You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR (BIO241)

UJI BIOLOGIS 2,4-D

Awaliyah Putri Ambarsari Firdaus


A34190004
Kelompok 2/ Proteksi Tanaman

Dosen Praktikum
Dr. Aris Tjahjoleksono

Asisten praktikum
M. Adrian (A24170002)
Yuli Irvana Dewi (A24170057)

Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2021
Pendahuluan

Senyawa auksin 2,4-D termasuk jenis auksin yang berperan dalam merangsang
perbesaran dan sangat baik dalam pembelahan sel untuk untuk membentuk kalus. Aplikasi
dari auksin 2,4-D adalah melindungi dan meningkatkan hasil panen, mengontrol dan
mengurangi gulma tana merusak tanaman yang dibudidayakan. Auksi 2,4-D digunakan
sebagai herbisida karena termasuk produk yang tidak mahal, dan dalam konsentrasi
penghambatannya sebagai herbisida tidak berbahaya bagi manusia dan hewan lainya, dan
efek residunya cepat hilang. Beberapa orang berpendapat 2,4 – D memiliki efek selektif,
yaitu membunuh dikotil berdaun lebar dan tidak berbahaya bagi monokotil (Kumianjani et
al. 2015).

Efektivitas pemberian herbisida ditentukan oleh dosis herbisida. Dosis herbisisda


yang tepat akan dapat mematikan gulma sasaran, namun jika dosis herbisisda terlalu tinggi
maka dapat mematikan tanaman yang dibudidayakan. Garam amino pada pada herbisisda
2,4-D merupakan formulasi utama yang mudah diabsorbsi oleh akar. Translokasi terjadi
pada sel-sel yang hidup dengan akumulasi yang utama pada bagian meristem tunas akar
sebagai penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal
(Wattimena 1988).

Tujuan
Praktikum bertujuan menentukan konsentrasi efektif 2,4-D sebagai herbisida dengan
menggunakan kurva respon tumbuh akar terhadap logaritma konsentrasi 2,4-D.

Hasil

Tabel 1. Panjang akar kecambah mentimun pada hari ke 5 setelah mendapat perlakuan
berbagai konsentrasi 2,4-D

Panjang akar utama (mm)


N (Konsentrasi 2,4-D (mg/L)
o 0.0 0.00001 0.0001 0.001 0.01 0.1 1 10 100 unknown

1 50.0 52.5 67.5 57.5 42.5 20.0 7.5 5.0 1.0 33.0
2 49.5 50.0 66.5 55.0 40.0 18.5 7.0 5.0 1.0 32.5
3 51.5 51.5 67.0 56.0 40.5 18.0 7.5 4.5 1.5 33.5
4 52.0 52.0 65.0 54.0 41.0 19.0 8.0 4.0 2.0 32.0
5 51.0 52.5 65.5 58.0 42.5 19.5 6.5 6.0 2.5 33.5
6 52.5 53.0 68.0 56.5 42.0 21.0 6.0 6.5 0.5 34.0
7 49.5 50.0 69.0 57.5 43.0 22.5 6.0 5.5 1.0 33.0
8 49.0 49.0 68.5 56.0 44.0 20.5 6.5 5.5 1.0 32.0
9 48.5 51.0 67.5 54.5 43.5 23.0 7.0 5.0 1.0 32.5
10 50.0 51.5 66.0 55.0 43.0 22.5 9.0 4.5 1.5 33.0
11 51.0 52.0 64.5 55.5 42.0 20.0 9.5 6.5 0.5 32.0
12 50.5 50.0 65.0 58.0 40.0 19.5 6.0 6.0 0.5 32.5
13 51.5 52.0 67.0 59.0 41.5 18.5 6.5 4.0 1.0 34.0
14 52.0 53.0 69.0 58.5 45.0 18.0 6.5 4.0 1.5 33.5
15 52.0 49.5 70.0 55.5 44.5 17.5 7.0 5.5 2.0 32.0

Grafik 1. Respon penghambatan 2,4-D terhadap pertumbuhan akar

Respon Penghambatan 2,4-D terhadap


Pertumbuhan Akar
120.0000
100.0000
80.0000
% Penghambat

60.0000
40.0000
20.0000
0.0000
0.00001 0.0001 0.001 0.01 0.1 1 10 100
-20.0000
-40.0000
Konsentrasi auksin 2, 4-D
Grafik 2. Hubungan rataan panjang akar dengan -log konsentrasi

Hubungan Rataan Panjang Akar dengan -Log


Konsentrasi
80.00
70.00
60.00 y = 9.8861x + 16.483
Rataan panjang akar

R² = 0.8667
50.00
40.00
Series1
30.00
Linear (Series1)
20.00
10.00
0.00
-4 -2 -10.00 0 2 4 6
-Log konsentrasi

Contoh peritungan :
Konsentrasi 0,00001 mg/L
• Persen penghambatan
𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
% 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑥 100
𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
50,7−51,3
= 𝑥 100
50,7

= -1,18 %

• Konsentrasi larutan 2,4-D (unknow) dengan grafik 2


y = 9,8861x + 16,483
32,87 = 9,8861x + 16,483
9,8861x = 16,483 – 32,87
−16,387
𝑥=
−9,8861
= 1,66 mg/L
-log = 1,66
x = 0,0219 mg/L
Pembahasan
Praktikum ini mengamati pengaruh senyawa 2,4-D terhadap akar kecambah timun.
Kecambah timun diberi perlakukan auksin 2,4-D dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu
0,00001 mg/L; 0,0001 mg/L; 0,001 mg/L; 0,01 mg/L; 0,1 mg/L; 1 mg/L; 10 mg/L; dan 100
mg/L (dalam larutan penyangga fosfat M/15 pada pH 5,6). Sepuluh cawan sampel, dua
diantaranya adalah 2,4-D konsentrasi nol sebagai control dan 2,4-D yang tidak diketahui
konsentrasinya. Masing-masing cawan menggunakan 15 benih timun kemudian di ukur dan
dibandingkan panjang akarnya setelah 5 hari penyimpanan. pH sangat berpengaruh, dalam
percobaan ini karena pH yang yang tidak stabil dapat menggagalkan percobaan, sehingga
dibutuhkan larutan penyangga agara pH stabil. Selain itu, pH juga memiliki peran dalam
melindungi benih mentimun dari penyakit layu kecambah serta memengaruhi asosiasi
senyawa asam lemah yang terbentuk dari asam amino dan bahan organik pada auksin 2,4-D.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa auksin dalam bentuk senyawa 2,4-
D paling efektif terhadap pertumbuhan akar saat perlakuan konsentrasi 0.0001 mg/L. Hal
tersebut dapat dilihat dari persentase penghambatan dan rata-rata panjang akar.
Persentase penghambatan pada kosentrasi 0.0001 mg/L sebesar -32.281%, sementara rata-
rata panjang akar sebesar 67.067 mm. Keduanya berada pada kelompok nilai terkecil.
Panjang akar yang diberi senyawa 2,4-D 0.00001 M lebih panjang dibandingkan dengan
perlakuan kontrol. Hal tersebut sesuai Menurut Martínez-de la Cruz et al. (2015) karena
adanya senyawa 2,4-D termasuk ke dalam auksin sehingga mampu memicu pertumbuhan
akar yang lebih baik. Menurut Wattimena (1988), konsentrasi 2,4-D yang dibutuhkan untuk
digunakan sebagai herbisida adalah yang memiliki perhambatan tumbuh tanaman paling
besar karena tujuannya adalah menghambat pertumbuhan gulma-gulma atau tanaman
sasaran.
Perbedaan dampak dari masing-masing konsentrasi disebabkan adanya toksisitas
pada senyawa 2,4-D (Pazmiño et al. 2012). Sifat toksik tersebut yang membuat senyawa ini
sering dijadikan herbisida (Islam et al. 2018). Kosentrasi senyawa 2,4-D menyebabkan
stress oksidatif pada organisme (Atamaniuk et al. 2013). Konsentrasi 2.4-D yang efektif
untuk dijadikan herbisida sebesar 100mg/L karena nilai penghambatannya paling tinggi
diantara konsentrasi lain. Berdasarkan perhitungan di dapatkan konsentrasi 2,4-D dari
larutan yang tidak diketahui sebesar 0,0219 mg/L.
Kesimpulan
Senyawa 2,4-D dengan konsentrasi rendah dapat memacu pembelahan sel tanaman
dengan cepat, sedangkan konsentrasi tinggi cenderung menghambat pertumbuhan sel.
Konsentrasi 100 mg/L sangat efektif sebagai herbisida karena memiliki hambatan
pertumbuhan tanaman paling tinggi.

Daftar Pustaka

Atamaniuk TM, Kubrak OI, Storey KB, Lushchak VI. 2013. Oxidative stress as a mechanism
for toxicity of 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D): studies with goldfish gills.
Ecotoxicology. 22(10): 1498–1508.

Martínez-de la Cruz, E, García-Ramírez E, Vázquez-Ramos JM, Reyes de la Cruz H,


LópezBucio J. 2015. Auxins differentially regulate root system architecture and cell
cycle protein levels in maize seedlings. Journal of Plant Physiology. 176(11): 147–156.

Pazmiño DM, Romero-Puertas MC, Sandalio LM. 2012. Insights into the toxicity mechanism
of and cell response to the herbicide 2,4-D in plants. Plant Signaling & Behavior.
7(3): 425–427.

Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): PAU IPB.

Zuanjani E, Damanik RI, Siregar LAM. 2015. Pengaruh pemberian N 2, 4-D terhadap
pertumbuhan dan metabolisme kalus kedelai pada kondisi hipoksida secara invitro.
Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. 4(1): 1673-1680.

You might also like