You are on page 1of 30

PELEBARAN PERKERASAN

DAN KEBEBASAN SAMPING


DI TIKUNGAN

Geometrik Jalan Raya


Tatap Muka ke-7
Pendahuluan
 Untuk menjamin dipenuhinya aspek keamanan dan
kenyamanan pada tikungan perlu diberikan
lengkung peralihan, superelevasi, pelebaran
perkerasan, dan kebebasan samping
 Penggunaannya tergantung pada desain tikungan
dan keadaan situasi di mana tikungan tersebut
berada.
Pendahuluan
 Penambahan pelebaran perkerasan diperlukan pada
tikungan dengan kondisi tertentu untuk menjamin agar
lintasan roda belakang kendaraan tetap berada di
atas perkerasan sehingga kendaraan tetap dapat
bertahan pada lintasannya.
 Kebebasan samping diperlukan pada tikungan-
tikungan di daerah yang pada bagian kiri dan atau
kanannya terdapat penghalang (bangunan,
pepohonan, tebing, dll.) untuk memberikan jarak
pandang yang cukup di tikungan agar pengemudi
bisa memahami kondisi yang ada di depannya
Pelebaran Tikungan
Kondisi saat membelok
 Pada saat kendaraan bergerak melintas di tikungan
(lengkung horisontal) dengan kecepatan tertentu
seringkali tidak dapat mempertahankan posisi
lintasannya pada lajur yang disediakan untuknya.
 Roda depan dan roda belakang tidak berada
pada lintasan yang sama
 Ini dapat menyebabkan kerusakan pada tepi dalam
perkerasan dan juga sangat rawan terhadap
terjadinya kecelakaan.
 Penyebab:
 Faktor Mekanis Kendaraan
Ketika kendaraan membelok di tikungan, maka yang diberi
belokan pertama kali adalah hanya roda depan, sehingga
lintasan dari roda belakang agak keluar lajur atau
lintasannya lebih ke dalam (off tracking).
 Faktor Fisik Kendaraan
Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, semakin
panjang kendaraan, perbedaannya semakin besar.
 Faktor Psikologis
Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam
mempertahankan lintasannya tetap berada pada lajur
jalannya terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau
pada kecepatan-kecepatan yang tinggi.
 Diperlukan kondisi yang aman bagi kendaraan yang
melintas di tikungan terutama untuk tikungan-tikungan yang
relatif tajam dengan lebar perkerasan yang relatif terbatas
→ perlu diberikan pelebaran perkerasan.
 Besarnya pelebaran perkerasan di tikungan merupakan
fungsi dari : jenis dan dimensi standar kendaraan rencana
yang akan melaluinya, jari-jari yang digunakan pada
lengkung horisontal, dan kecepatan rencana kendaraan.
 Untuk kendaraan rencana yang digunakan sebagai dasar
perencanaan biasanya digunakan kendaraan jenis truk
tunggal.
 Bila jalan sering dilewati kendaraan berat, maka jenis
kendaraan semitrailer dapat digunakan sebagai kendaraan
rencana → mempengaruhi kebutuhan pelebaran perkerasan
dan biaya pelaksanaannya.
OFFTRACKING
Jejak roda dari sebuah
kendaraan besar, yang
dibasahi roda depan kanan
dan roda belakang kiri
OFFTRACKING
Elemen Pelebaran Tikungan
 Off tracking
Lebar B merupakan posisi kritis kendaraan yaitu pada
saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokkan
dan tinjauan dilakukan untuk lajur sebelah dalam
 Kesukaran dalam mengemudi di tikungan
 Disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal :
kecenderungan terlemparnya kendaraan ke arah luar
dalam gerakan menikung.
 Merupakan fungsi dari kecepatan dan radius lajur
sebelah dalam (AASHTO). VR >> dan R <<, ∆b >>.
offtracking

→ Dalam 1 jalur
…. (1)

(Ri + b)2 = Rw2 - (p + A)2


Rw2 = (Ri + b)2 + (p + A)2
…. (2)

…. (3)
…. (2)

…. (3)

(2) → (3)

…. (1)
Kesukaran dalam mengemudi di tikungan
Contoh perhitungan
Rc = Ri – ½ lebar perkerasan + ½ b = 300 – 3,5/2 + 2,5/2 = 299,5

(299,5)2 (299,5)2

< 0,6 m
 Pelebaran perkerasan di tikungan bisa dilakukan pada
kedua tepi perkerasan, tetapi lebih dianjurkan pelebaran
diberikan hanya pada tepi dalam perkerasan.
 Pelebaran perkerasan diberikan secara bertahap untuk
mendapatkan bentuk lintasan yang baik (luwes) bagi
kendaraan yang memasuki tikungan maupun
meninggalkannya.
 Tambahan pelebaran perkerasan secara bertahap dari
awal lengkung hingga ke awal lengkung penuh dilakukan
sepanjang lengkung peralihan bersamaan dengan
terjadinya perubahan secara bertahap bagi kemiringan
melintang atau superelevasi dari en sampai ke emaks.
 Untuk tikungan tanpa lengkung peralihan (Full Circle),
pelebaran perkerasan secara bertahap dilakukan
sepanjang lengkung peralihan fiktif.
Kebebasan Samping
 Di daerah tikungan, pandangan pengemudi tidak sebebas bila
berada di bagian jalan yang lurus → adanya halangan di pinggir
jalan terutama di bagian tepi dalam tikungan

 Demi menjaga keamanan bagi pemakai jalan maka ketetapan jarak


pandangan harus terpenuhi pada bagian tikungan tersebut.

 Perlu pertimbangan terhadap ketetapan jarak pandangan henti serta


jarak pandangan menyiap harus dilakukan.
 Bila ternyata jarak pandangan menyiap jauh lebih panjang daripada
jarak pandangan henti untuk suatu kecepatan rencana, maka
digunakan jarak pandangan henti sebagai pertimbangannya →
makin panjang jarak pandangan harus terpenuhi maka makin mahal
biaya pelaksanaannya.
 Pada umumnya tikungan dirancang berdasarkan jarak pandangan henti,
namun bila bisa berdasarkan jarak pandangan menyiap, akan menjadi
lebih baik lagi kinerjanya.

 Terdapat batas minimum jarak antara sumbu lajur sebelah dalam dengan
penghalang di bagian tepi dalam yang disebut dengan “kebebasan
samping” atau jarak pandang bebas di tikungan yang disimbolkan
sebagai m (menurut Spesifikasi Standar Perencanaan Geometri Jalan
Luar Kota 1990 dan pada Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar
Kota 1997, disimbolkan sebagai E).

 Kebebasan samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan


pandangan di tikungan sehingga ketetapan jarak pandangan (henti)
dapat dipenuhi.

 Kebebasan samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan


pandangan di tikungan dengan membebaskan obyek-obyek penghalang
sejauh m (E), diukur dari garis tengah lajur sebelah dalam sampai obyek
penghalang sehingga ketetapan jarak pandangan henti dapat dipenuhi.
Pendekatan
 Bila jarak pandangan (S)
lebih kecil dari panjang
lengkung horisontal (S<L)

 Bila jarak pandangan (S)


lebih besar dari panjang
lengkung horisontal (S>L)
S<L
 Perhatikan ∆ AOD
S>L
Contoh penerapan
 Untuk menentukan panjang jarak m atau E dapat
pula digunakan Tabel II.12, II.13, dan II.14 dalam
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota 1997; atau Grafik 1 dalam Spesifikasi
Standar Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
1990.

You might also like