You are on page 1of 28

LAPORAN KASUS

“HIPOTENSI INTRADIALITIK PADA PASIEN


DENGAN CKD ON HD”

Tugas Kepanitraan Klinik


Bagian Ilmu Penyakit Dalam RST Dr. Soedjono Magelang

Pembimbing:
dr. Sugianto, Sp.PD

Disusun oleh :
Alivia Febianita 1620221175

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

“HIPOTENSI INTRADIALITIK PADA PASIEN


DENGAN CKD ON HD”

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Tk.II dr. Soedjono Magelang

Oleh :
Alivia Febianita 1620221175

Magelang, Juli 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

dr. Sugianto, Sp.PD

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Hipotensi Intradialitik Pada Pasien Dengan CKD On HD” Laporan
Kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Penyakit Dalam.
Penyusunan tugas ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Sugianto, Sp.PD selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Dalam atas kerjasamanya selama penyusunan tugas ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Magelang, Juli 2018

Penulis

3
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. KS
• Umur : 69 th
• Alamat : Sumberejo
• Pekerjaan : Tidak bekerja
• Masuk RS : 04-07-18 pukul 10.25 WIB
• Bangsal : Seruni

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas.
Keluhan Tambahan
1. Batuk (-)
2. Demam (-)
3. Lemas (+)
4. Tungkai bengkak (+)
5. Mual (-)
6. Muntah (-)
7. Pusing (-)
8. Makan dan minum masih baik

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RST Soedjono Magelang dengan keluhan sesak
nafas sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan sesak nafas dirasakan
pasien semakin lama semakin memberat. Keluhan sesak nafas pasien muncul
secara tiba-tiba tanpa dipengaruhi oleh aktivitas. Keluhan sesak nafas disertai
dengan lemas sejak satu hari yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh bengkak
pada tungkai kaki kanan bawah sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan nyeri dada, batuk, demam, nyeri perut, mual, muntah, pusing, disangkal

4
oleh pasien. BAB dan BAK pasien normal tidak ada keluhan. Pasien dan keluarga
mengatakan bahwa ia memiliki riwayat penyakit ginjal beberapa tahun lalu dan
sampai saat ini keluarganya mengatakan bahwa pasien rutin melakukan cuci darah
seminggu dua kali yaitu setiap hari rabu dan jumat. Sehari sebelum HD pasien
mengeluh lemas dan saat jadwal HD datang yaitu hari rabu 4 juli 2018 pasien
drop dengan keluhan sesak dan lemas sehingga pasien dibawa oleh keluarganya
ke IGD RST Soedjono. Oleh karena rencana terapi hemodialisa sudah terjadwal
tanggal 4 Juli 2018 di RST Soedjono dengan kondisi pasien sesak dan lemas maka
selama di IGD dilakukan monitoring terlebih dahulu untuk memantau keadaan
pasien sampai stabil untuk bisa dilakukan HD.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien terdiagnosis CKD dan melaksanakan hemodialisa sudah 1 tahun
 Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Penyakit Paru (TB) : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Berkeringat malam hari : Disangkal
 Riwayat HT : Disangkal
 Riwayat DM : Disangkal
 Riwayat Kolesterol : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Pasien menyangkal di keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama
 Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Penyakit Paru (TB) : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat HT : Diakui
 Riwayat DM : Disangkal

5
Riwayat Pengobatan/Operasi
Pasien rutin melakukan Hemodialisa (HD) hari rabu dan jumat di RST
Soedjono Magelang.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien seorang ibu rumah tangga dan tidak bekerja, tinggal serumah
dengan anaknya. Keluarga pasien mengatakan bahwa ibunya suka mengkonsumsi
jamu untuk mengatasi pegal linunya, tetapi sudah berhenti sejak kurang lebih 2
tahun lalu. Biaya pengobatan menggunakan BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 04 Juli 2018 di Bangsal Seruni.
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis / E4 M6 V5 (GCS : 15)
 BB/TB : 46 kg/ 143 cm
 Vital Sign :
- Tekanan Darah : 75 / 50 mmHg
- Nadi : 122 x / menit
- Respirasi : 26 x / menit
- Temperatur : 36,30C
- Saturasi : 86%, dgn NC O2 3 ltpm 97%
 Kepala:
- Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
 Wajah:
- Simetris, tidak tampak edema,
 Mata:
- Konjungtiva Anemis +/+ Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil +/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)

6
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
 Thorax :
- Pulmo

Pemeriksaan Pulmo Dekstra Pulmo Sinistra


- Cor
Inspeksi Pergerakkan dada simetris, (-) retraksi, barrel chest (-)
Palpasi Vocal fremitus normal pada kedua lapang paru
Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi Vesikuler (+/+), Ronkhi basah (-/-), Wheezing (-/-)

o Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak


o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas jantung kanan di ICS III linea sternalis
dextra, batas jantung kiri, yaitu pinggang jantung di ICS III
linea parasternalis sinistra dan batas bawah jantung di ICS V
medial linea midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-) gallop (-)

 Abdomen :
 Inspeksi : Datar, caput medusae (-),
 Auskultasi : BU (+) normal
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegaly (-), nyeri
ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

7
 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior -/- ext. Inferior -/-
 Sianosis ext superior -/- ext. Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/- edema ext. Inferior +/-
 CRT < 2 detik

HIPOTESIS
Hipotensi Intradialitik pada CKD stage V on HD

8
PEMERIKSAAN PENUNJANG

04 Juli 2018 pkl 12:55


Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 9,4 g/dl 12 - 18
Leukosit 4.2 103/uL 3,6 - 11
Trombosit 85.000 103/uL 150 - 450
Hematokrit 29,1 % 35– 48
Eritrosit 3,15 M/uL 3,90- 5,50
MCV 92,3 fL 80 – 100
MCH 29,8 pg 26 – 35
MCHC 32,3 g/dL 31 – 36
RDW 15,5 % 11 – 16
MPV 10,5 fL 8 - 11
Ureum 203 mg/dl 17 - 43
Kreatinin 9,1 mg/dl 0,8 - 1,3
SGOT 32 U/L < 41
SGPT 27 U/L < 37

EKG
Irama : sinus
Frekuensi : 100 x/menit
Axis : normoaxis
Gel. P : < 2,5 kotak kecil
PR interval : 4 kotak kecil
Kompleks QRS : 2 kotak kecil
Segmen ST : Isoelektris
Gel T : Tak tampak T inverted
Kesan : normal

DAFTAR MASALAH
1. Sesak Nafas
2. Badan lemas

9
3. Tungkai bawah kanan bengkak
4. Pasien di diagnosis CKD sejak kurang lebih 1 tahun
5. Pasien rutin hemodialisa sudah 1 tahun
6. Tampak sakit sedang dengan TTV (TD 75/50 mmHg, RR 26 x/mnt, HR 122 x/mnt)
7. Konjungtiva anemis (+/+)
8. Ekstremitas inferior dextra edem (+)
9. Hasil lab darah didapatkan hasil :
o Hemoglobin
o Hematokrit
o Eritrosit
o Trombosit
o Ureum
o Kreatinin

ASSESMENT
Hipotensi Intradialitik pada CKD stage V on HD

RENCANA AWAL
• Problem I (Lemas)
Penunjang : DR
Tatalaksana : Infus NaCl 16 tpm
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital
• Problem 2 (Sesak)
Penunjang : SpO2
Tatalaksana : O2 2-3 ltpm
Inj Ceftazidime 3x1
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital, SpO
 Problem 3 (Hipotensi Intradialitik pada CKD stage V On HD)
Penunjang : DL, Ureum-Creatinin, SGOT-SGPT
Tatalaksana : Infus NaCl 16 tpm
Planning HD reguler bila tensi terakhir 120/70 mmHg
Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
Monitoring : Lab, keadaan umum, tanda vital

10
DIAGNOSIS

Hipotensi Intradialitik padan CKD stage V on HD

PLANNING

Terapi
 Infus NaCl 16 tpm
 O2 2-3 ltpm
 Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
 Inj Ceftazidime 3x1
 Planning HD reguler bila tensi terakhir 120/70 mmHg
Monitoring
a. Keadaan umum, SpO2, dan tanda vital
b. Laboratorium (DL, Ureum-Creatinin, SGOT-SGPT)
c. Perbaikan gejala klinis pasien

PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

11
FOLLOW UP PASIEN BANGSAL SERUNI 4 JULI – 9 JULI 2018

Tanggal Catatan Integrasi Instruksi


04/07/18 S : Lemas (+), sesak (+)  post HD via P: DR
Pukul IGD  Infus NaCl 16 tpm
19.15 O : KU: sakit sedang  O2 2-3 ltpm
Kes: compos mentis  Vascon drip
TTV:  Inj Ceftazidime 3x1
 TD : 60/40 mmHg Monitoring :
 N : 60 x/menit  Keadaan umum
 RR : 26 x/menit  Vital Sign
 T : 36,5oC  Perbaikan gejala klinis pasien
 SpO2 : 97% + O2 Edukasi :
Head to Toe :  Bed rest
 Kepala:  Posisi duduk atau setengah
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut duduk untuk mengurangi sesak
 Wajah: nafasnya
- Simetris, tidak tampak
edema,
 Mata:
- Konjungtiva Anemis +/+
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
 Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi

12
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
 Auskultasi : BU (+)
normal
 Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
 Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior +/-
CRT < 2 detik
Hasil Lab :
 Hb 9,4 g/dL
 Ht 29,1 %
 Eritrosit 3,15 M/uL
 Trombosit 85 103/uL
 Ureum 203 gr/dL
 Kreatinin 9,1 gr/dL

13
 SGOT/SGPT dbn

A: Hipotensi Intradialitik pada CKD


stage V on HD
05/12/17 S : Sesak (+) P:
Pukul O : KU: sakit sedang  Infus NaCl 16 tpm
07.00 Kes: compos mentis  O2 2-3 ltpm
TTV:  Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
 TD : 110/70 mmHg  Inj Ceftazidime 3x1
 N : 90 x/menit Monitoring :
 RR : 24 x/menit  Keadaan umum
 T : 36.5 C
o
 Vital Sign
 SpO2 : 97% + O2  Perbaikan gejala klinis pasien
Head to Toe : Edukasi :
 Kepala:  Bed rest
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut  Posisi duduk atau setengah
 Wajah: duduk untuk mengurangi sesak
- Simetris, tidak tampak
edema, nafasnya
 Mata:
- Konjungtiva Anemis +/+
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm

 Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal

14
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
 Auskultasi : BU (+)
normal
 Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
 Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior dextra
berkurang
CRT < 2 detik
Hasil Lab :
 Hb 9,3 gr/dL
 Ht 29,5 %
 Eritrosit 3,55 x 106/uL
 Trombosit 120 x 103/uL
 Ureum 148 mg/dL

15
 Kreatinin 4,1 mg/dL

A: Hipotensi Intradialitik pada CKD


stage V on HD

06/07/18 S : Sesak (+) P: DR


Pukul O : KU: sakit sedang  Infus NaCl 16 tpm
07.00 Kes: compos mentis  O2 2-3 ltpm
TTV:  Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
 TD : 100/60 mmHg  Inj Ceftazidime 3x1
 N : 84 x/menit Monitoring :
 RR : 24 x/menit  Keadaan umum
 T : 36.5oC  Vital Sign
 SpO2 : 98% + O2  Perbaikan gejala klinis pasien
Head to Toe : Edukasi :
 Kepala:  Bed rest
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut Posisi duduk atau setengah
 Wajah: duduk untuk mengurangi sesak
- Simetris, tidak tampak
edema, nafasnya
 Mata:
- Konjungtiva Anemis -/-
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm

 Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi

16
dan Auskultasi Normal

- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
 Auskultasi : BU (+)
normal
 Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-

 Sianosis ext superior -/- ext.


Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
CRT < 2 detik

A: Hipotensi Intradialitik pada CKD


stage V on HD

17
07/07/18 S : Sesak berkurang P:
Pukul O : KU: sakit sedang  Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
07.00 Kes: compos mentis  Inj Ceftazidime 3x1
TTV: Monitoring :
 TD : 110/80 mmHg  Keadaan umum
 N : 85 x/menit  Vital Sign
 RR : 22 x/menit  Perbaikan gejala klinis pasien
 T : 36.7oC Edukasi :
 SpO2 : 97%  Bed rest
Head to Toe :  Bila terasa sesak maka
 Kepala: dilakukan pemberian O2 sesuai
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut kebutuhan
 Wajah:
- Simetris, tidak tampak
edema,
 Mata:
- Konjungtiva Anemis -/-
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
 Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak
tampak

18
o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
 Auskultasi : BU (+)
normal
 Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
 Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
CRT < 2 detik
Hasil Lab :
 Hb 11,9 gr/dL
 Ht 34,5 %
 Eritrosit 3,90
 Trombosit 145
 Ureum 91 mg/dL
 Kreatinin 5,5 mg/dL

A : Hipotensi Intradialitik pada CKD


stage V on HD

19
08/07/18 S : Sesak berkurang P:
Pukul O : KU: sakit sedang  Infus NaCl 16 tpm
07.00 Kes: compos mentis  Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
TTV: Monitoring :
 TD : 120/80 mmHg  Keadaan umum
 N : 92 x/menit  Vital Sign
 RR : 20 x/menit  Perbaikan gejala klinis pasien
 T : 36.5 Co
Edukasi :
 SpO2 : 98%  Bed rest
Head to Toe :  Bila terasa sesak maka
 Kepala: dilakukan pemberian O2 sesuai
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut kebutuhan
 Wajah:  R/rawat jalan besok tanggal 9
- Simetris, tidak tampak
edema, juli karna sudah ada perbaikan
 Mata: KU,TTV dan gejala klinis
- Konjungtiva Anemis -/-
selanjutnya dilakukan HD rutin
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-) sesuai jadwal hari rabu tanggal
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
11/07/2018
+/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
 Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak

20
tampak

o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
 Auskultasi : BU (+)
normal
 Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
 Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
 CRT < 2 detik

A: Hipotensi Intradialitik pada CKD


stage V on HD

21
09/07/18 S : Lemas, sesak, batuk berdahak P : DR, Ureum-Creatinin, Albumin,
Pukul O : KU: sakit sedang SGOT-SGPT
07.00 Kes: compos mentis  Infus NaCl 16 tpm
TTV:  Vascon 0,3 mikro/KgBB/mnt
 TD : 120/90 mmHg Monitoring :
 N : 95 x/menit  Keadaan umum
 RR : 20 x/menit  Vital Sign
 T : 36.5oC  Perbaikan gejala klinis pasien
 SpO2 : 98% Edukasi :
Head to Toe :  Bed rest
 Kepala:  Pasien rawat jalan karna sudah
- Normosefal, rambut hitam,
tidak mudah dicabut ada perbaikan KU,TTV dan
 Wajah: gejala klinis selanjutnya
- Simetris, tidak tampak
dilakukan HD rutin sesuai
edema,
 Mata: jadwal hari rabu tanggal
- Konjungtiva Anemis -/-
11/07/2018
Sclera Ikterik -/-
- Conjunctiva Suffusion (-)
- Pupil Isokhor, Refleks Pupil
+/+
 Hidung:
- Nafas cuping hidung (-)
- Mukosa hiperemis -/-
- Sekret -/-
- Epistaksis –
 Mulut:
- Mukosa normal
- Faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1, uvula ditengah
 Leher:
- Pembesaran KGB (-)
- JVP 5 + 2 cm
 Thorax :
- Pulmo
Inspeksi, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi Normal
- Cor
o Inspeksi : Pulsasi
ictus cordis tidak

22
tampak

o Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas
jantung kanan di ICS
III linea sternalis
dextra, batas jantung
kiri, yaitu pinggang
jantung di ICS III linea
parasternalis sinistra
dan batas bawah
jantung di ICS V
medial linea
midclavicularis dextra
o Auskultasi : Bunyi
jantung I-II regular,
murmur (-) gallop (-)

 Abdomen
 Inspeksi : Datar, caput
medusae (-),
 Auskultasi : BU (+)
normal
 Palpasi : Supel, nyeri
tekan (-),
hepatosplenomegaly (-),
nyeri ketok CVA (-)
 Perkusi : Timpani di
seluruh lapang abdomen

 Ekstremitas :
 Akral dingin ext. Superior
-/- ext. Inferior -/-
 Sianosis ext superior -/- ext.
Inferior -/-
 Edema ext. Superior -/-
edema ext. Inferior -/-
 CRT < 2 detik

A: Hipotensi Intradialitik pada CKD


stage V on HD

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Hemodialisa
II.1.1 Definisi
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah
yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan
AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur
yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD
persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).

II.1.2 Komplikasi Hemodialisa

Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi


ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK)
stadium V atau gagal ginjal kronik (GGK). Walaupun tindakan HD saat ini mengalami
perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak penderita yang mengalami
masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang
menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya menurun
dengan dilakukannya UF atau penarikan cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi
pada 5-40% penderita yang menjalani HDreguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD
tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau
intradialytic hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010). Komplikasi HD dapat
dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik (Daurgirdas et al., 2007).
 Komplikasi Akut
Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis
berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah,
sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et
al., 2007; Bieber dan Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah

24
gangguan hemodinamik, baik hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID.
Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia,
tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, emboli udara,
neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et al., 2007).

Tabel Komplikasi Akut Hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)

Komplikasi Penyebab
Hipotensi Penarikan cairan yang berlebihan, terapi
antihipertensi, infark jantung, tamponade, reaksi
anafilaksis
Hipertensi Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak
adekuat
Reaksi Alergi Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi, lateks
Aritmia Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu
cepat, obat antiaritmia yang terdialisis
Kram Otot
Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
Emboli Udara
Udara memasuki sirkuit darah
Dialysis disequilibirium
Perpindahan osmosis antara intrasel dan ekstrasel
.
menyebabkan sel menjadi bengkak, edema serebral
Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu
cepat

Masalah pada dialisat / kualitas air


Chlorine Hemolisis oleh karena menurunnya kolom charcoal
Kontaminasi Fluoride Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop, tetanus,
gejala neurologi, aritmia
Kontaminasi bakteri / Demam, mengigil, hipotensi oleh karena
endotoksin kontaminasi dari dialisat maupun sirkuit air

25
 Komplikasi Kronik
Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik.
Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
(Bieber dan Himmelfarb, 2013).

Tabel Komplikasi kronik hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)


Penyakit jantung
Malnutrisi
Hipertensi / volume excess
Anemia
Renal osteodystrophy
Neurophaty
Disfungsi reproduksi
Gangguan perdarahan
Infeksi
Amiloidosis
Acquired cystic kidney disease

Berbagai komplikasi intradialisis dapat dialami oleh pasien saat menjalani


hemodialisis. Komplikasi intradialisis merupakan kondisi abnormal yang terjadi
pada saat pasien menjalani hemodialisis. Komplikasi yang umum terjadi saat pasien
menjalani hemodialisis adalah hipotensi, kram, mual dan muntah, headache, nyeri
dada, nyeri punggung, gatal, demam dan menggigil (Holley, et al, 2007; Barkan, et
al, 2006; Daugirdas, Blake & Ing, 2007).
Hipotensi saat hemodialisis (intradialytic hypotension) adalah salah satu
masalah yang paling banyak terjadi. Holley, Berns dan Post (2007) menyebutkan
frekwensi hipotensi intradialisis adalah 25-55%. Sedangkan Daugirdas, et al (2007)
dan Teta (2008) menyebutkan bahwa frekwensi hipotensi intradialisis terjadi pada
20-30% dialisis. Sementara itu penelitian oleh Ahmad, Khan, Mustafa & Khan
(2002) pada 221 pasien di Pakistan menunjukkan bahwa intradialytic hypotension
dialami oleh 24% pasien.
Banyak definisi yang berbeda tentang hipotensi intradialisis. Menurut
Shahgholian, Ghafourifard, Rafieian, & Mortazavi, (2008) intradialytic hypotension

26
(IDH) adalah penurunan tekanan darah sistolik > 30% atau penurunan tekanan
diastolik sampai dibawah 60 mmHg yang terjadi saat pasien menjalani hemodialisis.
Hipotensi intradialisis juga di definisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik
> 40 mmHg atau diastolik >20 mmHg dalam 15 menit (Teta, 2006). Sedangkan
menurut National Kidney Foundation (2002) IDH didefinisikan sebagai penurunan
tekanan darah sistolik ≥20 mm Hg atau penurunan MAP ≥10 mm Hg saat pasien
hemodialisis yang dihubungkan dengan gejala: perut tidak nyaman, menguap, mual,
muntah, kram otot, pusing dan cemas.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hipotensi intradialisis yaitu
berhubungan dengan volume, vasokonstriksi yang tidak adekuat, faktor jantung dan
faktor lain (Daugirdas, Blake & Ing, 2007). Adapun faktor penyebab hipotensi
intradialisis adalah:
a. Kecepatan ultrafiltrasi (ultrafiltration rate/ UFR) yang tinggi;
b. Waktu dialisis yang pendek dengan UFR yang tinggi;
c. Disfungsi jantung (Disfungsi diastolik, aritmia, iskemi, tamponade, infark);
d. Disfungsi otonom (diabetes, uremia);
e. Terapi antihipertensi;
f. Makan selama hemodialisis;
g. Tidak akurat dalam penentuan berat badan kering pasien;
h. Luasnya permukaan membran dialiser;
i. Kelebihan cairan dan penarikan cairan yang berlebihan;
j. Hipokalsemi dan hipokalemi;
k. Dialisat yang tidak tepat diantaranya suhu dialisat yang tinggi, kadar natrium
rendah dan dialisat asetat;
l. Perdarahan, anemia, sepsis dan hemolysis

Pencegahan hipotensi intradialisis yang dapat dilakukan perawat dengan


cara: melakukan pengkajian berat badan kering secara regular, menghitung UFR
secara tepat dan menggunakan kontrol UFR, menggunakan dialisat bikarbonat
dengan kadar natrium yang tepat, mengatur suhu dialisat secara tepat, monitoring
tekanan darah serta observasi monitor volume darah dan hematokrit selama proses
hemodialisis (Kallenbach, et al, 2005; Thomas, 2003; Daugirdas, Blake & Ing,
2007). Memberikan edukasi tentang pentingnya menghindari konsumsi
antihipertensi dan makan saat dialisis juga dapat mencegah hipotensi (Daugirdas,

27
Blake & Ing, 2007). Adapun manajemen hipotensi intradialisis adalah:
menempatkan pasien dalam posisi trendelenburg, memberikan infus NaCl 0,9%
bolus, menurunkan UFR dan kecepatan aliran darah (Quick of blood) serta
menghitung ulang cairan yang keluar (Kallenbach, et al, 2005; Daugirdas, Blake &
Ing, 2007)

28

You might also like