You are on page 1of 11

ARTIKEL

Dampak Kecanduan Menonton Film Pornografi terhadap Minat


Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama
SMP SWADAYA KARYA
Noorista, Haryati
Santi Novita, Ratih, Silmi
Ikip Siliwangi Prodi Bimbingan dan Konseling
Email.@
ABSTRAK

Pada tulisan ini, penulis memaparkan dan menguraikan lebih dalam tentang pornografi,
kecanduan menonton film pornografi, tanda-tanda kecanduan film pornografi, faktor yang
mempengaruhi minta belajar siswa, pandangan pemerintah dan agama terhadap pornografi,
dampak kecanduan film pornografi serta strategi mengatasi dampak negative kecanduan film
pornografi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka.
Analisis yang digunakan adalah hermeneutika, analisis sintesis, dan content analysis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pornografi dan kecanduan menonton film pornografi
seharusnya menjadi perhatian berbagai elemen, seperti orang tua, pendidik, stakeholder,
praktisi psikologi, praktisi hukum dan pemerintah serta peran masyarakat. Adapun strategi
mengatasi dampak negatif kecanduan menonton film pornografi antara lain 1) Peran sekolah
dan pendidik dalam memberikan pendidikan seksual yang sehat. 2) Peran orang tua dalam
mengawasi dan mendukung anak-anak mereka.

Kata Kunci: Pornografi, kecanduan menonton film pornografi


PENDAHULUAN
Aksesibilitas teknologi, perkembangan seksualitas, pengaruh perilaku dan kebiasaan,
pengaruh psikologis, pengaruh sosial dan hubungan, serta pengaruh pada pandangan seksual
dan identitas diri siswa. Aksesibilitas teknologi memungkinkan siswa dengan mudah
menemukan dan mengonsumsi film pornografi. Hal ini dapat terjadi secara tidak sengaja atau
tanpa pengawasan orang dewasa. Kemudahan akses ini meningkatkan risiko paparan konten
yang tidak sesuai dengan usia dan kondisi mereka. Perkembangan seksualitas pada masa
pubertas membuat siswa tertarik mencari informasi tentang seksualitas mereka. Namun,
menemukan film porno sebagai sumber informasi yang salah dapat menyebabkan
pemahaman yang tidak tepat tentang seksualitas, hubungan antar pribadi, dan reproduksi
kesehatan. Kecanduan menonton film porno dapat mengganggu minat belajar siswa karena
mereka menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menonton konten tersebut. Kegiatan
akademik dan tanggung jawab sekolah lainnya menjadi terabaikan. Dampak psikologis dari
menonton film porno yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kepercayaan diri,
kecemasan sosial, gangguan identitas seksual, dan depresi pada siswa. Dampak-dampak ini
secara langsung memengaruhi motivasi dan minat mereka dalam belajar. Kecanduan
menonton film porno juga dapat mempengaruhi hubungan sosial siswa di sekolah. Mereka
cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan merasa malu atau terganggu oleh obsesi
mereka terhadap konten pornografi. Dukungan sosial yang diperlukan dalam pembelajaran
dapat berkurang, meningkatkan perasaan kesepian atau kesendirian. Penting bagi sekolah dan
orang tua untuk menyadari dampak negatif kecanduan menonton film porno dan mengambil
tindakan pencegahan yang tepat. Edukasi seksual yang sehat, pengawasan online yang ketat,
dan pembicaraan terbuka tentang seksualitas yang sehat dapat membantu mengurangi dampak
negatif dan meningkatkan minat belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian deskriftif kualitatif. Metode ini
berfokus pada pemahaman mendalam tentang fenomena yang diteliti, mencoba memahami
konteks, makna, dan perspektif yang ada di lingkungan merupakan metode pemecahan
masalah dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjelaskan, dan menganalisis
situasi maupun kondisi dari objek permasalahan dari sudut pandang peneliti berdasarkan hasil
telaah pustaka yang menunjang.. Observasi melibatkan pengawasan langsung terhadap situasi
atau kejadian yang sedang diteliti, sementara wawancara melibatkan interaksi langsung
antara peneliti dan responden, di mana peneliti mengajukan pertanyaan dan mendapatkan
tanggapan dari responden.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian
Definisi Kecanduan Menonton Film Pornograf
Minat dapat didefinisikan sebagai rasa ketertarikan ditunjukan oleh seseorang kepada
suatu objek dapat benda hidup maupun benda mati (Hadis an Nurhayati 2010: 44). Menurut
Syah (2003: 151) minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar tehadap sesuatu. Peserta didik yang memilki minat belajar akan
meningkatkan konsentrasi pada materi yang dipelajari. Kartono (2017: 243) menyatakan
dengan adanya minat yang tinggi saat kegiatan pembelajaran maka akan meningkatkan
motivasi belajar peserta didik
dalam menguasai materi. Timbulnya minat belajar dapat disebabkan adanya ketertarikan atau
sesuatu yang dipelajari memiliki makna tersendiri sehingga mendorong peserta didik menjadi
lebih bersemangat dalam kegiatan belajar. W.S.Winkel, (2004) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Sementara
Syaiful Bahri Djamarah (2013) berpendapat, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor
penjelasan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan rasa
ketertarikan seseorang serta keinginan yang besar terhadap aktivitas mental atau psikis dalam
sebuah interaksi yang aktif untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya.
Menonton fornografi adalah kegiatan yang merusak pikiran setiap orang, sehingga
menimbulkan banyak dampak negatif terhadap orang yang 4 menontonnya, selain itu
membawa dampak negatif juga kepada lingkungandan para generasi muda, kegiatan tersebut
harus segera dicegah aatau diberhentikan, sebelum diberhentikan kita bisa melihat tanda-
atanda atau gejala seseorang yang kecanduan dalam kegiatan menonton fornografi. Beberapa
tanda-tanda kecanduan menonton fornografi yaitu : 1. Merasa gugup dan cemas rasa gugup
muncul karna adanya kecemasan takut terbongkarnya dalam kegiatan menonton film yang
ssudah diketahui larangannya. 2. Senang menyendiri, terutama di kamar, disetiap keadaan
orang yang sudah teradiksi fornografi akanslalu mencari kesempatan dalam memenuhi
hasratnya. 3. Sangat terikat dengan gawai, karna gawai salah satu aalat yang gampang
mengakses video atau film fornografi dia akan khawatir jika gawainya diambil atau jauh
darinya karna hasratnya sudah bisa dipuaskan lewat gawainya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa


Menurut Aritonang (2008 : 8), bahwa faktor-faktor yang membuat siswa berminat
belajar yaitu :
1) cara mengajar guru,
2) karakter guru,
3) suasana kelas tenang dan nyaman, dan
4) fasilitas belajar yang digunakan.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa, upaya yang harus dilakukan oleh guru
yaitu: 1. Faktor cara mengajar guru, yaitu peran yang harus dimiliki dalam hal cara mengajar
guru yaitu guru sebagai demonstrator dan guru sebagai evaluator. Adapun langkah-langkah
membangkitkan minat belajar siswa sesuai dengan peran tersebut adalah: a) Menarik
perhatian siswa, perhatian siswa muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu dapat dirangsang melalui hal-hal yang baru. b) Membuat tujuan yang jelas. 5 c)
Mengakhiri pelajaran dengan berkesan, agar materi pelajaran yang telah disampaikan akan
teringat terus serta siswa akan mempelajarinya, guru harus mengakhiri pelajaran dengan
berkesan.
2. Faktor karakter guru, yaitu karakter guru yang dapat membangkitkan minat belajar siswa
yaitu sabar, memiliki 3 S (senyum, sapa, santun), menghargai kekurangan siswa, adil, baik,
disiplin, tidak menakuti atau mengancam siswa, dan memiliki semangat.
3. Faktor suasana kelas yang nyaman dan tenang, yaitu lingkungan kelas yang tenang dan
nyaman sangat merangsang siswa untuk melakukan kegiatankegiatan yang dapat menunjang
proses belajar mengajar. Karena itu guru harus mengelola kelas dengan baik.
4. Faktor fasilitas belajar, yaitu belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman
langsung dan menuju ke pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika
dibantu dengan alat peraga pengajaran dari pada siswa belajar tanpa dibantu dengan alat
pengajaran. Fasilitas belajar misalnya menggunakan kaset, televisi, papan tulis, OHP, dan
projektor. Sedangkan Sujanto, (2004: 94) berpendapat: Bahwa usaha yang dapat dilakukan
untuk membina minat anak agar menjadi lebih produktif dan efektif antara lain sebagai
berikut: a. Memperkaya ide atau gagasan. b. Memberikan hadiah yang merangsang. c.
Berkenalan dengan orang-orang yang kreatif. d. Petualangan dalam arti berpetualangan ke
alam sekeliling secara sehat. e. Mengembangkan fantasi. f. Melatih sikap positif. Pendapat
lain yang dikemukakan Hamalik, dalam Arsyad (2007: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru. Oleh karena itu kita sebagai guru harus berusaha menumbuhkan minat
belajar siswa melalui metode, media pembelajaran yang baik serta kondisi lain yang
mendukung. Minat yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang tinggi pula.
Pandangan Pemerintah dan Undang-Undang Terhadap Film Pornografi
Secara umum, pemerintah dan UUD cenderung mengutamakan perlindungan dan
pendidikan bagi anak-anak dan remaja. Mereka mungkin memiliki kekhawatiran terhadap
dampak negatif yang mungkin timbul akibat kecanduan menonton film porno pada siswa
Sekolah Menengah Pertama, termasuk pengaruhnya terhadap minat belajar. Larangan dan
pembatasan terkait poronografi tertuang dalam Bab II mulai dari Pasal 4 sampai Pasal 14.
Dalam Pasal 4 Ayat 1, terdapat larangan bagi setiap orang untuk memproduksi, membuat,
memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor,
menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara
eksplisit memuat: persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang, kekerasan
seksual, masturbasi atau onani, ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan
ketelanjangan, alat kelamin, pornografi anak. Setiap orang juga dilarang meminjamkan atau
mengunduh pornografi seperti yang disebut di ayat ini. Terdapat pula larangan untuk
memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk
pornografi seperti yang disebut dalam Pasal 4 Ayat 1.
Namun, larangan ini tidak berlaku bagi pihak-pihak yang diberi kewenangan oleh peraturan
perundang-undangan, seperti lembaga sensor film, lembaga pengawas penyiaran, atau
lembaga pelayanan kesehatan dan pendidikan. Larangan terkait memiliki atau menyimpan
juga tidak berlaku bagi diri sendiri dan kepentingan sendiri. Sementara itu, dalam Pasal 4
Ayat 2, setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang: menyajikan secara eksplisit
ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, menyajikan secara
eksplisit alat kelamin, mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual, menawarkan atau
mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual.
Setiap orang pun dilarang mendanai atau memfasilitasi seluruh perbuatan yang
disebut dalam Pasal 4 Ayat 1 dan 2. Selain itu, setiap orang juga dilarang dengan sengaja
menjadi atau menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan
pornografi. Tapi, jika pelaku dipaksa dengan ancaman atau di bawah tekanan orang lain,
dibujuk atau ditipu daya, atau dibohongi oleh orang lain, maka pelaku tidak akan dipidana.
Larangan juga ditujukan bagi setiap orang untuk mempertontonkan diri atau orang lain dalam
pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual,
persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lain, seperti kekerasan seksual, masturbasi
atau onani. UU Nomor 44
Tahun 2008 juga melarang setiap orang untuk melibatkan anak dalam kegiatan pornografi
seperti yang telah disebutkan di atas, dan menjadikan anak sebagai objek pornografi. Tak
hanya itu, setiap orang dilarang mengajak, membujuk, memanfaatkan, membiarkan,
menyalahgunakan kekuasaan, atau memaksa anak dalam menggunakan produk atau jasa
pornografi. UU ini juga mengatur pembatasan terkait pornografi. Pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan pornografi selain yang ada dalam Pasal 4 Ayat 1 wajib berdasarkan
peraturan, dan dilakukan di tempat dan cara khusus. Pornografi yang dibatasi ini misalnya
majalah yang memuat model berpakaian bikini, baju renang dan pakaian olahraga pantai yang
digunakan sesuai dengan konteksnya. Hal-hal tersebut juga wajib ditempatkan di tempat yang
tidak
dapat dijangkau anak-anak atau pengemasannya tidak menampilkan atau menggambarkan
pornografi. Selain itu, syarat dan tata cara perizinan serta pelaksanaan pembuatan,
penyebarluasan, dan penggunaan produk pornografi untuk kepentingan pendidikan dan
pelayanan kesehatan juga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pandangan Agama Terhadap Film Pornografi
Pandangan agama terhadap kecanduan menonton film porno terhadap minat
belajar siswa Sekolah Menengah Pertama bervariasi tergantung pada keyakinan
agama dan ajaran yang dianut. Namun, dalam banyak agama, terutama agamaagama yang
menekan nilai-nilai moral dan etika, kecanduan menonton film pornografi umumnya
dianggap sebagai perilaku negatif.8 Berikut ini adalah beberapa pandangan umum agama
terhadap kecanduan menonton film pornografi terhadap minat belajar siswa :
1. Islam: Dalam Islam, pornografi dianggap sebagai perbuatan dosa dan termasuk dalam
larangan untuk menjaga kemurnian dan kesucian hati serta menjauhi perbuatan zina.
Kecanduan menonton film porno dapat mengganggu pemahaman agama, mengurangi
kepekaan moral, dan menghambat fokus dan minat belajar siswa.
2. Kristen: Dalam tradisi Kristen, pornografi dianggap sebagai pelanggaran terhadap kesucian
dan kesatuan dalam hubungan pernikahan. Kristen mengajarkan pentingnya melindungi dan
menjaga tubuh sebagai tempat kediaman Roh Kudus. Kecanduan menonton film pornografi
dapat menyebabkan terganggunya hubungan interpersonal, mengurangi konsentrasi, dan
merusak minat belajar siswa.
3. Hinduisme: Dalam ajaran Hindu, kesucian dan kendali diri dianggap penting. Pornografi
dianggap melanggar nilai-nilai kesucian dan menyebabkan keinginan yang tak terpuaskan.
Kecanduan menonton film pornografi dapat mengganggu keseimbangan mental dan spiritual,
serta mengurangi minat belajar siswa.
4. Budhisme: Dalam pandangan Budhisme, kecanduan menonton film pornografi
dapat dikaitkan dengan hawa nafsu dan ketidakpuasan yang tidak sehat. Budhisme melarang
perlunya mengendalikan keinginan dan menjauhi perilaku yang merusak. Kecanduan
pornografi dapat mengaburkan pikiran, menghambat perkembangan spiritual, dan
mengurangi minat belajar siswa.
Pembahasan
Dampak Kecanduan Menonton Film Pornografi terhadap Minat Belajar Siswa
Distorsi pikiran Konten pornografi dapat memicu pemikiran dan fantasi seksual yang
intens. Hal ini dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk memfokuskan pikiran mereka
pada tugas-tugas akademik atau belajar. Gangguan emosional Film pornografi sering kali
menampilkan adegan-adegan yang 9 eksploitatif dan tidak realistis tentang seks. Paparan
berulang terhadap gambargambar ini dapat menyebabkan perasaan tidak puas dengan
hubungan seksual yang sehat dan normal. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan
emosional seseorang dan mengurangi motivasi mereka dalam belajar.
Ketergantungan Konsumsi film pornografi yang berlebihan dapat memicu
ketergantungan yang mirip dengan kecanduan. Seseorang yang kecanduan pornografi
mungkin mengalami kesulitan mengendalikan keinginan untuk menonton lebih banyak
konten tersebut. Ketergantungan ini dapat menghabiskan waktu dan energi yang seharusnya
dialokasikan untuk belajar. Gangguan tidur Menonton film pornografi sebelum tidur dapat
mengganggu pola tidur seseorang. Konten yang menggairahkan secara seksual dapat memicu
perasaan terangsang dan membuat seseorang sulit tidur dengan nyenyak. Gangguan tidur
dapat berdampak negatif pada konsentrasi Dari hasil observasi dan wawancara dengan siswa
yang bersangkutan kami dapat menyimpulkan bahwa Menonton film pornografi memiliki
dampak negative terhadap minat belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama. Siswa merasa
kesulitan berkonsentrasi, pikiran mereka terganggu, dan sulit memusatkan perhatian pada
pelajaran setelah melihat film tersebut. Minat belajar siswa juga menurun setelah melihat film
pornografi karena film tersebut menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang hubungan
dan seksualitas. Hal ini mengisyaratkan persepsi tentang pentingnya pendidikan dan
peningkatan motivasi siswa untuk belajar.

Kecanduan menonton film porno memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap
minat belajar siswa. Film tersebut mengandung konten yang tidak sesuai dengan usia mereka
dan dapat mempengaruhi pemahaman mereka tentang hubungan sehat dan etika seksual.
Kecanduan tersebut juga dapat mengganggu konsentrasi siswa, memicu ketidakpuasan
terhadap gambaran realitas seksual yang sebenarnya, dan menyebabkan gangguan emosional
seperti rendahnya harga diri, rasa malu, atau kecemasan. 10 Dampak kecanduan menonton
film pornografi terhadap minat belajar siswa. Sekolah Menengah Pertama dapat diamati
secara langsung oleh orang tua. Anakanak menjadi kurang tertarik pada pelajaran dan
aktivitas sekolah, mereka mungkin menunjukkan perubahan sikap yang tidak biasa, seperti
lebih terisolasi dan cenderung menarik diri dari teman-teman, dan terjadi penurunan kinerja
dalam
tugas-tugas sekolah dan ujian. Selain itu juga dampak terhadap cinta perhatian siswa dari
pelajaran dan penurunan fokus belajar, pengaruh negatif terhadap perilaku sosial siswa,
penurunan produktivitas, keputusasaan hubungan antara siswa dan guru, serta kesulitan
dalam menjalin hubungan sosial yang sehat dengan teman sebaya.

Angket yang dirancang untuk mengumpulkan data tentang perilaku menonton film
porno di kalangan siswa SMP Swadaya Karya, kesadaran mereka terhadap dampak
negatifnya, dan bagaimana mereka menghadapinya. Angket ini mencakup empat kategori
utama: jenis kelamin, usia, kesadaran dan pengetahuan, kecanduan dan pengaruh, serta
dukungan dan solusi.

Kategori pertama adalah jenis kelamin, dimana 2 responden adalah laki-laki dan 10
responden adalah perempuan. Selanjutnya, dalam kategori usia, tidak ada responden yang
berusia kurang dari 12 tahun, 5 responden berusia antara 12-14 tahun, dan 7 responden
berusia antara 15-16 tahun. Kategori berikutnya adalah apakah responden pernah menonton
film porno. Hasilnya menunjukkan bahwa 6 responden pernah menonton film porno dan 6
responden lainnya tidak pernah melakukannya. Dari responden yang pernah menonton, 4
responden mendapatkan akses melalui teman-teman dan 4 responden melalui media sosial.
Kategori selanjutnya menggali kesadaran responden terhadap dampak negatif menonton film
porno. ada 7 responden sangat menyadari dampak negatifnya, 3 responden cukup menyadari,
dan 2 responden kurang menyadari.

Dalam kategori pengetahuan, sebagian besar responden memahami perbedaan antara


gambaran dalam film porno dan kehidupan nyata. Hanya 1 responden yang tidak mengerti
perbedaannya. Angket ini juga mencoba mengetahui pengetahuan responden tentang legalitas
menonton film porno di bawah usia tertentu dan dampak negatifnya pada hubungan antara
pria dan wanita. Sebanyak 10 responden menyadari bahwa menonton film porno di bawah
usia tertentu melawan hukum, dan 9 responden menyadari bahwa film porno dapat
berdampak negatif pada hubungan antara pria dan wanita.

Kategori kecanduan dan pengaruh menanyakan apakah responden merasa sulit


menghentikan kebiasaan menonton film porno. Sebagian besar responden (10 orang) tidak
merasa sulit sama sekali untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Sebanyak 10 responden
juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah merasa tergoda untuk meniru perilaku yang
ditampilkan dalam film porno. Namun, 2 responden mengaku merasa tergoda dalam jarang
kesempatan. Ketika ditanya tentang pengaruh film porno terhadap hubungan sosial dengan
teman dan keluarga, sebagian besar responden (7 orang) menyatakan bahwa film porno tidak
mempengaruhi hubungan mereka, sementara 2 responden mengaku cukup terpengaruh.

Dalam kategori terakhir, responden diminta memberikan saran atau pesan kepada
siswa lain yang menghadapi masalah serupa. Beberapa saran yang diberikan adalah tidak
menonton film porno, mencari bantuan dari guru atau konselor sekolah, dan menyadari
bahwa menonton film porno tidak berguna dan berdampak negatif bagi siswa.

Secara keseluruhan, Angket ini memberikan gambaran tentang perilaku menonton film porno
pada kalangan siswa SMP, kesadaran mereka terhadap dampak negatifnya, serta beberapa
solusi dan dukungan yang dapat diberikan kepada siswa yang menghadapi masalah serupa.

Strategi Mengatasi Dampak Negatif Kecanduan Menonton Film Pornografi


Pendidikan seksual yang sehat adalah bagian penting dari pembangunan individu
yang holistik. Sekolah dan pendidik memiliki peran yang signifikan dalam memberikan
pendidikan seksual yang sehat kepada generasi muda. Melalui pengetahuan yang tepat,
pemahaman yang mendalam, dan orientasi yang benar, sekolah dan pendidik dapat membantu
siswa mengembangkan sikap yang bertanggung jawab, mempromosikan reproduksi
kesehatan, dan mencegah masalah yang terkait dengan seksualitas. Peran Sekolah dalam
memberikan pendidikan seksual dapat memberikan informasi yang Akurat, Sekolah dan
pendidik bertanggung jawab untuk menyediakan informasi seksual yang akurat dan berbasis
bukti kepada siswa. Ini mencakup penjelasan tentang anatomi tubuh, siklus menstruasi,
pelaporan,
pencegahan, dan pencegahan penyakit menular seksual.
Dengan memberikan pengetahuan yang akurat, sekolah dan pendidik membantu siswa
membuat keputusan yang cerdas terkait kesehatan seksual mereka. Sekolah harus
menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka di mana siswa merasa nyaman untuk
berdiskusi tentang isu-isu seksual. Pendidik harus 11 mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan, berbagi pemikiran, dan berpartisipasi dalam diskusi yang mendalam. Dengan
mendorong diskusi terbuka, sekolah dan pendidik membantu menghilangkan stigma dan
ketakutan yang seringkali terkait dengan topik seksual. Selain menyediakan informasi,
pendidik juga memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa mengembangkan sikap yang
bertanggung jawab terkait dengan seksualitas. Mereka harus melarang pentingnya
kehormatan terhadap diri sendiri dan orang lain, konsen dalam memberikan izin dan meminta
izin dalam interaksi seksual, dan menjaga hubungan yang sehat dan saling menghormati.
Dengan mengedukasi siswa tentang pentingnya sikap yang bertanggung jawab, sekolah dan
pendidik dapat mendorong praktik seksual yang aman dan etis. Pesan yang disampaikan
kepada siswa adalah pentingnya mengambil kendali atas kehidupan digital mereka,
mengetahui bahaya kecanduan menonton film porno, dan mencari bantuan dari orang dewasa
yang dipercayai.
Kepada orang tua, disarankan untuk terlibat aktif dalam kehidupan digital anak-anak,
memonitor aktivitas online, dan memberikan pendidikan seksual yang sehat serta pencegahan
kecanduan. PKS Kesiswaan telah mengambil tindakan konkret untuk mengatasi masalah ini
di lingkungan Sekolah Menengah Pertama. Mereka menyelenggarakan program penyuluhan
dan pendidikan seksual yang sehat, bekerja sama dengan guru dan orang tua untuk
meningkatkan pelatihan dan pengawasan terhadap akses siswa terhadap konten yang tidak
pantas, dan mendorong siswa untuk mengalokasikan waktu mereka untuk kegiatan belajar
yang bermanfaat. Pesan yang ingin disampaikan kepada, orang tua, dan pihak siswa terkait
lainnya adalah menjadi lebih sadar akan dampak buruk kecanduan menonton film porno.
Siswa harus lebih bijak dalam menggunakan internet, menghindari akses ke konten yang
tidak pantas, dan mengalokasikan waktu untuk kegiatan belajar yang bermanfaat. Orang tua
perlu menyatukan penggunaan internet oleh anak-anak mereka, memberikan pemahaman
mengenai bahaya konten pornografi, dan menjaga komunikasi terbuka. Selain itu, pihak
terkait lainnya, seperti sekolah dan lembaga pendidikan, perlu menyelenggarakan program
pendidikan seksual yang 12 komprehensif dan melibatkan semua pihak. Dengan langkah-
langkah yang diambil oleh PKS Kesiswaan dan kerjasama semua pihak, diharapkan masalah
kecanduan menonton film pornografi dapat diatasi dan minat belajar siswa Sekolah
Menengah Pertama tersebut dapat meningkat.

Peran orang tua dalam mengawasi dan mendukung anak-anak mereka


Untuk mengatasi situasi tersebut, orang tua perlu berbicara secara terbuka dengan
anak-anak tentang bahaya menonton film porno dan dampak negatifnya. Membangun
pemahaman yang baik tentang seksualitas yang sehat dan memberikan informasi yang benar
sesuai dengan usia anak juga penting. Selain itu, penting untuk membatasi akses anak-anak
terhadap konten yang tidak sesuai dengan usia mereka dan memantau aktivitas online
mereka. Jika perlu, mencari bantuan dari ahli atau konselor yang dapat membantu mengatasi
kecanduan merupakan langkah yang tepat. Saran bagi orang tua lain yang menghadapi situasi
serupa adalah tetap terhubung dengan anak-anak, berbicara terbuka tentang seksualitas
dengan cara yang sesuai dengan usia mereka, memberikan pemahaman yang sehat tentang
hubungan dan etika seksual, membatasi akses anak-anak terhadap konten yang tidak sesuai
dengan usia mereka, dan memantau aktivitas online mereka. Jika diperlukan, mencari
bantuan dari ahli atau konselor dapat membantu mengatasi kecanduan tersebut. Melalui
artikel ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kecanduan
menonton film pornografi pada siswa SMP dan bagaimana menghadapinya. Orang tua dapat
bekerja sama untuk melindungi dan mendukung perkembangan anak-anak mereka dalam
menghadapi tantangan ini.13

KESIMPULAN
Aksesibilitas teknologi, perkembangan seksualitas, pengaruh perilaku dan kebiasaan,
pengaruh psikologis, pengaruh sosial dan hubungan, serta pengaruh pada pandangan seksual
dan identitas diri siswa. Kecanduan menonton film porno dapat mengganggu minat belajar
siswa karena mereka menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menonton konten
tersebut. Kegiatan akademik dan tanggung jawab sekolah lainnya menjadi terabaikan.
Dampak psikologis dari menonton film porno yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
kepercayaan diri, kecemasan sosial, gangguan identitas seksual, dan depresi pada siswa.
Dampak-dampak ini secara langsung memengaruhi motivasi dan minat mereka dalam belajar.
Pornografi dan kecanduan menonton film pornografi seharusnya menjadi perhatian berbagai
elemen, seperti orang tua, pendidik, stake holder, praktisi psikologi, praktisi hukum dan
pemerintah serta peran masyarakat. Adapun strategi mengatasi dampak negatif kecanduan
menonton film pornografi antara lain : 1) Peran sekolah dan pendidik dalam memberikan
pendidikan seksual yang sehat. 2) Peran orang tua dalam mengawasi dan mendukung anak-
anak mereka.
Hasil wawancara : Deskripsi naratif

WAWANCARA ORANG TUA SISWA

Wawancara dengan orang tua siswa membahas mengenai kecanduan menonton film
pornografi terhadap minat belajar siswa di smp. Pewawancara berbicara dengan orang tua
siswa untuk mendapatkan pandangan dan pengalaman mereka terkait hal ini.

Menurut orang tua yang diwawancarai, kecanduan menonton film porno memiliki dampak
yang merugikan bagi perkembangan siswa di SMP. Film tersebut mengandung konten
yang tidak sesuai dengan usia mereka dan dapat mempengaruhi pemahaman mereka
tentang hubungan sehat dan etika seksual. Kecanduan terhadap film pornografi juga dapat
mengganggu konsentrasi siswa, memicu ketidakpuasan terhadap gambaran realitas seksual
yang sebenarnya, dan menyebabkan gangguan emosional seperti rendahnya harga diri, rasa
malu, atau kecemasan.

Orang tua tersebut juga mengamati batasan kecanduan menonton film pornografi secara
langsung terhadap minat belajar anak mereka. Anaknya menjadi kurang tertarik pada
pelajaran dan aktivitas sekolah, menunjukkan perubahan sikap yang tidak biasa seperti
menyendiri dan menjauhi teman-temannya, serta mengalami penurunan kinerja dalam
tugas-tugas sekolah dan ujian.

Untuk mengatasi situasi tersebut, orang tua tersebut melakukan beberapa langkah.
Pertama-tama, mereka berbicara terbuka dengan anak mereka tentang bahaya menonton
film porno dan dampak negatifnya. Mereka mencoba membangun pemahaman yang baik
tentang seksualitas yang sehat dan memberikan informasi yang sesuai dengan usia anak
mereka. Orang tua juga membatasi akses anak terhadap internet dan mengawasi aktivitas
online dengan lebih ketat.

Orang tua tersebut memberikan saran kepada orang tua lain yang mungkin menghadapi
situasi serupa. Saran mereka adalah untuk tetap terhubung dengan anak-anak, berbicara
secara terbuka tentang seksualitas sesuai dengan usia mereka, dan memberikan pemahaman
yang sehat tentang hubungan dan etika seksual.

Percakapan ini diakhiri dengan terima kasih atas waktu dan wawasan yang berharga dari
orang tua yang diwawancarai. Pewawancara berharap wawancara ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang kecanduan menonton film pornografi pada siswa dan
bagaimana menghadapinya. Orang tua tersebut berharap wawancara ini dapat membantu
orang tua lain dalam menghadapi tantangan yang serupa dan mengajak untuk bekerja sama
dalam melindungi dan mendukung perkembangan anak-anak.

WAWANCARA WALI KELAS

Dalam wawancara ini, pewawancara berbicara dengan seorang wali kelas mengenai
kecanduan menonton film pornografi terhadap minat belajar siswa di Smp Swadaya Karya
Cibuni. Wali kelas mengungkapkan pandangannya bahwa kecanduan menonton film porno
dapat memiliki dampak yang signifikan pada minat belajar siswa.

Menurut wali kelas, gangguan dari kecanduan menonton film pornografi dapat cukup
merusak. Pertama, kecanduan ini dapat mengalihkan perhatian siswa dari pelajaran dan
mengurangi fokus mereka dalam belajar. Siswa menjadi tertekan dengan konten tersebut
dan sulit memusatkan perhatian pada tugas-tugas akademik. Selain itu, menonton film
porno juga dapat mempengaruhi perilaku sosial siswa. Mereka mungkin mengadopsi
pandangan yang tidak sehat tentang hubungan antara pria dan wanita, atau menganggap
remeh pentingnya kesetiaan dan saling menghormati dalam sebuah hubungan.

Dalam lingkungan sekolah, wali kelas sering melihat siswa yang kehilangan minat belajar
karena terlalu banyak menghabiskan waktu menonton film porno. Siswa tersebut dapat
menjadi kurang produktif, terlambat mengerjakan tugas, atau bahkan tidak menyelesaikan
tugas sama sekali. Dampak lainnya adalah penurunan kualitas interaksi sosial. Siswa yang
kecanduan menonton film porno mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan
yang sehat dengan teman sebayanya. Sikap yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan
norma-norma sosial yang berlaku di sekolah dapat terlihat dari perilaku mereka.

Dalam mengatasi masalah ini dalam konteks pendidikan, wali kelas menyatakan
pentingnya kerja sama antara sekolah dan orang tua. Sekolah dapat mengadakan program
pendidikan seksual yang sehat, yang memberikan pemahaman yang jelas tentang hubungan
antara pria dan wanita, keintiman yang sehat, dan pentingnya menghormati satu sama lain.
Selain itu, guru juga dapat membantu meningkatkan minat belajar siswa dengan
menciptakan lingkungan yang menarik dan relevan dalam pembelajaran.

Wali kelas mengingatkan siswa untuk mengambil kendali atas kehidupan digital mereka.
Mereka harus memahami bahwa menonton film porno tidaklah sehat dan dapat merusak
minat belajar serta perkembangan pribadi mereka. Siswa didorong untuk mencari bantuan
dari orang dewasa yang mereka percayai jika mereka merasa kesulitan mengatasi
kecanduan ini. Bagi orang tua, wali kelas mengimbau mereka untuk terlibat aktif dalam
kehidupan digital anak-anak mereka. Pemantauan aktivitas online dan komunikasi terbuka
dengan anak-anak tentang bahaya yang mungkin harus mereka hadapi. Pendidikan seksual
yang sehat dan pencegahan kecanduan harus menjadi bagian dari pendidikan yang
diberikan di rumah.

Di akhir wawancara, pewawancara menyampaikan terima kasih atas waktu yang diberikan
oleh wali kelas dan menghargai pandangan dan saran yang berharga mengenai kecanduan
menonton film porno terhadap minat belajar siswa. Wali kelas berharap informasi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan memahami terima kasih atas kesempatannya untuk
berbicara tentang masalah yang penting ini.

WAWANCARA PKS KESISWAAN

Dalam sebuah wawancara dengan PKS Kesiswaan Smp Swadaya Karya mengenai
kecanduan menonton film pornografi terhadap minat belajar siswa, mereka menganggap
masalah ini sebagai sesuatu yang sangat serius. PKS Kesiswaan menyatakan bahwa akses
mudah terhadap konten pornografi melalui internet telah membuat banyak siswa terpapar
dengan konten yang tidak pantas untuk usia mereka. Hal ini dapat menyebabkan kecanduan
mereka, yang berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental, serta menurunkan minat
mereka dalam belajar.

PKS Kesiswaan menjelaskan bahwa kecanduan menonton film pornografi dapat


mengganggu perkembangan siswa secara keseluruhan, termasuk minat belajar mereka.
Film pornografi sering kali menampilkan gambaran yang tidak realistis tentang hubungan
seksual dan citra tubuh, mengubah persepsi siswa tentang seksualitas, mengganggu
konsentrasi, dan menurunkan minat mereka dalam belajar. Selain itu, siswa yang
kecanduan juga cenderung menghabiskan waktu yang berlebihan untuk menonton film
porno, mengabaikan waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar dan
mengembangkan keterampilan akademik.

PKS Kesiswaan telah mengambil tindakan konkret untuk mengatasi masalah ini di
lingkungan Sekolah. Mereka menyelenggarakan program penyuluhan dan pendidikan
seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Mereka juga bekerja sama dengan guru dan
orang tua untuk meningkatkan pengawasan dan pengawasan terhadap akses siswa terhadap
konten yang tidak pantas di internet. Mereka mendorong siswa untuk membatasi waktu
internet dan mengarahkan mereka ke kegiatan yang lebih bermanfaat.

PKS Kesiswaan ingin menyampaikan pesan kepada siswa, orang tua, dan pihak terkait
lainnya. Mereka mengingatkan siswa untuk bijak dalam menggunakan internet,
menghindari konten yang tidak pantas, dan mengalokasikan waktu untuk kegiatan belajar
yang bermanfaat. Mereka juga mengimbau orang tua untuk mempertemukan penggunaan
internet oleh anak-anak mereka, memberikan pemahaman tentang bahaya konten
pornografi, dan menjalin komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka. Selain itu, mereka
mendorong pihak terkait lainnya, seperti sekolah dan lembaga pendidikan, untuk
menyelenggarakan program pendidikan seksual yang komprehensif.

Wawancara tersebut diakhiri dengan pewawancara yang mengatakan terima kasih atas
waktu dan jawaban berharga dari PKS Kesiswaan. Mereka berharap langkah-langkah yang
diambil oleh PKS Kesiswaan dapat membantu mengatasi masalah ini dan meningkatkan
minat belajar siswa. PKS Kesiswaan juga menyampaikan harapan mereka untuk
memberikan pengaruh positif bagi siswa dan membantu mereka mengembangkan minat
belajar yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Hadis, A dan Nurhayati. 2014. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung:


Alfabeta
Kartono. 2017. Tinjauan Tentang Peran Guru Dalam Memotivasi Siswa
Untuk Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Kependidikan
4(3).241-250
https://hukumonline.com/klinik/a/hukum-nonton-filmpornolt5289b06a38d64/
https://www.inilah.com/hukum-menonton-film-dewasa-dalam-islam-danakibatnya-yang-
sangat-berat
Angket https://forms.gle/thKe6n1UbKJDVm9n9
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1qmuapUHflMWT--a2bmk6QbkPomTi-
0B026WmpNB4dCw/edit?usp=sharing

You might also like