You are on page 1of 41

PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL DARI LATEKS

KOMPON DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BENANG


KARET

KARYA ILMIAH

ELVI NUR FITRIA HASIBUAN


042401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Universitas Sumatera Utara


2

PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL DARI LATEKS


KOMPON DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BENANG
KARET

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ELVI NUR FITRIA HASIBUAN


042401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Universitas Sumatera Utara


3

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN


TOTAL DARI LATEKS KOMPON DAN
PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BENANG
KARET
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : ELVI NUR FITRIA HASIBUAN
Nomor Induk Mahasiswa : 042401046
Program Studi : DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di
Medan, Juli 2007

Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing
Ketua,

(DR.Rumondang Bulan. MS) (Prof. DR. Zul Alfian.M.Sc)


NIP. 131 459 466 NIP. 131 273 465

Universitas Sumatera Utara


4

PERNYATAAN

PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL DARI LATEKS


KOMPON DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BENANG
KARET

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2007

ELVI NUR FITRIA HASIBUAN


042401046

Universitas Sumatera Utara


5

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang , dengan limpah karunia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam
waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. DR. Zul Alfian M.Sc selaku
pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan
penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas dan
padat dan professional telah diberikan kepada penulis agar dapat menyelesaikan tugas ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan rasa terima kasih kepada DR. Harry Agusnar M.Phil. yang
telah memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini. Ucapan terima kasih juga kepada Ketua dan Sekretaris Departemen DR.
Rumondang Bulan MS. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Kimia
FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, dan rekan-rekan mahasiswa. Akhirnya, tidak
terlupakan kepada Bapak, Ibu dan semua ahli keluarga yang selama ini memberikan
bantuan dan dorongan yang perlu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Universitas Sumatera Utara


6

ABSTRAK

Lateks adalah cairan koloid berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet ( Havea

Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung protein

(zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri.

Untuk menentukan kadar TSC kompon yang digunakan untuk produk benang karet

adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetri dimana dilakukan

pemanasan selama 3 jam. Kadar TSC yang diperoleh dari hasil analisis setiap hari selama

4 kali pengambilan dan dilakukan dua kali perlakuan.

Berdasarkan standart mutu PT. Industri Karet Nusantara, maka kadar TSC yang terdapat

pada kompon : 56.69% - 59.48%. Dalam hal ini, kadar TSC di Rubber Thread Factory

(RTF) PT.Industri Karet Nusantara telah sesuai dengan standart

Universitas Sumatera Utara


7

ABSTRACT

Latex is a milky colloidal liquid from tree of rubber (Havea Brasiliensis) with the rubber

particle dispersed water. Latex contain protein (white of egg) which capable to pieces by

bactery activity.

To determine the TSC of compound concentrated which used for rubber thread is with

heated. It was done with volumetric method when heating during 3 hours. To get the TSC

concentrated from analysis result. Everyday during 4 times taking over and doing 2 times.

The based of quality Rubber Thread Factory standart, that’s why TSC of compound

concentrated : 56,69%-59,48%. In this case, TSC concentrated at Rubber Thread factory

to match with standart.

Universitas Sumatera Utara


8

DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGARGAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 4
1.3. Batasan Permasalahan 4
1.4. Maksud dan Tujuan 4
1.5. Manfaat Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Bahan Baku Benang Karet 6
2.2. Parameter dan Standart Mutu 9
2.3. Komposisi Kimia 11
2.4. Kualitas Lateks 17
2.5. Penyebab Terjadinya Prokoagulasi 18
2.5.1. Pemberantasan 18
2.6. Pengolahan Air 20
2.7. Perbedaan Karet Alam Dengan Karet Sintetis 21
BAB 3 METODOLOGI ANALISIS 22
3.1. Alat - alat 22
3.2. Bahan - bahan 22
3.3. Prosedur Analisa 22
BAB 4 HASIL ANALISA 24
4.1. Data analisa 24
4.2. Pengolahan Data 25
4.3. Pembahasan 26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 27
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 29

Universitas Sumatera Utara


9

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Lateks Kompon 30
Tabel 2. Skema Standar Mutu Kompon Aktif 31
Tabel 2.1 Komposisi Karet 6
Tabel 2.2 Persyaratan Mutu Lateks Pekat Pusingan 10
Tabel 2.3 Komposisi Lateks Segar 12
Tabel 4.1 Data Analisis 24

Universitas Sumatera Utara


10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar Flow Chart Rubber Thread 32

Universitas Sumatera Utara


11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat. Masyarakat modern

sekalipun mempergunakan karet, karena setiap hari menggunakan barang dari karet

dalam kehidupannya, untuk melakukan olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya,

Pabrik industri karet PT. Industri Karet Nusantara Medan merupakan salah satu

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi barang jadi karet

seperti : karet gelang, sarung tangan, dan benang karet dengan menggunakan lateks

sebagai bahan bakunya.

Benang karet (rubber thread) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas

yang memiliki prospek yang cukup cerah karena bahan bakunya adalah lateks yang

banyak terdapat di dalam negeri.

Lateks pekat dari kebun diolah menjadi benang karet melalui proses pengolahan

karet dengan fase cair. Dikatakan fase cair karena lateks pekat dan bahan-bahan kimia

dicampur dalam fase cair dengan bantuan air bebas mineral (demin water). Produksi

benang karet (rubber thread) dari lateks berlangsung dalam beberapa departemen (unit).

Unit laboratorium kendali mutu bertugas memeriksa bahan baku lateks, bahan kimia,

memeriksa dispersi, emulsi, solution, dan memeriksa kompon.

Unit kompon bertugas mengolah bahan baku utama bahan baku penolong menjadi

suatu persenyawaan (kompon), serta menjaga kompon dapat digunakan sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


12

formulasi laboratorium kendali mutu. Unit ekstrusi bertugas mengolah kompon yang

telah dibuat unit kompon menjadi benang karet. Unit laboratorium fisika bertugas

memeriksa dan menganalisa hasil produksi, baik itu tegangan tarik 300%, tegangan putus,

dan lain-lain. Unit gudang merupakan tempat penyimpanan/ persediaan barang dari hasil

produksi.

Proses pembuatan benang karet berlangsung dalam beberapa unit proses,yaitu:

Compounding inactive, compounding active, compounding cooling, feeding system,

header capillary, acid bath, drying oven, talcum area, ribboning, curing, cooling

drum,receiving, boxes weighing, packing, market customer.

Pada proses pembuatan benang karet dilakukan pencampuran antara lateks dengan

bahan baku dengan beberapa zat pendukung lainnya seperti bahan pemantap,

vulkanisator, akselerator, activator, dan antioksidan serta zat pengisi sehingga

menghasilkan benang karet dengan kualitas yang baik. Setelah pencampuran lateks

dengan zat pendukung, lateks dialirkan kedalam tangki inaktif kompon dengan

menambahkan disperse, emulsi, dan solusi aktif untuk mengaktifkan kompon.

Pabrik telah menetapkan beberapa baku mutu , bahwa untuk menghasilkan benang

karet yang baik diantaranya kandungan padatan total lateks kompon (TSC). Dimana

kandungan padatan total lateks kompon haruslah sesuai dengan standart yaitu 54.14 –

60.54 %. Tetapi karena faktor kandungan lateks itu sendiri dan zat pengisi kandungan

padatan total lateks kompon tersebut agar dapat dilakukan beberapa tindakan

penanggulangan bila kandungan padatan total lateks kompon kurang dari 54.14 – 60.54%

Universitas Sumatera Utara


13

Untuk memperoleh benang karet dengan mutu tinggi serta dapat bersaing

dipasaran maka selama proses pembuatan benang karet harus selalu memperhatikan

beberapa faktor seperti bahan-bahan pengisi serta bahan-bahan pendukung lainnya.

Dari hal tersebut di atas penulis ingin menganalisis kandungan padatan total

lateks kompon pada tangki after cooling, yang mana kandungan padatan total lateks

kompon ini erat kaitannya dengan berat dan keelastisan benang karet yang dihasilkan

1.2 Permasalahan

Pada proses pembuatan benang karet terdapt beberapa bagian unit pengolahan yang

meliputi : unit laboratorium kandali mutu, unit kompon, unit ekstrusi, dan unit

laboratorium fisika. Untuk menghasilkan benang karet yang bermutu baik, lateks tidak

boleh mengalami penggumpalan dalam proses produksi. Oleh sebab itu dalam proses

pembuatan benang karet, lateks terlebih dahulu dibuat kompon dengan formulasi tertentu.

Pencampuran antar lateks pekat dengan beberapa bahan kimia yang disebut

dengan lateks kompon berlangsung di unit kompon. Adapun tujuan dari pencampuran

tersebut adalah :

1. Untuk memperoleh hasil yang mempunyai sifat yang diinginkan

2. Memungkinkan pemasakan kompon

3. Memudahkan pengerjaan pengolahan

Penambahan bahan kimia tersebut terdiri dari dua tahap, yaitu tahap kompon

inaktif dan tahap kompon aktif. Pada kompon in-aktif ditambahkan bahan-bahan kimia

seperti sulfur, titanium dioksida, sunproof, dan lain-lain, kemudian setelah semua bahan

Universitas Sumatera Utara


14

tercampur homogen, selanjutnya kompon dialirkan menuju kompon aktif. Pada tahap

inilah terjadi pemasakan dan untuk mengetahui apakah kompon sudah masak, dilakukan

suatu pengukuran yang disebut dengan swelling dan setelah melewati tahap ini, masuk

kedalam tahap ekstrusi dan setelah itu diperiksa di unit fisika sebagai hasil produksi.

Apabila ukuran masak kompon terlalu tinggi, maupun terlalu rendah mutu benang karet

yang dihasilkan juga tidak baik.

Untuk itu permasalahan yang ingin diangkat dalam penulisan karya ilmiah ini

adalah apakah kadar Kandungan Padatan Total pada kompon aktif sesuai dengan standar

PT. Industri Karet Nusantara dan pengaruhnya terhadap kualitas benang karet yang akan

dihasilkan.

1.3. Batasan Permasalahan

Dalam hal ini penulis membatasi penulisan karya ilmiah ini hanya pada pemeriksaan

kadar TSC kompon aktif dan pengaruh penurunan kadar TSC terhadap benang karet yang

dihasilkan.

1.4. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya ilmiah hasil praktek kerja lapangan yang

penulis lakukan di Rubber Thread Factory (RTF) PTP.Nusantara III adalah untuk

mengetahui cara penentuan kadar TSC kompon aktif dengan metode gravimetric dan

pemanasan serta pengaruh penurunan kadar TSC terhadap benang karet yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


15

1.5. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kadar

Kandungan Padatan Total kompon aktif yang sebenarnya sesuai dengan standar PT.

Industri Karet Nusantara.

Universitas Sumatera Utara


16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku Benang Karet

Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet,

sebelum lateks digunakan menjadi benang karet atau bahan jadi karet lainnya,lateks

tersebut terlebih dahulu dipekatkan dan disebut lateks pekat.

Lateks adalah cairan berwarna putih yang menyerupai susu yang dihasilkan dari

pohon karet bila disadap atau dilukai. Lateks merupakan sistem koloid yang kompleks,

yang terdiri dari partikel karet dan bahan –bahan karet yang terdispersi dalam cairan yang

disebut serum. Bahan bukan karet jumlahnya relatif kecil, sebagian besar terlarut dalam

serum,lainnya teradsorbsi dalam permukaan partikel karet.

Tabel 2.1 Komposisi Karet


No Nama Bahan Kadar ( % )

1 Karet Kering 25 – 40
2 Air 60- 70
3 Protein dan senyawa nitrogen 1,0 – 1,5
4 Lipid dan terpen 1,0 – 1,5
5 Senyawa anorganik 0,1 – 0,5
6 Karbohidrat 1,0 – 2,0
7 PH 6,7 -7,5

Universitas Sumatera Utara


17

Lateks yang telah dipekatkan mempunyai kadar karet kering (KKK) minimum 60 % dan

berupa cairan yang mantap.

Tujuan dari pemekatan lateks antara lain :

1. Untuk memperoleh kadar karet kering sekurang-kurangnya 60%

2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi

3 Untuk mengetahui jumlah air ditambahkan pada pengenceran latek samp kadar

yang dikehendaki.

Penggolongan lateks pekat didasarkan atas cara pemekatan. Dalam perdagangan dijumpai

4(empat) cara pemekatan lateks pekat, yaitu :

a. Pemusingan (Centeifuging)

Dengan menggunakan alat pemusing, lateks kebun dipusingkan dengan kecepatan kira-

kira 6000 – 7000 putaran tiap menit. Karena daya sentrifugal, lateks dipisahkan menjadi

dua bagian, lateks pekat dan serum. Keeuntungan cara ini adalah lateks pekat yang

diperoleh mengandung sedikit zat padat yang ada dalam serum dan juga kadar protein

yang rendah, serta bebas dari kotoran dan endapan. Sering untuk kebutuhan tertentu

dilakukan pemusingan ulangan.

b. Pendadihan (Creaming)

Prinsip dengan cara ini adalah bahwa kedalam lateks dibubuhkan bahan-bahan yang

disebut dengan bahan pendadih. Setelah itu tidak lama kemudian lateks akan terpisah

menjadi dua lapisan. Lapisan atas terdiri dari lateks dadih, dan lapisan bawah terdiri dari

serum. Bermacam-macam bahan pendadih yang telah digunakan untuk maksud ini antara

Universitas Sumatera Utara


18

lain adalah natrium alginate, ammonium alginate, metil selulosa. Lateks dadih yang

dihasilkan dalam waktu yang baik, mempunyai kadar jumlah zat padat sebanyak 62-63%.

Pada umumnya lateks dadih mempunyai viskositas yang lebih besar, dan masih

mengandung bahan-bahan karet yang tidak berasal dari bahan pendadihnya.

c. Penguapan (Evaporating)

Cara pengambilan lateks dengan menguapkan air yang ada didalam lateks(lateks

kebun) dengan kata lain mengurangi kadar air dengan melakukan pemanasan.

d. Dekantasi Listrik

Pemekatan lateks denan cara ini disebabkan karena pengaruh medan listrik yang

diberikan diantara elektroda yang dimasukkan di dalam lateks. Oleh karena butir karet

bermuatan negatif,maka akan ditarik elektroda positif. Dapat dikatakan, bahwa cara

dekantasi listrik ini serupa dengan pendadihan tanpa penambahan bahan pendadih.

Lateks pekat yang mengandung zat padat sejumlah 62-63%. Lateks pekat dekantasi

listrik mempunyai kemantapan mekanis yang lebih besar daripada lateks pekat pusingan.

Dari keempat cara tersebut di atas, yang paling banyak digunakan dalam industri adalah

cara pemusingan (centrifuge), karena kapasitas produksinya tinggi, viskositas lateks

rendah(tidak kental) dan hasil lateksnya murni (tidak tercampur endapan dan kotoran).

Mutu lateks pusingan ini ditentukan berdasarkan pengujian yang ditetapkan oleh ASTM

D.1976 – 1980 dan ISO 2004.

Universitas Sumatera Utara


19

2.2 Parameter dan Standart Mutu

Beberapa defenisi dari parameter mutu lateks pekat yaitu :

A. Kadar karet kering (Dry Rubber Content)

Kadar karet kering adalah menunjukkan banyaknya kadar karet kering yang terdapat

didalam lateks yang digumpalkan dengan asam, digiling dan kemudian dikeringkan

pada suhu 70° C selama 16 jam atau pada suhu 100° C selama 2 jam.

B. Jumlah padatan total (Total Solid Content)

Jumlah padatan total adalah menunjukkan banyaknya zat padat yang terdapat didalam

lateks yang tidak dapat menguap bila dikeringkan pada suhu 70° C selama 16 jam atau

pada suhhu 100° C selama 2 jam.

C. Kadar amoniak (NH 3 )

Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat dalam lateks(% b/v)

D. Uji waktu kemantapan mekanis(Mechanical Stability Time)

Waktu kemantapan mekanis adalah waktu (detik) yang dibutuhkan untuk memulai

menunjukkan flokulasi bila dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm.

E. Bilangan asam lemak mudah menguap (Volatyle Fatty Acid)Bilangan asam lemak yang

mudah menguap adalah jumlah asam lemak yang mudah menguap berantai pendek

yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total

Universitas Sumatera Utara


20

Tabel 2.2 Persyaratan Mutu Lateks Pekat Pusingan (Centrifuge NR.Concentrated

Specifiction) ASTM D.1976 – 1980 dan ISO 2004

PARAMETER MUTU ASTDM . 1976 -1980 ISO 2004

HA LA HA LA

Jumlah zat padat (TSC) min % 61,5 61,5 61,5 61,5

Kadar karet kering (DRC) min % 60 60 60 60

Kebasaan (NH3) % dalam Air Min 1,6 Min 1,6 Min 1,6 Min 1,6

Kemantapan Mekanis (MST) min det 650 650 540 540

Bilangan VFA, maks - - 0,2 0,2

Bilangan KOH, maks 0,80 0,80 1,0 1,0

Kadar Koagulan, maks % dari jumlah 0,10 0,10 0,08 0,08

padatan

Kadar endapan, maks % dari jumlah 0,10 0,10 0,10 0,10

padatan

Kadar Tembaga (Cu) maks ppm 8 8 8 8

Kadar Mangan (Mn) maks ppm 8 8 8 8

Warna sesuai Visual Tidak Berwarna Biru dan Abu-Abu

Bau setelah dinetralkan dengan asam Tidak Berbau Busuk

borat

Keterangan : HA adalah lateks pekat jenis ‘high ammonia’


LA adalah lateks pekat jenis ‘low amonia’

Universitas Sumatera Utara


21

Spesifikasi lateks perlu dijaga karena lateks mempunyai sifat-sifat berikut ini :

1. Konsentrasi lateks mudah berubah sehingga tangki persediaan harus dilengkapi

dengan suatu alat pengaduk

2. Kestabilan lateks dapat menurun sebab amoniak besifat korosif sehingga tidak

boleh terkena langsung dengan drum atau tangki yang ada ion Fe²+ sehingga harus

dilapisi pada permukaannya dengan lilin atau cat tahan alkali, dan lain-lain.

3. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada lateks sehingga kadar amoniak

(pengawet) harus diperhatikan

4. Uji kestabilan mekanik tidak sama karena perbedaan waktu pengadukan dalam

pengambilan lateks.

2.3 Komposisi Kimia

1. Karbohidrat Metil inositol adalah komponen yang paling pekat di dalam fase serum.

Jumlahnya 1% dari seluruh lateks. Selain metal inositol masih terdapat sukrosa,

glukosa dan fruktosa denga konsentrasi tang bervariasi.

2. Protein

Protein di dalam lateks mencapai 2-3 %. Di dalam pembuatan sarung tangan,

konsentrasi protein yang ada harus diturunkan menjadi sekecil mungkin, hal ini

disebabkan karena protein akan menyebabkan efek alergi bagi beberapa pemakai

sarung tangan itu sendiri

Universitas Sumatera Utara


22

3. Lipida

Lipida yang terdapat di dalam lateks terdiri dari lemak, lilin, sterol, sterol ester, dan

fosfolipida. Seluruh senyawa ini tidak laarut dalam air dan terdapat didalam fase

karet dengan jumlah sedikit di dalam fraksi bawah dan Frey-wessling.

4.Konstituen lain

Sembilan belas asam amino ah diidentifikasikan didalam lateks. Nukleotida yang

terkandung di dalam lateks adalah penting sebagai ko-faktor dan zat intermediet di

dalam proses biosintesis. Konsentrasi total dari ion-ion anorganik adalah 0.5 %. Ion-

ion anorganik tersebut adalah K, Mg, Cu, Fe, Na, Ca.

Tabel 2.3 komposisi lateks segar (Boehana,S.M,1993)

Kandungan (%)

Karet (cis 1.4 poli isoprene) 25,0-40,0

Karbohidrat 1,0-2,0

Protein dan senyawa Nitrogen 1,0-1,5

Lipid dan Terpen 1,0-1,5

Senyawa anorganik 0,1-0,5

Air 60-74

pH 6,7-7,5

Bahan – bahan kimiayang digunakan pada proses pembuatan benang karet dapat

digolongkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


23

1. Bahan Vulkanisasi

Untuk proses vulkanisasi diperlukan bahan pemvulkanisasi (vulkanisator), yang

disebut juga sebagai bahan pemasak karena tanpa bahan tersebut lateks kompon tidak akan

matang. Bahan pemvulkanisasi yang banyak digunakan adalah belerang (sulfur). Telerium

dan selenium dapat juga digunakan sebagai pemvulkanisasi tetapi harganya yang terlalu

mahal, telerium dan selenium ini jarang digunakan.

2. Bahan pencepat (Accelerator)

Proses vulkanisasi dengan belerang sangat lambat. Guna mempercepat vulkanisasi

diperlukan satu atau lebih bahan pencepat. Bahan pencepat yang biasa digunakan adalah

ZDBC (zinc dibuthyl dithyocarbamat).

3. Bahan Penggiat ( Aktivator )

Bahan ini digunakan untuk menggiatkan kerja dari bahan pencepat (accelerator).

Pada umumnya bahan pencepat organic tidak dapat berfungsi secara efisien tanpa bahan

penggiat. Bahan penggiat yang umum digunakan adalah zinc oxide (ZnO).

4. Bahan Pengisi

Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan

pengisi yang aktif. Kedua, bahan pengisi yang menguatkan. Yang pertama hanya

menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi yang dihasilkan, tetapi kekuatan dan

sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi yang tidak aktif lebih banyak digunkan

untuk menekan harga karena bahan ini berharga lebih murah contohnya kaolin, tanah liat,

kalsium karbonat magnesium karbonat, barium sulfat. Bahan pengisi aktif atau penguat ,

contohnya karbon hitam, silika, aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini

Universitas Sumatera Utara


24

mampu menambah kekerasan ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus

yang tinggi pada barang yang dihasilkan. Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak

aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang

digunakan pada pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO 2 ) yang berbentuk

tepung dan berwarna putih bersih.

5. Bahan pemantap (Stabilizer)

Pottasium hidroksida (KOH) adalah bahan yang digunakan sebagai bahan

pemantap. Bahan pemantap ditambahkan agar lateks terlindung dari tegangan terhadap

beberapa campuran dan berfungsi sebagai bahan pendispersi.

6. Antioksidan

Bahan yang digunakan sebagai antioksidan adalah sunproof dan wingstay L. Fungsi

bahan ini adalah untuk melindungi benang karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen

maupun ozon yang terdapat di dalam udara. Bahan kimia ini bias any juga tahan terhadap

pengaruh ion – ion tembaga, basi dan mangan. Selain itu juga mampu melindungi

terhadap suhu tinggi, retak – retak, dan lentur.

Karena lateks pekat yang merupakan bahan baku utama berupa cairan untuk mendapatkan

cairan yang homogen yang disebut juga dengan emulsi atau dispersi.

Emulsi adalah system dispersi koloid zat cair dalam zat cair. Dispersi adalah cara

pembuatan larutan koloid dari fase yang dispersi lebih kasar menjadi ukuran partikel

koloid dengan penghalusan.

Adapun yang membuat lateks kompon dapat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu:

a. Pembuatan dispersi atau emulsi

Universitas Sumatera Utara


25

Untuk membuat dispersi diperlukan suatu alat gilingan peluru ( ball mill )

sedangkan untuk membuat emulsi diperlukan alat pengaduk (stirer). Dalam pembuatan

dispersi atau emulsi diperlukan bahan penolong lainnya misalnya : bahan pendispersi

(dispersing agent ) atau bahan pengemulsi ( emulsifying agent ), bahan pemantap, air, dan

sebagainya tergantung jenis bahan kimianya. Bahan yang dibuat dispersi dicampur

dengan bahan dispersi dan air, lalu dimasukkan dalam gilingan peluru, kemudian diputar

dengan alat pemutar gilingan peluru. Kecepatan putar sekitar 35 – 75 rpm dijalankan

selama 24 jam tergantung dari jenis bahan kimia yang akan dibuat dispersi. Untuk

membuat emulsi maka bahan pengemulsi dimasukkan kedalam tabung, kemudian diaduk

dengan alat pengaduk selama beberapa waktu sampai diperoleh emulsi yang bagus.

b. Pembuatan lateks kompon

Lateks pekat dicampur dengan bahan kimia yang telah dibuat dalam bentuk

dispersi atau emulsi dengan susunan kompon tertentu sesuai dengan tujuan barang

jadi karet yang akan dibuat. Dispersi – dispersi dan emulsi – emulsi ini ditambahkan

dalam jumlah seperti yang telah ditentukan dalam formulasi dan disesuaikan dengan

keperluan. Campuran diaduk perlahan – lahan dan jangan sampai terjadi pengotoran.

Lateks kompon sebelum dicetak untuk membuat barang jadi karet adalah dalam

keadaan cair.

Lateks kompon yang telah siap diolah dapat dilakukan dengan 5 (lima)

proses pembuatan barang jadi karet, yaitu :

1. Proses celup

Universitas Sumatera Utara


26

Mencelup dalam bentuk yang paling sederhana dengan jalan mencelup sesuatu

barang (acuan) dalam campuran lateks dan kemudian mengeluarkannya lagi. Lapisan

lateks yang menempel pada permukaan dari acuan lantas dikeringkan dan kemudian

divulkanisir.

2. Proses Flow Casting

Ini adalah proses pembuatan benang dengan jalan menuang pada mana satu

acuan yang hampa diisikan dengan satu campuran lateks yang menempel pada

dinding acuan. Apabila lapisan lateks telah memperoleh kekuatan yang cukup,

acuannya lantas dibuka dan barang keluar dikeringkan dan divulkanisir.

3. Proses Karet Busa

Proses pembuatan barang karet yang terdiri dari beribu - ribu gelembung udara

atau sel - sel. Pada tiap - tiap sel ada selaput kulit tipis dan sel - sel ini satu sama lain

berhubungan. Dengan kata lain karet busa ini interseluler.

4. Proses Semprot

Prinsip dengan cara ini berdasarkan penyemprotan satu campuran lateks melalui

lubang kecil kedalam satu penangas pembekuan, dimana talinya membeku. Selanjutnya

tali ini divulkanisir. Tali lateks ini dipakai dalam industri tekstil dan pakaian, misalnya

korset, kaos lutut, dan lain - lain yang kemudian dipintal menjadi benang.

Campuran lateks demikian mempunyai komposisi sebagai beikut :

a. Lateks Pekat 100 bagian

b. Potasium Hidroksida 0,5 bagian

c. Potasium Oleat 20 % 1-2 bagian

Universitas Sumatera Utara


27

d. Sulfur 50 % 1-1,5 bagian

e. ZnMBT 50 % 1,5 bagian

f. ZnDC 50 % 0,25 bagian

g. Antiokdidasi, mis ; Nonox D 560% 1-2 bagian

h. Titanium Dioksida 3-10 bagian

Campurannya dibiarkan paling sedikit 12 jam, sehingga mempermudah pembekuan yang

merata dan pengeringan yang cepat, kemudian disaring dengan kain nilon atau bulu

kempa yang berlubang halus untuk mencegah penutupan dari lubang - lubang semprot,

selanjutnya udara disingkirkan dengan vakum.

5. Meresapi Tekstil

Proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada proses semprot

yang membubuhi karet pada benang.

2.4. Kualitas lateks

Faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas lateks pekat

Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Pertama, bagian yang

mendispersikan atau memancarkan bahan - bahan yang terkandung secara merata biasa

disebut serum. Bahan - bahan bukan karet yang larut dalam air seperti protein, garam -

garam mineral, enzim dan lain - lain yang termasuk kedalam serum. Kedua terdiri dari

butiran - butiran karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.

Sebenanrnya system koloidal bias dipertahankan agak lama sampai satu hari lebih,

sebab bagian - bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis sejenis protein mempunyai

Universitas Sumatera Utara


28

kestabilan sendiri. Stabilisatornya adalah lapisan protein yang mengelilingi tersebut.

Dengan berkurangnya kestabilan ini terjadilah prokoagulasi. (Tim penulis PS, 1992 )

2.5 Penyebab terjadinya prokoagulasi

Prokoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau

gumpalan - gumpalan pada cairan getah sadapan. Prokoagulasi terjadi karena kemantapan

bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian - bagian koloidal ini

kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih

besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku, inilah yang menyebabkan

terjadinya prokoagulasi.

2.5.1. Pemberantasan

Untuk memberantas atau mengurangi prokoagulasi , sebagai tindakan pertama harus

dilakukan pemeriksaan, atau apakah :

a. Prokoagulasi ini disebabkan oleh suatu penyakit fisiologis. Dalam hal ini harus

diambil tindakan - tindakan kultur teknis untuk memulihkan kesehatan dari pohon

- pohon tersebut.

b. Alat - alat berada dikebun seperti mangkok - mangkok lateks, ember - ember dan

sebagainya, semuanya cukup bersih.

Selainnya ini harus sedapat mungkin dijaga, agar supaya lateks kebun tidak diencerkan

dengan air yang kotor, misalnya air selokan atau air sungai.

Sebagai langkah kedua dapat diambil tindakan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


29

Mulai menyadap diwaktu pagi ( sebelum matahari terbit ), sehingga lateks dapat

diangkut ke pabrik sebelum hawa udara menjadi terlampau panas. Sebab di bawah

matahari yang panas, lateks kebun yang biasanya diangkut dalam tangki - tangki dari

aluminium juga menjadi panas. Sehingga kemantapannya (stabilitasnya) berkurang.

Dapat ditambahkan disini, bahwa menyadap diwaktu pagi dapat mempertinggi produksi

lateks kebun.

Apabila kedua langkah ini belum memberi hasil yang dikehendaki, barulah kita

memakai obat pencegah koagulasi (antikoagulan). Cara memakai antikoagulan harus

disesuaikan dengan keadaan - keadaan di perkebunan dan pabrik. Jumlah antikoagulan -

antikoagulan sangat besar, tetapi yang biasanya dipakai ialah :

a. Natriumkarbonat (soda)

b. Amoniak

c. Natriumsulfit

d. Formaldehida

Kadang - kadang juga dipakai suatu campuran dari dua atau lebih antikoagulan.

a. Soda harganya murah apabila dibandingkan dengan antikoagulan lainnya.

Tetapi pabrik - pabrik yang mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheets

(RSS) hendaknya jangan menggunakan natriumkarbonat, oleh karena zat

ini dapat menimbulkan gelembung - gelembung dalam sheet kering.

b. Amoniak banyak dipakai dan biasanya memberi hasil - hasil yang

memuaskan, apabila segala sesuatu dilakukan secara tepat.

Universitas Sumatera Utara


30

c. Natriumsulfit biasanya kurang bermanfaat, apabila gejala - gejala

prokoagulasi telah nampak dengan jelas. Zat ini mempunyai khasiat

sebagai disinfektan (= zat yang dapat dipakai untuk membasmi jasad-jasad

renik seperti bakteri-bakteri dan sebagainya).

d. Formaldehida kurang baik,apabila dipakai waktu hujan. Selama disimpan

mungkin dioksidasi menjadi suatu zat yang disebut dengan asam format

(asam semut), sehingga dapat menyebabkan koagulasi (pembekuan),

apabila dicampur dengan lateks. ( Thio Goan Loo, 1980)

2.6 Air pengolahan

Dalam pengolahan karet, air berperan sangat penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang

sangat besar.

Syarat - syarat air untuk pengolahan adalah :

a. Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengencer bahan - bahan kimi, air

harus jernih dan tidak berwarna, tidak boleh mengandung garam - garam kapur,

karena akan sangat mempermudah terjadinya prokoagulasi dan menimbulkan bintik

- bintik oksidasi.

b. Air untuk pengolahan di pabrik persyaratannya tidak terlalu ketat, akan tetapi tidak

boleh mengandung kotoran. Air yang bersih dapat diperoleh dari sumbernya atau

dari sungai dengan cara disaring dan diendapkan di bak - bak, atau dengan

penambahan tawas. ( Boehana Setya Midjaja, 1993 )

Universitas Sumatera Utara


31

2.7. Perbedaan Karet Alam Dengan Karet Sintetis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet

sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan

oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki oleh karet alam sulit

ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan

karet sintetis adalah :

1. memiliki daya elastisitas dan daya lenting yang sempurna

2. memiliki plastisasi yang baik sehingg pengolahannya mudah

3. mempunyai daya aus yang tinggi

4. tidak mudah panas (low heat bid up) ,dan

5. memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan. (Nazarudddin, dkk. 1991)

Universitas Sumatera Utara


32

BAB 3

METODOLOGI ANALISIS

3.1. Alat-alat

Desikator Bad & Tatlock

Neraca analitis Ohaus

Oven

Cawan petrydish

3.2 Bahan-bahan

Sampel kompon pada Active Compound Tank (ACT)

3.3. Prosedur Analisis

Penentuan Total Solid Content (TSC)

a. Ditimbang petrydish kosong (A)

b. Ditambahkan 2-3 gram sampel kompon kedalam petrydish lalu ditimbang

kembali (B)

c. Kemudian dimasukkan kedalam oven selama 3 jam pada temperatur 100-105°C

d. Setelah 3 jam didinginkan didalam desikator guna pendinginan.

e. Setelah dingin ditimbang beratnya (C)

f. Pekerjaan di atas dilakukan dua kali perlakuan agar didapat hasil yang lebih

teliti

g. Masukkan data yang diperoleh dan dimasukkan kedalam rumus :

Universitas Sumatera Utara


33

% TSC = sampel kering x 100%

sampel basah

h. Kedua nilai tersebut dirata-ratakn

i. Bandingkan spesifikasinya

Keterangan : A = petrydish kosong

B = petrydish + sampel basah

C = petrydish + sampel kering

Universitas Sumatera Utara


34

BAB 4

HASIL ANALISIS

4.1. Data Analisis


Pengambilan data dilakukan setiap hari dan perlakuan untuk analisis dilakukan dua kali
perlakuan
Tabel 4.1.Data Analisis Kadar TSC Setiap Hari Dengan Dua Perlakuan
No Tanggal Perlakuan Kode Berat Berat Berat Rata -
pengambilan petrydish petrydish lateks lateks rata
(gram) basah kering %
(gram) (gram) TSC
1 7 February 1 P 34.4966 2.7457 1.6203
2007

2 7 February 2 K 34.5936 3.5527 2.0964 59.01


2007

3 8 February 1 LV 35.3666 2.6890 1.6028


2007

56.69
4 8 February 2 - 34.0489 2.0963 1.8439
2007
5 9 February 1 OL 24.8035 2.2738 1.3522
2007

6 9 February 2 S 23.6955 3.6044 2.1447 59.48


2007

7 10 February 1 OL 24.8040 4.1858 2.4579


2007
8 10 February 2 S 23.6962 3.4106 2.0072
2007 58.79

Universitas Sumatera Utara


35

4.2 Pengolahan Data

Penentuan Kadar TSC :

Kadar TSC (%) dari data di atas diperoleh rumus

(%) TSC = (C-A) x 100% = Berat kering x 100%

(B-A) Berat basah

dimana : A = petrydish kosong

B = petrydish + sample basah

C = petrydish + sample kering

1. 7 February 2007

1. dimana : berat kering = 1.6203 g

berat basah = 2.7452 g

kode petrydish P = 34. 4966 g

(%) TSC = 1.6203 g X 100 %

2.7452 g

= 59.02 %

2. dimana : berat kering = 2.0964 g

berat basah = 3.5527 g

kode petrydish K = 34.5936 g

(%) TSC = 2.0964 X 100 %


3.5527

= 59.008 %

jadi (%) TSC (AV) = 59.02 + 59.01


2

Universitas Sumatera Utara


36

= 59.01 %

Data selengkapnya pada Tabel 4.1 (Lampiran)

4.3. Pembahasan

Analisis kadar TSC dilakukan dengan cara pemanasan di dalam oven selama 3 jam pada

suhu 100 - 105°C hingga di dapat berat kompon kering.

Dari tabel 4.1 diperoleh, kadar rata - rata % TSC kompon pada tanggal 7 February

2007; 59.01%; tanggal 8 February 2007; 56.69%; tanggal 9 February 2007; 59.48%;

tanggal 10 February 2007; 58.79%. Dimana kadar TSC kompon aktif pada proses after

cooling yang sesuai standar adalah 58.14 - 60.54%. Apabila kadar TSC dibawah dari

58.14% maka berat benang karet yang dihasilkan tidak memenuhi standar berat dari

benang karet, begitu juga jika kadar TSC diatas 60.54% maka akan melebihi standar berat

dari benang karet.

Dalam hal ini penulis hanya mengamati kadar TSC pada kompon aktif, dari hasil

analisis diperoleh dari awal proses hingga habis kompon pada tangki aktif, dapat dilihat

bahwa kadar TSC yang diperoleh telah memenuhi standar yaitu diantara 58.14 - 60.54%.

Apabila kadar TSC tidak memenuhi standar, maka kompon tersebut akan diolah

kembali dengan menambahkan bahan - bahan kimia yang bersifat sebagai bahan pengisi

seperti TiO 2 atau Caolin Clay, dan ditentukan kembali kadar TSC nya.Dengan demikian

data analisis di atas telah memenuhi standar PT. Industri Karet Nusantara dimana kadar

TSC nya 58,14 % - 60,54 %, berarti data di atas telah sesuai dengan standar PT. Industri

Karet Nusantara.

Universitas Sumatera Utara


37

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Kadar TSC dari lateks kompon di PT. Industri Karet Nusantara telah sesuai

dengan mutu standar dari perusahaan yaitu 58.14 - 60.54%

5.2. Saran

Diharapkan untuk selalu menjaga kualitas analisa Total Solid Content (TSC)

sesuai dengan spesifikasi internasional sehingga benang karet yang dihasilkan di PT.

Indusri Karet Nusantara dapat diterima di pasar nasional dan tentunya pasar internasional.

Selain itu juga untuk parameter - parameter lain untuk kompon seperti : pH, Viskositas,

Swelling Index, juga harus sesuai dengan standar PT. Industri Karet Nusantara.

Universitas Sumatera Utara


38

DAFTAR PUSTAKA

Boehana,S.M.1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Jakarta : Kanisius.

http://id.wikipedia.org/wiki/karet. Diakses tanggal 18 April, 2007.

Nazaruddin dan Paimin F.B.1991. Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ompusunggu. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Havea. Sungai Putih : Balai

Penelitian Perkebunan.

Ompusunggu. M. 1997. Penanganan Bahan Baku Lateks dan Pengolahan SIR-3 CV

dan SIR-3L. Sungai Putih : Pusat Penelitian Karet.

Thio Guan Loo. 1980. Tuntunan Praktis Mengelola Karet Alam. Cetakan 2.

Jakarta : PT. Kinta.

Tim Penulis PS. 1992. Karet Strategi dan Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan

Pengolahannya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Universitas Sumatera Utara


39

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 1. Spesifikasi Lateks kompon PTP.Nusantara Medan - Tanjung Morawa

Compound Parameter STN Standart Temperatur °C

Inactive NH3 setelah % 0,40 0,57 36


Compound reduksi dengan
HCHO
sebelum
transfer.
Viskositas cps 65 150 25
pH - 11,40 12,30 25
swelling % 2,63 3,00 30
TSC % 58,80 60,55 100

Active compound Swelling - 2,13 2,63 30 - 35


A. Maturation 2-8
jam penambahan
zat kimia

B. Sebelum Viskositas cps 75 150 17


ekstrution 8-12 pH - 11,75 12,60 17
jam setelah swelling - 1,85 2,13 17
pendinginan TSC % 58,24 60,54 100

During Ekstruktion Viskositas cps 75 160 17


over 12 jam pH - 11,75 12,59 17
setelah swelling - 1,72 2,05 17
pendinginan TSC % 58,24 60,24 100

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 2. Skema Standar Mutu Kompon Aktif Pada Proses After Cooling Pada

Rubber Thread Factory PTP. Nusantara Medan - Tanjung Morawa

No Parameter Standar

1. Viskositas 66 rpm 75 rpm - 150 rpm

2. PH 11.75 - 12.60

3. Swelling Index 2.60 - 2.25

4. Total Solid Content (TSC) 58.14 - 60.54 %

Universitas Sumatera Utara

You might also like