You are on page 1of 12

Hukum Perdata dan

Pengadilan

Kelompok 2:
Selia Sinta(2203100050)
M. Fauzan Ardyanto(2203100051)
Puji Dermawan(2203100052)
Ade Willianie Putri(2203100053)
Farhan Dhiaurrahman(2203100054)
Hukum Perdata
Vollmar Sri Soedewi Masjchoen
Hukum perdata ialah aturan-aturan atau norma-
Sofwan
norma, yang memberikan pembatasan dan oleh
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur
karenanya memberikan perlindungan pada
kepentingan antara warga Negara perseorangan
kepentingan-kepentingan perseorangan dalam
yang satu dengan warga Negara perseorangan
perbandingan yang tepat antara kepentingan
yang lain. (Sofwan, 1975, hlm.)
yang satu dengan yang lain dari orang-orang di
dalam suatu masyarakat tertentu.

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapatlah di-simpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan hukum
perdata ialah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang/badan hukum yang satu dengan
orang/badan hukum yang lain di dalam masyarakat dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan (pribadi/badan hukum) Hukum perdatalah yang mengatur dan menentukan,agar dalam
pergaulan masyarakat orang dapat saling mengetahui dan menghormati hak-hak dan kewajiban
kewajiban antarsesamanya, sehingga kepentingan tiap-tiap orang dapat terjamin dan terpelihara
dengan sebaik-baik-nya.
Hukum Perdata

Dalam arti luas meliputi semua peraturan-


peraturan hukum perdata baik yang
Hukum perdata dalam arti luas tercantum dalam KUH Perdata/BW maupun
melibatkan semua aspek dalam KUHD dan undang-undang lainnya.
hubungan hukum yang Hukum perdata (sebagaimana tertera dalam
berkaitan dengan perdata, KUH Perdata/BW) mempunyai hubungan
sedangkan hukum perdata yang erat dengan hukum dagang(KUHD). Hal
dalam arti sempit lebih itu tampak jelas dari isi ketentuan Pasal
terfokus pada hubungan 1KUHD. Mengenai hubungan kedua hukum
keluarga dan aspek pribadi tersebut dikenal adanya adagium lex specialis
lainnya dalam hukum perdata. derogat legi generali (hokum yang khusus:
KUHD mengesampingkan hukum yang
umum: KUH Perdata).
Fungsi Hukum Perdata Material & Formal

Hukum perdata formal menentukan cara


menurut mana pemenuhan hak-hak
material tersebut dapat dijamin. Dengan
Hukum perdata material ialah aturan- kata lain, bahwa hukum perdata formal
aturan hukum yang mengatur hak- mengatur bagaimana tata cara seseorang
hak dan kewajiban-kewajiban menuntut haknya apabila dirugikan oleh
perdata itu sendiri. Dengan kata lain, orang lain. Hukum perdata formal
bahwa hukum perdata material mempertahankan hukum perdata
mengatur kepentingan-kepentingan material, karena hukum perdata formal
perdata setiap subjek hukum. berfungsi menerapkan hukum perdata
material apabila ada yang melanggarnya.
Hukum perdata formal sering juga disebut
dengan hukum acara perdata.
Hukum Perdata di
Indonesia
Hukum adat adalah
Hukum perdata di Indonesia hukum kebiasaan
diatur terutama dalam Kitab yang artinya aturan
Undang-Undang Hukum Perdata dibuat dari tingkah
(KUHPerdata). KUHPerdata laku masyarakat yang
mengatur berbagai aspek hukum tumbuh dan
perdata, termasuk hak milik, berkembang sehingga
kontrak, perbuatan melawan menjadi sebuah
hukum, tanggung jawab perdata, hukum yang ditaati
hukum keluarga, dan warisan. secara tidak tertulis.

Mencakup beberapa undang-undang khusus


Selain itu juga, sistem hukum di Indonesia juga
yang mengatur aspek-aspek tertentu dari
mengakui prinsip-prinsip hukum adat yang
hukum perdata, seperti Undang-Undang
berlaku di beberapa daerah, terutama dalam
Perkawinan, Undang-Undang Perceraian, dan
hal warisan dan hukum keluarga..
Undang-Undang Hak Tanggungan.
Asas – Asas Hukum Perdata
Aşas kebebasan berkontrak. Asas
Anggapan individualistis (Privaat) ini mengandung pe-ngertian bahwa
terhadap hak eigendom (hak milik). setiap orang dapat mengadakan
(Lihat Pasal 570 KUH Perdata.) perjanjian apa pun juga, baik yang
Dari isi pasal tersebut dapat telah diatur dalam undang-undang,
diketahui bahwa jika dibandingkan maupun yang belum diatur dalam
dengan hak-hak kebendaan undang-undang (lihat Pasal 1338
lainnya, hal ini mengandung KUH Perdata).Dengan demikian,
pengertian bahwa yang berhak itu sebetulnya kepada setiap orang di-
dapat menikmatinya dengan berikan kebebasan untuk
sepenuhnya dan menguasainya menentukan sendiri mengena iisi
dengan sebebas bebasnya dan bentuk perjanjian yang
dibuatnya dengan pihak lainnya
Sejarah Kitab Undang – undang Hukum
Perdata/BW Di Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau disebut juga dengan Burgerlijk Wetboek
(BW) merupakan salah satu peraturan hukum yang mengatur mengenai hukum perdata di Indonesia.
Kitab ini memuat berbagai ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban perorangan,
hubungan kekeluargaan, harta benda, perjanjian, perikatan, serta hukum waris.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada


Dimulai pada masa penjajahan Belanda,
tahun 1945, BW tetap diberlakukan dalam
Pada tahun 1847, pemerintah kolonial
sistem hukum Indonesia. melalui penyesuaian
Belanda memperkenalkan Burgerlijk Wetboek
dan penyempurnaan, BW kemudian
(BW) yang diberlakukan di wilayah Hindia
diberlakukan bagi semua penduduk Indonesia,
Belanda. BW ini berdasarkan pada hukum
tanpa memandang suku, agama, ras, atau
perdata Belanda yang telah ada sebelumnya.
golongan.
Sistematika Kitab Undang – undang Hukum
Perdata/BW Di Indonesia
Sistematis Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/BW terdiri dari beberapa buku yang terbagi
menjadi bab dan pasal-pasal. Berikut adalah gambaran umum tentang sistematis BW di Indonesia:
Buku IV : tentang pembuktian
Buku I : tentang orang Buku II : tentang benda Buku III : tentang perikatan
dan kedaluwarsa bewijs en
(Van personen). (Van zaken) (Van verbintenissen)
Verjaring).
tentang pembuktian
tidak saja diatur dalam
Bab 1: Hak Milik mengatur tentang hak
Bab 1: Orang dan hukum acara (HIR)
Bab 2: Hak-Hak Nyata dan kewajiban yang
Kekuasaannya namun juga diatur
Bab 3: Perikatan terbit dari perjanjian,
Bab 2: Keluarga didalam Kitab
Bab 4: Perjanjian perbuatan melanggar
Bab 3:Kebangsaan Undang-undang
Bab 5: Pembuktian hukum dan peristiwa-
Bab 4: Nama dan Hukum Perdata. diatur
Bab 6: Pembuktian peristiwa lain yang
Gelar mengenai prinsip
Utang dan Pembayaran menerbitkan hak dan
Bab 5: Usia dan umum tentang
Bab 7: Perikatan dan kewajiban
Kematian pembuktian dan juga
Pewarisan perseorangan.
mengenai alat-alat
bukti.
Pengadilan

Pengadilan adalah instansi resmi yang melaksanakan sistem


peradilan berupa memeriksa, pembuktian mengadili hingga
memutuskan. Didalam negara dengan sistem hukum umum,
pengadilan merupakan cara utama untuk penyelesaian
perselisihan, dan umumnya dimengerti bahwa semua orang
memiliki hak untuk membawa klaimnya ke pengadilan.

Istilah pengadilan disebut dalam Pasal 4 UU Kekuasaan


Kehakiman yang antara lain menjelaskan bahwa pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan
orang dan pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat
tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Jenis Jenis Pengadilan

Jenis-jenis Pengadilan yang ada di Indonesia


Melalui lembaga peradilan 1. Pengadilan Agama (Perceraian, warisan, dll)
yang merupakan suatu proses 2. Pengadilan militer(Mengadili perkara yang
yang dijalankan di pengadilan dilakukan oleh anggota militer)
yang memiliki keterkaitan 3. Pengadilan Negri dan Pengadilan
memeriksa mengadili hingga Tinggi(masyarakat umum dan menerima
memutuskan perkara, perkara pidana maupun perdata.)
persoalan yang tidak dapat 4. Pengadilan Pajak
diselesaikan secara damai di 5. Pengadilan Tata Usaha Negara
luar proses persidangan, 6. Mahkamah Agung
diharapkan dapat diselesaikan 7. Mahkamah Konstitusi(pelanggaran hukum
melalui putusan hakim. Petinggi Negara; )
8. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Kesimpulan

Hukum Perdata:Hukum perdata


mengatur hubungan antara individu atau
entitas hukum dalam hal hak, kewajiban,
dan tanggung jawab mereka terhadap Pengadilan:Pengadilan adalah lembaga
satu sama lain.Tujuan hukum perdata yang memiliki wewenang untuk
adalah melindungi hak-hak individu, menyelesaikan sengketa hukum antara
memastikan pemenuhan kewajiban pihak-pihak yang terlibat.Pengadilan dalam
kontrak, dan memberikan ganti rugi jika konteks hukum perdata berfungsi untuk
hak-hak tersebut dilanggar.Hukum mengadili dan memutuskan sengketa
perdata mencakup berbagai aspek perdata berdasarkan hukum yang berlaku.
kehidupan, seperti kepemilikan properti,
kontrak, tanggung jawab hukum,
warisan, dan keluarga.
Terimakasih

You might also like