You are on page 1of 4

Nama : Vini Destria Ningsih Telaumbanua

Nim : 052023048
Kelas : Regular ners A
Dosen : Friska Sembiring S.Kep.,NS.,M.Kep

Kasus A
Perempuan umur 38 tahun, pasien mengeluh sakit, ada kayu menancap di dada sebelah
kanan selebar 4 cm dan tampak jaringan paru keluar masuk dari luka tersebut. Tanda-
tanda vital: nadi 100 kali menit, kekuatan sedang, respirasi 35 kali permeni, GCS 15.
Penatalaksanaan :
Penilaian keadaan korban gawat darurat dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis
perlukaan, stabilitas tanda-tanda vital. Pada korban gawat darurat luka parah, prioritas terapi
diberikan berurutan berdasarkan penilaian:
A : Airway + (C Spine Control)
Prioritas utama penilaian adalah A (Airway); jalan nafas, yaitu kelancaran jalan nafas
(Airway). Intervensi pada Airway ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang
dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur
laring atau trachea.
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal karena
kemungkinan cidera atau patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini
dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas,
harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
Kemungkinan patahnya tulang servikal dapat diduga bila : 1. Trauma dengan penurunan
kesadaran (koma) 2. Adanya luka karena trauma tumpul di atas klavikula 3. Setiap multi-trauma
(trauma pada 2 regio atau lebih) 4. Waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakang bila
biomekanik trauma mendukung.
Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat imobilisasi. Bila alat
imobilisasi ini harus dibuka untuk sementara, maka kepala harus dilakukan imobilisasi manual
(pakai tangan). Alat imobilisasi ini harus dipakai sampai kemungkinan fraktur servikal dapat
disingkirkan. Bila ada gangguan jalan nafas maka dilakukan intervensi sesuai prosedur
pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD).

B : Breathing + (Ventilation)
Setelah jalan nafas aman, breathing menjadi prioritas berikutnya dalam primary survey.
Pengkajian ini untuk mengetahui apakah usaha ventilasi efektif atau tidak hanya pada saat klien
bernafas. Untuk terjadinya ventilasi yang baik, memerlukan fungsi yang baik dari paru, dinding
dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi secara cepat dan cermat. Untuk
melihat ventilasi pada korban gawat darurat, maka pakaian korban khususnya bagian dada
korban harus dibuka untuk melihat irama pernafasaannya. Bila perlu lakukan auskultasi untuk
memastikan masuknya udara, ke dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau
darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasai dapat memperlihatkan kelainan dinding dada
yang mungkin mengganggu ventilasi. Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang
berat adalah tension pneumothorax, flail chest dengan kontusio paru, open pneumothorax dan
hematothorax masif serta tamponade jantung. Keadaan ini harus dikenali pada saat dilakukan
survey primer.
Bila salah satu keadaan atau cidera yang mengancam nyawa ini ditemukan maka perawat gawat
darurat harus segera menangani keadaan tersebut.

C : Circulation + (Kontrol Perdarahan)


Intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang efektif melalui resusitasi
kardiopulmoner, kontrol perdarahan, akses intravena dengan penatalaksanaan cairan dan darah
jika diperlukan dan obat-obatan. Perdarahan eksternal sangat baik dikontrol dengan tekanan
langsung yang lembut pada sisi perdarahan dengan balutan yang kering dan tebal. Perdarahan
internal lebih menjadi ancaman tersembunyi yang harus dicurigai pada klien trauma atau pada
mereka yang dalam status shock.
Akses intravena secara baik dicapai melalui insersi jalur intravena jarum besar pada
antekubital fossa (lekukan siku). Akses tambahan dapat dicapai melalui vena sentral di sisi
femoralis, subclavia atau jugularis menggunakan jarum besar (≥ 8,5) kateter vena sentral. Cairan
resusitasi pilihan adalah Ringer Asetat dan salin normal 0,9%. Cairan dan produk darah harus
dihangatkan sebelum pemberian untuk mencegah hipotermia.

D : Disability (GCS, Tanda lateralisasi)


Metode mudah untuk mengevaluasi tingkat kesadaran adalah dengan “AVPU” yang terdiri dari:
A : Alert (waspada)
V : Responsive to voice (berespon terhadap suara)
P : Responsive to pain (berespon terhadap nyeri)
U : Unresponsive (tidak ada respon)
Dapat juga menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) untuk mengukur tingkat
kesadaran yang terdiri dari respon membuka mata (skor 4), respon bicara (skor 5), dan respon
membuka mata (skor 6). Abnormalitas metabolic, hipoksia, trauma neurologis dan intoksikasi
dapat mengganggu tingkat kesadaran.

E : Exposure
Seluruh pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian menyeluruh. Pada situasi
resusitasi, pakaian harus digunting untuk mencapai akses cepat ke bagian tubuh. Hipotermia
(temperatur tubuh kurang dari atau sama dengan 360C) dapat beresiko terjadi. Secara umum,
hipotermia menjadi komplikasi manajemen klien trauma dengan menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi, kesulitan akses vena dan pengkajian arteri, gangguan oksigenasi dan ventilasi,
koagulapati, peningkatan perdarahan dan metabolism obat di hati yang melambat
Kasus B
Pasien B merupakan perempuan berumur 38 tahun, dimana pasien mengeluh sakit,
ada kayu menancap didada sebelah kanan serta ada luka selebar 4 cm dan tampak
jaringan paru keluar masuk dari luka tersebut.
Tanda-tanda vital : nadi 140 kali/menit,kekuatan sedang,respirasi 35 kali/menit, GCS 15.
Penatalaksanaan :
1. Cek respon, Cek Nadi dan Nafas
2. Aktivasi Sistem Code Blue
3. Lakukan BLS (Tim Code Blue Primer)
4. Bila Tim Code Blue Sekunder datang, lanjutkan resusitasi Komponen Keterangan Tindakan
A : airway clear Pasang OPA
B: breathing apnea Berikan pernafasan dengan BVM
C: circulation - EKG: Ventrikel Fibrilasi Pasang monitor
Lakukan CPR 30:2, kedalaman min 5cm, kecepatan 100-120x/menit Berikan shock
lanjutkan, cek irama, cek nadi - Bila belum ada nadi, lihat irama
lanjutkan sesuai algoritma Cardiac Arrest - Bila sudah E: exposure Tanda trauma :- Suhu
tubuh :36,7 SKE
Presentasi pasien dengan luka tusuk dapat menunjukkan syok, hipotensi, tekanan nadi
sempit, takipnea, oliguria, dan lintasan yang jelas atau luka terbuka. Pendekatan pada pasien
dengan luka atau trauma tembus bergantung pada jenis instrumen yang menyebabkan cedera
dan status hemodinamik. Luka dikaitkan dengan insiden cedera karenanya, penanganannya
membutuhkan penilaian dan pengalaman klinis. Ada banyak protokol untuk mengevaluasi
pasien dengan luka tusuk . Penggunaan DPL dan FAST dapat dilakukan untuk menilai pasien
stabil . CT scan digunakan pada pasien dengan luka di panggul dan punggung dan dapat
membantu menilai cedera organ padat. Tes diagnostik pilihan adalah CT scan tiga kontras
pada pasien dengan hemodinamik stabil. Tes pencitraan lain dapat dilakukan untuk menilai
cedera kepala atau tulang yang terkait. Di sebagian besar rumah sakit, trauma tembus
ditangani oleh tim trauma. Pasien stabil dengan luka tusuk dapat dieksplorasi secara lokal
atau menjalani CT scan tiga kontras. 
Prinsip pembedahan meliputi : (1) penatalaksanaan perdarahan, (2) identifikasi cepat cedera
serius, (3) pengendalian kontaminasi secara cepat, dan (4) rekonstruksi jika
memungkinkan. Jika ada cedera vaskular terkait, konsultasi dengan ahli bedah vaskular
sangat dianjurkan.
Pemeriksaan meliputi rontgen, CT scan, dan MRI. Perawatan melibatkan pembedahan untuk
memperbaiki struktur yang rusak dan menghilangkan benda asing.

kasus C
Tn. C

Tahapan- tahapan dalam penatalaksanaan :


Circulation
1. Periksa nadi pasien terlebih dahulu
2. Periksa apakah ada sianosis
3. Cek CRT < 2 detik
4. Perhatikan perdarahan
5. Lakukan balut tekan pada perdarahan pasien
6. Lakukan transfusi darah bila perlu
Disability
1. Periksa respon
2. Periksa kesadaran
3. Periksa GCS, tiap 5 menit
4. Periksa pupil mata. apakah ada refleks cahaya
5. Jaga dengan hati-hati kondisi tulang belakang
6. Perhatikan jangan sampai pasien mengalami hipotensi
Secondary Survey:
1. Lakukan pemeriksaan head to toe (dari ujung kepala sampai ujung kaki)
2. Lakukan pemeriksaan fisik (inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi)

You might also like