Professional Documents
Culture Documents
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
PERSETUJUAN
Diluluskan di
Medan, Juli 2007
Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing
Ketua,
PERNYATAAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang , dengan limpah karunia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam
waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. DR. Zul Alfian M.Sc selaku
pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan
penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas dan
padat dan professional telah diberikan kepada penulis agar dapat menyelesaikan tugas ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan rasa terima kasih kepada DR. Harry Agusnar M.Phil. yang
telah memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini. Ucapan terima kasih juga kepada Ketua dan Sekretaris Departemen DR.
Rumondang Bulan MS. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Kimia
FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, dan rekan-rekan mahasiswa. Akhirnya, tidak
terlupakan kepada Bapak, Ibu dan semua ahli keluarga yang selama ini memberikan
bantuan dan dorongan yang perlu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
ABSTRAK
Lateks adalah cairan koloid berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet ( Havea
Untuk menentukan kadar TSC kompon yang digunakan untuk produk benang karet
adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetri dimana dilakukan
pemanasan selama 3 jam. Kadar TSC yang diperoleh dari hasil analisis setiap hari selama
Berdasarkan standart mutu PT. Industri Karet Nusantara, maka kadar TSC yang terdapat
pada kompon : 56.69% - 59.48%. Dalam hal ini, kadar TSC di Rubber Thread Factory
ABSTRACT
Latex is a milky colloidal liquid from tree of rubber (Havea Brasiliensis) with the rubber
particle dispersed water. Latex contain protein (white of egg) which capable to pieces by
bactery activity.
To determine the TSC of compound concentrated which used for rubber thread is with
heated. It was done with volumetric method when heating during 3 hours. To get the TSC
concentrated from analysis result. Everyday during 4 times taking over and doing 2 times.
The based of quality Rubber Thread Factory standart, that’s why TSC of compound
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGARGAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 4
1.3. Batasan Permasalahan 4
1.4. Maksud dan Tujuan 4
1.5. Manfaat Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Bahan Baku Benang Karet 6
2.2. Parameter dan Standart Mutu 9
2.3. Komposisi Kimia 11
2.4. Kualitas Lateks 17
2.5. Penyebab Terjadinya Prokoagulasi 18
2.5.1. Pemberantasan 18
2.6. Pengolahan Air 20
2.7. Perbedaan Karet Alam Dengan Karet Sintetis 21
BAB 3 METODOLOGI ANALISIS 22
3.1. Alat - alat 22
3.2. Bahan - bahan 22
3.3. Prosedur Analisa 22
BAB 4 HASIL ANALISA 24
4.1. Data analisa 24
4.2. Pengolahan Data 25
4.3. Pembahasan 26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 27
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Lateks Kompon 30
Tabel 2. Skema Standar Mutu Kompon Aktif 31
Tabel 2.1 Komposisi Karet 6
Tabel 2.2 Persyaratan Mutu Lateks Pekat Pusingan 10
Tabel 2.3 Komposisi Lateks Segar 12
Tabel 4.1 Data Analisis 24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar Flow Chart Rubber Thread 32
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat. Masyarakat modern
sekalipun mempergunakan karet, karena setiap hari menggunakan barang dari karet
Pabrik industri karet PT. Industri Karet Nusantara Medan merupakan salah satu
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi barang jadi karet
seperti : karet gelang, sarung tangan, dan benang karet dengan menggunakan lateks
Benang karet (rubber thread) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas
yang memiliki prospek yang cukup cerah karena bahan bakunya adalah lateks yang
Lateks pekat dari kebun diolah menjadi benang karet melalui proses pengolahan
karet dengan fase cair. Dikatakan fase cair karena lateks pekat dan bahan-bahan kimia
dicampur dalam fase cair dengan bantuan air bebas mineral (demin water). Produksi
benang karet (rubber thread) dari lateks berlangsung dalam beberapa departemen (unit).
Unit laboratorium kendali mutu bertugas memeriksa bahan baku lateks, bahan kimia,
Unit kompon bertugas mengolah bahan baku utama bahan baku penolong menjadi
suatu persenyawaan (kompon), serta menjaga kompon dapat digunakan sesuai dengan
formulasi laboratorium kendali mutu. Unit ekstrusi bertugas mengolah kompon yang
telah dibuat unit kompon menjadi benang karet. Unit laboratorium fisika bertugas
memeriksa dan menganalisa hasil produksi, baik itu tegangan tarik 300%, tegangan putus,
dan lain-lain. Unit gudang merupakan tempat penyimpanan/ persediaan barang dari hasil
produksi.
header capillary, acid bath, drying oven, talcum area, ribboning, curing, cooling
Pada proses pembuatan benang karet dilakukan pencampuran antara lateks dengan
bahan baku dengan beberapa zat pendukung lainnya seperti bahan pemantap,
menghasilkan benang karet dengan kualitas yang baik. Setelah pencampuran lateks
dengan zat pendukung, lateks dialirkan kedalam tangki inaktif kompon dengan
Pabrik telah menetapkan beberapa baku mutu , bahwa untuk menghasilkan benang
karet yang baik diantaranya kandungan padatan total lateks kompon (TSC). Dimana
kandungan padatan total lateks kompon haruslah sesuai dengan standart yaitu 54.14 –
60.54 %. Tetapi karena faktor kandungan lateks itu sendiri dan zat pengisi kandungan
padatan total lateks kompon tersebut agar dapat dilakukan beberapa tindakan
penanggulangan bila kandungan padatan total lateks kompon kurang dari 54.14 – 60.54%
Untuk memperoleh benang karet dengan mutu tinggi serta dapat bersaing
dipasaran maka selama proses pembuatan benang karet harus selalu memperhatikan
Dari hal tersebut di atas penulis ingin menganalisis kandungan padatan total
lateks kompon pada tangki after cooling, yang mana kandungan padatan total lateks
kompon ini erat kaitannya dengan berat dan keelastisan benang karet yang dihasilkan
1.2 Permasalahan
Pada proses pembuatan benang karet terdapt beberapa bagian unit pengolahan yang
meliputi : unit laboratorium kandali mutu, unit kompon, unit ekstrusi, dan unit
laboratorium fisika. Untuk menghasilkan benang karet yang bermutu baik, lateks tidak
boleh mengalami penggumpalan dalam proses produksi. Oleh sebab itu dalam proses
pembuatan benang karet, lateks terlebih dahulu dibuat kompon dengan formulasi tertentu.
Pencampuran antar lateks pekat dengan beberapa bahan kimia yang disebut
dengan lateks kompon berlangsung di unit kompon. Adapun tujuan dari pencampuran
tersebut adalah :
Penambahan bahan kimia tersebut terdiri dari dua tahap, yaitu tahap kompon
inaktif dan tahap kompon aktif. Pada kompon in-aktif ditambahkan bahan-bahan kimia
seperti sulfur, titanium dioksida, sunproof, dan lain-lain, kemudian setelah semua bahan
tercampur homogen, selanjutnya kompon dialirkan menuju kompon aktif. Pada tahap
inilah terjadi pemasakan dan untuk mengetahui apakah kompon sudah masak, dilakukan
suatu pengukuran yang disebut dengan swelling dan setelah melewati tahap ini, masuk
kedalam tahap ekstrusi dan setelah itu diperiksa di unit fisika sebagai hasil produksi.
Apabila ukuran masak kompon terlalu tinggi, maupun terlalu rendah mutu benang karet
Untuk itu permasalahan yang ingin diangkat dalam penulisan karya ilmiah ini
adalah apakah kadar Kandungan Padatan Total pada kompon aktif sesuai dengan standar
PT. Industri Karet Nusantara dan pengaruhnya terhadap kualitas benang karet yang akan
dihasilkan.
Dalam hal ini penulis membatasi penulisan karya ilmiah ini hanya pada pemeriksaan
kadar TSC kompon aktif dan pengaruh penurunan kadar TSC terhadap benang karet yang
dihasilkan.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya ilmiah hasil praktek kerja lapangan yang
penulis lakukan di Rubber Thread Factory (RTF) PTP.Nusantara III adalah untuk
mengetahui cara penentuan kadar TSC kompon aktif dengan metode gravimetric dan
pemanasan serta pengaruh penurunan kadar TSC terhadap benang karet yang dihasilkan.
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kadar
Kandungan Padatan Total kompon aktif yang sebenarnya sesuai dengan standar PT.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet,
sebelum lateks digunakan menjadi benang karet atau bahan jadi karet lainnya,lateks
Lateks adalah cairan berwarna putih yang menyerupai susu yang dihasilkan dari
pohon karet bila disadap atau dilukai. Lateks merupakan sistem koloid yang kompleks,
yang terdiri dari partikel karet dan bahan –bahan karet yang terdispersi dalam cairan yang
disebut serum. Bahan bukan karet jumlahnya relatif kecil, sebagian besar terlarut dalam
1 Karet Kering 25 – 40
2 Air 60- 70
3 Protein dan senyawa nitrogen 1,0 – 1,5
4 Lipid dan terpen 1,0 – 1,5
5 Senyawa anorganik 0,1 – 0,5
6 Karbohidrat 1,0 – 2,0
7 PH 6,7 -7,5
Lateks yang telah dipekatkan mempunyai kadar karet kering (KKK) minimum 60 % dan
3 Untuk mengetahui jumlah air ditambahkan pada pengenceran latek samp kadar
yang dikehendaki.
Penggolongan lateks pekat didasarkan atas cara pemekatan. Dalam perdagangan dijumpai
a. Pemusingan (Centeifuging)
Dengan menggunakan alat pemusing, lateks kebun dipusingkan dengan kecepatan kira-
kira 6000 – 7000 putaran tiap menit. Karena daya sentrifugal, lateks dipisahkan menjadi
dua bagian, lateks pekat dan serum. Keeuntungan cara ini adalah lateks pekat yang
diperoleh mengandung sedikit zat padat yang ada dalam serum dan juga kadar protein
yang rendah, serta bebas dari kotoran dan endapan. Sering untuk kebutuhan tertentu
b. Pendadihan (Creaming)
Prinsip dengan cara ini adalah bahwa kedalam lateks dibubuhkan bahan-bahan yang
disebut dengan bahan pendadih. Setelah itu tidak lama kemudian lateks akan terpisah
menjadi dua lapisan. Lapisan atas terdiri dari lateks dadih, dan lapisan bawah terdiri dari
serum. Bermacam-macam bahan pendadih yang telah digunakan untuk maksud ini antara
lain adalah natrium alginate, ammonium alginate, metil selulosa. Lateks dadih yang
dihasilkan dalam waktu yang baik, mempunyai kadar jumlah zat padat sebanyak 62-63%.
Pada umumnya lateks dadih mempunyai viskositas yang lebih besar, dan masih
c. Penguapan (Evaporating)
Cara pengambilan lateks dengan menguapkan air yang ada didalam lateks(lateks
kebun) dengan kata lain mengurangi kadar air dengan melakukan pemanasan.
d. Dekantasi Listrik
Pemekatan lateks denan cara ini disebabkan karena pengaruh medan listrik yang
diberikan diantara elektroda yang dimasukkan di dalam lateks. Oleh karena butir karet
bermuatan negatif,maka akan ditarik elektroda positif. Dapat dikatakan, bahwa cara
dekantasi listrik ini serupa dengan pendadihan tanpa penambahan bahan pendadih.
Lateks pekat yang mengandung zat padat sejumlah 62-63%. Lateks pekat dekantasi
listrik mempunyai kemantapan mekanis yang lebih besar daripada lateks pekat pusingan.
Dari keempat cara tersebut di atas, yang paling banyak digunakan dalam industri adalah
rendah(tidak kental) dan hasil lateksnya murni (tidak tercampur endapan dan kotoran).
Mutu lateks pusingan ini ditentukan berdasarkan pengujian yang ditetapkan oleh ASTM
Kadar karet kering adalah menunjukkan banyaknya kadar karet kering yang terdapat
didalam lateks yang digumpalkan dengan asam, digiling dan kemudian dikeringkan
pada suhu 70° C selama 16 jam atau pada suhu 100° C selama 2 jam.
Jumlah padatan total adalah menunjukkan banyaknya zat padat yang terdapat didalam
lateks yang tidak dapat menguap bila dikeringkan pada suhu 70° C selama 16 jam atau
Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat dalam lateks(% b/v)
Waktu kemantapan mekanis adalah waktu (detik) yang dibutuhkan untuk memulai
E. Bilangan asam lemak mudah menguap (Volatyle Fatty Acid)Bilangan asam lemak yang
mudah menguap adalah jumlah asam lemak yang mudah menguap berantai pendek
yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total
HA LA HA LA
Kebasaan (NH3) % dalam Air Min 1,6 Min 1,6 Min 1,6 Min 1,6
padatan
padatan
borat
Spesifikasi lateks perlu dijaga karena lateks mempunyai sifat-sifat berikut ini :
2. Kestabilan lateks dapat menurun sebab amoniak besifat korosif sehingga tidak
boleh terkena langsung dengan drum atau tangki yang ada ion Fe²+ sehingga harus
dilapisi pada permukaannya dengan lilin atau cat tahan alkali, dan lain-lain.
3. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada lateks sehingga kadar amoniak
4. Uji kestabilan mekanik tidak sama karena perbedaan waktu pengadukan dalam
pengambilan lateks.
1. Karbohidrat Metil inositol adalah komponen yang paling pekat di dalam fase serum.
Jumlahnya 1% dari seluruh lateks. Selain metal inositol masih terdapat sukrosa,
2. Protein
konsentrasi protein yang ada harus diturunkan menjadi sekecil mungkin, hal ini
disebabkan karena protein akan menyebabkan efek alergi bagi beberapa pemakai
3. Lipida
Lipida yang terdapat di dalam lateks terdiri dari lemak, lilin, sterol, sterol ester, dan
fosfolipida. Seluruh senyawa ini tidak laarut dalam air dan terdapat didalam fase
4.Konstituen lain
terkandung di dalam lateks adalah penting sebagai ko-faktor dan zat intermediet di
dalam proses biosintesis. Konsentrasi total dari ion-ion anorganik adalah 0.5 %. Ion-
Kandungan (%)
Karbohidrat 1,0-2,0
Air 60-74
pH 6,7-7,5
Bahan – bahan kimiayang digunakan pada proses pembuatan benang karet dapat
1. Bahan Vulkanisasi
disebut juga sebagai bahan pemasak karena tanpa bahan tersebut lateks kompon tidak akan
matang. Bahan pemvulkanisasi yang banyak digunakan adalah belerang (sulfur). Telerium
dan selenium dapat juga digunakan sebagai pemvulkanisasi tetapi harganya yang terlalu
diperlukan satu atau lebih bahan pencepat. Bahan pencepat yang biasa digunakan adalah
Bahan ini digunakan untuk menggiatkan kerja dari bahan pencepat (accelerator).
Pada umumnya bahan pencepat organic tidak dapat berfungsi secara efisien tanpa bahan
penggiat. Bahan penggiat yang umum digunakan adalah zinc oxide (ZnO).
4. Bahan Pengisi
Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan
pengisi yang aktif. Kedua, bahan pengisi yang menguatkan. Yang pertama hanya
menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi yang dihasilkan, tetapi kekuatan dan
sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi yang tidak aktif lebih banyak digunkan
untuk menekan harga karena bahan ini berharga lebih murah contohnya kaolin, tanah liat,
kalsium karbonat magnesium karbonat, barium sulfat. Bahan pengisi aktif atau penguat ,
contohnya karbon hitam, silika, aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini
mampu menambah kekerasan ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus
yang tinggi pada barang yang dihasilkan. Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak
aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang
digunakan pada pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO 2 ) yang berbentuk
pemantap. Bahan pemantap ditambahkan agar lateks terlindung dari tegangan terhadap
6. Antioksidan
Bahan yang digunakan sebagai antioksidan adalah sunproof dan wingstay L. Fungsi
bahan ini adalah untuk melindungi benang karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen
maupun ozon yang terdapat di dalam udara. Bahan kimia ini bias any juga tahan terhadap
pengaruh ion – ion tembaga, basi dan mangan. Selain itu juga mampu melindungi
Karena lateks pekat yang merupakan bahan baku utama berupa cairan untuk mendapatkan
cairan yang homogen yang disebut juga dengan emulsi atau dispersi.
Emulsi adalah system dispersi koloid zat cair dalam zat cair. Dispersi adalah cara
pembuatan larutan koloid dari fase yang dispersi lebih kasar menjadi ukuran partikel
Adapun yang membuat lateks kompon dapat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu:
Untuk membuat dispersi diperlukan suatu alat gilingan peluru ( ball mill )
sedangkan untuk membuat emulsi diperlukan alat pengaduk (stirer). Dalam pembuatan
dispersi atau emulsi diperlukan bahan penolong lainnya misalnya : bahan pendispersi
(dispersing agent ) atau bahan pengemulsi ( emulsifying agent ), bahan pemantap, air, dan
sebagainya tergantung jenis bahan kimianya. Bahan yang dibuat dispersi dicampur
dengan bahan dispersi dan air, lalu dimasukkan dalam gilingan peluru, kemudian diputar
dengan alat pemutar gilingan peluru. Kecepatan putar sekitar 35 – 75 rpm dijalankan
selama 24 jam tergantung dari jenis bahan kimia yang akan dibuat dispersi. Untuk
membuat emulsi maka bahan pengemulsi dimasukkan kedalam tabung, kemudian diaduk
dengan alat pengaduk selama beberapa waktu sampai diperoleh emulsi yang bagus.
Lateks pekat dicampur dengan bahan kimia yang telah dibuat dalam bentuk
dispersi atau emulsi dengan susunan kompon tertentu sesuai dengan tujuan barang
jadi karet yang akan dibuat. Dispersi – dispersi dan emulsi – emulsi ini ditambahkan
dalam jumlah seperti yang telah ditentukan dalam formulasi dan disesuaikan dengan
keperluan. Campuran diaduk perlahan – lahan dan jangan sampai terjadi pengotoran.
Lateks kompon sebelum dicetak untuk membuat barang jadi karet adalah dalam
keadaan cair.
Lateks kompon yang telah siap diolah dapat dilakukan dengan 5 (lima)
1. Proses celup
Mencelup dalam bentuk yang paling sederhana dengan jalan mencelup sesuatu
barang (acuan) dalam campuran lateks dan kemudian mengeluarkannya lagi. Lapisan
lateks yang menempel pada permukaan dari acuan lantas dikeringkan dan kemudian
divulkanisir.
Ini adalah proses pembuatan benang dengan jalan menuang pada mana satu
acuan yang hampa diisikan dengan satu campuran lateks yang menempel pada
dinding acuan. Apabila lapisan lateks telah memperoleh kekuatan yang cukup,
Proses pembuatan barang karet yang terdiri dari beribu - ribu gelembung udara
atau sel - sel. Pada tiap - tiap sel ada selaput kulit tipis dan sel - sel ini satu sama lain
4. Proses Semprot
Prinsip dengan cara ini berdasarkan penyemprotan satu campuran lateks melalui
lubang kecil kedalam satu penangas pembekuan, dimana talinya membeku. Selanjutnya
tali ini divulkanisir. Tali lateks ini dipakai dalam industri tekstil dan pakaian, misalnya
korset, kaos lutut, dan lain - lain yang kemudian dipintal menjadi benang.
merata dan pengeringan yang cepat, kemudian disaring dengan kain nilon atau bulu
kempa yang berlubang halus untuk mencegah penutupan dari lubang - lubang semprot,
5. Meresapi Tekstil
Proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada proses semprot
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Pertama, bagian yang
mendispersikan atau memancarkan bahan - bahan yang terkandung secara merata biasa
disebut serum. Bahan - bahan bukan karet yang larut dalam air seperti protein, garam -
garam mineral, enzim dan lain - lain yang termasuk kedalam serum. Kedua terdiri dari
Sebenanrnya system koloidal bias dipertahankan agak lama sampai satu hari lebih,
sebab bagian - bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis protein mempunyai
Dengan berkurangnya kestabilan ini terjadilah prokoagulasi. (Tim penulis PS, 1992 )
gumpalan - gumpalan pada cairan getah sadapan. Prokoagulasi terjadi karena kemantapan
bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian - bagian koloidal ini
kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih
besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku, inilah yang menyebabkan
terjadinya prokoagulasi.
2.5.1. Pemberantasan
a. Prokoagulasi ini disebabkan oleh suatu penyakit fisiologis. Dalam hal ini harus
diambil tindakan - tindakan kultur teknis untuk memulihkan kesehatan dari pohon
- pohon tersebut.
b. Alat - alat berada dikebun seperti mangkok - mangkok lateks, ember - ember dan
Selainnya ini harus sedapat mungkin dijaga, agar supaya lateks kebun tidak diencerkan
dengan air yang kotor, misalnya air selokan atau air sungai.
Mulai menyadap diwaktu pagi ( sebelum matahari terbit ), sehingga lateks dapat
diangkut ke pabrik sebelum hawa udara menjadi terlampau panas. Sebab di bawah
matahari yang panas, lateks kebun yang biasanya diangkut dalam tangki - tangki dari
Dapat ditambahkan disini, bahwa menyadap diwaktu pagi dapat mempertinggi produksi
lateks kebun.
Apabila kedua langkah ini belum memberi hasil yang dikehendaki, barulah kita
a. Natriumkarbonat (soda)
b. Amoniak
c. Natriumsulfit
d. Formaldehida
Kadang - kadang juga dipakai suatu campuran dari dua atau lebih antikoagulan.
Tetapi pabrik - pabrik yang mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheets
mungkin dioksidasi menjadi suatu zat yang disebut dengan asam format
Dalam pengolahan karet, air berperan sangat penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat besar.
a. Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengencer bahan - bahan kimi, air
harus jernih dan tidak berwarna, tidak boleh mengandung garam - garam kapur,
- bintik oksidasi.
b. Air untuk pengolahan di pabrik persyaratannya tidak terlalu ketat, akan tetapi tidak
boleh mengandung kotoran. Air yang bersih dapat diperoleh dari sumbernya atau
dari sungai dengan cara disaring dan diendapkan di bak - bak, atau dengan
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet
sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan
oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki oleh karet alam sulit
ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan
BAB 3
METODOLOGI ANALISIS
3.1. Alat-alat
Oven
Cawan petrydish
3.2 Bahan-bahan
kembali (B)
f. Pekerjaan di atas dilakukan dua kali perlakuan agar didapat hasil yang lebih
teliti
sampel basah
i. Bandingkan spesifikasinya
BAB 4
HASIL ANALISIS
56.69
4 8 February 2 - 34.0489 2.0963 1.8439
2007
5 9 February 1 OL 24.8035 2.2738 1.3522
2007
1. 7 February 2007
2.7452 g
= 59.02 %
= 59.008 %
= 59.01 %
4.3. Pembahasan
Analisis kadar TSC dilakukan dengan cara pemanasan di dalam oven selama 3 jam pada
Dari tabel 4.1 diperoleh, kadar rata - rata % TSC kompon pada tanggal 7 February
2007; 59.01%; tanggal 8 February 2007; 56.69%; tanggal 9 February 2007; 59.48%;
tanggal 10 February 2007; 58.79%. Dimana kadar TSC kompon aktif pada proses after
cooling yang sesuai standar adalah 58.14 - 60.54%. Apabila kadar TSC dibawah dari
58.14% maka berat benang karet yang dihasilkan tidak memenuhi standar berat dari
benang karet, begitu juga jika kadar TSC diatas 60.54% maka akan melebihi standar berat
Dalam hal ini penulis hanya mengamati kadar TSC pada kompon aktif, dari hasil
analisis diperoleh dari awal proses hingga habis kompon pada tangki aktif, dapat dilihat
bahwa kadar TSC yang diperoleh telah memenuhi standar yaitu diantara 58.14 - 60.54%.
Apabila kadar TSC tidak memenuhi standar, maka kompon tersebut akan diolah
kembali dengan menambahkan bahan - bahan kimia yang bersifat sebagai bahan pengisi
seperti TiO 2 atau Caolin Clay, dan ditentukan kembali kadar TSC nya.Dengan demikian
data analisis di atas telah memenuhi standar PT. Industri Karet Nusantara dimana kadar
TSC nya 58,14 % - 60,54 %, berarti data di atas telah sesuai dengan standar PT. Industri
Karet Nusantara.
BAB 5
5.1.Kesimpulan
Kadar TSC dari lateks kompon di PT. Industri Karet Nusantara telah sesuai
5.2. Saran
Diharapkan untuk selalu menjaga kualitas analisa Total Solid Content (TSC)
sesuai dengan spesifikasi internasional sehingga benang karet yang dihasilkan di PT.
Indusri Karet Nusantara dapat diterima di pasar nasional dan tentunya pasar internasional.
Selain itu juga untuk parameter - parameter lain untuk kompon seperti : pH, Viskositas,
Swelling Index, juga harus sesuai dengan standar PT. Industri Karet Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian Perkebunan.
Thio Guan Loo. 1980. Tuntunan Praktis Mengelola Karet Alam. Cetakan 2.
Tim Penulis PS. 1992. Karet Strategi dan Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan
LAMPIRAN
Tabel 2. Skema Standar Mutu Kompon Aktif Pada Proses After Cooling Pada
No Parameter Standar
2. PH 11.75 - 12.60