You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BBLR DI RUANG NICU


RSUDZA BANDA ACEH

Oleh :
Nora Tutdini, S.Kep
2212501010188

Pembimbing :
Ns. Nova Fajri, M.Kep, Sp. Kep.An

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


BAGIAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023
BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa melihat usia gestasi sedangkan Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 1500 gram tanpa melihat usia gestasi. BBLSR dapat
terjadi pada bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction /IUGR), (Sudarti & Fauziah, 2013). Preterm newborn child atau
bayi prematur ialah bayi yang lahir pada saat umur kehamilan tidak sampai dengan
37 minggu (Rahmawati, 2017).
Berat sewaktu lahir ialah berat bayi yang dilakukan penimbangan dalam
jangka waktu 1 jam sesudah bayi lahir. Rujukan lain pada saat pengukuran BBLR
pun tercantumkan pada kaidah Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) nutrisi.
Menurut Departemen Kesehatan, dalam kaidah tersebut BBLR meupakan bayi yang
terlahir dengan berat yang kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau hingga
seminggu sesudah lahir (Fitria, 2013). BBLR erat kaitannya dengan mordibitas dan
mortilitas neonatal, gizi kurang pada awal kehidupan, gangguan laju pertumbuhan,
gangguan kognitif dan motorik anak, (Nuryani, 2017).

B. ETIOLOGI
Etiologi pada BBLR dapat diperoleh dari faktor maternal dan faktor janin.
Etiologi yang didapatkan dari segi maternal dipecah menjadi dua bagian, yaitu
premature dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Macam yang tergolong
premature dari segi maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi,
penggunaan obat, Ketuban Pecah Dini (KPD), bayi terlilit tali pusat
(polohidramnion), iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta,
inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Selain itu yang termasuk 6 IUGR dari
segi maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau
pecandu alkohol atau narkotika. Kemudian etiologi daripada segi maternal pun
terdapat etiologi dari segi janin, yaitu gestasi multiple atau malformasi. Sedangkan
yang termasuk IUGR dari segi janin ialah gangguan kromosom, infeksi intrauterine
(TORCH), congenital anomaly, atau gestasi multiple (Bansal, Agrawal, 2013).
1. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi
trauma, dan lain-lain.
2. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah
dini.
3. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status
ekonomi sosial.

C. KLASIFIKASI
Menurut Ani, (2015) klasifikasi BBLR dalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB<1000gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni, yaitu BBLR yang
mengalami masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat badan pada masa gestasi itu
pada umumnya biasa disebut neonatus kurang bulan untuk masa kehamilan.
b. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur, Yaitu BBLR yang memiliki
berat badan yang kurang dari seharusnya pada masa kehamilan. BBLR dismatur
dapat lahir pada masa kehamilan preterm atau kurang bulan-kecil masa kehamilan,
masa kehamilan term atau cukup bulan-kecil masa kehamilan, dan masa kehamilan
post-term atau lebih bulan-kecil masa kehamilan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ani, (2015) manifestasi klinis pada BBLR adalah sebagai berikut:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya
.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.
2. Setelah bayi lahir
a. Berat lahir < 2500 gram
b. Panjang badan < 45 cm
c. Lingkaran dada < 30 cm
d. Lingkaran kepala < 33 cm
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kepala relatif lebih besar dari badannya
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
i. Tangisnya lemah dan jarang
j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan
kepala mengarah ke satu sisi.
m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema
q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.
E. PATOFISIOLOGI
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antaralain:
1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi
itu prematuritas atau maturitas
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu
yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
3. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas

G. PENATALAKSANAAN BBLR
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi BBLR akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi BBLR harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
2. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi BBLR menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
6. Pernapasan
Bayi BBLR mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usaha pernapasan.
7. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi BBLR yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Ani, Triana. (2015), Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan


Neonatal, cet ke-1, Yogyakarta: Deepublish
Aras Y, Radha. (2013). Is Maternal Age Risk Factor For Low Birth Weight. Archives
of Medicine and Health Sciences. Volume 1
Bansal, C., R. Agrawal dan T. Sukumaran. 2013. IAP Textbook of pediatrics. Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd. New Delhi.
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Proverawati, A., Ismawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rahmawati, Amalia. (2017). Kinerja Keuangan dan Tingkat Pengembalian Saham:
Studi pada Perusahaan Asuransi Di Bursa Efek Indonesia. Esensi: Jurnal
Bisnis dan Manajemen Volume 7 (1), April 2017 P-ISSN: 2087-2038;
EISSN:2461-1182 Halaman 1 – 14.

You might also like