui dengan menghitung jumlah
pertumbuhan 7 hari (7 x 24 jam). Isolat spora/konidiospora per 24 jam pada masa
berwarna hijau tua, tumbuh menyebar ke inkubasi isolat pada medium
samping pada medium pertumbuhan di pertumbuhan beras jagung pecah mulai
cawan petri (gambar 1). Pada umur hari ke 4. Dari perhitungan jumlah
pertumbuhan 7 hari, isolat kemudian spora/konidiospora isolat jamur per 24
sudah dapat diperlakukan lebih lanjut jam masa inkubasi diketahui bahwa
yaitu untuk produksi massal isolat dan waktu generasi tertinggi (fase log) adalah
formulasi. 3428 yaitu pada umur pertumbuhan isolat
pada hari 7-8. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk
memformulasikan dengan beberapa
media pembawa maka konidiospora
jamur Trichoderma harzianum dapat
diambil pada umur 7 hari pada masa
inkubasi pada media pertumbuhan beras
jagung pecah tersebut. Hal tersebut
didasarkan pada data bahwa jumlah
konidiospora jamur Trichoderma
Gambar 3. Pertumbuhan jamur harzianum mempunyai jumlah tertinggi.
Trichoderma harzianum pada umur 7 (Penghitungan waktu generasi
hari masa inkubasi, pada suhu 27o C. selengkapnya pada lampiran).
Penentuan waktu generasi jamur
antagonis spesifik lokasi Trichoderma

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 192
Tabel 1: Waktu generasi isolat jamur Trichoderma harzianum pada media beras
jagung pecah pada umur inkubasi 4-9 hari

Waktu Generasi Ulangan ( sampel media beras jagung )


(G) 1 2 3
G1( hari ke 4-5) 83,62 39,87 79,73

G2( hari ke 5-6) 167,83 347,83 126,316

G3( hari ke 6-7) 3200 118,227 12,103

G4( hari ke 7-8) 3428,571 827,586 11,857

G5( hari ke 8-9) 375 140,351 3200

Alternatif produksi massal isolat jamur temperatur 121 ºC dan tekanan 1,5
Trichoderma harzianum dapat dilakukan atm.
juga pada beberapa media sampah  Media yang telah disterilisasi
pertanian dengan tahapan sebagai berikut: kemudian didinginkan, setelah
 Ditimbang alang-alang/ sekam/ dingin masing-masing bahan
kompos/ pupuk kandang/ serbuk media pembawa diinokulasikan
gergaji+dedak @50 gram. jamur T.harzianum sebanyak 1
 Masing-masing jenis media yang jarum ose, secara aseptis di dalam
telah ditimbang, dicuci dan ruang inkas.
ditiriskan, kemudian dikukus  Diinkubasi selama ± 7 hari.
menggunakan panci dandang
selama ± 10 menit.
 Disterilisasi menggunakan
autoclave selama 15 menit pada

(a) (b)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 193
(c) (d)
Gambar 4 : Produksi massal T.harzianum pada media (a) sekam, (b) alang-alang, (c)
dedak + serbuk gergaji, dan (d) (e) kompos, setelah inkubasi
selama 7 hari.

Formulasi dari biofungisida yang minimal mengandung selulosa


berbahanbaku jamur Trichoderma sehingga mampu digunakan sebagai
harzianum medium bagi pertumbuhan jamur
Berdasarkan pada hasil di atas saprofitik secara umum seperti jenis
yaitu telah didapatkan waktu generasi Trichoderma harzianum. Sampah
untuk jamur Trichoderma harzianum pertanian seperti alang-alang (yang juga
tetinggi yaitu sebesar 3428 pada masa menjadi gulma tanaman budidaya) sangat
inkubasi 7-8 hari pada media penting dimanfaatkan sebagai medium
pertumbuhan beras jagung pecah. alternatif pembawa konidia jamur. Hal
Selanjutnya untuk formulasi jamur tersebut karena alang-alang merupakan
Trichoderma harzianum dapat dilakukan gulma pengganggu tanaman budidaya
dengan standart masa inkubasi 7 hari yang memang keberadaannya harus
pada media perbanyakan beras jagung dikendalikan secara periodik. Selain itu
pecah tersebut. Formulasi jamur alang-alang bukan merupakan sumber
antagonis spesifik lokasi Trichoderma pangan manusia seperti beras dan jagung
harzianum pada penelitian ini selain yang keberadaannya dibutuhkan manusia
dilakukan pada media talk dan kaolin, sebagai sumber pangan yang
juga dilakukan pada media pertumbuhan mengandung karbohidrat (sebagai sumber
pada beberapa jenis sampah pertanian tenaga/kalori bagi kebutuhan gizi
seperti alang-alang, kompos, sekam, manusia).
pupuk kandang yang dicampur dengan Selain alang-alang sebagai
masing-masing media tersebut dengan medium pembawa konidia jamur
talk dan kaolin. Trichoderma harzianum, Sekam padi
yaitu lapisan keras yang membungkus
Pembuatan Formulasi Media Padat beras dan merupakan limbah
dari Jamur Trichoderma harzianum penggilingan gabah dapat juga digunakan
Beberapa jenis sampah pertanian sebagai medium pembawa konidia jamur
dapat dipakai sebagai medium pembawa Trichoderma harzianum. Dari proses
isolat jamur Trichoderma harzianum. Hal penggilingan gabah akan dihasilkan 16,3
tersebut didasarkan pada komposisinya – 28% sekam. Sekam padi mempunyai

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 194
kadar selulosa yang cukup tinggi alternatif pembawa konidia jamur
sehingga sangat cocok untuk media Trichoderma harzianum yang lain juga
pembawa dan pertumbuhan konidia dapat digunakan seperti kaolin, kompos,
jamur Trichoderma harzianum. Medium bekatul atau dedak dan pupuk kandang.

Hasil pengamatan :

(formulasi media beras jagung) (formulasi media sekam)

(formulasi media dedak + serbuk gergaji) (formulasi media alang-alang)

(formulasi media kompos) (formulasi media pupuk kandang)


Gambar 5. Tampilan Produk biofungisida media padat berbahanbaku jamur
Trichoderma harzianum dengan bahan pembawa dari beberapa jenis
sampah pertanian

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 195
3.2. Pembuatan Formulasi Media Cair dari Jamur Trichoderma harzianum
Telah diperoleh biofungisida berbahanbaku Jamur Trichoderma harzianum
Dengan médium pembawa berbahan cair dari ekstrak sampah pertanian.

Gambar 10. Rangkaian Fermentor


Gambar 7. Rangkaian Fermentor seder- sederhana Formulasi Cair dari Ekstrak
hana Formulasi cair dari Ekstrak kentang Jagung

Gambar 8. Rangkaian Fermentor seder-


hana Formulasi Cair dari Ekstrak Alang-
alang Gambar 11. Hasil Fermentasi T.
harzianum dalam Media Cair dari Ekstrak
kentang, Ekstrak alang-alang, Ekstrak
kompos dan Ekstrak jagung (dari kiri ke
kanan) setelah masa inkubasi selama 7
hari

Dapat ditarik kesimpulan bahwa isolat


jamur spesifik lokasi terseleksi
Trichoderma harzianum dapat
Gambar 9. Rangkaian Fermentor diperbanyak secara massal pada medium
sederhana Formulasi Cair dari kompos pembawa dari sampah pertanian baik
dalam media cair maupun padat.
Selanjutnya isolat jamur spesifik lokasi
terseleksi Trichoderma harzianum dapat
diproduksi ke dalam bentuk formulasi
biofungisida pada medium padat maupun
cair dengan medium pembawa dari
beberapa jenis sampah pertanian.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 196
Produk biofungisida berbahan penyakit lodoh pada tanaman kentang
baku jamur spesifik lokasi terseleksi khususnya di sentra-sentra pertanaman
Trichoderma harzianum direkomendasi- kentang di Provinsi Jawa Tengah yang
kan untuk segera diaplikasikan oleh para diketahui endemik untuk penyakit lodoh
petani kentang untuk mengendalikan tersebut.

Daftar Pustaka
Alexander, M. 1977. Introduction to soil Bertha Hapsari, 2003. Stop Fusarium
microbiology. John Wiley and dengan Trichoderma. Trubus
Sons. New York. 404- XXX. Hal. (42-43).
Alexopoulos,C.J., C.W. Mims, M. Cholil, A dan Latief Abadi. 1991.
Balackwell. 1996. Introductory Penyakit-penyakit penting
Mycology. Fouth Edition. John tanaman pangan. Pendidikan
Willey and Sons Inc. USA. Program Diploma Satu
Anonim. 2002. Pedoman Penerapan Pengendalian Hama Terpadu.
Agen Hayati Dalam Fakultas Pertanian Universitas
Pengendalian OPT Tanaman Brawijaya Malang.
Sayuran. Direktorat Jenderal Domsch, K.H, W. Gams., T.H. Anderson.
Bina Produksi Hortikultura. 1980. Compendium of Soil
Direktorat Perlindungan Fungi. Volume 1 and 2.
Hortikultura. Jakarta. 49 hal. Academic Press. A Subsidiary
Arwiyanto, 2000. Pengembangan Agens of Harcourt Brace Javanovich
Hayati untuk Tanaman Publisher.
Hortikultura. Departemen Djafarudin. 2000. Dasar-dasar
Pertanian Jakarta. Pengendalian Penyakit
Basuki, T. 1988. Isolasi Kapang-kapang Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Khusus: Kapang Selulolitik. Enary, T.M. and M.L.L. Paavola. 1987.
PAU Bioteknologi Institut Enzymatiz hydrolysis of
Pertanian Bogor. Bogor. cellulose: Is The current Theory
Barnes, Ervin H. 1997. Atlas and Manual of of The Mechanisms of
of Plant Pathology. Apleton- Hydrolysis Valid Critical.
Century- Crofts. New York. Reviews In Biotechnology.
Hal.126-130 Issue 1 (5): 67-87.
Barnett, H.L. dan B.B. Hunter. 1972. Gams, W.,H.A. Van der Aa, A.I. Van der
Illustrated Genera of Imperfect Plaats Niterik, R.A. Samson, J.A.
Fungi. Burgess Publ. Co. Stalpers. 1987. CBS Course of
Minneapolis. Mycology. Centralbureau Voor
Benhamou, N dan I. Chet. 1993. Hyphal Schimmelcultures. Institute of
Interactions Between Royal. Netherlands. Pp.4.
Trichoderma harzianum and Harian Umum Suara Merdeka. Edisi:
Rhizoctonia solani: Senin, 25 Mret 2002.
Ultrastructure and Gold Trichoderma harzianum
Cytochemistry of the Biofungisida yang Ramah
Mycoparasitic process. Lingkungan.
Phytopathology 83: 1062- 1071 Katayama, Katsumi, dan Teramoto,
Takeshi. 1997. Seed Potato
Production and Control of

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 197
Insect Pest and Diseases in Rukmana, Rachmad. 1997. Kentang:
Indonesia, in Agrochemicals Budidaya dan Pasca Panen.
Japan Journal. Japan-Plant Yogyakarta: Kanisius.
Protection. Rukmana, Rachmad dan Saputra. 1997.
Lewis, J.A. and G.C. Papavizas. 1983. Penyakit-penyakit tanaman
Production of Clamidospores Hortikultura dan Teknik
and Conidia by Trichoderma sp. Pengendalian. Yogyakarta:
In Liquid and Solid Growth Kanisius.
Media. Soil Biology and Salma, S dan L. Gunarto. 1999. Enzim
Biochemistry, 15 (4): 351-357. Selulase dari Trichoderma
Malloch, D. 1997. Moulds Isolation, harzianum. Buletin AgriBio
Cultivation, Identification, Vol. (2) No. 2. Balai Penelitian
Mycology. Toronto: Bioteknologi Tanaman Pangan.
Departement of Botany, Badan Penelitian dan
University of Toronto. Pengembangan Pertanian Bogor.
Novizan.2002. Membuat dan Samways, M. J. 1981. Biological Control
Memanfaatkan Pestisida Ramah of Pest and Weeds. Bangalore.
Lingkungan. Agromedia Pustaka. India: Mac.Millan.
Jakarta.94 Hal. Schisler, dkk.2004. Formulation of
Nuryani, Wakiah, Hanudin, I Djatnika, Bacillus spp. for Biological
Evi Silvia dan Muhidin. 2003. Control of Plant Diseases. The
Pengendalian Hayati Layu American Phytopathological
Fusarium pada Anyelir dengan Society. Vol.94, No.11, 2004.
Formulasi Pseudomonas Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit
fluorescens, Gliocladium sp., Tanaman Hortikultura. Gadjah
dan Trichoderma harzianum. Mada Press. Yogyakarta. 808 p.
Jurnal Fitopatologi Indonesia Srilakhsmi, P., R.P. Thakur, K. Satya
(Vol 7) No. 2: 71-75 pp. Prasad, V.P. Rao. 2001.
Purbani, Enny; Yan Suhendar; Imam; Identification of Trichoderma
Muhanda. 2007. Ayo Garap species and their Antagonistic
Bisnis Benih. Dalam Agrina Potential Against Aspergillus
Vol. 2- No 47. Hal. 4-7. flavus in Groundnut.
International Arachis Newaletter
Purwantisari, Susiana. 2004. Uji Potensi 21: 40-43.
Kapang Antagonis Trichoderma Sukara, Endang. 2005. Keanekaragaman
lignorum Sebagai Agen Hayati (Emas Hijau) Alternatif
Pengendali Hayati Kapang Bagi Indonesia Keluar Dari
Patogen Phytopthora infestans Krisis Multidimensi. Orasi
Penyebab Penyakit Utama Pengukuhan Ahli Peneliti
Tanaman Kentang. Laporan Utama. Berita Biologi. Pusat
Penelitian. FMIPA Universitas Penelitian Biologi- LIPI. Bogor,
Diponegoro Semarang. Indonesia.
Rifai, M.A. 1969. A revision of the genus Trianto dan Gunawan Sumantri. 2003.
Trichoderma. Mycological Pengembangan Trichoderma
Papers 116: 1-56 harzianum. Untuk
Pengendalian OPT Pangan dan

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 198
Hortikultura. Makalah. Lab. Bahan Organik pada
PHPT Wilayah Semarang. Pertumbuhan dan Daya
Tri Mardi, Yan Suhendar dan Muhanda, Antagonisme Trichoderma
2007. Masih Berpeluang harzianum dan pengaruhnya
Dikembangkan. Agrina. Vol. 2 terhadap Phytopthora capsici.
No 47. Jurnal Fitopatologi Indonesia
Tsao, P.H. 1983. Factors Affecting (Vol 7) No. 2: 38-44 pp.
Isolation & Quantitation of Wibowo, Arif dan Suryanti. 2003. Isolasi
Phytophthora from soil. In D.C. dan Identifikasi Jamur-jamur
Erwin, S.B. Garcia dan P.H. Antagonis terhadap Patogen
Tsao. Phytophthora its Biology, Penyebab Penyakit Busuk Akar
Taxonomy and Ecology. The dan Pangkal Batang Pepaya.
American Phytopatological Jurnal Fitopatologi Indonesia
Society. St. Paul. Hal. 219-236. (Vol 7) No. 2: 38-44 pp.
Utami K.P., 2000. Strain Ganas Ancam Yurnaliza. 2002. Senyawa Khitin dan
Kentang. Trubus no 372- Kajian Aktivitas Enzim
November/XXXI. Mikrobial Pendegradasinya.
Wahyuno, Dono, Dyah Manohara dan Tesis. Jurusan Biologi. FMIPA,
Karden Mulya. 2003. Peranan USU Medan.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 199
LAMPIRAN

Pembuatan biofungisida cair

Bahan: Kentang/ Jagung, Alang-alang dan Kompos masing-masing 150 gram, n


Gula pasir 10 gram 4 kantong, Aquadest, kapas dan Aluminium foil dan
larutan KmNO4 (3 gram/Liter) dan Alkohol 70 %
Alat : Panci, Erlenmeyer dan Saringan, Fermentor sederhana, Pisau, Glass wool dan
Beaker glass, Kompor, Sendok dan Jarum ose

Dibuat empat macam formulasi Larutan gula dan ekstrak yg


media cair masing-masing dari ekstrak didapat disaring dan dimasukkan ke
kentang, ekstrak jagung, ekstrak alang- dalam erlenmeyer. Kemudian
alang dan ekstrak kompos. Selanjutnya dimasukkan ke dalam autoclave suhu
dibuat ekstrak masing-masing dari diatur 121ºC dengan tekanan 1,5 atm
kentang, jagung, alang-alang dan kompos selama kurang lebih 15 menit. Larutan
sebanyak 150 gram dalam 1000 ml masing- masing formulasi didinginkan
aquadest direbus slama kurang lebih 10 selanjutnya diinokulasi isolat kapang
menit. Masing- masing ekstrak yang agens hayati T.harzianum ke dalam
didapat disaring dan ditampung dalam formula sebanyak 3 jarum ose, kocok
beaker glass bila perlu tambahkan sampai homogen. Dengan fermentor
aquadest agar volume tetap 1000 ml. sederhana formula yang telah diinokulasi
Tambahkan gula pasir (Dextrosa) dan kapang T.harzianum diinkubasikan
aduk sampai larut. selama ±7 hari dan biakan sudah dapat
digunakan.

Fermentor sederhana pembuatan biofungisida formula cair

Gambar 1. Skema pengembangan formulasi media cair dengan fermentor sangat sederhana

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2, Desember 2009 200

You might also like