KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH
NOMOR : G60/$¥6//3B7O -G6 ST /2074.
TENTANG
KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP RENCANA PEMBANGUNAN PABRIK
PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN LOGAM NIKEL DI KECAMATAN PETASIA
TIMUR KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH
Menimbang
»
OLEH PT. TRANSON BUMINDO RESOURCES,
GUBERNUR SULAWESI TENGAH,
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) dan Pasal 24
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap usaha dan/atau
kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib
memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal)
dan dokumen Amdal dimaksud merupakan dasar penetapan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup;
bahwa dokumen Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan dan
Pemurnian Logam Nikel di Kecamatan Petasia Timur Kabupaten
Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah olch PT. Transon
Bumindo Resources sebagai salah satu bagian dari studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) wajib
mendapatkan keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
berdasarkan hasil penilaian Tim Teknis/Komisi Penilai Amdal
Provinsi Sulawesi Tengah;
bahwa berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta
Penerbitan Izin Lingkungan, bahwa jenis usaha dan/atau
kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara
bersifat strategis Provinsi, dan penilaian dokumen Amdal
diselenggarakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi serta
Keputusan atas Kelayakan Lingkungan Hidup ditetapkan oleh
Gubernur;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan
Keputusan Gubernur tentang Kelayakan Lingkungan Hidup
Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian
Logam Nikel di Kecamatan Petasia Timur Kabupaten Morowali
Utara Provinsi Sulawesi Tengah oleh PT. Transon Bumindo
Resources;Mengingat
Menetapkan
KESATU
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi
Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara ~ Tengah dan
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan - Tenggara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 7), menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2687);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5258);
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup:
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013
tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan;
MEMUTUSKAN :
KEPUTUSAN GUBERNUR TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN
HIDUP RENCANA PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN LOGAM NIKEL DI KECAMATAN PETASIA TIMUR
KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINS] SULAWESI TENGAH
OLEH PT. TRANSON BUMINDO RESOURCES.
Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Logam
Nikel di Kecamatan Petasia Timur Kabupaten Morowali Utara
Provinsi Sulawesi Tengah oleh PT. Transon Bumindo Resources
dinyatakan ldyak ditinjau dari aspek lingkungan hidup.KEDUA
Rencana Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Logam
Nikel di Kecamatan Petasia Timur Kabupaten Morowali Utara
Provinsi Sulawesi Tengah oleh PT. Transon Bumindo Resources
meliputi kegiatan :
1. Sosialisasi, survei dan pengukuran lokasi serta inventarisasi
lahan masyarakat yang terkena proyek;
2. Pengadaan lahan seluas + 600 Ha di Desa Bungintimbe,
Towara, Mohino dan Molino Kecamatan Petasia Timur
Kabupaten Morowali Utara dengan mekanisme ganti kerugian
(kelayakan) lahan dan tanam tumbuh secara transparan dan
langsung diterima oleh pemilik lahan;
3. Mobilisasi tenaga kerja untuk kebutuhan konstruksi dengan
jumlah kurang lebih 200 orang dengan prioritas utama tenaga
kerja lokal;
4, Mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi
meliputi :
Wheeloader Komatsu sebanyak 3 unit;
Grader Chanjing 200 sebanyak 2 unit;
Excavator Cuhelco SK 330, SK 200 sebanyak 2 unit;
Dump Truck sebanyak 15 unit;
Genset sebanyak 2 unit;
Pompa Air sebanyak 2 unit;
Peralatan Bengkel sebanyak 3 unit; dan
Material dan bahan bangunan untuk kebutuhan konstruksi
pabrik pengolahan dan pemurnian logam nikel dan sarana
pendukung lainnya.
5. Pembangunan dan pengoperasian base camp, bengkel
peralatan, gudang penyimpan material, kantor pelaksana
proyek dan penginapan pekerja proyek;
6. Pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan tanah dan
galian;
7. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Power Plant)
dengan kapasitas 360 MW pada lahan seluas 150 Ha;
8. Pembangunan Silinder Putar Pengering;
9. Pembangunan Silinder Putar Kalsinasi;
10. Pembangunan Tanur Listrik dilengkapi dengan 4 (empat) jalur
produksi dengan daya 33.000 kvA;
11.Pembangunan Smelting 6 (enam) Link pada lahan seluas 150
Ha dengan kapasitas 200.000 ton bijih nikel per tahun;
12.Pembangunan fasilitas pendukung pabrik pengolahan dan
pemurnian nikel meliputi :
a. Pembangunan fasilitas pengering bijih nikel (dryer);
b. Pembangunan fasilitas pengering batu bara muda
(bituminous);
c. Pembangunan fasilitas peremuk (crushing) dan penggiling
(grinding);
d. Pembangunan fasilitas pencampur (batching-mixing);
¢. Pembangunan fasilitas pembriketan (briquitting);
f. Pembangunan fasilitas pendingin (quenching);
g. Pembangunan fasilitas pemisah magnet (magnetic
h
i
Pemepoge
separation);
Pembangunan fasilitas penanganan tailing; dan
Pembangunan fasilitas penanganan debu (dust handing);KETIGA
13, Pembangunan Water Treatment sebanyak 2 unit masing-masing
dengan luas 5 Ha;
14,.Pembangunan area perkantoran dan perumahan karyawan
pada lahan seluas 2 Ha;
15.Rekruitmen tenaga kerja pada tahap opcrasional pabrik
meliputi karyawan tetap sebanyak kurang lebih 35 orang
karyawan tetap dan 150 orang karyawan tidak tetap;
16. Pengoperasion pabrik pengolahan dan pemurnian dan
pemurnian nikel serta pembangkit listrik;
17. Pengangkutan bahan baku, bahan penolong dan hasil produksi;
18. Pemberdayaan masyarakat melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR);
19. Rehabilitasi lahan bekas pabrik dan sarana lainnya pada tahap
paska operasi; dan
20. Demobilisasi peralatan dan material serta penanganan tenaga
kerja pada tahap paska konstruksi dan paska operasi.
Berdasarkan hasil prakiraan dampak dari aspek fisik-kimia, biologi
dan sosekbud pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan
paska operasi usaha dan/atau kegiatan, diperoleh dampak penting
yang ditimbulkan dari rencana kegiatan, yaitu:
1. Aspek geofisik-kimia biologi berupa:
a. Penurunan kualitas udara ambien berupa peningkatan
kadar debu dan emisi gas buang di udara akibat mobilisasi
peralatan dan material, pembukaan dan pematangan lahan,
pembangunan pabrik nikel dan sarana penunjang lainnya
pada tahap konstruksi serta akibat kegiatan pengoperasian
pabrik nikel pada tahap operasi;
b. Peningkatan kebisingan akibat mobilisasi peralatan dan
material serta akibat kegiatan pembangunan pabrik nikel
dan sarana pendukung lainnya pada tahap konstruksi serta
akibat kegiatan pengangkutan bahan baku, bahan penolong
dan operasional pabrik pada tahap operasi;
c. Peningkatan run off air permukaan, erosi dan sedimentasi
akibat kegiatan pematangan lahan dan pembangunan pabrik
nikel dan sarana pendukung lainnya pada tahap konstruksi;
4. Penurunan kualitas air permukaan dan air laut akibat
kegiatan pembangunan dan pengoperasian basecamp
pekerja, pematangan lahan, dan pembangunan pabrik nikel
pada tahap konstruksi serta akibat proses produksi nikel
dan pengoperasian jetty pada tahap operasi;
e. Peningkatan gangguan lalu lintas dan kerusakan jalan
akibat adanya kegiatan mobilisasi dan demobilisasi
peralatan dan material pada tahap konstruksi dan akibat
adanya kegiatan pengangkutan bahan baku dan bahan
penolong pada tahap operasi;
f, Peningkatan gangguan terhadap komponen vegetasi, satwa
liar dan biota perairan akibat kegiatan pematangan lahan
dan pembangunan pabrik nikel pada tahap konstruksi; dan
g. Peningkatan gangguan pada lingkungan akibat limbah slag
blast furnace pada tahap operasi.2. Aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat
berupa:
a.
Perubahan sikap persepsi masyarakat dan proses sosial
akibat kegiatan survei, sosialisasi dan pengadaan lahan
sebagai akibat dampak turunan dari survei lokasi dan
pengadaan lahan sebagai dampak turunan dari informasi
yang tidak transparan pada tahap prakonstruksi;
Perubahan tingkat kesempatan bekerja, peluang berusaha,
dan pendapatan masyarakat akibat kegiatan rekruitmen
tenaga kerja dan pengoperasian basecamp pada tahap
konstruksi serta akibat kegiatan rekruitmen tenaga kerja
pada tahap operasi;
Perubahan sikap persepsi dan proses-proses sosial di
masyarakat akibat kegiatan rekruitmen tenaga kerja dan
program pemberdayaan masyarakat pada tahap konstruksi
dan operasi;
Perubahan persepsi masyakat sebagai akibat dampak
turunan dari penurunan kualitas udara, penurunan
kualitas dan kuantitas air, peningkatan kebisingan,
gangguan lalu lintas dan kerusakan jalan pada tahap
konstruksi dan operasi; dan
Perubahan tingkat kesehatan dan sanitasi lingkungan
sebagai dampak turunan dari akibat aktivitas pembangunan
dan pengoperasin pabrik pengolahan nikel pada tahap
konstruksi dan operasi.
KEEMPAT : Untuk menanggulangi dampak yang timbul dari rencana kegiatan,
PT. Transon Bumindo Resources wajib melakukan pengelolaan
lingkungan berup:
a
Mengelola dampak fisik kimia biologi dengan cara:
a. Melakukan pengelolaan terhadap penurunan kualitas udara
ambien dengan cara:
1. melakukan pemeliharaan kendaraan dan peralatan secara
berkala;
2.menutup bak kendaraan —pengangkut material
menggunakan terpal dan membatasi kecepatan kendaraan
pengangkut material;
3.melakukan penyiraman secara berkala, pada jalan
dilalui kendaraan pengangkut;
4. mengatur jadwal/waktu pengangkutan material; dan
5. penanaman pohon yang dapat menyerap polutan udara di
area pabrik nikel dan area parkir kendaraan operasional
ang
Melakukan pengelolaan terhadap peningkatan kebisingan
dengan cara :
1, melakukan pemeliharaan kendaraan dan peralatan secara
berkala agar memenuhi standar dan membatasi
kecepatan kendaraan proyek maksimal 30 Km/Jam;
2. memasang alat peredam kebisingan;
3. melakukan aktifitas yang menimbulkan kebisingan pada
siang hari; dan
4. pemasangan alat proteksi diri (APD) pada pekerja proyekGe
Melakukan pengelolaan terhadap dampak: peningkatan run
off aliran air permukaan serta peningkatan erosi dan
sedimentasi dengan cara :
i.
melakukan pembukaan dan pematangan lahan secara
bertahap dan hanya pada luasan yang diperuntukkan
untuk pembangunan pabrik dan sarana lainnya;
. mengelola limpasan aliran permukaan dengan
pembangunan saluran drainase dan mengalirkan air
limpasan perkaan masuk ke dalam kolam-kolam
sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke sungai atau ke
laut; dan
. membuat buffer zone dengan membuat saluran drainase
disepanjang kiri kanan pembangunan jalan, pabrik dan
sarana pendukung lainnya.
Melakukan pengelolaan terhadap dampak penurunan
kualitas air permukaan dan kualitas air laut dengan cara
. menempatkan lokasi base camp jauh dari pemukiman
dan badan air minimal 200 m;
melakukan pengelolaan limbah sebelum dibuang di badan
perairan;
membuat saluran drainase disisi kiri dan kanan jalan
untuk mencegah masuknya aliran air permukaan
langsung ke badan perairan;
membuat fasilitas tempat penyimpanan sementara (TPS)
limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
mengelola limbah domestik dengan fasilitas IPAL
setempat (onsite treatment);
Melakukan pengelolaan terhadap gangguan lalu lintas dan
kerusakan jalan dengan cara
1
menyesuaikan bobot kendaraan yang digunakan pada
proses pengangkutan agar tidak melebihi dengan daya
dukung jalan;
.melakukan pemasangan rambu-rambu peringatan di
sekitar jalan masuk dan keluar proyek serta pada dacrah
perlintasan kendaraan proyek;
. menempatkan petugas pengatur jalan pada pintu keluar
masuknya kendaraan proyek; dan
. membuat konstruksi rigid pavement pada pertemuan
simpang jalan untuk mengantisipasi kerusakan jalan
Mengelola dampak terhadap gangguan vegetasi, biota
perairan dan satwa liar dengan cara
1.
2
melakukan pembersihan vegetasi sesuai kebutuhan lahan
untuk pembangunan pabrik dan sarana pendukungnya;
melakukan revegetasi pada lahan terbuka yang tidak
digunakan untuk konstruksi pabrik dan sarana
pendukungnya;
melakukan pembuatan buffer zone sejauh 200 m pada
lokasi tapak proyek yang berbatasan,dengan kawasan
hutan; dan
membuat koridor satwa liar di beberapa lokasi dengan
cara memberikan rambu lalu lintas perlintasan satwag. Mengelola dampak terhadap limbah slag blast furnace
dengan cara :
1. menggunakan teknologi granulasi untuk slag yang keluar
dari tanur tiup dan slag granul diendapkan pada bak
penampungan;
2. memanfaatkan kembali air dari bak penampungan slag
granul untuk proses produksi nikel;
3. membangun stock pile slag sementara dengan luasan +
2.400 m? untuk menampung produksi slag harian
sebesar 5.075 ton; dan
4. memanfaatkan slag untuk menimbun daerah rawa di
sekitar lokasi pabrik dan lahan bekas tambang sebagai
bagian dari proses reklamasi lahan bekas tambang.
2. Mengelola dampak sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat dengan cara:
a. Melakukan pengelolaan terhadap persepsi masyarakat, dan
proses sosial di masyarakat dengan cara:
1, melakukan sosialisasi secara transparan kepada
masyarakat untuk setiap tahapan kegiatan pembangunan
pabrik dan sarana pendukungnya;
2. melakukan musyawarah mufakat dalam proses
pembebasan lahan dan memberikan kompensasi atas
harga lahan masyarakat dengan prinsip menguntungkan
masyarakat sebelum pekerjaan konstruksi dilakukan;
3. melakukan program pengembangan masyarakat (community
development) berdasarkan kebutuhan setempat dan
dilakukan secara konsisten;
4. membuka komunikasi dengan stakeholder untuk
menyelesaikan komplain atau tuntutan masyarakat, sesuai
MoU Tenaga Kerja; dan
5. memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja
lokal agar memenuhi kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam opersional perusahaan.
b. Melakukan pengelolaan terhadap kesempatan kerja dan
berusaha dengan cara:
1, memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja kepada
tenaga kerja lokal khususnya penduduk desa di
Kecamatan Petasia Timur sejauh memiliki keterampilan
dan keahlian yang dipersyaratkan;
2. menerapkan standar upah sesuai dengan Upah Minimum
Regional (UMR) Kabupaten dan atau Provinsi;
3. memberikan peluang berusaha kepada masyarakat lokal
untuk melakukan aktivitas ekonomi di sekitar areal
proyek/operasional base camp;
4, memberikan kemudahan/bantuan —fasilitas bagi
penduduk lokal untuk lebih mengembangkan usaha; dan
5. memfasilitasi pelatinan tentang pemanfaatan dana untuk
berbagai kegiatan yang produktif seperti pengembangan
usaha dan perluasan jaringan pemasaran
c. Melakukan pengelolaan terhadap gangguan kesehatan
masyarakat dengan cara:
1. menyediakan fasilitas MCK secara memadai untuk
pekerja konstruksi pabrik dan sarana pendukungnyaKELIMA
KEENAM
KETUJUH
2. menyediakan tong sampah pada beberapa titik strategis;
3. menyediakan sarana dan prasarana kesehatan secara
memadai bagi pekerja dan masyarakat;
4. melakukan program pengelolaan sanitasi__berbasis
masyarakat dalam kerangka CSR; dan
5. melakukan pengelolaan kebisingan, air limbah, sampah
dan kualitas udara;
Setelah ditetapkannya Keputusan Gubernur ini maka PT. Transon
Bumindo Resources wajib mengajukan Izin Lingkungan dan Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, meliputi:
1. Izin penyimpanan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3);
2. Izin pembuangan air limbah ke laut; dan
3. Izin venting emisi ke udara;
Disamping Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA, PT. Transon
Bumindo Resources wajib memiliki Izin Usaha dan/atau izin
lainnya yang terkait dengan kegiatannya.
Keputusan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.