You are on page 1of 36

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA


BERENCANA AKSEPTOR LAMA SUNTIK 3 BULAN
DI PMB DELIMA NUR INDAH AYU ., SST. BDN

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Natasha Priskila
NIM : PO.62.24.2.21.518

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA BERENCANA


AKSEPTOR LAMA SUNTIK 3 BULAN
DI PMB NUR INDAH AYU, SST. BDN

Disusun oleh:
Nama : Natasha Priskila
NIM : PO.62.24.2.21.518
Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angakatan III
Semester II

Tanggal Pemberian Asuhan : 14 Maret 2022

Disetujui:

Pembimbing Lapangan

Tanggal : 07 Juni 2022


Di : Palangka Raya. Nur Indah Ayu, SST. Bdn
NIP. 19871130 200904 2 004

Pembimbing Institusi
Tanggal : 07 Juni 2022
Di : Palangka Raya. Herlinadiyaningsih, SST., M.Kes
NIP. 19800807 200501 2 003
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana dan


Kesehatan Reproduksi

telah disahkan tanggal : 07 Juni 2022

Mengesahkan,
Pembimbing Institusi,

Herlinadiyaningsih., SST., M.Kes


NIP. 19800807 200501 2 003

Mengetahui,

Plt Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Koordinator MK. Praktik


dan Pendidikan Profesi Bidan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb Eline Charla Sabatina B., SST., M.Kes
NIP. 19781027 200501 2 001 NIP. 19800608 200112 2 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Fisiologis
Holistik Keluarga Berencana” dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Oktaviani, S.SiT., M.Keb selaku ketua jurusan Kebidanan
2. Ibu Heti Ira Ayue, SST., M.Keb selaku Plt ketua program studi Sarjana
Terapan Kebidanan dan Pendidikan Profesi
3. Ibu Eline Charla Sabatina Bingan, SST., M.Kes selaku koordinator stase VII
Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi
4. Ibu Herlinadiyaningsih., SST., M.Kes selaku pembimbing Institusi yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan kursus online
5. Ibu Nur Indah Ayu, SST, Bdn. Bdn selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan pratik
Penulis berharap dengan adanya laporan ini dapat berguna serta
bermanfaat untuk pembaca. Selain itu penulis juga sadar bahwa pada laporan
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kemudian dapat penulis revisi
dimasa yang akan datang, sebab penulis menyadari bahwa tidak ada sesautu yang
sempurna tanpa disertai saran yang membangun.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
setiap pihak yang membaca.

Palangka Raya, 14 Maret 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia,
terutama di Asia dan Amerika dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara
global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari
54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,
proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode
kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari
23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%,
sedangkan Amerika dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%.
Diperkirakan 255 juta perempuan di Negara-negara berkembang ingin
menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode
kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode
kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi
untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh
pertumbuhan popilasi (WHO, 2014).
Menurut BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2018 sebesar
63,27%, hampir sama dengan tahun sebelumnya yang sebesar 63,22%.
Sementara target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun
2017 juga menunjukkan angka yang sama pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%.
KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu yaitu sebesar 71,15% dan yang
terendah di Papua sebesar 25,73%. Terdapat lima provinsi dengan cakupan
KB aktif kurang dari 50% yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur,
Maluku, dan Kepulauan Riau (Profil Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan pemilihan jenis alat kontrasepsi, sebagian besar peserta
KB aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat
dominan (lebih dari 80%) dibandingkan metode lainnya, suntikan (63,71%)
dan pil (17,24%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode
kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam
pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.
Masih rendahnya penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang)
dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kelebihan
metode MKJP dan keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada.
Dari keseluruhan jumlah peserta KB modern, hanya 17,8% diantaranya yang
menggunakan KB MKJP. Sedangkan 82,19% lainnya pengguna KB non
MKJP. Berdasarkan metode KB, provinsi tertinggi dengan peserta KB MKJP
tertinggi terdapat di Bali (40,54%). D.I Yogyakarta (37,38%), dan Nusa
Tenggara Timur (31,70%). Sedangkan Kalimantan Tengan dan Kalimatan
Selatan walaupun secara keseluruhan metode merupakan provinsi dengan
cakupan KB aktif yang relative tinggi, namun penggunaan MKJP yang sangat
rendah. (Profil Kesehatan RI, 2018)
Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebanyak
471.776 lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS pada tahun 2015
sebanyak 48.661. Peserta KB baru pada tahun 2016 12,6%, lebih sedikit bila
dibandingkan dengan peserta KB baru pada tahun 2015 sebesar 12,9%.
Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1)
MKJP: Tahun 2016 IUD (2,3%), MOP (0,19%), MOW (1,4) dan Implant
(12,2%) 2) NON MKJP: Tahun 2016 Kondom (3,6%), Suntik 947,2) dan pil
(33,2%). Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016
78,1% lebih banyak bila dibandingkan dengan presentase KB aktif pada
tahun 2015 sebesar 77,9%. (Profil Kesehatan Kalimantan Tengah, 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, pemberi asuhan merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana pada
NY. M Usia 23 tahun Akseptor Suntik 3 Bulan?”
C. Tujuan
1. Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan fisiologis holistik keluarga
berencana akseptor suntik 3 bulan.
2. Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada pada
ibu pengguna KB
b. Mampu melakukan analisa pada asuhan ibu pengguna KB suntik 3
bulan
c. Mampu melakukan perencanaan pada asuhan kebidanan ibu pengguna
KB suntik 3 bulan
d. Mampu melakukan implementasi pada asuhan kebidanan ibu
pengguna KB suntik 3 bulan
e. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi pada asuhan kebidanan
ibu pengguna KB suntik 3 bulan
D. Manfaat
1. Klien
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada ibu hamil
dengan akseptor KB suntik 3 bulan dengan memberikan asuhan secara
holistik berdasarkan evidencebased midwifery.
2. Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada informasi
pada memberikan holistic berdasarkan evidencebased midwifery.
3. Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pelayanan di lahan praktik
untuk meningkatkan pelayanan serta asuhan yang baik pada ibu pengguna
KB suntik 3 bulan dengan memberikan asuhan secara holistik
berdasarkan evidencebased midwifery.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang
berisi hormon progesterone yang disuntikan ke dalam tubuh
wanita secara periodik atau yang mengandung kombinasi
hormone estrogen dan progesterone (Irianto, 2012).

2. Jenis
a. Kontrasepsi suntikan progestin
DMPA(Depot medroxy progesterone acetate) atau Depo Provera
yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150 miligram yang
disuntik secara IM, Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan
dengan dosis 200 mg Nore-tindron Enantat (Mulyani, 2013).

b. Kontrasepsi suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi yang mengandung 25 mg Depo


Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat
yang diberikan injeksi secara Intra Muscular(IM) atau 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi Intra Muscular(IM) sebulan sekali
(Saifuddin, 2006).

3. Kontrasepsi Suntikan Depomedroksi Progesteron Asetat


(DMPA)
a. Pengertian Konrasepsi suntik DMPA
DMPA adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi Progesterone
Asetat 150 mg disuntik secara intramuskular di daerah bokong
yang diberikan setiap 3 bulan sekali (Saifuddin,2006)
b. Cara Kerja
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

2. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

3. Menghambat transportasi gamet oleh tuba


(Haryani,2010)
c. Efektifitas

Kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang


tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
(Saifuddin,2006)

d. Keuntungan

1. Sangat efektif

2. Pencegahan kehamilan jangka panjang

3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri


4. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

5. Sedikit efek samping

6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

7. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35


tahun sampai perimenopause

8. Membantu mencegah kanker endometrium dan


kehamilan ektopik

9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

10. Mencegah beberapa penyebab


penyakit radang panggul
(Haryani,2010).

e. Keterbatasan

1. Sering ditemukan gangguan haid

2. Permasalahan berat badan merupakan efek


samping tersering, berat badan yang
bertambah 1-5 kg dalam tahun pertama
(Rahmawati,2014). Rata-rata kenaikan berat
badan menggunakan kontrasepsi suntik
DMPA adalah 1-5 kg dalam tahun pertama.
Rata-rata tiap tahun naik antara 2,3- 2,9 kg
(Hartanto,2010).

3. Tidak menjamin perlindungan terhadap


penularan infeksi menular seksual, hepatitis
B virus, dan infeksi virus HIV

4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian


pemakaian

5. Pada penggunaan jangka panjang dapat


sedikit menurunkan kepadatan tulang,
kekeringan pada vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervositas,
dan jerawat (Haryani,2010).
f. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

1. Usia reproduksi

2. Nulipara dan yang telah memiliki anak

3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

5. Setelah abortus atau keguguran

6. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki


tubektomi

7. Perokok

8. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah


gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit

9. Menggunakan obat untuk epilepsi


(fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin )

10. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung


estrogen

11. Anemia defisiensi besi

12. Mendekati usia menopause yang tidak mau


atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi (Haryani,2010).

g. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan


progestin

1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat


pada janin 7 per 100.000 kelahiran)

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan


haid, terutama

amenorea

4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker


payudara

5. Diabetes mellitus disertai komplikasi(Haryani,2010).

h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

1. Waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan


kontrasepsi tambahan, bila diberikan setelah
hari ke 7 siklus haid tidak boleh melakukan
hubungan seksual / menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari.
2. Setiap saat waktu tidak haid dan dipastikan
tidak hamil, tidak boleh melakukan
hubungan seksual dan menggunakan
kontrasepsi lain selama 7 hari.

3. Ibu sedang menggunakan kontrasepsi


hormonal yang lain dan menggunakannya
dengan benar dan ibu dipastikan tidak hamil
lalu ingin menggantinya dengan kontrasepsi
suntikan dapat segera diberikan atau sesuai
jadwal kontrsepsi
4. Bila ibu menggunakan AKDR suntikan
diberikan hari 1 - 7 siklus haid, atau dapat
diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus
haid, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil
(Saifuddin, 2006).

B. PENINGKATAN BERAT BADAN


1. Pengertian
Berat badan adalah metabolisme energi di dalam tubuh manusia
diatur oleh berbagai faktor, baik yang menyebabkan meningkatnya
penyimpanan energi, atau yang mendorong pemakaian energi.
Pemakaian energi tubuh diatur dalam keadaan seimbang. Bila energi
yang masuk lebih besar dari energi yang keluar, kelebihan energi
akan disimpan dalam jaringan lemak. Secara ilmiah kelebihan berat
badan (overweight) terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak
dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya
ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori belum dapat
dijelaskan secara pasti (Meutia,2005).
2. Faktor peningkatan berat badan
a. Faktor genetik
Kegemukan cenderung diturunkan sehingga diduga
memiliki penyebab genetic. Anggota keluarga tidak
hanya berbagi gen tetapi juga makanan dan kebiasaan
gaya hidup, yang bias mendorong terjadinya kegemukan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor
genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap
berat badan seseorang (Mumpuni, 2010). Menurut
penelitian Haines pada tahun 2007, jika ayah dan ibu
menderita kelebihan berat badan maka kemungkinan
anaknya memiliki kelebihan berat badan sebesar 40-50%.
b. Faktor psikis

Apa yang ada didalam pikiran seseorang dapat


mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang
memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Orang gemuk sering kali mengatakan bahwa mereka
cenderung makan lebih banyak bila mereka tegang atau
cemas. Dari hasil penelitian membuktikan kebenarannya.
Orang gemuk makan lebih banyak dalam situasi yang
sangat mencekam (Mumpuni, 2010).
c. Faktor Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah
satu penyebab utama dari meningkatnya angka
kegemukan di tengah masyarakat. Kurang gerak atau
olahraga menyebabkan seseorang kurang mengeluarkan
energi. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor,
yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara umum dan
angka metabolisme basal atau tingkat energi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal
tubuh.Kurangnya olahraga secara tidak langsung akan
mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang
tersebut. Jadi, olahraga sangat penting dalam penurunan
berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,
melainkan juga karena dapat membantu mengatur fungsi
metabolisme tubuh secara normal (Liando,2015).

d. Faktor pola makan

Perilaku makan menjadi penyebab timbulnya


permasalahan kenaikan berat badan. Tiga hal yang
ditekankan dalam perilaku makan seseorang, yaitu
pengendalian makan, emosi, dan rasa lapar. Pola makan
menjadi pencetus kenaikan berat badan adalah
mengonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari
kebutuhan), makan tinggi energy, tinggi lemak, tinggi
karbohidrat sederhana, dan rendah serat. Sementara itu,
perilaku makan yang salah ialah tindakan mengonsumsi
makanan dengan jumlah yang berlebihan tanpa diimbangi
dengan pengeluaran energi, salah satunya olahraga
(Sudargo, 2014).
e. Faktor hormone progesteron
Terjadinya kenaikan berat badan, kemungkinan karena
hormone progesteron mempermudah perubahan karbohidrat
dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit
bertambah. Selain itu hormon progesterone juga menyebabkan
nafsu makan bertambah dan menurun aktivitas fisik, akibat nya
pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah
(Irianto, 2012).

4. Penatalaksanaan kenaikan berat badan


a. Jelaskan sebab terjadinya kenaikan berat badan saat ber KB
Penambahan berat badan bersifat permanen dan individu (tidak
terjadi pada semua pemakai suntikan).
b. Jika kenaikan berat badan ini tidak mengganggu. Pastikan
bahwa penambahan berat badan bukan karena kehamilan.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan diet rendah
kalori dan olahraga yang proporsional untuk
menjaga berat badanya.
d. Jika cara diatas tidak menolong dan berat
badan terus naik, pemakaian suntikan
dihentikan dan ganti cara kontrasepsi yang
lain yang non-hormonal (Arum, 2011).
5. Penatalaksanaan berat badan pada akseptor
Kontrasepsi suntik 3 bulan menurut kamus gizi tahun
2009 yaitu dengan cara diet rendah kalori.
a. Cara diet rendah kalori
penatalaksanaan akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu
dengan diet rendah kalori
Diet rendah kalori adalah diet yang diberikan
untuk menurunkan berat badan pada penderita
obesitas dengan membatasi kandungan energi
Diet rendah kalori 2 yang mengandung energi
sebesar 1500 kkal
- Diet rendah kalori 3 yang mengandung
energi sebesar 1700 kkal

6. Penatalaksanaan berat badan pada akseptor kontrasepsi


suntik 3 bulan yaitu dengan cara olahraga
a. Pengertian olahraga
Olahraga adalah aktifitas fisik yang direncanakan, terstruktur,
dan di kerjakan secara berulang dan bertujuan memperbaiki
atau menjaga kesegaran jasmani, sedangkan menurut medical
dictionary tahun 2009, Olahraga adalah aktifitas fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara
kesegaran jasmani (fitness), atau sebagai terapi untuk
memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi organ dan
fungsi fisiologi tubuh (Utomo,2012).
1) Jenis olahraga ada 2 yaitu :

- Olahraga aerobik adalah suatu bentuk


aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot
besar dan dilakukan dalam intensitas yang
cukup rendah serta dalam waktu yang cukup
lama. Tujuan olahraga aerobik : Untuk
meningkatkan kardiovaskuler dan untuk
menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini
sangat dianjurkan pada orang yang
mengalami obesitas atau overweigt
(Utomo,2012).
- Olahraga anaerobik adalah suatu bentuk
aktivitas fisik yang tidak memerlukan
- Menurunkan risiko terkena penyakit
diabetes tipe 2, serangan jantung ,strok,dan
beberapa bentuk kanker
- Menurunkan nyeri arthritis dan cacat akibat arthritis

- Menurunkan risiko terkena osteoporosis

- Menurunkan gejala depresi dan kecemasan


b. Rumus berat badan normal
- Cara memantau atau menentukan berat badan
normal menggunakan rumus :
BBI = ( Tinggi badan - 100 ) – [ 10% x ( Tinggi badan-
100) ] (Supariasa,2013)
C. Evidance Midwifery
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3
BULAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI BPM SRI
SUHARTI DESA KEBUNDOWO KEC. BANYUBIRU KAB.
SEMARANG ( Serly Adia Putri, 2016)
Efek kontrasepsi suntik 3 bulan akan terjadi Gangguan haid, sakit
kepala, depresi, pusing, mual dan penambahan berat badan karena
hormone progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak sehingga lemak dibawah kulit bertambah dan
juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan juga dapat
menurunkan aktivitas fisik, Faktor yang mempengaruhi perubahan
berat badan akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron
yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang ada di
hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan yang lebih banyak dari
biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi
oleh hormon progesterone dirubah menjadi lemak dan disimpan di
bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan
lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak.
( Serly Adia Putri 2016)

2. EFEK SAMPING AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA (Feliya


Wulan Cahyani 2021)
Cara menurunkan berat badan walaupun tetap menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan cara membiasakan melakukan
olahraga pada pagi atau sore hari, Seperti Jogging, Senam, Renang,
bersepeda dan Mengurangi konsumsi kalori, Banyak Konsumsi
makanan berserat tinggi, banyak mengkonsumsi cairan 7-8 gelas Per
hari Dan Kurangi Mengkonsumsi karbohidrat olahan seperti roti,
soda hingga gula tambahan.
3. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA
SUBUR TENTANG KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON
HORMONAL
Mekanisme kerja alat kontrasepsi non hormonal
kondom/diafragma yaitu Menghalangi terjadinya pertemuan sel
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sel sperma pada
ujung karet sehingga sel sperma tidak bisa masuk ke dalam
vagina wanita dan pada AKDR sperma dihancurkan oleh sel-sel
macrofag pada tempat -tempat kontak AKDR sehingga sperma
yang masuk di dalam tuba sedikit bahkan tidak ada.
Untuk alat kontrasepsi non hormonal lainnya seperti Aminorea
Laktasi yang menggunakan masa menyusui sebagai alat
kontrasepsi alami dan pada vasektomi atau tubektomi
dilakukan dengan memutus jalannya sperma atau sel telur agar
tidak saling bertemu sehingga tidak terjadi konsepsi tanpa
memberikan hormon dalam alat kontrasepsi tersebut. Pada
penggunaan kontrasepsi homonal menyebabkan pertambahan
berat badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi
nafsu makan yang merupakan respon dari hormon di dalam alat
kontrasepsi.namun untuk kontrasepsi non hormonal tidak ada
hormon yang ditambahkan ke dalam tubuh akseptor tetapi
kontrasepsi non hormonal hanya menghambat pertemuan sel
telur dan sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan tubuh
memiliki keseimbangan hormon yang membuat nafsu makan
akseptor normal. (Sari 2017 )
4. PENGGUNAAN SUNTIK KB 3 BULAN (DMPA) TERHADAP
PENINGKATAN BERAT BADAN
Suntik KB DMPA mempunyai risiko terjadinya kenaikan berat
badan yang relatif besar. Resiko kenaikan berat badan pada akseptor
suntik KB DMPA disebabkan karena hormon progesteron
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
sehingga lemak di bawah kulit bertambah. Penyebab peningkatan
berat badan terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. DMPA
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang
menyebabkan akseptor suntik KB DMPA makan lebih banyak dari
biasanya (Sukmalara, Dini dkk. 2018). Glukokortikoid adalah
hormon penting yang berperan dalam sintesis dan melepaskan
neuropeptida di hipotalamus. Kondisi ini dapat mempengaruhi
asupan makan dan sistem saraf pusat. Selain itu, glukokortikoid juga
merangsang asupan protein dan karbohidrat manusia. Efek
glukokortikoid terhadap nafsu makan dan asupan energi tinggi yang
dapat menyebabkan peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT)
(Nurmainah, dkk. 2020). Hasil penelitian lain juga diketahui bahwa
kandungan dari suntik 3 bulan adalah mengandung hormon
progestin, sehingga efek samping yang akan diberikan adalah sama
yaitu kenaikan berat badan, kenaikan berat badan setiap wanita akan
relatif berbeda dikarenakan berbagai faktor. Wanita yang mengalami
peningkatan berat badan setelah pemakaian kontrasepsi hormonal
suntik dapat disebabkan oleh faktor gaya hidup yaitu kebiasaan
konsumsi, aktivitas fisik dan perilaku sedentary (Kurniasari, Devi
dkk. 2020)
5. LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN (DMPA)
TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA
AKSEPTOR
Penggunaan jangka panjang kontrasepsi suntik dapat memicu
terjadinya peningkatan berat badan, kanker, gangguan emosi, dan
jerawat karena penggunaan suntikan hormonal yang lama dapat
mengganggu keseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam
tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal
menjadi tidak normal (Endi, 2020) Menurut penelitian lain
mengungkapkan kandungan progesterone dalanm suntik KB dapat
mempengaruhi nafsu makan akseptor KB. Hal ini menyebabkan
kenaikan berat badan pada askeptor KB suntik. Hal ini disebabkan
karen kenaikan berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh
peningkatan nafsu makan saja. Dengan aktivitas fisik yang baik,
berta badan akseptor KB akan tetap stabil walaupun mengalami
peningkatan nafsu makan. (Septiyani, Eristia dkk. 2020). Peneliti
mengatakan kontrasepsi suntik khususnya depo metroxy
progesterone asetat (DMPA) merangsang pusat pengendali nafsu
makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari biasanya (Irawati, 2017).
BAB III
TINAJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. M USIA
23 TAHUN AKSEPTOR LAMA KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN
DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PMB DELIMA
NUR INDAH AYU., SST. BDN

Hari/tanggal pengkajian : 14 Maret 2022


Jam pengkajian : 16.00 WIB

A. Data Subjektif
Identitas (pasien)
Suami (penanggung jawab)
Nama : Ny. M
Nama : Tn. L
Umur : 23 tahun
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Dayak/Indonesia
Suku/ Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Antang Kalang
Alamat : Jl. Antang Kalang
Keluhan Utama
Ibu mengatakan semenjak menggunakan kontrasepsi 3 bulan selama 5 bulan
berat badannya semakin bertambah dan ibu merasa tidak percaya diri
Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, Kawin pertama kali umur 22 tahun, dengan suami sekarang sudah
1 tahun.
Riwayat Obstetri
NO Tahun Kehamilan Persalinan Bayi Penyulit
Nifas
UK Penyulit Cara Tempat/ BB PB JK Keadaan
Penolong Lahir
1 2021 39 Tidak Normal BPM/bidan 3600 - ♂ Normal Tidak ada
mgg Ada Gr

Riwayat Keluarga Berencana


Ibu mengatakan sudah menggunakan kontrasepsi 3 bulan selama 5 bulan sejak
bulan september 2021
Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menular dan menurun
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada penyakit menular dan menuru
Pola Kebutuhan Selama menggunakan Kontrasepsi 3 bulan
Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi: Nasi, sayur, daging, ikan, gorengan
Frekuensi : 3-4 kali sehari ( pagi-siang-sore malam)
Porsi makan : 1-2 piring
Pantangan : Tidak ada
Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : Kuning
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Masalah : Tidak ada
Tidur dan Istirahat
Siang hari : 1-2 jam
Malam hari : 7-8 jam
Masalah : Tidak ada
Aktifitas
Ibu melakukan pekerjaan rumah saja seperti menyapu, masak, cuci piring dan
cuci baju
Data Psikososial dan Spiritual
Ibu menggunakan alat kontrasepsi atas kehendak sendiri, suami mengijinkan dan
ibu merasa tidak percaya diri dengan peningkatan berat badan yang dialaminya.
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan pada awal pemakaian : 50 kg
Berat badan saat ini : 55 kg
Peningkatan berat badan : 5 kg dalam 5 bulan
Berat badan ibu normalnya :
BBI = ( Tinggi badan - 100 ) – [ 10% x ( Tinggi badan-100) ]
= ( 150-100 )-[10%(150-100)]
= 50-5,0
= 45 Kg
Tanda-Tanda vital
TD 120/80 mmHg
Nadi 80 x/menit,
Suhu 36,5oC,
Respirasi 20 x/menit
C. Analisis data
Diagnosa : Ny. M P1A0 umur 23 tahun akseptor kontrasepsi suntik 3
bulan
Masalah : kenaikan berat badan
Kebutuhan : - KIE mengenai kontrasepsi 3 bulan
- KIE mengenai cara sehat untuk menurunkan berat badan
- KIE mengenai pemilihan kontrasepsi yang tidak membuat
berat naik
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami
kenaikan berat badan yaitu sebanyak 5 kg dari berat badan awal memakai
adalah 50 kg dan sekarang menjadi 55 kg
Rasional : Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan
keadaan penyakit, yakni tentang diagnosis, tindakan medik yang akan
dilakukan, risiko dari dilakukan atau tidak dilakukannya tindak medik
tersebut.( Siringoringo 2017)
2. Menjelaskan kepada ibu tentang efek kontrasepsi suntik 3 bulan
Rasional : efek kontrasepsi suntik 3 bulan akan terjadi Gangguan haid, sakit
kepala, depresi, pusing, mual dan penambahan berat badan karena hormone
progesterone mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak
sehingga lemak dibawah kulit bertambah dan juga menyebabkan nafsu makan
bertambah dan juga dapat menurunkan aktivitas fisik, ( Serly Adia Putri 2016)
3. Menjelaskan kepada ibu penambahan berat badan disebabkan nafsu makan
meningkat dikarenakan hormone progesterone pada KB suntik 3 bulan yang
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus.
Rasional : Perubahan berat badan akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan
dikarenakan adanya hormon progesteron yang kuat sehingga merangsang
hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan
yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan
zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di
bawah kulit (Malasari, 2017).
4. Menganjurkan ibu mengkonsumsi teh hijau untuk menurunkan berat badan
Rasional : Teh hijau dapat membantu mempercepat proses metabolisme
untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat pada menurunnya berat badan
dengan bantuan polyphenol yang termasuk dalam senyawa antioksidan.
Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffeine dan catechin, subtansi
tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam. Catechins ini akan
memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori dan
mengurangi lemak tubuh. Setelah minum teh hijau 2 kali sehari dengan
takaran 260 ml/hari, dapat membakar 50 kalori ekstra perhari (Rismayanthi
& Purnama, 2021)
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan aktivitas fisik
Rasional : Cara paling dasar untuk mengelola mencegah kelebihan berat
badan adalah melakukan aktivitas fisik untuk pencegahan, pengobatan pada
kelebihan berat badan direkomendasikan untuk melakukan berbagai program
latihan termasuk latihan fisik (seperti aerobik, zumba), pelatihan resistensi
(beban berat seperti gym) dan fleksibilitas (peregangan otot seperti gerakan
ringan/yoga) untuk menurunkan berat badan. (Denny, Fifit & Mulyana, 2020)
6. Menganjurkan ibu untuk beralih ke kontrasepsi lain yang tidak mengandung
hormonal
Rasional : Mekanisme kerja alat kontrasepsi non hormonal
kondom/diafragma yaitu Menghalangi terjadinya pertemuan sel sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sel sperma pada ujung karet
sehingga sel sperma tidak bisa masuk ke dalam vagina wanita dan pada
AKDR sperma dihancurkan oleh sel-sel macrofag pada tempat -tempat
kontak AKDR sehingga sperma yang masuk di dalam tuba sedikit bahkan
tidak ada, untuk alat kontrasepsi non hormonal lainnya seperti Aminorea
Laktasi yang menggunakan masa menyusui sebagai alat kontrasepsi alami
dan pada vasektomi atau tubektomi dilakukan dengan memutus
jalannya sperma atau sel telur agar tidak saling bertemu sehingga tidak
terjadi konsepsi tanpa memberikan hormon dalam alat kontrasepsi
tersebut. Pada penggunaan kontrasepsi homonal menyebabkan
pertambahan berat badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan
stimulasi nafsu makan yang merupakan respon dari hormon di dalam alat
kontrasepsi.namun untuk kontrasepsi non hormonal tidak ada hormon
yang ditambahkan ke dalam tubuh akseptor tetapi kontrasepsi non
hormonal hanya menghambat pertemuan sel telur dan sperma sehingga
tidak terjadi pembuahan dan tubuh memiliki keseimbangan hormon yang
membuat nafsu makan akseptor normal. (Sari 2017 )
7. Melakukan informed consent, informed consent telah dilakukan
Rasional : Informed cosent atau persetujuan tindakan medik merupakan
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
(Wandira, Ayu. 2019)
8. Melakukan penyuntikan KB 3 bulan,yaitu dengan cara disuntik IM pada otot
bokong 1/3 bagian dari SIAS (Spina Illiaca Anterior Superior) dengan 90
derajat, Suntik KB 3 bulan telah di berikan
Rasional: Depo provera mengandung medroksi progestin asetat (DMPA)
150mg ,yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan intramaskular
di bokong 1/3 bagian dari SIAS (Spinna illiaca Anterior Superior) dengan 90
derajat (Diah Andriana,dkk.2018)

9. Menganjurkan Ibu untuk melakukan kunjungan ulang suntik tanggal 06 Juni


2022 dan jika ada ada keluhan ibu boleh datang kembali, ibu bersedia untuk
melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal
Rasional : Memberi tahu ibu untuk kunjungan ulang sesuai tanggal ataupun
ibu boleh datang bila mempunyai keluhan lain (Yanti, 2020)
10. Melakukan Pendokumentasian
Rasional : Dalam setiap melakukan asuhan bidan wajib mencatat setiap
tindakan yang dilakukan didalam format pendokumentasian yang yang resmi,
agar kuat dan terlindung dari jeratan hukum.( Mertasari, L.,2021)
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada langkah ini peneliti melakukan pengkajian untuk mendapatkan data


subjektif dengan cara wawancara pasien. Data subjektif yang didapatkan
dari kasus ini yaitu identitas pasien yang bernama Ny. M umur 23 tahun,
pasien mengatakan berat badan terus bertambah dan nafsu makan
meningkat serta pasien merasa tidak percaya diri dengan semakin
bertambahnya kenaikan berat badan. Pasien telah menikah selama 1
tahun, telah memiliki 1 orang anak, pasien telah menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulan ini selama 5 bulan. Pola kebutuhan nutrisi
selama menggunakan kontrasepsi ini meningkat, hal ini dapat dilihat dari
frekuensi pola makan 3-4x sehari dengan porsi makan 1-2 piring, pasien
hampir setiap hari makan malam dan makanan yang dikonsumsi tidak
lepas dari kandungan tinggi lemak dibandingkan tinggi serat. Pasien juga
memiliki pola tidur di siang hari 2-3 jam, dan malam 7-9 jam. Pasien
dalam kesehariannya hanya melakukan aktifitas yang ringan saja seperti
memasak, menyapu, menyuci piring, dan cuci baju.
Keluhan utama pada akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
kenaikan berat badan adalah pasien merasa tidak percaya diri. Perubahan
berat badan akseptor Kontrasepsi suntik 3 bulan dikarenakan adanya
hormon progesteron yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu
makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan yang lebih
banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-
zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di
bawah kulit. Hal ini sesuai antara teori dan praktik bahwa keluhan pasien
akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan adalah
merasa tidak nyaman dengan adanya kenaikan berat badan yang dialami
oleh pasien
Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan
diagnosa pada kasus ini adalah Ny. M P1A0 umur 23 tahun akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan, sedangkan masalah yang dialami oleh pasien
adalah kenaikan berat badan sehingga membuat tidak percaya diri.
Kebutuhan dari kasus ini adalah dengan memberikan KIE tentang efek
samping KB suntik 3 bulan, menganjurkan Alternatif yang dapat
dilakukan pada masalah tersebut yaitu dengan mengkonsumsi teh hijau
dan melakukan aktivitas fisik. Teh hijau dapat membantu mempercepat
proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat pada
menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk
dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi
caffeine dan catechin, subtansi tersebut bisa mempercepat metabolisme
selama 2 jam. Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan
cara membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh. Setelah minum teh
hijau 2 kali sehari dengan takaran 260 ml/hari, dapat membakar 50 kalori
ekstra perhari (Rismayanthi & Purnama, 2021)
Dan alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu Cara paling dasar
untuk mengelola mencegah kelebihan berat badan dan obesitas adalah
melakukan aktivitas fisik, untuk pencegahan dan pengobatan obesitas
telah direkomendasikan melakukan berbagai program latihan dengan
latihan fisik dapat membantu dalam memperbaiki komposisi tubuh dan
sebagai cara yang efektif untuk pengobatan kelebihan berat badan.
(Denny, Fifit & Mulyana, 2020). Sehingga dalam hal ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Konsep dasar asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan. Sebagai care
provider harus mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan
kewenangan secara profesional.

2. Ada banyak evidance based yang dapat di terapkan bagi wanita usia
subur (WUS) dalam penggunaan keluarga berencana (KB) pada
peningkatan berat badan salah satunya adalah tindakan asuhan
kebidanan yang dapat diberikan melalui konseling informasi edukasi
(KIE) untuk mengurangi keluhan yang ibu rasakan berupa penjelasan
mengenai penyebab peningkatan berat badan, konsumsi teh hijau
untuk menurunkan berat badan, dan melakukan aktifitas fisik.
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan pada wanita usia subur (WUS)
dalam keluarga berencana. Wanita usia subur (WUS) yang sehat dapat
beradaptasi terhadap perubahan perubahan yang terjadi sehingga tidak
akan menimbulkan gangguan dengan menjalankan pola hidup sehat.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan literatur
untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran
dalam asuhan kebidanan berdasarkan evidence based midwifery
pada wanita usia subur (WUS) dengan keluarga berencana (KB).
2. Bagi Klien
Diharapkan dapat melaksanakan segala anjuran yang diberikan
dan dapat mengaplikasikannya sebagai upaya untuk mengurangi
keluhan yang dirasakan oleh wanita usia subur (WUS) tersebut.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan berdasarkan
evidence based midwifery pada wanita usia subur (WUS) dengan
keluarga berencana (KB).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, F. W., Afriyani, L. D., Husna, F., Ulyani, N. G. S., Astuti, E. W.,
Sirait, F. P., ... & Indrawati, I. (2021, December). Efek Samping
Peningkatan Berat Badan dari Penggunaan Metode KB Suntik 3
Bulan: Literatur Review. In CALL FOR PAPER SEMINAR
NASIONAL KEBIDANAN (pp. 112-121).

Handayani, P., Perwiraningtyas, P., & Susmini, S. (2019). HUBUNGAN


PENGGUNAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN
PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR
KB. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Mertasari, L., & Sugandini, W. (2021). Aktualisasi Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan dengan Metode SOAP pada Praktek Mandiri
Bidan (PMB). International Journal of Natural Science and
Engineering, 5(1), 8-13.

Sari, E. P. (2017). PERBEDAAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)


AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON
HORMONAL PADA WANITA USIA SUBUR. Adi Husada
Nursing Journal, 3(2), 34-39.

Siringoringo, V. M., Hendrawati, D., & Suharto, R. (2017). Pengaturan


Perlindungan Hukum Hak-Hak Pasien Dalam Peraturan Perundang-
Undangan Tentang Kesehatan Di Indonesia. Diponegoro Law
Journal, 6(2), 1-13.

You might also like