You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN NYERI


AKUT PADA PASIEN DENGAN POST SECTIO CAESARIA DI RUANG
MELATI RSUD dr. R SOETIJONO BLORA

Dosen Pembimbing : Epi Saptaningrum, S.Kep, Ners, M.Kes

Di Susun Oleh :
Putri Ardesi Nafitasari
P1337420421008
3B / 04

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
TAHUN AJARAN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Ny. R


Dengan Gangguan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post Sectio Caesaria Di Ruang
Melati RSUD dr. R Soetijono Blora ”.

Blora,……………

PEMBIMBING RUANGAN MAHASISWA

( Eni Purwaningsih, S.Kep, Ners ) ( Putri Ardesi Nafitasari )

MENGETAHUI
PEMBIMBING AKADEMIK

( Epi Saptaningrum, S.Kep, Ners, M.Kes )

ii
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
a) Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang
keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya (Mc. Coffery, 1979)
b) Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rasa rangsangan (Arthur C. Curton,1983).
c) Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya (Aziz
Alimul,2006)

2. TEORI NYERI
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya
(Barbara C.Long, 1989):
a) Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan
sakit masuk ke medulla spinalis (spinal Cord) melalui karnu dorsalis
yang bersinap di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b) Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal
ini mengakibatkan suatu respons yang merangsan ke bagian yang lebih
tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan response dan
otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi
oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
c) Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori
ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya
berada di dalam akar ganglion doralis. Rangsangan pada serat besar
akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan
tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat
besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini

1
akan dikembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
d) Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor  melalui
transmisi impuls-implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif
oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri
menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut besar yang
memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate
system supresif

3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali.Nyeri tersebut menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa
nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, atau
pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode
yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan
begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya

2
rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama semakin
meningkat intensitasnya walau pun telah diberika pengobatan,
misalnya nyeri karena neoplasma.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias
menjalankan aktivitasnya seperti biasa (tidak mengganggu
aktivitas).
2) Nyeri Sedang
Nyeri  dengan intensitas sedang atau menimbulkan reaksi (fisiologis
maupun psikologis)
3) Nyeri Berat
Nyeri dengan intensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah
dapat melakukan aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat
dikendalikan oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat
analgesic dapat membantu pada nyeri ini.
 
4. ETIOLOGI
a. Mekanis
1) Trauma jaringan tubuh diakibatkan kerusakan jaringan, iritasi
langsung pada reseptor nyeri, peradangan
2) Perubahan dalam jaringan diakibatkan Pemekaan pada reseptor nyeri
bradikinin merangsang reseptor nyeri
3) Sumbatan pada saluran tubuh diakibatkan distensi lumen saluran
4) Kejang otot diakibatkan rangsangan pada reseptor nyeri
5) Tumor diakibatkan penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung
– ujung saraf
b. Thermis
1) Panas atau dingin yang berlebihan misal : luka bakar diakibatkan
kerusakan jaringan merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
c. Kimia
1) Iskemia jaringan misalnya: blok pada arteri coronary diakibatkan
rangsangan pada reseptor karena tertumpunya asam laktat atau
bradikinin dijaringan

3
2) Kejang otot diakibatkan sekunder dari rangsangan mekanis
menyebabkan iskemia jaringan

5. PATOFISIOLOGI NYERI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung
saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin
yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian
dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan
respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam
asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau
mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal
(dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa
lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga
berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls.
Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,
yaitu jalur Spinothalamic Tract (STT) atau jalur Spinothalamus Tract (SRT)
yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses
transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate
dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak
yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate
merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap
naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long.
1989)

6. TANDA DAN GEJALA

4
a. Gangguam tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan meng hindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Nadi meningkat
h. Pernafasan meningkat
i. Depresi,frustasi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
keridakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik
berikut ini
1) Teknik latihan pengalihan :
a) Menonton televisi
b) Berbincang – bincang dengan orang lain
c) Mendegarkan music
2) Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru –
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga
didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
3) Stimulasi kulit
a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri

5
b) Menggosok punggung
c) Mengkompres hangat
d) Memijat dengan air mengalir

4) Pemberian obat analgesic


Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena
obat ini memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic
dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih
cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri
karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran
klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan
kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik, dan pemberian
obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a) Non Narkotik dan Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID)
b) Analgesik narkotik atau opiate
c) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

5) Pemberian stimulator listrik


Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan
stimulus yang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik
meliputi :
Transcutaneus Electrical Stimulator (TENS), digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa electrode diluar.
a) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang
diimplan dibawah kulit dengantransistor timah penerima yang
dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna
vertebrae.
b) Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit
intraclavicula atau abdomen, yaitu electrode ditanam melalui
pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakan.

6
7
PATHWAY

Etiologi

Trauma sel, Kejang otot


Panas atau dingin Iskemia jaringan Perubahan dalam
infeksi
yang berlebihan jaringan misalnya
oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan
coronary
jaringan Pemekaan pada
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik


Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada
ekstrimitas
Nafsu makan
Intoleransi Gangguan
menurun Deficit
Ansietas aktivitas rasa nyaman
perawatan
diri
Intake berkurang Stress Risiko
Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
diri Gangguan
perawatan diri
Risiko keetidakseimbangan pola tidur
berpakaian
nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakefektifan
Deficit pemeliharaan
Risiko perawatan diri
kurus kesehatan
keterlambatan mandi
pertumbuhan dan
perkembangan
Risiko
harga diri
rendah
situasional

8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk
mencari bantuan
2) Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau
sudah pernah
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
7) Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor
yang dapat mempengaruhi peningkatan tahanan terhadap nyeri
adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap
nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak
kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong
kecil atau laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu,
linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang
dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.

9
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk
melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih spesifik, perawat
kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik
yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat
difusi (nyeri menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat
atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta
untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau
parah. Namun makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan
klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan,
durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan?
Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeri yang
dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa
sering nyeri kembali kambuh?
Macam skala nyeri
a) Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari
0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog
Scale (VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,
sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan :
0      : tidak nyeri

10
1-3   : nyeri ringan
4-6   : nyeri sedang
7-9   : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10    : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

b) Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka.
Bisa bebas mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak
sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira
nyeri yang sedang.

Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada Sangat


_____________________________________________
rasa nyeri Nyeri

c) Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda ,
menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan
untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

d) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan,
minum, eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan
diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan
komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi
dan ibadah.

11
c. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh,
warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
b) Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c) Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas
bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding
dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan
jaringan payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur
kulit, warna, dan pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau
kerja diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suara napas tambahan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
c. Gangguan  pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
d. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri
e. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas
f. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
g. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
h. Risiko ketidakberdayaan b.d intoleransi aktivitas
i. Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri

3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah   nyeri teratasi dengan kriteria hasil :

12
1) Adanya penurunan intensitas nyeri
2) Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
3) Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri

No. Intervensi Rasional


1. Kaji nyeri dan skala pasien Mengetahui daerah  nyeri,kualitas,kapan
nyeri dirasakan,faktor    pencetus,berat
ringannya nyeri yang dirasakan.
Beri posisi nyaman pada Meningkatkan relaksasi pada pasien
pasien
3. Ajarkan tekhnik relaksasi Membantu mengurangi rasa nyeri pasien
kepada pasien
4. Kolaborasi dengan dokter Mengurangi rasa nyeri pasien
pemberian obat analgetik
5. Observasi TTV Mengetahui keadaan umum pasien

b. Intoleransi Aktifitas b.d nyeri pada tubuh


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah
dapat teratasi dengan KH sebagai berikut:
1) Pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri
2) Pasien tanda – tanda vital normal

No. Intervensi Rasional


1. Monitor keterbatasan aktivitas Merencanakan intervensi dengan
dan kelemahan saat aktivitas. tepat

2. Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan


aktivitas sendiri. merencanakannya sendiri

3. Catat tanda vital sebelum dan Mengkaji sejauh mana perbedaan


sesudah aktivitas. peningkatan selama aktivitas

4. Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerjasama tim dan


fisioterapi dalam latihan perawatan holistik

13
aktivitas.
c. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,kebutuhan tidur tercukupi dengan KH sebagai berikut :
1) Kebutuhan tidur tercukupi
2) Pasien tampak segar
3) Tidak sering terbangun pada saat tidur

No. Intervensi Rasional


1. Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur
pasien
2. Ciptakan lingkungan nyaman dan Dengan lingkungan yang nyaman
tenang akan meningkatkan kualitas dan
kuantitas tidur pasien
3. Batasi pengunjung Agar pasien tidur lebih nyaman dan
nyenyak
4. Monitor kebutuhan tidur pasien Mengetahui perkembangan pola
setiap hari dan jam tidur pasien
5. Kolaborasikan dengan dokter Agar pasien dapat tidur dengan
pemberian obat tidur nyenyak

14
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-
2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

You might also like