You are on page 1of 4

Shanty Rosiana Dewi

3019210333
Hukum Islam (H)

1. Maqashid Syariah (Tujuan Hukum Islam) terbagi atas tingkat Dharuriat (Primer),
Hajiyat (sekunder), dan Tahsiniat (tersier). Jelaskan Tujuan Hukum Islam tingkat
Dharuriat (Primer) saja dengan lengkap?
Dharuriyat (primer) adalah kebutuhan paling utama dan paling penting. Kebutuhan
ini harus terpenuhi agar manusia dapat hidup layak. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
hidup manusia akan terancam didunia maupun akhirat. Kebutuhan ini meliputi,
1) khifdu din (menjaga agama);
2) khifdu nafs (menjaga kehidupan);
3) khifdu ‘aql (menjaga akal);
4) khifdu nasl (menjaga keturunan); dan
5) khifdu mal (menjaga harta).
Untuk menjaga kelima unsur tersebut maka syari‟at Islam diturunkan. Sesuai dengan
firman Allah SWT, dalam QS. Al-Baqarah:179 dan 193.
Oleh sebab itu tujuan yang bersifat dharuri adalah tujuan utama untuk
pencapaiaan kehidupan yang abadi bagi manusia Lima kebutuhan dharuriyah tersebut
harus dapat terpenuhi, apabila salah satu kebutuhan tersebut diabaikan akan terjadi
ketimpangan atau mengancam keselamatan umat manusia baik didunia maupun
diakhirat kelak. Manusia akan hidup bahagia apabila ke lima unsur tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik.

2. Salah satu produk ijtihad adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
manusia.
a) Beri contoh produk /hasil ijtihad yang bersifat mengikat dan tidak mengikat
bagi bangsa Indonesia?
Yang bersifat mengikat diantaranya ada :
 Syaria’ yang merupakan wilayah hukum islam yang tidak pernah
mengalami perubahan sepanjang masa dan mengikat pada setiap jiwa
umat islam.
 Fiqh (Fikih), KHI (kompilasi hukum islam) meruapakan hasil nyata
pemikiran para mujtahid yang bersunguh-sungguh dalam menciptakan
penerapan hukum pada wilayah kitab fiqh di Inodenesia yang mengikat
dari segi sosial, suku, dan adat.
 Keputusan Pengadilan Agama, hukum Islam yang keluar dari putusan
Pengadilan Agama atas adanya permohonan/gugatan yang diajukan oleh
seseoarang atau lebih bersifat mengikat.
 Perundang-undangan, hukum islam dalam bentuk undangundang di
Indonesia adalah yang bersifat mengikat dalam ketatanegaraan.
Secara umum produk pemikiran hukum Islam pada masa klasik belum ada
yang bersifat formal atau mengikat. Yang ada adalah berupa karya-karya yang
lahir dari pemikiran atau ijtihad para ulama, atau kesepakatan-kesepakatan
tentang status hukum suatu masalah yang ada dalam masyarakat, seperti ijma’.
Demikian pula hasil pemikiran para ulama yang berkaitan dengan metode dalam
mengistimbatkan hukum, seperti qiyas, istihsan dan maslahah al-mursalah.
Apa yang dihasilkan para ulam tersebut dapat juga disebut produk pemikiran
hukum Islam. Sebab meskipun berupa metode dalam mengistimbatkan hukum,
ataupun karya-karya yang bersifat pribadi dan tidak mengikat, tetapi tidak dapat
diingkari bahwa eksistensinya sangat berharga.

b) Berikan analisa anda terhadap 1 (satu) peraturan yang berlabel syariah tapi
bertentangan dengan Maqashid Syariah (Tujuan Hukum Islam) dan 1 (satu)
peraturan yang tidak berlabel syariah tapi sesuai dengan maqashid syariah !
 penyelenggaraan bisnis berlabel syariah seperti lembaga keuangan
syariah (LKS) masih terdapat peyimpangan praktik substansi
sehingga stakeholder bisnis wajib bertanggung jawab secara syariah
untuk menjaga supaya tidak sekedar praktek dalam LKS bebas riba
tetapi juga harus bebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan spirit
syariah seperti judi, spekulasi dan lainya.

3. Jelasakan 3 (tiga) asas umum Hukum Islam beserta contohnya.


1) Asas Keadilan, Keadilan merupakan hal yang sangat prinsip di dalam Islam
dan diletakkan sebagai asas umum yang ada dalam semua bidang hukum Islam.
Keadilan merupakan tujuan utama hukum dan hal yang paling diinginkan setiap
manusia. Keadilan berasal dari Tuhan, penuh misteri, dan sangat sukar dipahami
dengan keinginan manusia. Hukum Islam menempatkan posisi keadilan pada
wilayah yang sangat fundamental. Keadilan adalah citacita dan harapan setiap
manusia, dan ketidakadilan merupakan bentuk kedhaliman sesungguhnya.
Seperti contoh Pesan-pesan al-Qur’an tentang keadilan sangat jelas. Salah satu
nama bagi Allah Swt. sendiri adalah Maha Adil (al-Adl). Allah Swt.
menciptakan alam semesta (makrokosmos) ini dalam tatanan keadilan (Q.S. al-
Rahman [55]: ayat (7), manusia (mikrokosmos) juga diciptakan secara adil
(Q.S. al-Infi tar [82]: ayat (7), dan tugas para rasul dan manusia sebagai khalifah
juga untuk menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman di muka bumi
(Q.S. Shad [38]: ayat (26), al-Hadiid [57]: ayat (25). Adil juga merupakan sifat
Allah Swt. Dia berulang-ulang meyakinkan ciptaan-Nya bahwa Dia tidak akan
pernah memperlakukan mereka secara tidak adil, bahkan sekecil atom pun (Q.S.
al-Nisa’[4]: ayat (40), Yunus [10]: ayat (44).
2) Asas Kepastian Hukum, Asas kepastian hukum merupakan asas yang
menyatakan bahwa tidak ada satu perbuatan yang dapat dihukum kecuali atas
kekuatan ketentuan peraturan yang ada dan berlaku pada perbuatan itu. Asas ini
berdasarkan Q.S. al-Isra’ [17] ayat (15). Asas kepastian hukum diperlihatkan
contohnya oleh Allah Swt. Hukum yang berasal dari Allah Swt. sebagai otoritas
tertinggi dalam pandangan Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat harus
disampaikan sejelas-jelasnya kepada masyarakat itu untuk dipedomani dan
dilaksanakan dalam kehidupan mereka. Disebutkan dalam Q.S. al-Qashash[28]
ayat (59).
3) Asas Kemanfaatan, Asas kemanfaatan menunjukkan bahwa hukum pidana
dalam Islam sangat memperhatikan kepentingan korban (victim oriented).
Pidana qishash tidak dijatuhkan apabila keluarga korban memaafk an kepada
pelaku. Pertimbangan kemanfaatan dengan memberikan hak kepada keluarga
korban diharapkan dapat menghilangkan dendam secara turun temurun.
Keluarga korban yang ditinggalkan ada jaminan peroleh manfaat dari diyat
sebagai ganti qishas. Asas kemanfaatan juga dapat meminimalisir mubazir,
yaitu menjatuhkan pidana yang tidak ada manfaatnya. Aspek lain tujuan
mewujudkan ”kemanfaatan” ini sesuai dengan prinsip umum hukum Islam: 1)
al-ashl fi al-manafi al-hall Asas-Asas Hukum Islam 87 wa fi al-mudar al man’u
(segala yang bermanfaat dibolehkan, dan segala yang mudharat dilarang); (2) la
darara wala dirar (jangan menimbulkan kemudharatan dan jangan menjadi
korban kemudharatan); dan (3) al-darar yuzalu (bahaya harus dihilangkan).

4. Ada beberapa Teori Berlakunya Hukum Islam Di Indonesia, diantaranya ada yang
dikenal dengan politik “belah bambu” ;
a) Apa maksud politik belah bambu, jelaskan dengan lengkap?
Politik belah bambu adalah politik yang membelah bambu yang semula terpadu
dan menyatu, lalu dibelah. Dan cara membelahnya adalah yang satu diangkat
ke atas , yang satunya lagi diinjak ke bawah. Manfaat menerapkan sistem politik
belah bambu adalah untuk mempertahankan kekuasaan. Prakteknya , Sebagian
kelompok masyarakat yang menentang kekuasaan , diinjak, ditekan, dan
selanjutnya dihancurkan sampai habis. Tetapi sebagian kelompok yang lain (
terutama yg mendukung kekuasaan ) diangkat, diberi fasilitas, dan
diistimewakan kehidupan nya di masyarakat. Politik belah bambu ini kira kira
hampir sama dengan politik pecah belah atau politik adu domba. Contohnya
penerapan politik belah bambu di jaman sekarang adalah kritikan Pak Amien
Ra'is tentang era kepemimpinan presiden Jokowi. Menurut beliau praktek
perpolitikan jaman sekarang itu adalah sistem politik partisan yang
mementingkan kelompok tertentu masih sering terjadi . Ini sangat merugikan
masyarakat Indonesia , karena lama kelamaan akan terjadi pembelahan bangsa.
b) Jelaskan pula yang anda ketahui tentang 3 (tiga) teori berlakunya Hukum Islam
yang menentang politik Belah Bambu !
 Teori Receptio in Complexu, Bagi orang Islam yang berlaku adalah
Hukum Islam sebab dia telah memeluk agama Islam, walaupun dalam
pelaksanaanya terdapat penyimpangan-penyimpangan (LWC van den
Berg).
 Teori Receptie, Bagi rakyat pribumi pada dasarnya berlaku Hukum
Adat, Hukum Islam berlaku kalau norma hukum Islam telah diterima
oleh masyarakat sebagai Hukum Adat.
 Teori Receptio a Contrario, Yang berlaku bagi masyarakat pribumi
adalah hukum agamanya, hukum adat dapat berlaku apabila tidak
bertentangan dengan hukum agama ( Sajuti Thalib ).

5. Untuk dapat menerapkan Hukum Islam di Negara yang bukan Negara Islam seperti di
Indonesia, diperlukan cara atau metode tersendiri atau disebut dengan “Pendekatan
dalam Penerapan Hukum Islam”. Jelaskan 4 (empat) cara Pendekatan dalam Penerapan
Hukum Islam di Indonesia !
1) Pendekatan Perundangan ( Legal Approach), Proses menjadikan idea
hukum menjadi peraturan Perundangan 1. Mukaddimah UUD ’45“Atas berkat
rakmat Allah YMK 2. UUD 1945 pasal 29 ayat 1 & 2 3. Peraturan perundang-
undangan yang merupakan hasil positivering Hukum Islam.
2) Pendekatan Peradilan (Judicative Approach), Pendekatan dengan praktek
peradilan Bukti : 1. Badan Peradilan Agama
- zaman penjajahan
- zaman kemerdekaan
2. Hakim sbg penerap hukum
3) Pendekatan Kemasyarakatan (Social Approach), Melalui Usaha:
(a) Memehami kaidah Hukum Syara’ yg tetap utuh & universil
(b) Memahami kaidah Hukum Syara’ yang sdh menjadi menjadi hukum
positiv
(c) Memahami & menggali Hukum Islam yang sdh menjadi Hukum Adat
(d) Memahami benar kaidah Hukum Islam dalam Usul Fiqh & kaidah
Fiqhiyah
4) Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach), Melalui Usaha (Setiap
tindakan orang Islam menunjukkan citra diri yang Islami).

You might also like