Tata Kelola

You might also like

You are on page 1of 2

A.

Tata Kelola

Manusia merupakan salah satu mahkluk Tuhan yang diberikan

kesempatan untuk merasa dan menjadi satu-satunya mahkluk Tuhan yang

diberikan kemampuan untuk berpikir1. Kemampuan merasa dan berpikir yang

dimiliki oleh manusia, dalam perjalanannya menjadi salah satu faktor

pendukung atas berkembangnya sifat individual dan sifat sosial seseorang.

Sifat individual yang dimiliki oleh manusia, secara komprehensif berhasil

mendorong seseorang untuk melaksanakan segala aktivitas dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pribadinya2. Besar dan banyaknya kebutuhan pribadi

yang dimiliki oleh seorang manusia, dalam perjalanannya tidak mampu untuk

dipenuhi secara pribadi. Realitas yang demikianlah, yang kemudian

mendorong manusia untuk menjalin hubungan dengan manusia lainnya3.

Hubungan yang terjalin antara manusia yang satu dengan manusia

lainnya, secara sosiologis berhasil membentuk suatu sistem kehidupan yang

kemudian dikenal dengan masyarakat. Kata masyarakat sendiri berasal dari

Bahasa Inggris “society”, yang berasal dari kata “socius” yang berarti rekan

dalam waktu yang lama atau hidup secara bersama-sama 4. Soerjono Soekanto

menyatakan bahwa masyarakat, merupakan bentuk kehidupan bersama yang


1
Saihu, “Konsep Manusia dan Implementasinya Dalam Perumusan Tujuan Pendidikan
Islam Menurut Murtadha Muthahhari”, Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 1 No. 2 (2019) :
197.
2
Meilanny Budiarti S., “Mengurai Konsep Dasar Manusia Sebagai Individu Melalui Relasi
Sosial Yang Dibangunnya”, Prosiding KS: Riset & PKM Vol. 4 No. 1 (2017): 104-105.
3
Ibid, hal. 106.
4
Heri Kusmanto, “Partisipasi Masyarakat dalam Demokrasi Politik”, Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Politik Vol. 2 No. 1 (2014): 85.
warganya hidup bersama dalam jangka waktu lama dan menghasilkan

kebudayaan bersama5. Sedangkan Hazairin berpandangan bahwa masyarakat,

merupakan kesatuan hukum dan lingkungan yang hidup secara bersama

berdasarkan hak bersama6. Kelompok-kelompok sosial masyarakat ini pada

awalnya masih berbentuk konsepsi antropologis yang kecil dan terbentuk

sebagai suatu akibat atas keterkaitan darah antar individu7.

Realitas sosiologis antropologis demikianlah, yang kemudian menjadi

suatu pandangan konkret tentang diperlukannya mekanisme pengaturan.

Sistem pengaturan dalam hubungan sosial antar individu dalam kerangka

masyarakat, menjadi suatu kebijakan yang secara konkret diperlukan untuk

membangun hubungan yang sistematis dan terstruktur. Kajian tata kelola

dalam pemahaman yang jauh lebih kompleks, menegasikan tentang

pentingnya penerapan norma universal yang tunggal dalam masyarakat.

Paradigma demikianlah, yang dalam aspek penelitian ini membrikan

sumbangsih penting atas pemahaman tentang tata kelola. Dimana tata kelola

merupakan suatu kebijakan sistemik, yang dilakukan untuk mencapai tujuan

bersama melalui penggunaan prinsip tertentu yang berkaitan dengan kebijakan

yang akan atau sedang diterapkan.

5
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal.
91
6
Hazairin, Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Tintamas, 1970), hal. 44.
7
Saafroedin Bahar, “Kebijakan Negara Dalam Rangka Pengakuan, Penghormatan, dan
Perlindungan Masyarakat Hukum Di Indonesia” (makalah disampaikan pada Workshop Hasil
Penelitian Di Tiga Wilayah “Mendorong Pengakuan, Penghormatan & Perlindungan Hak Masyarakat
Adat di Indonesia”, Lombok 21-23 Oktober 2008).

You might also like