You are on page 1of 11

MODEL PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL

PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA


Sungadi
Pustakawan Universitas Islam Indonesia
sungadi_ngadi@yahoo.com

Tulisan ini membahas model pengembangan perpustakaan digital perguruan tinggi di Indonesia
yang masing-masing mewakili institusi yang berbeda. Dengan mengambil lima (5) contoh antara
lain : Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi
Surabaya (ITS), Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Islam Indonesia (UII). Dari
beberapa perguruan tinggi tersebut dapat diketahui bahwa perguruan tinggi itu telah mengembangkan
Perpustakaan Digital dan telah beroperasi secara lokal maupun dengan memanfaatkan internet.
Kelima Perguruan Tinggi tersebut mengembangkan koleksi digitalnya dengan memulai digitalisasi
koleksi lokal (local content), berupa skripsi, tesis, disertasi, dan hasil penelitian. Kelima Perpustakaan
Digital tersebut secara teknis memakai model pengembangan OAIS, dengan ciri-ciri kegiatannya
lebih menekankan pada proses kerja yakni bagaimana cara mereka mengelola paket informasi.
Kata Kunci : model pengembangan, perpustakaan digital, perpustakaan perguruan tinggi.
PENDAHULUAN perpustakaan digital. Namun demikian resources
sharing tidaklah mudah untuk diimplementasikan.
Model adalah pola (contoh, acuan,
Hal ini disebabkan adanya perbedaan standar
ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan
metadata yang digunakan oleh masing-masing
dibuat atau dihasilkan, pengembangan adalah
perpustakaan. Misalnya ada perpustakaan
proses, cara, perbuatan mengembangkan.
yang menggunakan standar MARC (Machine-
Perpustakaan adalah tempat, gedung, ruang,
Readable Cataloguing) untuk katalogisasi, dan
yang disediakan untuk pemeliharaan dan
ada yang menggunakan Standar Dublin Core
penggunaan koleksi buku dan bahan kepustakaan
untuk melakukan katalogisasi. World Wide Web
lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari,
Consortium (W3C) mengenalkan RDF (Resource
dan dibicarakan. Perguruan Tinggi adalah
Description Framework) untuk menjadi metadata
tempat pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi
standar yang dapat dimengerti antar mesin untuk
(seperti sekolah tinggi, akademi, universitas).
mendeskripsikan resource yang ada di web.
Perpustakaan Digital merupakan
Masih terjadi perbedaan pendapat
konsep penggunaan teknologi informasi
tentang definisi perpustakaan digital, namun
dalam manajemen perpustakaan. Banyak
sistem perpustakaan digital memiliki konsep
perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia
yang sama dengan perpustakaan konvensional.
yang sudah menerapkan perpustakaan digital
Berikut adalah beberapa definisi perpustakaan
untuk mendukung operasional perpustakaan
digital yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
sehari-hari. Perguruan Tinggi tersebut antara
lain: Universitas Gadjah Mada, Universitas 1. Digital Library Federation (DLF) (1998)
Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut menyatakan bahwa Perpustakaan digital
Teknologi Surabaya, Universitas Airlangga, adalah lembaga yang menyediakan sumber
Universitas Sumatera Utara, Universitas Islam daya, mencakup tenaga ahli, berperan
Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas untuk memilih, menghimpun, menawarkan
Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan lain-lainnya. akses intelektual untuk menginterpretasikan,
menyebarluaskan, memelihara integritas
Keterbatasan sumber daya untuk
koleksi digital secara holistik dari waktu
penyimpanan dan meningkatnya kebutuhan untuk
ke waktu sehingga koleksi siap dan selalu
saling berbagi informasi menjadikan resources
tersedia untuk dimanfaatkan bagi masyarakat
sharing merupakan pendorong pengembangan
pencari informasi.
Vol. 4 No. 1 Tahun 2013 : 39-49 ISSN 1979 - 9527
2. Kemudian William Arms (2005) mendifinisikan PEMBAHASAN
bahwa perpustakaan digital adalah suatu
koleksi informasi digital yang disajikan Model Pengembangan Perpustakaan Digital
dan dapat diakses menggunakan jaringan Terdapat beberapa model
komputer yang disusun secara sistematis. perpustakaan digital antara lain:
3. Sementara itu Jose Luis Borbinha, dan
a. Model Rolands dan Bawden
kawan-kawan. (1997) mengatakan bahwa
perpustakaan digital tidak sekedar sebagai Model yang diusulkan oleh Rolands dan
bank data yang menyajikan layanan untuk Bawden dalam Pendit (2009), adalah seperti
menjalankan fungsi preservasi, mengolah, tergambar di bawah ini:
dan memberikan akses terhadap informasi PERPUSTAKAAN -gedung,
yang ada di dalamnya. Digital Library lokasi fisik, koleksi tercetak,
ruangan baca, meja referensi,
sudah semestinya juga berfungsi sebagai dan sebagainya.

sebuah sistem untuk mendistribusikan


PERPUSTAKAAN
jasa informasi, dan sebagai media yang ELEKTRONIK- gedung, lokasi
secara aktif menawarkan melalui promosi, fisik, koleksi tercetak dan
elektronik (CD, DVD, Cassete,
mendukung, proses pembuatannya. tape, piringan hitam, disket),
ruangan baca, meja referensi,
Dari definisi para pakar terebut di atas dan sebagainya

dapat disimpulkan bahwa, perpustakaan digital PERPUSTAKAAN HIBRIDA-


gedung, lokasi fisik + Internet,
adalah sebuah sistem yang menghimpun, koleksi tercetak dan elektronik,
ruangan baca, meja referensi +
mengorganisasikan, mempunyai layanan, dan referensi maya + ruang maya
obyek informasi yang disimpan dalam format digital (virtual)

dan dapat diakses melalui jaringan komputer.


PERPUSTAKAAN DIGITAL-
Di kalangan para pustakawan masih dengan atau tanpa lokasi fisik,
muncul keraguan adanya istilah “Perpustakaan koleksi digital, ruang dan
referensi maya
Digital”. Hal ini disebabkan oleh dipertahankannya
kata “perpustakaan” yang dalam kenyataannya
PERPUSTAKAAN MAYA-
sebelum istilah ini populer, sudah ada istilah tanpa lokasi fisik, koleksi
seluruhnya digital, ruang dan
lain, yaitu electronic library (e-library) dan virtual
library. Berangkat dari rasa kebingungan dan
kesimpangsiuran tersebut, beberapa pihak Pada gambar di atas terlihat semakin
berupaya membuat kerangka konseptual atau ke atas semakin “fisik” dimana perpustakaan
model perpustakaan digital, sebagaimana yang dapat dikunjungi, diraba/ dipegang dengan
akan diuraikan dalam pembahasan tulisan. indera manusia, dan ditempati oleh pemustaka
maupun benda secara fisik. Selanjutnya
TUJUAN semakin ke bawah semakin “maya”, yang
hanya ada dalam pikiran manusia dan dapat
Tulisan ini akan menampilkan model ditembus tanpa batas ruang dan waktu, dalam
pengembangan perpustakaan digital pada bentuk akses secara individual melalui komputer
lima (5) perguruan tinggi di Indonesia yang yang tersambung dengan jaringan Internet.
masing-masing mewakili institusi yang Istilah yang sedang populer di masyarakat untuk
berbeda, dengan mengambil contoh Model sisi bagian bawah merupakan “perpustakaan
Pengembangan Rolands & Bawden, DELOS tanpa tembok” (libraries withouth wall).
dan OAIS. Model manakah yang digunakan
oleh Perguruan Tinggi di Indonesia dalam Model yang ditawarkan oleh Rolands
mengembangkan Perpustakaan Digitalnya? dan Bawden ini memberikan gambaran bahwa
Semua jawaban akan diuraikan dalam artikel ini. model yang paling praktis adalah perpustakaan
dalam bentuk perpustakaan silang atau hibrida.
Karena pada kenyataannya dapat ditemukan
perpustakaan yang memiliki ruang fisik
(gedung) maupun ruang maya dalam bentuk

40
Model Pengembangan Perpustakaan Digital ... Sungadi
akses internet yang bisa dibuka di luar gedung kegiatannya dengan cara memahatkan
perpustakaan. Sementara istilah perpustakaan catatannya pada kayu, batu, dan lempengan
tanpa dinding jadi terdengar absurd (agak sampai dengan menyimpan dan melestarikan
aneh) sebab betapa pun mayanya sebuah hasil karyanya. Lambat laun dengan semakin
perpustakaan, tetap diperlukan lokasi fisik bagi berkembangnya pola pikir manusia maka
koleksi-koleksi digital, setidaknya lokasi fisik mereka memandang bahwa catatan pada batu,
untuk server dan hard disk atau penyimpan kayu, dan lempengan tersebut kurang praktis
berkas. Terlebih lagi, musti ada manusia yang karena sulit digunakan serta sukar disimpan.
mengelola alat-alat tersebut, dan manusia itu Catatan pada batu atau lempengan tanah liat
perlu tembok untuk berlindung ketika bekerja. memang dapat digunakan tetapi kurang praktis.
Karena itu manusia berusaha untuk menemukan
Rolands dan Bawden tidak ingin terjebak
alat tulis yang lebih baik daripada sebelumnya.
pada bentuk (form) atau lokasi melainkan
ingin merasuk lebih dalam dengan melihat Dalam perkembangannya di Mesir,
semua model di atas sebagai sebuah konsep manusia menemukan bahan tulis berupa papyrus
teoritis (pemikiran/ ide) dan praktik serta (2500 SM) terbuat dari rumput yang tumbuh di
berkonsentrasi pada proses. Konsep pemikiran sepanjang Sungai Nil. Bahan papirus ini yang
(ide) ini merupakan bagian penting dalam model melatarbelakangi lahirnya alat tulis berupa kertas
Rolands dan Bawden. Dunia pemikiran (ide) ini hingga tahun 700-an Masehi. Pada abad pertama
berpasangan dengan dunia praktis. Keduanya di Cina mulai ditemukan bahan alat tulis berupa
berlaku untuk segala jenis perpustakaan kertas. Namun karena ketatnya pengawasan
(perpustakaan ”biasa”, perpustakaan elektronik, penguasa Cina, maka penemuan kertas ini
perpustakaan hibrida, maupun perpustakaan tidak dikenal oleh bangsa Eropa hingga tahun
maya). Di antara dua dunia ini (dunia ide dan 1150-an, dimana bangsa Eropa sebelum itu
dunia praktis) ada komponen ”teknologi”. Artinya menggunakan bahan tulis berupa kulit binatang
bahwa keseluruhan kegiatan perpustakaan (biri-biri, domba, sapi, kambing, dan lainnya). Di
sebenarnya merupakan upaya menerapkan Eropa barat ada terbitan bernama incunabulla
teknologi, khususnya teknologi informasi di yang berarti buku yang dicetak dengan
berbagai bidang kehidupan. Dalam hal ini, menggunakan teknik bergerak (movable type)
buku juga sebagai sebuah teknologi informasi, sebelum tahun 1501, hingga akhirnya ditemukan
yang menggunakan mesin cetak (kecuali kalau mesin cetak buku oleh Johann Gutenberg.
namanya buku elektronik). Jadi kalau pun
Dari uraian model Rolands dan Bawden
sekarang kita berbicara tentang perpustakaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
digital, maka persoalan yang kita hadapi tetap
digital mengandung kegiatan-kegiatan yang
serupa dengan saat para pendahulu kita bicara
dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya
tentang perpustakaan berkoleksi daun lontar,
sekaligus oleh keberadaan teknologi. Oleh
perpustakaan kertas, atau perpustakaan video.
karena itu dapat dipahami bahwa perpustakaan
Hal ini menunjukkan bahwa perpustakaan
digital sebagai sistem sosial, dan bukan
merupakan sebuah upaya menghimpun dan
melulu sebagai alat atau teknologi. Dengan
menerapkan ide manusia ke dalam praktik
konsep ini, maka sebuah server di internet
dengan menggunakan teknologi informasi.
bukanlah Perpustakaan Digital, demikian pula
Sejarah mencatat bahwa teknologi sekumpulan CD atau DVD yang berisi aneka
informasi sesungguhnya telah digunakan untuk informasi bukanlah Perpustakaan Digital.
mengembangkan perpustakaan semenjak tahun Keseluruhan kegiatan, layanan, pengelolaan,
4000 SM di Mesir Kuno. Pada awalnya manusia penyediaan, dan evaluasi yang diuraikan di atas,
melakukan komunikasi dengan menggunakan itulah yang dapat disebut perpustakaan digital.
bahasa lisan dan isyarat. Kemudian berkembang b. Model DELOS
dengan memahatkan tanda-tanda pada pohon,
DELOS menggambarkan perpustakaan
batu atau benda lainnya, hingga manusia
digital sebagai three-tier framework atau
berkomunikasi dengan kelompok lain melalui
sebuah kerangka dengan tiga pilar, yaitu:
bahasa tulisan. Manusia berusaha mencatat

41
Vol. 4 No. 1 Tahun 2013 : 39-49 ISSN 1979 - 9527
1) Digital Library (DL) sebagai sebuah Digital (SMPD) adalah sistem perangkat
lembaga, yang dapat berbentuk virtual, lunak induk sebagai “perangkat lunak
dapat juga tidak. Tugas pokoknya sistem” (“system software”). Sebagai
adalah menghimpun, mengolah, dan halnya sistem operasi, sistem pangkalan
melakukan preservasi koleksi digital data, dan sistem antarmuka, SMPD/
untuk disajikan kepada pengguna dalam DLMS merupakan sarana dasar untuk
bentuk yang fungsional, dengan kualitas mengembangkan DLS.
yang terukur, dan kebijakan yang c. Model OAIS (Open Archival Information
konkrit. Organisasi yang virtual adalah System)
organisasi yang tidak punya kontak fisik
Model ini dapat digunakan untuk
dengan masyarakat pengguna, dimana
pengembangan perpustakaan digital. Sesuai
kontak ini terjadi lewat jaringan komputer
dengan namanya OAIS merupakan model
atau internet dan koleksi seluruhnya
pengarsipan (archival) dan mengedepankan
dalam bentuk digital. Namun ada pula
pada fungsi preservasi. Pengarsipan dan
organisasi yang menyebut dirinya
preservasi dalam hal ini tidak hanya sekedar
perpustakaan digital masih memiliki
menyimpan dan melestarikan/ mengawetkan/
koleksi tercetak dalam bentuk kertas.
mempertahankan bentuknya saja, akan tetapi
Sebagian besar perpustakaan perguruan
memastikan agar informasi selalu siap saji
tinggi dan perpustakaan umum masih
untuk dimanfaatkan sepanjang kehidupan
mempertahankan koleksi tercetak (buku
manusia. Istilah “lestari” berarti tersimpan dan
dan jurnal) dan koleksi analog lainnya.
dapat ditemukan kembali setiap waktu pada
2) Digital Library System (DLS) sebagai saat diperlukan. Sebuah koleksi digital menjadi
sebuah sistem perangkat lunak, untuk lestari jika ia dapat terus menerus diakses dari
mendukung semua fungsi perpustakaan tempat yang berbeda-beda dalam sebuah
digital/ digital library (DL). Para jaringan yang luas. Sedangkan pengertian
pengguna akan berinteraksi dengan “tersedia” di dunia digital berbeda dari dunia
DL via DLS ini. DLS adalah arsitektur non-digital. Sebuah koleksi buku cetak tersedia
informasi tersebar yang memanfaatkan jika buku itu secara fisik berada di rak dan
infrastruktur jaringan telekomunikasi, dapat diambil untuk dipinjam atau dibaca.
baik berupa jaringan lokal, intranet, Sementara itu sebuah koleksi digital dikatakan
maupun internet. Dengan demikian DLS “tersedia” jika mesin-mesin komputer (server)
berfungsi sebagai penghubung berbagai yang menyediakannya berada dalam kondisi
sumber daya informasi yang tersebar di menyala dan tersambung ke jaringan (online).
banyak organisasi lainnya. Ketersebaran
Model OAIS menegaskan bahwa fungsi
itulah yang membedakan perpustakaan
perpustakaan digital adalah untuk meyakinkan
konvensional dengan perpustakaan
bahwa semua informasi yang dikemas dalam
digital. Dari ketersebaran ini nanti
bentuk digital berada dalam status ready atau
muncul berbagai bentuk hubungan baru
“selalu tersedia”. OAIS menekankan bahwa
antara perpustakaan, pustakawan, dan
yang menjadi isi pokok perpustakaan digital
pengguna jasa.
terletak pada kemampuan teknologi dalam
3) Digital Library Manajemen System memberikan jaminan atas ketersediaan dan
(DLMS) merupakan sebuah sistem kebergunaan semua informasi sepanjang masa.
perangkat lunak generik. DLMS
Agar informasi itu dapat terjamin
menyediakan infrastruktur untuk
kelestariannya, ketersediaannya, dan
memproduksi dan mengolah DLS
kebergunaannya, maka Model OAIS menyatakan
dalam menjalankan fungsi Digital
bahwa sebagai sebuah lembaga, perpustakaan
Libraries serta untuk memadukan
digital memiliki tiga unsur yang saling terkait, yaitu:
berbagai perangkat tambahan. Digital
pertama lingkungan eksternal (luar) sebagai
Library Manajemen System (DLMS)
tempat OAIS beraktivitas. Lingkunagn eksternal
atau Sistem Manajemen Perpustakaan
terdapat komponen produsen, konsumen, dan

42
Model Pengembangan Perpustakaan Digital ... Sungadi
manajemen. Kedua lingkungan internal (dalam) diharapkan sebagai pelanggan produk/ arsip
yang berisi perangkat, komponen-komponen informasi tersebut. Secara khusus pengguna ini
fungsional, dan mekanisme kerja OAIS untuk disebut sebagai komunitas tertuju (designated
menyelenggarakan kegiatan preservasi. communities), yaitu komunitas yang dapat
Ketiga paket informasi dan objek yang dicerna dikategorikan “pelanggan utama” dan diharapkan
(ingested), dikelola (managed) dan disebarkan dapat secara mandiri menggunakan serta
(disseminated). Ingested yaitu kegiatan memahami materi yang tersimpan di koleksi.
penerimaan materi informasi dalam bentuk Pengertian mandiri dimaksudkan bahwa pihak
digital, menyimpan materi, dan mele ngkapi pemakai telah memiliki pengetahuan dasar
metadata pendukung atas materi tersebut. yang memadai untuk memahami materi koleksi.

Dengan kata lain Komunitas Tertuju ini adalah


Gambar tersebut terdiri dari lingkungan sebagai pelanggan setia yang diharapkan dapat
eksternal yang meliputi komponen produsen, memanfaatkan secara terus menerus terhadap
konsumen, dan manajemen. Jika kita koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan digital.
menggunakan model OAIS maka perpustakaan Demikian pula halnya perpustakaan juga
digital adalah lembaga yang berada di antara diharapkan mampu menyediakan apa yang
pihak yang menghasilkan informasi dan pihak dibutuhkan oleh komunitas tersebut, artinya
yang memanfaatkan informasi itu, serta pihak harus ada keseimbangan antara ketersediaan
yang mengelolanya sebagai organisasi (disebut koleksi dengan kesetiaan pelanggan.
sebagai pihak “manajemen”). Pertama adalah
Lingkungan internal terdiri dari enam
komponen manajemen bertanggung jawab
komponen antara lain: pencerna, simpanan arsip,
menyusun, mengubah, dan menerapkan
manajemen data, perencanaan pelestarian,
kerangka kebijakan umum yang akan menuntun
akses, dan administrasi. Keenam komponen
kegiatan organisasi. Termasuk membuat
ini secara bersama-sama memungkinkan
strategi, menentukan lingkup koleksi dan
fungsi melestarikan dan menyediakan akses
memberikan “jaminan” bahwa yang tersimpan
ke koleksi yang dilestarikan. Kata “lestari” ini
di dalam sistem akan terjamin keberadaannya.
menyangkut kegiatan menyimpan dan dapat
Komponen kedua adalah produsen ditemukan kembali kapan pun dibutuhkan.
adalah perorangan, kelembagaan, atau sistem
Pencerna (ingest) adalah kegiatan
sebagai pemasok informasi dalam bentuk
digital (materi digital) beserta metadatanya menerima, mengolah, mengintegrasikan materi
untuk disimpan dalam jangka waktu panjang. informasi ke dalam koleksi yang meliputi
Komponen ketiga adalah konsumen penerimaan transfer materi informasi melalui
(perorangan, kelembagaan, atau sistem) yang

43
Vol. 4 No. 1 Tahun 2013 : 39-49 ISSN 1979 - 9527
jaringan teknologi, pemeriksaan ulang terhadap ada anggota komunitas yang membutuhkan
kiriman materi informasi untuk memastikan materi digital tersebut. Akses berfungsi sebagai
bahwa materi informasi tersebut dalam kondisi koordinator terhadap seluruh aktivitas pelayanan
yang dimulai dari menerima, dan mencermati/
lengkap dan baik.
mendalami permintaan dari komunitas,
Simpanan Arsip (Archival Storage) sampai dengan mengambil, mengubah
adalah kegiatan penyimpanan dan preservasi dan mengemas kembali materi yang sudah
materi digital dalam jangka yang panjang, dilestarikan untuk dikirimkan kepada konsumen.
dalam bentuk format yang tepat dan lengkap
sehingga dapat dijalankan atau digunakan Administrasi (Administration) adalah
kembali pada saat dibutuhkan di kemudian hari. fungsi menjalankan kegiatan harian OAIS
sebagai sebuah sistem internal. Ia juga menjadi
Manajemen Data (Data Management) koordinator bagi kelima komponen yaitu
merupakan fungsi preservasi pangkalan Pencerna, Simpanan Arsip, Manajemen Data,
data metadata deskritif sebagai bagian yang Perencana Preservasi, dan Akses di atas. Selain
tidak dapat dipisahkan dari Sistem Temu itu Administrasi juga berfungsi sebagai wakil OAIS
Kembali Informasi (STKI). Manajemen Data ketika berurusan dengan Produsen, Konsumen,
memiliki peran menambah, mengubah dan dan pihak Manajemen. Komponen Administrasi
menghapus materi informasi yang sudah juga bertanggung jawab membantu kerja sistem
ada. Disamping itu manajemen data juga dan memberikan masukan dalam bentuk usulan
mempunyai tugas melakukan preservasi perbaikan atau pengembangan ketika hal itu
pangkalan data, memberikan jawaban atas diperlukan. Komponen ini juga dapat berfungsi
permintaan informasi dari komponen lain di sebagai jembatan dalam menjalin hubungan
dalam sistem, dan mengupdate pangkalan antara komponen eksternal dan internal.
data secara berkala setiap ada materi baru.
Dalam Model OAIS dikenal dengan 3PIP,
Perencanaan preservasi berfungsi yaitu Paket Informasi Penyerahan (Submission
sebagai pembuat kebijakan preservasi, Informatian Package atau SIP), Paket Informasi
memberikan catatan penting adanya perubahan Pengarsipan (Archival Information Package
kebijakan yang disesuaikan dengan situasi atau AIP), dan Paket Informasi Penyebaran
dan kondisi lingkungan. Termasuk di dalamnya (Dissemination Information Package atau DIP).
mengawasi lingkungan eksternal, untuk
mengetahui sewaktu-waktu ada pengaruhnya SIP adalah paket informasi digital yang
pada kemampuan menyimpan dan menjamin diterima dari Produsen untuk selanjutnya
akses. Artinya bahwa komponen ini berfungsi bilamana perlu diubah bentuknya (ingested
untuk memberikan rekomendasi tentang hal- atau pencernaan) sehingga menjadi paket
hal yang perlu dipertahankan, diubah, atau informasi yang siap diarsipkan. OAIS tidak
ditinggalkan sama sekali. Misalnya adanya menentukan bentuk, format, dan struktur
perubahan pesat dalam teknologi media materi digital yang diserahkan, namun adalah
penyimpanan dan akses melalui jaringan Internet. tanggung jawab OAIS untuk memastikan
Kondisi kedua teknologi ini selalu mengalami bahwa materi tersebut dapat dilestarikan.
perubahan yang sangat cepat, sehingga AIP adalah merupakan koleksi digital
perlu pemantauan secara terus menerus. yang sesungguhnya tersimpan dan terpelihara
Akses (Access) berfungsi mengolah di dalam OAIS untuk kepentingan pelestarian
proses permintaan dan pemenuhan kebutuhan jangka panjang. Paket digital ini sudah
materi digital, untuk selanjutnya meneruskan tidak sama persis dengan bentuknya pada
permintaan informasi dari konsumen, kepada saat diterima, melainkan sudah mengalami
komponen dan fungsi manajemen data, perubahan bentuk atau format melalui proses
lalu mengirimkan hasil pencarian kepada pencernaan. Misalnya ketika diterima sebagai
konsumen. Komponen akses juga dapat SIP berbentuk CD, setelah menjadi AIP ia
berperan sebagai penghantar komunitas tersimpan dalam sebuah hardisk atau server.
tertuju dengan Bank Data Digital seandainya

44
Model Pengembangan Perpustakaan Digital ... Sungadi
DIP adalah paket informasi digital setiap komponen saling berkaitan satu sama
yang siap disajikan kepada konsumen. lain. Komponen pertama adalah komponen luar
Kebanyakan paket yang disebarkan ini atau eksternal (terdiri dari Produsen, Konsumen,
adalah hasil alih bentuk dan kemas ulang, dan Manajemen atau penentu kebijakan/ para
bukan bentuk asli (master file) sebagaimana manajer). Komponen kedua adalah komponen
yang tersimpan dalam Simpanan Arsip. dalam atau internal yang berisi perangkat
fungsional dan mekanisme kerja OAIS, yang terdiri
Dalam pembahasan tersebut di atas
dari: Pencerna, Simpanan Arsip, Manajemen
kita dapat melihat bahwa model OAIS dapat
Data, Perencanaan Preservasi, Akses, dan
memberikan gambaran sebuah Perpustakaan
Administrasi. Komponen kedua inilah yang
Digital yang dapat menyerupai perpustakaan jenis
secara teknis terlibat langsung dalam proses
apa pun yang selama ini berada di sekeliling kita.
digitalisasi koleksi perpustakaan. Komponen
Di dalam Model OAIS objek digital ketiga adalah Paket Informasi dan objek yang
terdapat elemen penting yang punya karakter dicerna (ingested), dikelola (managed), dan
khusus yang tidak ditemui pada perpustakaan disebarkan (disseminated). Istilah Ingested
non digital. Ketika konsumen mengambil apa adalah istilah khusus yang digunakan untuk
yang dibutuhkan dari jarak jauh, maka objek digital tahap ketika sebuah sistem menerima materi dari
inilah yang dikirim melalui jaringan komputer. pembuatnya (Produsen, kemudian menyiapkan
materi untuk disimpan, dan memastikan bahwa
Perbedaan Model Rolands dan Bawden, DE- materi ini dilengkapi metadata pendukung.
LOS dan OAIS
Dari uraian tersebut dapat
Model Rolands dan Bawden lebih disimpulkan bahwa perbedaan
menekankan pada aspek perpaduan antara diantara ketiga model tersebut adalah:
dunia ide (pemikiran) dengan dunia praktik.
a. Rolands dan Bawden memfokuskan pada
Keduanya berlaku untuk segala jenis
Perpaduan dunia ide (pemikiran) dengan
perpustakaan, entah itu namanya perpustakaan
dunia praktik dan teknologi.
”biasa”, perpustakaan elektronik, perpustakaan
b. Model DELOS lebih menekan perangkat
hibrida, maupun perpustakaan maya. Di antara
lunak termasuk pihak-pihak utama
kedua dunia ini ada komponen teknologi
yang terlibat, baik sebagai pengguna,
yang mempengaruhi pengembangan model
pengembang, maupun pengelola.
Perpustakaan Digital. Perpustakaan Digital
c. Model OAIS sangat menekankan proses
mengandung kegiatan-kegiatan yang amat
kerja perpustakaan digital.
dipengaruhi oleh kondisi masyarakatnya
sekaligus oleh keberadaan teknologi. Model Pengembangan Perpustakaan Digital
Sedangkan model DELOS lebih Perguruan Tinggi di Indonesia
menekankan pada aspek perangkat lunaknya Pencanangan pembangunan
termasuk pihak-pihak utama yang terlibat, baik perpustakaan digital telah dimulai sejak April
sebagai pengguna, pengembang, maupun 2004, yang diawali dengan adanya sebuah
pengelola. Model DELOS kurang menekankan forum pengelola Perpustakaan Perguruan
pada proses kerja yang sesungguhnya Tinggi antara lain terdiri dari 4 perguruan tinggi,
terjadi di dalam sebuah perpustakaan digital. yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi
Padahal proses kerja ini sangat penting Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan
untuk melihat kekhasan perpustakaan digital, Universitas Gadjah Mada. Dalam forum tersebut
sambil mengingat kembali fungsi-fungsi dasar tercetus ide tentang sistem perpustakaan terpadu
perpustakaan yang sudah hadir sejak dulu. yang memanfaatkan internet dalam bentuk
Selanjutnya, model OAIS sangat jaringan perpustakaan. Bersamaan dengan
menekankan pada proses kerja dalam sebuah itu, berbagai perpustakaan memulai upaya
perpustakaan digital. Model ini menjelaskan sungguh-sungguh mendigitalkan koleksi mereka,
secara rinci tugas dan fungsi dari masing-masing terutama koleksi skripsi, tesis dan disertasi.
tiga komponen yang ada dalam organisasi dan

45
Vol. 4 No. 1 Tahun 2013 : 39-49 ISSN 1979 - 9527
Jika dilihat dari sisi teknologi, maka menyiapkan materi untuk disimpan, dan
sejak tahun 2004 sampai saat ini telah terjadi memastikan bahwa materi ini dilengkapi
perkembangan menggembirakan di masing- metadata pendukung.
masing perguruan tinggi. Dalam tulisan ini c. Perpustakaan Institut Teknologi Surabaya
penulis akan menampilkan lima (5) perpustakaan (ITS)
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Pengembangan Perpustakaan Digital ITS
Kelima perguruan tinggi ini telah memiliki sama dengan UI dan UGM yakni memulai
sistem perpustakaan digital yang memadai, digitalisai dari koleksi lokal (sikripsi, tesis,
terutama bagi kepentingan lokal. Kelimanya disertasi, dan hasil penelitian). Dalam
adalah: Universitas Indonesia (UI) yang digitalisasi koleksi lokal tersebut dikerjakan
mewakili Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta melaui proses ingested yaitu ketika sebuah
dan sekitarnya, Universitas Gadjah Mada sistem menerima materi dari pembuatnya
(UGM) yang mewakili Perguruan Tinggi Negeri (Produsen), kemudian menyiapkan materi
di Yogyakarta, Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk disimpan, dan memastikan bahwa
yang mewakili Perguruan Tinggi Negeri di Jawa materi ini dilengkapi metadata pendukung.
Timur, Universitas Sumatera Utara (USU) yang d. Perpustakaan Digital Universitas Sumatera
mewakili Perguruan Tinggi Negeri di Luar Pulau Utara (USU)
Jawa, dan Universitas Islam Indonesia (UII) Pengembangan Perpustakaan Digital USU
yang mewakili Perguruan Tinggi Swasta Islam tidak berbeda dengan UI, UGM dan ITS yakni
di Indonesia. Di tabel berikut ini kita melihat memulai digitalisai dari koleksi lokal (sikripsi,
kondisi teknis pada lima (5) Perpustakaan tesis, disertasi, dan hasil penelitian). Dalam
Digital Perguruan Tinggi Indonesia: digitalisasi koleksi lokal tersebut dikerjakan
melaui proses ingested yaitu ketika sebuah
Analisis Model Pengembangan Perpustakaan sistem menerima materi dari pembuatnya
Digital Perguruan Tinggi di Indonesia (Produsen), kemudian menyiapkan materi
Dari contoh lima perguruan untuk disimpan, dan memastikan bahwa
tinggi pada tabel tersebut dapat dibuat materi ini dilengkapi metadata pendukung.
sebuah analisis sebagai berikut: e. Perpustakaan Digital Universitas Islam
Indonesia (UII)
a. Perpustakaan Digital Universitas Indonesia
Pengembangan Perpustakaan Digital UII
(UI) Pengembangan Perpustakaan Digital
tidak berbeda dengan UI, UGM, ITS, dan
UI dimulai dengan digitalisai Koleksi
USU yakni memulai digitalisai dari koleksi
Lokal (Sikripsi, Tesis, Disertasi, dan Hasil
lokal (sikripsi, tesis, disertasi, dan hasil
Penelitian). Dalam digitalisasi koleksi lokal
penelitian). Dalam digitalisasi koleksi lokal
tersebut dikerjakan melaui proses ingested
tersebut dikerjakan melaui proses ingested
yaitu ketika sebuah sistem menerima materi
yaitu ketika sebuah sistem menerima materi
dari pembuatnya (Produsen), kemudian
dari pembuatnya (Produsen), kemudian
menyiapkan materi untuk disimpan, dan
menyiapkan materi untuk disimpan, dan
memastikan bahwa materi ini dilengkapi
memastikan bahwa materi ini dilengkapi
metadata pendukung.
metadata pendukung. Sebagai ilustrasi,
pengembangan Perpustakaan Digital di
b. Perpustakaan Digital Universitas Universitas
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,
Gadjah Mada (UGM)
Produsen (mahasiswa atau dosen)
Pengembangan Perpustakaan Digital UGM
menyerahkan materi digital dalam sebuah
sebagaimana yang dilakukan oleh UI, maka
CD, kemudian oleh pihak Manajemen CD
UGM juga memulai dengan digitalisai koleksi
akan diolah dari bentuk file.doc menjadi
lokal (sikripsi, tesis, disertasi, dan hasil
file.pdf yang selanjutnya dicopy-kan ke
penelitian). Dalam digitalisasi koleksi lokal
dalam server yang telah tersambung dengan
tersebut dikerjakan melaui proses ingested
jaringan internet, sehingga materi digital
yaitu ketika sebuah sistem menerima materi
siap untuk diakses oleh siapa pun, kapan pun
dari pembuatnya (Produsen), kemudian
dan dimana pun pengguna berada. Dalam

46
Model Pengembangan Perpustakaan Digital ... Sungadi
waktu dekat mahasiswa UII dapat secara dengan memulai digitalisasi dari koleksi lokal
mandiri menyerahkan/ upload skripsi tanpa (local content), yaitu materi digital berupa
harus kontak langsung dengan petugas skripsi, tesis, disertasi, dan hasil penelitian.
perpustakaan.
Kelima Perpustakaan Digital Perguruan
PENUTUP/ KESIMPULAN Tinggi di Indonesia tersebut secara teknis
memakai model pengembangan OAIS, dengan
Atas dasar uraian tersebut di atas maka ciri-ciri kegiatannya lebih menekankan pada
dapat disimpulkan bahwa, kelima Perpustakaan proses kerja yakni bagaimana cara mereka
Perguruan Tinggi di Indonesia tersebut telah mengelola paket informasi yang dikoleksinya.
mengembangkan Perpustakaan Digital Pengelolaan tersebut melaui proses Pencernaan
dan telah beroperasi secara lokal maupun (Ingested) yaitu ketika sebuah sistem
dengan Internet. Kelima Perguruan Tinggi menerima materi dari pembuatnya (Produsen),
tersebut mengembangkan koleksi digitalnya kemudian menyiapkan materi untuk disimpan,
Tabel 1: Contoh Sistem Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi di Indonesia
NAMA
SISTEM YANG
PERGURUAN MODEL PENGEMBANGAN
DIGUNAKAN
TINGGI

 Sistem otomasi perpustakaan, pangkalan data koleksi digital lokal,


sistem temu kembali, dan distributed retriever.
 Berbasis web, terintegrasi dengan LDAP dan sistem informasi lain
(misalnya e-learning, akademik, kepegawaian, dan lain-lain), bersifat
Universitas
LONTAR fleksibel dalam penggunaan metadata, dibuat menggunakan prinsip
Indonesia
open source.
 Perangkat lunak dikembangkan dengan memanfaatkan jaringan
kampus maupun Internet, mengupayakan penggunaan LONTAR di
semua fakultas untuk menjaga integritas data.

 Sistem otomasi perpustakaan (termasuk integrasi kartu identitas),


digitalisasi koleksi lokal, memasang jaringan seluruh kampus,
Universitas Gadjah
SIPUS mengembagkan koleksi digital perpustakaan,
Mada
 Di dalam SIPUS terdapat fasilitas Gamacard readers, dan sistem
peminjaman mandiri.

 Konsentrasi pada pengembangan koleksi skripsi dan tesis yang


kini mencapai 7.000 koleksi digital dari semua jurusan/ prodi, masih
Institut Teknologi Ganesha Digital
terbatas abstrak.
Surabaya Library versi 4
 Sedang mengembangkan sistem information retrieval sendiri
memakai sumberdaya open source.

 WILIS sebagai “total library system” yang terintegrasi dengan sistem


informasi Universitas Sumatera Utara secara terpadu.
 Membangun portal dengan perangkat lunak open source, serta
Universitas menggunakan Postnuke untuk koleksi digital lokal.
WILIS
Sumatera Utara  Koleksi deposit (karya oleh/ tentang USU >2.000 record abstrak
dan fulltext, catalog online >70.000 record, link ke jurnal online
berlangganan 6 database ProQuest, 1 Ebsco, 1 Westlaw, dan juga
link ke e-learning USU.
 Sistem otomasi perpustakaan, pangkalan data koleksi digital lokal,
sistem temu kembali, dan distributed retriever.
 Berbasis web, terintegrasi dengan SIM (Sistem Informasi
Manajemen) terpadu dan sistem informasi lain (misalnya e-learning,
akademik, kepegawaian, dan lain-lain), bersifat fleksibel dalam
Universitas Islam penggunaan metadata, dibuat menggunakan prinsip open source.
SIMPUS
Indonesia  Perangkat lunak dikembangkan dengan memanfaatkan jaringan
kampus maupun Internet, mengupayakan penggunaan SIMPUS di
semua fakultas untuk menjaga integritas data.
 Link ke jurnal online berlangganan ProQuest, Ebsco, dan link ke
beberapa web jurnal ilmiah luar negeri bidang Psikologi, Sosiologi,
Teknologi, Pendidikan, Hukum, dan lain-lain fulltext.
Sumber: Pendit dkk (2007) dengan modifikasi

47
Vol. 4 No. 1 Tahun 2013 : 39-49 ISSN 1979 - 9527
dan memastikan bahwa materi ini dilengkapi Contoh Tampilan Halaman Muka ke-5
metadata pendukung. Akan tetapi apa bila dilihat Perpustakaan Digital di Indonesia
secara konsep maka kelima Perpustakaan
Digital tersebut menggunakan model Rolands
dan Bawden dengan ciri-ciri bahwa kelimanya
memadukan antara dunia ide (pemikiran) dengan
dunia praktis dimana dalam implementasinya
selalu mengikuti perkembangan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, Rizal Fathoni dan Kurniawan Heri. 2007.
RDF dalam Pertukaran Data Perpustakaan
Digital. Yogyakarta: Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi.
http://ciir.cs.umass.edu/nir97/borbinha/html/
jlbnir.html
1. Perpustakaan Digital Institut Teknologi Surabaya
http://digilib.its.ac.id/
http://lib.ugm.ac.id/
http://library.uii.ac.id/
http://library.usu.ac.id/
http://scigate.ncsi.iisc.ernet.in/raja/is214/is214-
2005-01-04/topic-1.htm
http://www.diglib.org/about/dldefinition.htm
http://www.lib.ui.ac.id/
Jenkins dkk, Charlotte. Automatic RDF
Metadata Generation for Resource
Discovery. Univerity of Wolverhampton
Kamus Bahasa Indonesia Edisi ke-3, 2005.
2. Perpustakaan Digital Universitas Indonesia, Jakarta
Jakarta : Balai Pustaka.
Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan
Digital: Kesinambungan & Dinamika.
Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.
Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan
Digital dari A sampai Z. Jakarta: Cita
Karyakarsa Mandiri.
Pendit, Putu Laxman, dkk. 2007. Perpustakaan
Digital : Perspektif Perpustakaan
Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta:
Sagung Seto.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu
Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
3. Perpustakaan Digital Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta

48
Model Pengembangan Perpustakaan Digital ... Sungadi

4. Perpustakaan Digital Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta

5. Perpustakaan Digital Universitas Sumatera Utara

49

You might also like