Professional Documents
Culture Documents
Lapsus Sugi
Lapsus Sugi
Pembimbing:
dr. Sugianto, Sp.PD
Disusun oleh :
Alivia Febianita 1620221175
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh :
Alivia Febianita 1620221175
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Hipotensi Intradialitik Pada Pasien Dengan CKD On HD” Laporan
Kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Penyakit Dalam.
Penyusunan tugas ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Sugianto, Sp.PD selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Dalam atas kerjasamanya selama penyusunan tugas ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
3
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. KS
• Umur : 69 th
• Alamat : Sumberejo
• Pekerjaan : Tidak bekerja
• Masuk RS : 04-07-18 pukul 10.25 WIB
• Bangsal : Seruni
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas.
Keluhan Tambahan
1. Batuk (-)
2. Demam (-)
3. Lemas (+)
4. Tungkai bengkak (+)
5. Mual (-)
6. Muntah (-)
7. Pusing (-)
8. Makan dan minum masih baik
4
oleh pasien. BAB dan BAK pasien normal tidak ada keluhan. Pasien dan keluarga
mengatakan bahwa ia memiliki riwayat penyakit ginjal beberapa tahun lalu dan
sampai saat ini keluarganya mengatakan bahwa pasien rutin melakukan cuci darah
seminggu dua kali yaitu setiap hari rabu dan jumat. Sehari sebelum HD pasien
mengeluh lemas dan saat jadwal HD datang yaitu hari rabu 4 juli 2018 pasien
drop dengan keluhan sesak dan lemas sehingga pasien dibawa oleh keluarganya
ke IGD RST Soedjono. Oleh karena rencana terapi hemodialisa sudah terjadwal
tanggal 4 Juli 2018 di RST Soedjono dengan kondisi pasien sesak dan lemas maka
selama di IGD dilakukan monitoring terlebih dahulu untuk memantau keadaan
pasien sampai stabil untuk bisa dilakukan HD.
5
Riwayat Pengobatan/Operasi
Pasien rutin melakukan Hemodialisa (HD) hari rabu dan jumat di RST
Soedjono Magelang.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 04 Juli 2018 di Bangsal Seruni.
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis / E4 M6 V5 (GCS : 15)
BB/TB : 46 kg/ 143 cm
Vital Sign :
- Tekanan Darah : 75 / 50 mmHg
- Nadi : 122 x / menit
- Respirasi : 26 x / menit
- Temperatur : 36,30C
- Saturasi : 86%, dgn NC O2 3 ltpm 97%
Kepala:
- Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Wajah:
- Simetris, tidak tampak edema,
Mata:
- Konjungtiva Anemis +/+ Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil +/+
Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
6
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, uvula ditengah
Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
Thorax :
- Pulmo
Abdomen :
Inspeksi : Datar, caput medusae (-),
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegaly (-), nyeri
ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
7
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior -/- ext. Inferior -/-
Sianosis ext superior -/- ext. Inferior -/-
Edema ext. Superior -/- edema ext. Inferior +/-
CRT < 2 detik
HIPOTESIS
Hipotensi Intradialitik pada CKD stage V on HD
8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Irama : sinus
Frekuensi : 100 x/menit
Axis : normoaxis
Gel. P : < 2,5 kotak kecil
PR interval : 4 kotak kecil
Kompleks QRS : 2 kotak kecil
Segmen ST : Isoelektris
Gel T : Tak tampak T inverted
Kesan : normal
DAFTAR MASALAH
1. Sesak Nafas
2. Badan lemas
9
3. Tungkai bawah kanan bengkak
4. Pasien di diagnosis CKD sejak kurang lebih 1 tahun
5. Pasien rutin hemodialisa sudah 1 tahun
6. Tampak sakit sedang dengan TTV (TD 75/50 mmHg, RR 26 x/mnt, HR 122 x/mnt)
7. Konjungtiva anemis (+/+)
8. Ekstremitas inferior dextra edem (+)
9. Hasil lab darah didapatkan hasil :
o Hemoglobin
o Hematokrit
o Eritrosit
o Trombosit
o Ureum
o Kreatinin
ASSESMENT
Hipotensi Intradialitik pada CKD stage V on HD
RENCANA AWAL
• Problem I (Lemas)
Penunjang : DR
Tatalaksana : Infus NaCl 16 tpm
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital
• Problem 2 (Sesak)
Penunjang : SpO2
Tatalaksana : O2 2-3 ltpm
Inj Ceftazidime 3x1
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital, SpO
Problem 3 (Hipotensi Intradialitik pada CKD stage V On HD)
Penunjang : DL, Ureum-Creatinin, SGOT-SGPT
Tatalaksana : Infus NaCl 16 tpm
Planning HD reguler bila tensi terakhir 120/70 mmHg
Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
Monitoring : Lab, keadaan umum, tanda vital
10
DIAGNOSIS
PLANNING
Terapi
Infus NaCl 16 tpm
O2 2-3 ltpm
Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
Inj Ceftazidime 3x1
Planning HD reguler bila tensi terakhir 120/70 mmHg
Monitoring
a. Keadaan umum, SpO2, dan tanda vital
b. Laboratorium (DL, Ureum-Creatinin, SGOT-SGPT)
c. Perbaikan gejala klinis pasien
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
11
FOLLOW UP PASIEN BANGSAL SERUNI 4 JULI – 9 JULI 2018
12
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior +/-
CRT < 2 detik
Hasil Lab :
Hb 9,4 g/dL
Ht 29,1 %
Eritrosit 3,15 M/uL
Trombosit 85 103/uL
Ureum 203 gr/dL
Kreatinin 9,1 gr/dL
13
SGOT/SGPT dbn
Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
14
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior dextra
berkurang
CRT < 2 detik
Hasil Lab :
Hb 9,3 gr/dL
Ht 29,5 %
Eritrosit 3,55 x 106/uL
Trombosit 120 x 103/uL
Ureum 148 mg/dL
15
Kreatinin 4,1 mg/dL
Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
16
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
17
07/07/18 S : Sesak berkurang P:
Pukul O : KU: sakit sedang Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
07.00 Kes: compos mentis Inj Ceftazidime 3x1
TTV: Monitoring :
TD : 110/80 mmHg Keadaan umum
N : 85 x/menit Vital Sign
RR : 22 x/menit Perbaikan gejala klinis pasien
T : 36.7oC Edukasi :
SpO2 : 97% Bed rest
Head to Toe : Bila terasa sesak maka
Kepala: dilakukan pemberian O2 sesuai
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut kebutuhan
Wajah:
- Simetris, tidak tampak
edema,
Mata:
- Konjungtiva Anemis -/-
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
18
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
CRT < 2 detik
Hasil Lab :
Hb 11,9 gr/dL
Ht 34,5 %
Eritrosit 3,90
Trombosit 145
Ureum 91 mg/dL
Kreatinin 5,5 mg/dL
19
08/07/18 S : Sesak berkurang P:
Pukul O : KU: sakit sedang Infus NaCl 16 tpm
07.00 Kes: compos mentis Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
TTV: Monitoring :
TD : 120/80 mmHg Keadaan umum
N : 92 x/menit Vital Sign
RR : 20 x/menit Perbaikan gejala klinis pasien
T : 36.5 Co
Edukasi :
SpO2 : 98% Bed rest
Head to Toe : Bila terasa sesak maka
Kepala: dilakukan pemberian O2 sesuai
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut kebutuhan
Wajah: R/rawat jalan besok tanggal 9
- Simetris, tidak tampak
edema, juli karna sudah ada perbaikan
Mata: KU,TTV dan gejala klinis
- Konjungtiva Anemis -/-
selanjutnya dilakukan HD rutin
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-) sesuai jadwal hari rabu tanggal
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
11/07/2018
+/+
Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
20
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
CRT < 2 detik
21
09/07/18 S : Lemas, sesak, batuk berdahak P : DR, Ureum-Creatinin, Albumin,
Pukul O : KU: sakit sedang SGOT-SGPT
07.00 Kes: compos mentis Infus NaCl 16 tpm
TTV: Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
TD : 120/90 mmHg Monitoring :
N : 95 x/menit Keadaan umum
RR : 20 x/menit Vital Sign
T : 36.5oC Perbaikan gejala klinis pasien
SpO2 : 98% Edukasi :
Head to Toe : Bed rest
Kepala: Pasien rawat jalan karna sudah
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut ada perbaikan KU,TTV dan
Wajah: gejala klinis selanjutnya
- Simetris, tidak tampak
dilakukan HD rutin sesuai
edema,
Mata: jadwal hari rabu tanggal
- Konjungtiva Anemis -/-
11/07/2018
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
22
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
Auskultasi : BU (+)
normal
Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
CRT < 2 detik
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Hemodialisa
II.1.1 Definisi
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah
yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan
AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur
yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).
24
gangguan hemodinamik, baik hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID.
Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia,
tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara,
neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et al., 2007).
Komplikasi Penyebab
Hipotensi Penarikan cairan yang berlebihan, terapi
antihipertensi, infark jantung, tamponade, reaksi
anafilaksis
Hipertensi Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat
Reaksi Alergi Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi, lateks
Aritmia Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu
cepat, obat antiaritmia yang terdialisis
Kram Otot
Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
Emboli Udara
Udara memasuki sirkuit darah
Dialysis disequilibirium
Perpindahan osmosis antara intrasel dan ekstrasel
.
menyebabkan sel menjadi bengkak, edema serebral
Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu
cepat
25
Komplikasi Kronik
Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik.
Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
(Bieber dan Himmelfarb, 2013).
26
(IDH) adalah penurunan tekanan darah sistolik > 30% atau penurunan tekanan
diastolik sampai dibawah 60 mmHg yang terjadi saat pasien menjalani hemodialisis.
Hipotensi intradialisis juga di definisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik
> 40 mmHg atau diastolik >20 mmHg dalam 15 menit (Teta, 2006). Sedangkan
menurut National Kidney Foundation (2002) IDH didefinisikan sebagai penurunan
tekanan darah sistolik ≥20 mm Hg atau penurunan MAP ≥10 mm Hg saat pasien
hemodialisis yang dihubungkan dengan gejala: perut tidak nyaman, menguap, mual,
muntah, kram otot, pusing dan cemas.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hipotensi intradialisis yaitu
berhubungan dengan volume, vasokonstriksi yang tidak adekuat, faktor jantung dan
faktor lain (Daugirdas, Blake & Ing, 2007). Adapun faktor penyebab hipotensi
intradialisis adalah:
a. Kecepatan ultrafiltrasi (ultrafiltration rate/ UFR) yang tinggi;
b. Waktu dialisis yang pendek dengan UFR yang tinggi;
c. Disfungsi jantung (Disfungsi diastolik, aritmia, iskemi, tamponade, infark);
d. Disfungsi otonom (diabetes, uremia);
e. Terapi antihipertensi;
f. Makan selama hemodialisis;
g. Tidak akurat dalam penentuan berat badan kering pasien;
h. Luasnya permukaan membran dialiser;
i. Kelebihan cairan dan penarikan cairan yang berlebihan;
j. Hipokalsemi dan hipokalemi;
k. Dialisat yang tidak tepat diantaranya suhu dialisat yang tinggi, kadar natrium
rendah dan dialisat asetat;
l. Perdarahan, anemia, sepsis dan hemolysis
27
Blake & Ing, 2007). Adapun manajemen hipotensi intradialisis adalah:
menempatkan pasien dalam posisi trendelenburg, memberikan infus NaCl 0,9%
bolus, menurunkan UFR dan kecepatan aliran darah (Quick of blood) serta
menghitung ulang cairan yang keluar (Kallenbach, et al, 2005; Daugirdas, Blake &
Ing, 2007)
28