You are on page 1of 6

eISSN 2337-5949 e-CliniC.

2022;10(2):400-405
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.v10i2.41403
Pengembangan KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Bullous Pemphigoid Treated with Corticosteroid: A Case Report


Pemfigoid Bulosa yang Diterapi dengan Kortikosteroid: Laporan Kasus

Dwi M. Trisnowati,1 Hyacintha P. Budi,1 Shienty Gaspersz,1 Meilany Durry2

1
Bagian Dermato-Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Indonesia
2
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
Email: martinawang1803@gmail.com
Received: June 18, 2022; Accepted: September 18, 2022; Published on line: September 27, 2022

Abstract: Bullous pemphigoid (BP) is an autoimmune disease clinically characterized by pruritic,


large, tense subepidermal bullae over normal skin, erythematous or urticarial plaques. The
pathogenesis related to the immune system towards BP antigen 180 and 230. Mild lesions may be
treated with topical corticosteroid but the more extensive lesions are treated with oral corticosteroids.
We reported a case of 58-year-old man came with clear fluid-filled blisters on the body since a week
ago. Dermatological examination revealed multiple vesicle-bullae, filled with clear fluid, tense walls.
Nikolsky sign and Asboe-Hansen sign were negative. Histopathological examination supported the
diagnosis of BP. Diagnosis was established based on anamnesis, and physical and histopathological
examinations. The patient was treated with systemic corticosteroid due to the consideration of the
extensive lesions. Methylprednisolon was given intravenously at a dose of 43.75 mg per day which
was then replaced orally for tapering off. The dose reduction of 4 mg per week was carried out
according to the clinical improvement. In conclusion, this case improved after being treated with
systemic corticosteroid for approximately 2-3 months.
Keywords: bullous pemphigoid; corticosteroid

Abstrak: Pemfigoid bulosa (PB) merupakan penyakit bula autoimun ditandai dengan pruritus dan
bula subepidermal besar berdinding tegang di atas kulit yang normal, eritematosa atau plak urtikaria.
Patogenesisnya berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh yaitu respons imun terhadap antigen
BP 180 dan 230. Penatalaksanaan untuk lesi ringan diberikan kortikosteroid topikal, sedangkan
untuk lesi luas dengan kortikosteroid sistemik. Kami melaporkan seorang laki-laki berusia 58 tahun
dengan keluhan lepuh-lepuh berisi cairan jernih pada hampir seluruh tubuh sejak satu minggu lalu.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan vesikel-bula, multipel, berisi cairan jernih, dinding tegang.
Pemeriksaan tanda Nikolsky dan Asboe-Hansen negatif. Pemeriksaan histopatologik mendukung
diagnosis PB. Tatalaksana yang diberikan berupa kortikosteroid sistemik karena pertimbangan
lesinya yang luas. Metilprednisolon diberikan secara intravena dengan dosis 43,75 mg per hari yang
kemudian diganti pemberian per oral saat tapering off. Penurunan dosis 4 mg metilprednisolon per
minggu dilakukan sesuai dengan perbaikan kondisi klinis. Simpulan kasus ini ialah pemfigoid bulosa
yang mengalami perbaikan setelah diterapi dengan kortikosteroid sistemik selama kurang lebih 2-3
bulan.
Kata kunci: pemfigoid bulosa; kortikosteroid

PENDAHULUAN berdinding tegang diatas kulit yang normal,


Pemfigoid bulosa (PB) merupakan pe- eritematosa atau plak urtikaria.1-4 Predileksi
nyakit bula autoimun yang tersering dijumpai tempat tersering yaitu daerah fleksor, perut
pada usia 60-75 tahun. Secara klinis ditandai bagian bawah, dan paha. Bula biasanya berisi
dengan pruritus dan bula subepidermal besar cairan jernih namun dapat juga hemoragik.1,3

400
Trisnowati et al: Bullous pemphigoid treated with corticosteroid 401

Patogenesis PB berhubungan dengan mengaku pernah mengalami kondisi serupa


sistem kekebalan tubuh yaitu respons humoral sekitar tiga bulan lalu di area lengan tangan
dan seluler terhadap antigen BP 180 dan BP dan paha, namun lepuh yang muncul hanya
230.3,4 Terdapat laporan bahwa PB dapat sedikit. Saat itu pasien berobat ke dokter
dipicu oleh trauma, sinar ultraviolet (UV) baik umum di Palu dan mendapat obat minum serta
UVB atau setelah terapi psoralen dan ultra- obat oles namun tidak diketahui namanya.
violet (PUVA), terapi radiasi, serta obat- Pasien merupakan pensiunan Tentara Nasio-
obatan golongan diuretik, analgesik, dan nal Indonesia (TNI) dan memiliki kebiasaan
antibiotik.1-4 berkebun serta berolahraga di tempat terbuka.
Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan Riwayat keluhan serupa dalam keluarga, aler-
dari pemeriksaan klinis, histopatologik, serta gi makanan, serta atopi disangkal. Riwayat
imunofluoresen.1,4 Spesimen untuk pemerik- alergi obat yaitu ampisilin.
saan histopatologik diambil dari bula kecil Pada pemeriksaan fisik secara generali-
yang masih baru (berdinding tegang) menun- sata didapatkan vesikel-bula, multipel, berisi
jukkan bula subepidermal, spongiosis, disertai cairan jernih, dinding tegang, sebagian ken-
infiltrat kulit superfisial yang mengandung dur, dan sebagian sudah pecah, urtika
eosinofil, neutrofil, limfosit, histiosit, mono- multipel, makula eritematosa batas difus,
sit, dan makrofag.1-4 Pemeriksaan imuno- makula hiperpigmentasi-hipopigmentasi ber-
fluoresen memperlihatkan endapan IgG dan batas tegas, multipel, ukuran lentikular-
C3 yang tersusun seperti pita pada basement numular, erosi dan krusta (Gambar 1). Peme-
membrane zone (BMZ).1-5 riksaan tanda Nikolsky dan Asboe-Hansen
Tujuan pengobatan kasus PB ialah untuk negatif.
menekan aktivitas penyakit dengan dosis Pada pemeriksaan laboratorium didapat-
minimum obat yang diperlukan.3 Pasien kan kadar eosinofil darah 430/uL, kadar IgE
dengan lesi ringan/lokal dapat diobati dengan total 794,4 IU/mL, sedangkan yang lain dalam
kortikosteroid topikal saja, tetapi yang lebih batas normal. Pada pasien dilakukan biopsi
luas biasanya diobati dengan kortikosteroid eksisi untuk pemeriksaan histopatologik yang
sistemik.1 menunjukkan adanya bula subepidermal
Kami melaporkan sebuah kasus PB pada dengan parakeratosis, spongiotik, infiltrat
seorang laki-laki berusia 58 tahun yang radang histiosit dan limfosit serta sel eosinofil
diterapi dengan kortikosteroid sistemik. di antara jaringan kolagen, yang mendukung
diagnosis pemfigoid bulosa (Gambar 2).
LAPORAN KASUS Diagnosis kerja yang dibuat ialah PB
Pasien seorang laki-laki berusia 58 tahun, dengan diagnosis banding pemfigus vulgaris.
datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pasien mendapat terapi injeksi metilpred-
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan nisolon 0,7 mL (43,75 mg), cetirizine 1x10
keluhan lepuh-lepuh berisi cairan jernih pada mg peroral, krim desoksimetason 0,25% 2x
hampir seluruh tubuh sejak satu minggu oles pada ruam merah, dan krim asam fusidat
sebelumnya. 2% 2x oles pada luka. Selain itu klindamisin
Pada anamnesis, awalnya pada kulit 3x300 mg peroral dan asam mefenamat 3x500
timbul bercak merah meninggi disertai rasa mg peroral juga diberikan paska biopsi. Pada
gatal dan nyeri, kemudian dalam beberapa perawatan hari ke-9 didapatkan perbaikan
jam berubah menjadi lepuh kecil. Lepuh yaitu tidak ada lepuh baru, sehingga metil-
muncul pertama kali di tangan kiri, tiga hari prednisolon intravena diganti menjadi oral
kemudian bertambah banyak hingga hampir dengan dosis 40 mg perhari dosis terbagi.
ke seluruh tubuh kecuali di dalam rongga Setelah metilprednisolon dapat diberikan
mulut dan area kelamin. Pasien kemudian secara peroral, pasien kemudian diperboleh-
berobat ke dokter dan mendapat terapi kan melakukan rawat jalan dan meneruskan
siprofloksasin, krim gentamisin dan beberapa terapi metilprednisolon 40mg perhari, cetiri-
obat lain yang tidak diketahui namanya. zine 1x10 mg peroral, serta krim asam fusidat
Riwayat demam dan trauma disangkal. Pasien 2% 2x oles untuk luka.
402 e-CliniC, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2022, hlm. 400-405

Pada kunjungan kontrol di poli rawat prednisolon diturunkan 4 mg per minggu pada
jalan, tidak didapatkan lepuh baru sehingga setiap follow-up, kurang lebih 2-3 bulan
pengobatan dilanjutkan dengan menurunkan hingga tidak lagi diberikan obat tersebut.
dosis kortikosteroid (Gambar 3). Dosis metil-

Gambar 1. Saat masuk rumah sakit. Didapatkan vesikel-bula multipel berisi cairan jernih berdinding tegang
pada hampir seluruh tubuh

parakeratosis

histiosit, limfosit,
spongiotik eosinofil

bula subepidermal

Gambar 2. Pada hasil pemeriksaan histopatologik didapatkan bula subepidermal dengan adanya parakera-
tosis, spongiotik, infiltrat radang histiosit dan limfosit serta sel eosinofil diantara jaringan kolagen yang
mendukung diagnosis pemfigoid bulosa

Gambar 3. Saat kontrol di poli rawat jalan (22 hari sejak pertama kali dirawat). Tidak terdapat lepuh, bekas
luka tampak berwarna pucat
Trisnowati et al: Bullous pemphigoid treated with corticosteroid 403

BAHASAN sinar ultraviolet merupakan pencetus pada


Pemfigoid bulosa (PB) sering dijumpai kasus ini.
terutama pada usia di atas 60-75 tahun, Diagnosis PB dapat ditegakkan berdasar-
meskipun dapat terjadi pada semua usia. kan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan
Penyakit ini ditandai dengan gejala klinis penunjang yaitu histopatologik dan imuno-
berupa pruritus, vesikel-bula berdinding fluoresen.1-6 Sekitar 75% pasien PB memiliki
tegang di atas kulit yang normal, eritematosa peningkatan serum IgE, yang berkorelasi
atau plak urtikaria.1-6 Predileksi tempat paling dengan tingkat keparahan penyakit dan juga
sering yaitu daerah fleksor, perut bagian memengaruhi jumlah eosinofil yang ditemu-
bawah, dan paha. Bula biasanya berisi cairan kan.1,8 Pemeriksaan histopatologik diambil
jernih dapat juga hemoragik kemudian pecah dari bula kecil yang masih baru (berdinding
dan sembuh secara spontan tanpa mening- tegang) menunjukkan bula subepidermal,
galkan skar tetapi berupa bercak hiper- spongiosis, disertai infiltrat berupa eosinofil,
pigmentasi.1,3,4 Pemeriksaan Nikolsky sign dan neutrofil, limfosit, histiosit, monosit, dan
Asboe-Hansen sign pada PB ialah negatif.1,3 makrofag.1-4,6 Pemeriksaan imunofluoresen
Lesi pada membran mukosa muncul pada terdapat endapan IgG dan C3 yang tersusun
sekitar 10% pasien dan biasanya terbatas pada seperti pita pada Basement Membrane Zone
membran mukosa oral.1,3,4,6 Pada laporan (BMZ).1-6 Pada pemeriksaan penunjang labo-
kasus ini, pasien berusia 58 tahun dengan ratorium didapatkan kadar IgE sebesar 794,4
keluhan gatal pada kulit saat muncul ruam IU/mL dan eosinofil 430/µL. Hasil pemerik-
merah meninggi hingga terjadi lepuh berisi saan histopatologik sesuai dengan gambaran
cairan jernih pada hampir seluruh tubuh khas PB berupa bula subepidermal dengan
kecuali rongga mulut dan area kelamin. Pada infiltrat eosinofil. Pemeriksaan imunofluore-
pemeriksaan fisik ditemukan vesikel-bula sen tidak dilakukan karena fasilitas tidak
berdinding tegang, berisi cairan jernih diatas tersedia.
kulit normal sebagian eritematosa. Nikolsky Diagnosis banding PB berupa penyakit
sign dan Asboe-Hansen sign negatif. Bula bula lainnya seperti pemfigus vulgaris. Pada
yang pecah sembuh dalam beberapa hari dan pemfigus vulgaris bula berdinding kendur
meninggalkan bekas berupa bercak warna dengan tanda Nikolsky dan Asboe-Hansen
pucat hingga kecoklatan. positif,5,9 sedangkan bula pada pasien ini
Sebagian besar kasus pemfigoid bulosa berdinding tegang dengan tanda Nikolsky dan
terjadi secara sporadik tanpa faktor pencetus Asboe-Hansen negatif. Membran mukosa
yang jelas. Namun, terdapat laporan bahwa yang terlibat pada pemfigus vulgaris sekitar
PB dapat dipicu oleh adanya trauma, sinar 60%,5,9 sedangkan pada kasus ini tidak
ultraviolet (UV), baik UVB atau setelah terapi ditemukan adanya kelainan pada membran
psoralen dan ultraviolet (PUVA), terapi mukosa. Pemeriksaan histopatologik pada
radiasi, serta obat-obatan golongan diuretik, pemfigus vulgaris menggambarkan bula intra-
analgesik, dan antibiotik. Pada sebuah pustaka epidermal dengan akantolisis,5,9 sedangkan
lainnya juga dikatakan bahwa terdapat peran pada pasien ini berupa bula subepidermal
genetik berupa human leukocyte antigens dengan infiltrat eosinofil.
(HLA) tertentu yang dapat meningkatkan Tujuan pengobatan ialah untuk mengu-
risiko terjadinya penyakit ini.1-4 Terdapat juga rangi pembentukan lepuh serta menekan
pustaka yang menyebutkan bahwa gangguan aktivitas penyakit dengan dosis minimum
psikiatri juga dapat menjadi salah satu obat yang diperlukan. Selain itu juga untuk
komorbid dari PB, yaitu stres.7 Dari anam- meningkatkan kualitas hidup pasien.3,10
nesis pasien disangkal adanya demam mau- Pengobatan tergantung pada banyak faktor,
pun trauma. Riwayat pekerjaan pasien ialah termasuk luasnya penyakit dan komorbiditas
TNI yang sering melakukan aktivitas di pasien. Pasien dengan lesi ringan/lokal dapat
tempat terbuka dan setelah pensiun memiliki diobati dengan kortikosteroid topikal saja,
kebiasaan berkebun dan melakukan olahraga tetapi jika lebih luas biasanya diobati dengan
di tempat terbuka. Diduga adanya paparan kortikosteroid sistemik.1,3 Selain pengobatan
404 e-CliniC, Volume 10, Nomor 2, Juli-Desember 2022, hlm. 400-405

tersebut juga terdapat beberapa alternatif remisi setelah kurun waktu 15 bulan dari lesi
lainnya seperti obat-obatan imunosupresif aktif. Pada pasien yang diobati dengan baik,
(azatioprin, mofetil mikofenolat, dan meto- angka remisi 50% dicapai dalam kurun waktu
treksat), plasmafaresis, gamaglobulin intra- terapi tiga tahun.1 Pada kasus ini, pasien
vena, serta obat lainnya yaitu dapson, omali- mengalami perbaikan setelah mendapat terapi
zumab, rituximab, tetrasiklin, eritromisin, dan metilprednisolon selama kurang lebih 2-3
nikotinamid.1 Prednisolon sistemik umumnya bulan. Prognosis pada pasien ini ialah quo ad
digunakan dengan dosis rekomendasi 0,5-1 vitam ad functionam bonam, quo ad sana-
mg/kgBB/hari dengan tapering off 5mg setiap tionam dubia.
minggu jika terjadi perbaikan klinis atau lepuh
baru sudah tidak muncul.1,4,10,11 Steroid SIMPULAN
topikal yang biasanya digunakan ialah Telah dilaporkan satu kasus pemfigoid
golongan poten seperti clobetasol propionate bulosa pada seorang laki-laki berusia 58
krim 0,05% diberikan dua kali oles perhari.1- tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
5,8,11
Pada kasus ini, terapi yang diberikan ialah anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerik-
metilprednisolon intravena 43,75 mg (0,7 mL) saan histopatologik. Tatalaksana yang diberi-
per hari dan setelah tujuh hari kemudian kan yaitu kortikosteroid sistemik dan terdapat
diberikan secara peroral dengan dosis 40 mg perbaikan klinis setelah 2-3 bulan terapi.
dosis terbagi. Selanjutnya karena terjadi
perbaikan klinis (tidak ada lepuh baru) metil- Konflik Kepentingan
prednisolon diturunkan dosis 4 mg per Penulis menyatakan tidak terdapat kon-
minggu saat follow up pasien di poli rawat flik kepentingan dalam studi penelitian ini.
jalan hingga kurang lebih 2-3 bulan. Terapi
lain yang diberikan yaitu krim desoksime- DAFTAR PUSTAKA
tason 0,25% yang juga merupakan golongan 1. Culton DA, Liu Zhi, Diaz LA. Bullous pem-
steroid poten dengan pemberian 2x oles phigoid. In: Kang S, Amagai M, Bruck-
perhari pada ruam merah, cetirizine 1x10 mg ner AL, Enk AH, Margolis DJ,
peroral untuk mengatasi pruritus, dan juga McMichael AJ, et al, editors. Fitzpatrick’s
krim asam fusidat 2% 2x oles perhari pada Dermatology in General Medicine (9th
luka (lepuh yang pecah) untuk mencegah ed). New York: Mc Graw Hill Inc; 2019.
p. 944-52.
terjadinya infeksi sekunder. Klindamisin
2. William JD, Berger TG, Elson DM. In:
3x300 mg peroral dan asam mefenamat 3x500 Anderw’s Diseases of the Skin Clinical
mg peroral diberikan untuk mengatasi luka Dermatology (11th ed). Philadelphia:
dan nyeri paska biopsi. Elsevier; 2011. p. 458-60.
Selain tatalaksana medikamentosa terse- 3. Schmidt E, Groves R. Immunobullous diseases.
but pasien juga diberikan edukasi untuk men- In: Griffiths CEM, Barker J, Bleiker T,
cegah kekambuhan penyakit seperti mengu- Chalmers R, Creamer D, editors. Rook’s
rangi paparan langsung dengan sinar Textbook of Dermatology (9th ed).
matahari, apabila diperlukan kegiatan diluar Oxford: Wiley-Blackwell; 2016. p. 1404-
ruangan sebaiknya menggunakan pelindung 17.
seperti tabir surya, pakaian tertutup (lengan 4. Bernard P, Borradori L. Bullous pemphigoid. In:
panjang, celana panjang), topi, dan kacamata Bologna JL, Jorizzo J, Rapini RP, editors.
Dermatology (3rd ed). Elsevier Saun-
hitam. Edukasi lainnya yaitu mengenai
ders; 2012. p. 475-82.
beberapa efek samping pemakaian terapi 5. Wiyardi BE. Dermatosis vesikobulosa kronik. In:
kortikosteroid topikal jangka panjang dan Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi
sebaiknya tidak dipakai lebih dari dua W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
minggu. Apabila hal ini diperlukan harus Kelamin (7th ed). Jakarta: Fakultas
dikonsultasikan dengan dokter ahli terlebih Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
dahulu. p. 234-47.
Lever melaporkan bahwa 8 dari 30 pasien 6. Shimuzu H. Autoimmune blistering diseases. In:
dewasa yang menderita PB dapat terjadi Shimizu’s Textbook of Dermatology.
Trisnowati et al: Bullous pemphigoid treated with corticosteroid 405

Hokkaido: Hokkaido University Press; autoimmune dermatoses. J Dtsch


2007. p. 218-21. Dermatol Ges. 2018;16(11):1339-58.
7. Rania M, Petersen LV, Benros ME, Liu Z, Diaz Available from: https://dx.doi.org/10.
L, Bulik CM. Psychiatric comorbidity in 1111/ddg.13688.
individuals with bullous pemphigoid and 10. Zhao CY, Murrell DF. Advance in under-
all bullous disorders in the Danish natio- standing and managing bullous
nal registers. BMC psychiatry. 2020; pemphigoid. F1000Res. 2015;4:F1000
20(1):1-0. Faculty Rev-1313. Available from:
8. Genovese G, Di Zenzo G, Cozzani E, Berti E, https://dx.doi.org/10.12688%2Ff1000res
Cugno M, Marzano AV. New insights earch.6896.1.
into the pathogenesis of bullous pemphi- 11. Miyamoto D, Santi CG, Aoki V, Maruta CW.
goid. Front Immunol. 2019;10;1506. Bullous pemphigoid. An Bras Dermatol.
Available from: https://doi.org/10.3389/ 2019;94(2):133-46. Available from:
fimmu.2019.01506 . https://dx.doi.org/10.1590%2Fabd1806-
9. Hofmann SC, Juratli HA, Eming R. Bullous 4841.20199007.

You might also like