You are on page 1of 32
Seoieaue oye ) Th, keV pralalah elk’ Stall aNd Aaa dansekitad kaa Bo saya ingin mencinm sanjak. Apakah harus Soir y AN) ‘ | ILA, P= eh b Ry, Y)— iate 1. Kau mungkin tidak tahu, tap! Bobo rajinmenabung uang 2. Memang! Uang itu cukup untuk membell tiga ekor ayam sakunya di celengan. Kinicelenganitusudah penuh. Bobo —_betina, dan seekor ayam jantan. "Ini ayam petelur yang memecahkan celengan itu dan menghitung jumiah _baik. Mereka bertelur setiap hari!" kata penjuainya. "Baik,” vangnya. Ya, dengan uang tabungan itu, la hendak pikir Bobo. la senang sekal membeli ayam. 3. "Ayam-ayam itu senang tinggal di sini!” kata Bapak. “Nah,” kataBapaklagi, 4. Bapak belum sempat membuat "aku akan memberimu Rp 25,— untuk setiap butir telur yang ditelurkan oleh —_kandang ayam. Maka untuk semen- ayam-ayam itu. uangnya dapat kau kumpulkan untuk membeli makanan tara ayam-ayam tu tidur di gudang di ayam!" alas sopeda, 4 mya yang riang gembira 6. "Atau kau sembunyikan, ya? Ayo, 7. "Barangkali ayem itu tak_mau 5. Tapi lip pagi, hanya dua ayam yang bertelur. "Ayam aneh” kata kita cari bersama-samal” Maka Bobo — memberikan telumya,” pikir Bobo. Bobo kepada ayam yang salu lagi, mencarinya bersama ayam itu. Tapt "mengapa kau tak bertelur?” Diam-diam ia mengikuti ayam itu. tak menemukan epa-apa. ‘Agar tahu di mana ia menyembunyi- kan telurya, ayam itu muncul lagi dengan tujuh anak ayam yang manis-manis. jap-ciap-ciap!” Wah, famal sekali. Bobo sampai terdiam. la tak jadi memarahi ayam itu. "O ayam, selamat yal” kata Bobo dengan gembira. Ya, sebab telur-telur ayam itu baru saja menelas. 8. Akhimya Bobo tahu di mana ayam itu menyembunyikan telurnya. Bobo hendak memarahi ayam itu karena ‘nakal, tapi 5 "TUK, TUK, TUK I" Secepet kilat Yani berlari masuk’ke dalam rumah dan bersembunyi di balik pintu. la tahu pasti itu adalah suara ‘tongkat Pek Jenggot yang buta. Entah mengapa, setlap kali mendengar suara itu, Yani merasa takut. la pemah membace buku yang berjudul "Harta Karun”. Di situ dicerttaken bagaimana jahatnya seorang bejak laut buta, Dan Yani membayangkan Pak Jenggot mengejamnya dengan ‘mengacung-acungken tongkatnya. Hih .. | Yani bergidik. Yani mengintip dari ballk pintu. Pak Jenggot berjalan tortatit-tatih. Sebetulnya orang tua itu lebih pantas dikasihani dari paca ditakuti. Yeni tahu Pak Jenggot tingga! di sebuah rumah mungil di var desa. Sering Yani melihainya sedang mencangkul di kebunnya. agi ttu cerah sekali. Yani ingin berjalan-jalan di padang sambil menceri bunga liar untuk lbunya. Sebuah keranjang kecil beris! bekal makan siang dibawanya serta. Yani menghirup udara yang nyamian dalam-dalam sambil berlari-leri kecil. Di sekeliingnya terhamper permadeni ‘rumput yang hijau, diseling! semak-semak bewarna ungu dan bunga-bunga liar yang kuning di sane-sini. Yani terus berlar. Kelika_merasa agak lelah, Yani menemukan rebahan ohon yang sudah berlumut. la duduk di atasnya dan membuka bekainya. Berturut-turut dihabiskannya telur rebus, roti alu apel, Kemudian sambil mengunyah biskult fa membalik-balik buku cerita yang dibawanya. “Aauuh |" Yani menguap. la merasa_mengantuk. Diberingkannya tubuhnya di rerumputan. Sesaat kemudian ja betu-betul tertidur. Ketika bangun, didepatinya hari agak mendung. Matahari bersembunyi. Kabut putih menutup puncak bukit, makin tama makin tebal “Aku harus memetik bunga sekarang,” pikir Yani. Lalu ta berjalan ke terpat ai mana bunga-bunga liar tumbuh. Ketika merasa lelah, ia duduk beristirahat. Kabut makin tebal. Perlahan-lahan merayap dari puncak, bukit. Tibe-tiba Yani tak dapat melihat lagi rebahan kayu tempat di mana ia makan tadi. la pun tak dapat melihat uncak bukit, lembah .... Segalanya tertutup kabut. Aku harus pulang !"pikir Vani. la mengambil jalan menu ke desa. Tetapi ia ragu-ragu, apakah sudah mengambil jalan ryang benar. la mundur beberapa langkah, lalu maju dengan memiih jalan lain. Tetepi rasanya ia makin tersesat Sementara itu kabut makin tebal dan menghalangi pandangannya. la hanya dapat melihat beberapa meter saja ke depan. "Aku tersesat," katanya dalam hati. Yani duduk oi tanah’dan berpikir. "Kalau aku terus: berjaian, aku akan mencapai lembah.” pikimya. "Lalutak kan | begitu sukar menemukan jalan beser.” Dirainnya keranjangnya dan mula berjalan turun, Tiba-tiba | {a tak dapat maju lagi. Sebab tidak ada jalan di depennya. ta berusaha menajamkan pendengarennya, Kalau-kalau ada ‘suara mobil dari arah jalan besar. Tetapi sia-sia, tidak ada suara apa pun, "AKU harus berjalan terus,” tekadnya. Lalu ia mulai berjalan lagi Tibactiba dirasakannya tanah yang dipijaknya datar dan Junak. Sepatunya mulai basah dan tiba-tiba — plos — keki kanannya masuk ke dalam lumpur sehingga mata keki Ketika ia mencoba mengangkatnya ke War, kedua kakinya ‘malah terbenam makin dalam, LUMPUR SEDOT ! Yani pemah mendengamya. Kata ‘rang di salah satu sisi bukit memang terdapat lumpur sedot yang berbehaya sekali. Dan sekarang, kakinya terbenam di Situ. Ini jauh lebih buruk dari pada tersesat. ‘Yani melihat daerah sekitamya. Namun ia hanya dapat ‘melihat sejauh beberapa meter saja. Di sekellingnya air bercampur lumpur. Di depannya ada sekelompok rumput hijau yang tumbuh seperti sobuah pulau di tengah air. Ketika ia mencoba melangkah ke situ, Kakinya terbenam makin dalam. Yani mula panik. “Tolong | Tolong 1" teriaknya. Suaranya seolah-otah Jenyap citelan kabut. la berteriak tenis sampal kerongkong- anya terasa sakit. Semintara itu, setiap kali ia bergerak, kakinya ferbenam makin dalam. Lututnya sudah berada di dalam lumpur. } Tibettiba ia mendenger suara. "TUK, TUK, TUK Suaranya yang dikenalnya. Yani menggigil. k N aS Ay Ss —- S “ss iv i “TUK, TUK, TUK I" Suara ity makin jelas. “Tolong | Tolong I" teriak Yeni. "Ya, sebentar | Aku datang ! sebuah suara yang berat, ‘menyahut, “Aku i sini! teriak Yani. "Di dalam tumpur .. terbenam Yani melihat sesosok bayangan di balk kabut. Pak Jenggot | Orang tua itu berjalan tertatin-tatih. la berhenti beberapa meter di depan Yani. “Aku di sini ! teriak Yani, "Aku tahu, aku tahu !” sahut Pak Jenggot. “Engkau Yani, bukan 7" "Ya | Aku terbenam menangis. "Baik, baik |" Pak Jenggot mengulurkan tongkatnya. "Pegang ujung tongkat ini!” ‘Yani memegang ujung tongkat ‘tu erat-erat. Pak Jenggot menariknya pelan-pelan. Akhimya selamatiah Yari. Yani berdiri di samping orang tua itu dengan tubuh menggigil. Hampir-hampir ia tak dapat berdin. “Ayo, kuantar pulang I” ujar Pak Jenggot. "Segetas susu hangat akan membuatmu sehat kembali aku tidak dapat keluar !" Yani hampir “Tepl... tap... bagalmana Bapak dapat menemukan jalan pulang 7" tanya Yani. "Kabut sanget tebel!” Pak Jenggot tertawa. "Oho, semuanya sama saja bagiku, nona Yani. Gelap atau terang, berkabut atau tidak. Akutahu daerah ini dengan balk. Jangan kuatit ” Kabut tebal sokal. Yani tidak dapat molihat apa-apa. Tetapi Pak Jenggot melangkah dengan mantap. Yani ‘memegang ujung jaket orang tua itu erat-orat "TUK, TUK, TUK !" Tongkat Pak Jenggot beradu dengan jalan berbatu. Tahu-tahu mereka sudah sampai di jalan bbesar. Pak jenggot mengantar Yani hingga ke depan rumah. Di pintu gerbang Ibu Yani sudah menunggu. "Oh Yani ! Ibu sudeh kuatir sekeli kata lbunya sambil ‘memeluk Yeni. “la tidak apa-apa, Nyonya !" kata Pak Jenggot. "Hanya kedinginan. Segelas susu hangat akan membuatnya segar bugar kembali ! Dari "Blind Man's Butt’ (V.M. Methley) Diceritakan kemball oleh: TOMI A.L. 7 Dua orang pengembara berjalan melin- tasi hutan. Oh, keduanya sudah lelah_sekali. Sebab perjalanan “yang mereka tempuh pun sangat jauh. Tiba-tiba muncul seekor harimau garang dari balik ; ‘sémak-semak! Salah seorang peéngembara segera lari dan memanjat Pohon, Sementara pengembara yang seorang lagi, tidak sempat mengikuti sahabatnya memanjat pohon. la sudah sangat lelah. Namun ia juga tidak mau mati dimakan harimau. Nah, apa akal untuk menyelamatkan diri? la cepat-cepat berbaring di tanah dan pura-pura mati! Harimau perlahan-lahan_mendekati pengembara yang terbaring kaku di tanah. Binatang itu merjulurkan lidahnya. Kemudian ia mengendus-ngendus tangan, kaki, mata dan juga daun telinga pengembara! Wuih, pengembara itu menahan napas. la tahu, sedikit saja dadanya berguncang, berarti nyawanya hilang. la harus terus pura-pura mati kalau ingin tetap hidup. Syukurlah, akhirnya harimau itu pergi meninggal- kannya! Pengembara yang berada di atas Pohon turun. "Apa yang dikatakan harimau itu kepadamu? Kulihat ia membisikan se- suatu di telingamu,” kata pengembaraitu. Oh,” jawab pengembara yang tadi pura-pura mati, "aku dinasehatinya, supaya tidak bersahabat dengan orang yang meninggalkan sahabatnya, yang sedang berada dalam kesulitan.” ~""(SH) Hukuman Ayah Oleh Achmad Fanjie Maiam itu aku ingin ikut kawan- kawanku menonton wayang, dokat kantor turah, Sarung, sandal, dan tikar Untuk alas duduk sudah kupersiapkan. Ketika jam dinding berdentang delapan kali, terdengar panggilan kawan- kawanku di lua. fau kemana, Yanto?” tanya Ibuku 'Nonton wayang, Bu!” jangan! Besok kau sekolah, nant {ertidur di kelas!” Ibu memberi nasinat Tapi aku tak peduli dengan nasihat ibuku. Kuambil perlengkapanku. Dengan bergegas aku keluar menuju pintu, Tapi aku terkejut.... ayahku sudah berdiri di muka pintu. Aku menoieh kepada ibu untuk minta dukungan, tapi beliau malah pera "Kau tidak boleh pergi! Besok seko- lah, nanti kesiangan. Ayo, cepat masuk ke kamarmu!” Tanpa menjawab aku Kembali ke kamarku. Baru saja aku masuk, terdengar putaran kunci dari 10 fuar. Namun aku masin. penasaran. Keinginanku menonton wayang begity ‘menggebu-gebu. Maka setelah keada- ‘an terasa aman segera aku membaka- ‘bajuku. Dan kupasang pada guling. Lalu kututupi selimut, Setelah berganti ‘dengan baju yang lain, aku meioncat ke jendela. Dan langsung menemui kawan-kawanku yang menunggu di lar pagar halamanku. "Huuuh, lama benar kau, Yanto!” protes Mulyono. “ya nih, kita nggek kebagian tempat duduk nenti" sambung Mardi An, aku tak mau dihukum ayahku! ‘Masih untung aku bisa lolos!” sahutku sambil berjalan mendahului mereka, Setelah sampai di tempat. tujuan sUhUUU.. Yemyata ayahky sudan ada di sana. Untung beliau belum melihatku. "'Ssstt, kita ke sana saja,” tanganku ‘menunjuk ke sudut kanan panggung. Kami berbaris menuju ke sana. Pertunjukan wayang ini cukup meriah. Tepuk tangan, tawa penonton sii berganti memenuhi tempat per- funjukan itu. Aku pun tak kelinggalan. Tetapi ketika malam mula larut mataku ssudah susah dibuka. Untuk mengajak kawan-kawan pulang... gengsi dong! Akhimnya aku duduk terus dengan terkantuk-kantuk. Sampai akhimya tak ingat ape-apa lagi, alias tertidur nye- inyak. Tibattiva aku terbangun, arena Mulyono- mengguncang-guncangkan tubuhku “Heh, bangun! Bangun. bafgun, Yan, Ayahmu datang!” Begitu mende- gat kata “ayah” aku meloncat kaget. Langsung berdiri siap untuk melarikan dir. Tapi sayang terlambat. Rupanya ayah sudah berdit di depanku. “Ayo Yan, kita pulang!” ajak Ayah ramah. Uuuuuh.... syukur alhamduli lah, ayah tak memakiku di depan kawan-kawanku. Sesampainya di rumah aku masih menanti hukuman dari ayahku, Tapi kembali aku harus bersyukur ayah hanya _menyuruhku tidur. Tak sedikit pun jewer dan cubit menempel di tubuhku. ""Hmmmm, kali ini Ayah benar-benar sseorang ayah yang sabar”, pikitku di ‘tempat tidur. Keesokan harinya aku bangun pukul ‘setengah delapan pagi. Dengan berge- gas aku menyamber handuk dan langsung kabur ke kamar mandi. Tapi dasar sial kamar mandi sedang dipakai acikku. “Huuuuh, bisa kesiangan kalau egini sih!” keiuhku sambil duduk di tanta. "Kalau berani berbuat harus berani fa menanggung resikonyal” celetuk bu dati belakang. Aku bungkam tak dapat berkata ape-apa. Selesai mandi aku cepat-cepat ber- pakaian. Tanpa sarapan pagi aku langsung ke sekolah. Tapi tak lupa amit pada Ibuku, “Tidak sarapan dulu, Yan?" tanya bu sambil tersenyum-senyum. "Aaah, nanti kesiangan, Bul” sahut- ku kesal. ‘Sampaidi sekolah temyata pelajaran ssudah dimuiai. Tanpa pikir panjang aku berlari ke Pengawas harlan. Selelah ‘melapor langsung aku menuju Kelas. Tok, tok, tok... Pintu kuketuk dengan sopan. Tanpa menunggu jawaban dari alam aku melangkah masuk. "Selamat pagi, Pak!” sapaku seso- pan mungkin, "Mengapa kau datang terlambat, Yan?" ‘tanya Pak Bambang, wali kelasku. "Tai saya sakit perut, Pak!” jawab- ku membohong, "Betul?" tanya Pak Bambang curiga, Beliau maju mendekatiku. "Betul, Pak!” Tiba-tiba Pak Bambang mengambil sesuatu dari saku cela- aku. "Heh, apa ini, Yan?” tanya Pak Bambang. Tangannya menagenggam si * keluhku dalam “ayo, pegang dan angkat tinggi- tinggi. Supaya teman-temanmu dapat ‘melihatnyat” perintah Pak Bambang Dan....gerrrrr....semua teman-temian tertawa melihat sikat gigi di tanganku. "Wah, modern kau, Yan. Ke sekolah bbawa sikat gig!” coletuk salah seorang kawanku. Mukaku merah seperti Kepi- ting direbus. Bukan main malunya aku! "Nah, rupanya kau tad tergesa-gesa berangkat ke sekoiah, ya? Bukannya ssakit perut!” hardik Pak Bambang. "Ti.tidak, Pak! Saya betukbetul ssakit perut!” jawabku tergagap. "Coba Bapak periksa lagi sakumu yang lain,” perintah Pak Bambang. Dengan terampil tangan Pak Bambang menyusuri isi kantungku. Geli sekeli rasanya, tapi aku tak berani tertawa. "Heh, ada surat...? Surat dari siapa ini?” ujar Pak Bambang. Dengan keres Pak Bambang membaca surat itu "Surat ini dari Ayahmu. Beliau me- nigatakan bahwa semalam kau non- Pulangnya sampal la- Uuuuh, lemas seluruh tubunku, Ru- panya inilah hukuman ayahku. Se- ‘éangkan hukuman dari Pak Bambang, ‘aku disuruh pulang Dengan lungiai aku pulang terseok- seok. "“Huuuh, bukan main hukuman ‘Ayah kali ini. Aku cibut malu di depan kawan-kawan dan Pak Guru,” gumam- ku. Tapi sejak kejadian itu aku benar- benar jera. Sekarang aku selalu menu- ruti nasihat ibuku.”** "1 Kita melihat bahwa banyak barang i sekiter kita dibuat dari aluminium. Aluminium adalah sejenis logam yang warnanya putih keperakan. Logam ini ringan, kuat dan tahan karat. Orang-orang menye- butnya “logam ajalb’. Karena hampit segala bentuk bisa dibuat dari fogam ini. 4. Sifat aluminium: a. tahan karat, sebingga . > ur art ut # nen feat il nil it tad (feuR [til PH: il ean | Cle G&G ' Ths Bobo 2 TF Pertanyaan: u A MENDATAR : ‘Als [ ee TA 4 A Sia ( fears Gl Als Lt a petkara dsb. yang belum jelas. 5. Nama Bi russ Tal Ol Al* ee ecee aan , ear ht bao Se f scene eagle ‘ penduduknya di seluruh dunia. 15. Uni Eye ee eee ieee ‘ oe MeENURUN : Ketentuan menebak: Tiree loco teenearen rs mengetahui baik buruknya.2.Makanan 1. Jawaban cukup ditulis dan diki- 4. Jawaban sudah harus diterima [pokok penduduk kepulauan Maluku. 3. tim ke Redaksi Majalah Bobo, JI redaksi paling lambat tg. 30 ‘Racun dari tumbuh-tumbuhan. 4. Per- Palmerah Selatan 22, Jakarta Januari 1981. Se apices Soe ee eer eee Cue angka 3 dalam rot lagu, 6 Seriala 2. Pada sudul kil atas tempetkan kan pada majalah Bobo no.46/ err pear cures 7. Solan Kupon sayembara Bobo __ Vill — 19.21 Pebruari 1981 Nadia! ATVIN, 6. Untuk sayembe tidak denantlanca #Tosreneperkt NS ov vernbere nwa lad 10. Dibalik: Tentara Nasional Indonesia. 3 Tulislah alamat sekolah dan ‘kan surat menyurat, sae Tata eres Ten een yan Lenckar Qi Sane teal kaneoum (tunggai). dan JELAS. ‘melalui pos. Fee pees ace we A sa Stace but Tenet v.12, Gang WV, ‘no. 36/VIll : 10, SRI RAHAYU, JI. Letnan Suteja, Denpasar - Bali crise G hianaye a1. ANGE RUSMANA, J. Corpake ae ssi 1 URS eRe wo. 17, Barnet kata Po Pug! Carper Soaue, "op. SASURARSH SONG UBagian Benanig seyintara Sono no. 12 YWUisu.cwurs etc Juara lates Cee Tena se ve 2a, MAE WTP, Kanne TMERRISWANTININGTYAS, JL. 18. UEAH ISTANTIISKAK, pean hioyer Sargon 128, as. Tet ateeet Sontic’ 2, EMSAFORA EH Gomorra 26 2, SUHENDRA T., Ji. Jagalan 107 B, Bangka. Tebing Tinggi - Deli anes 14, BRO uaa a sutnagungss, 25. RUOTYANTRL ot Salk ro. 20 3 WOVAWATY.50 Yessudeno.s.'* Boneego dan Peeae Kebon Tiwu 12, Tasikmalaya. 15. ARRIANI SARMAWATI F.S., Su- 26. YUSUF we PUPELLA, Jelambar ANAM Muncie tren, fecvern set bmude Sines," Uemapigete 81 anata 5. ALVIN KHM., Cipinang Elok Blok 16. EDHI SUTADARMA, JI, Tebet 27. DADA AGUS K., JI. Pramuka no. Aone gota Thee Gest nye Soma” 38 Raney bar 6. IRMA ASTUTI, Kauman Gg. Ill no. 17. ENDAH HAPSATI, JI. Kusnanno. 28. HARI AGUNG PRABOWO, dia Ponies bar agre: an Cran tees et aarea ars 7 DORVENIATTAnesre's, 10, EKO'MENY SOFAWAN, 50 BOLT Pong Jom Seecon, Dore bak Kener oar 20, SMEAR Arlo Rats 2 DOMSERONT colettenees 10. NMEGOMAS RONG a une ka Paanbehg St Seargera® Pinos," Surusis my Paunan 90, ONGKO SUNAPRO, J Kelme 9 RIRPAN OORIAT ON. 20, PUTUEDEGALTAMANAGA.s. °™ Teteah no. 6 Suave 19 ko, We, Rartau Prapat Hat udak kan seneng Berayar mengarirg!lautan tepas adang kadang tenerg, kedeng-kadarg menakutan DDahuly mendehudul tak tahu leh KRIS TANTO “J. Kamboja 27. Pamekasan MADURA, Heck om J Gaan Maca 228, Pl, Kaber PAHLAWAN i antara tebaran pelury Dalam kobaran api mest i sana kau berde Demi fou Periw ‘Sepucuk bambu di tangan ‘Sian mematuk lawan ‘Mererjang musuh curhaka ‘Yang meracuni bangsa ‘Luka dan ngjiy Yada Kau rasa diva melayang kau rela Darahmu membanjri bum ‘Bawa kerangan yang peruh art TEGUH YULIANTO J Raya no. 26 At. 02/11 KARTASURA - SOLO et wow, SON Toladen WV, Gurung Pasi, Bak pacar dua ekor:kucing dan kelelawar Diceritakan kemball Oleh Santi Hendrawati | suatu peternakan, hidup dua ekor kucing. Yang seekor kucing besar. Dan yang seekor lagi kucing kecil. Makanan kesukaan kucing besar adalah tikus. la tidak suka makan makanan lain. Sedangkan si kucing kecil, hanya suka burung. Nah, ituleh sebabnya, mereka tidak pernah bertengkar soa! makanan. Walau- pun sebenamya mereka hidup di dalam satu rumah! Sampai pada suatu hari, datang seekor binatang. Binatang itu adalah kelelawar. Kelela- war mendarat di dalam rumah, tempat tinggal kedua ekor kucing itu. la mendarat tidak jauh dari tempat persembunyian kucing besar yang sedang mengintai _mangsa. Kucing besar menanyakan apa tujuan kelelawar datang ke tempat itu. Kelelawar menjawab, "Aku ini seekor kelelawar!" Kucing besar menyeringai. "Kau seekor tikus!” Ketika itu pula kucing kecil datang. la mendengar apa yang dipercakapkan kelelawar dan kucing besar. "Cing, kucing besar, sabar!” ujar Kucing kecil. “Binatang itu bukan seekor tikus, Lihat ia punya sayep. tu berarti ia seekor burung. Jadi dia adalah makanani Kelelawar terkejut_mendengar perkataan kucing kecil. Berganti-ganti ia _memandang wajah kucing besar dan kucing kecil. "Aha, selamat datang, sobat-sobat!” ujar kelelawar tidak lama kemudian. "Diam kay!” bentak kucing besar. "Ayo cepat jawab, kau ini seekor tikus atau seekor burung?” Kelelawar tidak segera menjawab. la termenung sejenak, lalu baru menjawab, "Aku bukan seekor burung dan juga bukan seekor tikus!” Sekarang kucing besar dan kucing kecil yang bingung. "Lalu kau ini binatang apa?” tanya 2 bobojadul. blogspot.com kucing beser. "Aku sendiri tidak tahu,” jawab kelelawar, berlagak bodoh. "Tanyakan saja pada manusia yang lebih pandai daripada binatang!" "Ah, kau tikus!” kata kucing besar, tidak mau mengalah. "Lihat dulu,” sahut kelelawar. “Lihatlah kukuku. Apakah_tikus mempunyai kuku yang tajam seperti ini?” “Tidak mau tahu! Pokoknya bagiku, engkau adalah seekor tikus!” kata kucing besar. Dan tiba-tiba ia menyergap kelelawar. sambung kelelawar. "Tadi kau katakan, aku ini seekor tikus karena aku tidak mempunyai sayap.” “Kalau begitu kau seekor burung!” teriak kucing kecil. "Burung pun bukan! Apakah kalian Pernah melihat burung yang tidak berbulu2” Kucing besar dan kucing kecil menggeleng kan kepala. "Nah, lihatlah kepalaku. Kepalaku botak. Itu berarti aku bukan seekor burung juga. Selamat malam kucing besar dan kucing kecill” Kelelawar segera membalikkan badannya. Ingin sekali ia tertawa terbahak-bahak saat itu melihat kebodohan kedua kucing itu. Dasar kucing-kucing tolol! Tapi memang betul juga jawaban yang diberikan kelelawar itu, bukan? Bahwa ia bukanlah seekor burung dan bukan pula seekor tikus. "Hei, kembalil” bentak kucing besar dengan tiba-tiba. "Mana bisa kau mau pergi begitu saja! Selesaikan dulu per tengkaran kami ini!" Kelelawar_membalik kan badannya lagi. "Pertengkaran kalian?” tanya kelelawar. "Tadi kan kalian sudah bertanya kepadaku dan aku sudah menjawab. Karena itu sekarang aku tidak mau turut-campur lagi. tu bukan lagi urusanku. Dan sebenamya, aku tidak ingin menimbul kan pertengkaran di antara kalian. Nah, selamat tinggall” Kelelawar mengembang kan sayapnya, lalu terbang tinggi sambil terlawa terbahak-bahak. Tinggallah kucing besar dan kucing kecil yang kebingungan. Mereka rupanya tidak tahu, bahwa binatang yang mereka perebutkan itu adalah seekor kelelawar. ***, A Qe gE id yang riang gembira. la mengintip Kelvar. Apa yang tampak? Beberapa kurcaci sedang bersuka ria. Mereka makan, minum dan bernyanyé-nyanyi. Lalu mereka pun mulai menari \Walau pun Pak Tom sudah tua, ia sangat senang menari, Mendengar lagu yang sangat gembira, ia pun mulai menghentak-hentekkan kakinya sesuai dengan irama. Akhimnya ia tak dapat menahan dir lagi dan mull menari. Dan ... oh! la menari dengan lincah sekali Kurcaci-kurcaci sangat menyukai orang yang pandai menarr. Ketika melihat Pak Tom menari, semua kurcaci menyingkir. Mereka menyediakan tempat bagi Pak Tom untuk menari. ‘Semua kurcaci bertepuk tangan, mengikuti Pak Tom menari. Pak Tom meloncat, berputar-putar! Menai dengan satu kaki. Bahkan dapat terbang. Belum pernah ada pertunjukan yang begitu indah, ‘Akhinya ia jatuh terduduk Karena lelah. Pemimpin kurcaci berlari menghampiri Pak Tom. Lalu katana: DA seorang lak’-laki tua yang sangat pemurah dan ‘Kau sangat hebat! Besok malam kau harus datang alk hati namanya Pak Tom. Namun pada sebuah pipinya tumbuh sepotong daging besar. Ini membuat wajahnya tampak buruk sekal. Karena itu banyak rang tak suka bergaul dengannya. la merasa sangat kesepian. Tak jarang la diejek oleh anak-anak. "Lihat! Di pipinya tumbuh lobak besar! Ha hah ha ha!” Dan anak-anak itu pun lari menjauhi Pak Tor, "An, tak ada yang bisa menghilangkan potongan

You might also like