You are on page 1of 17

ASH HANDLING SYSTEM

Ash handling system merupakan sistem penanganan abu batubara dari hasil proses
pembakaran boiler yang akan dibuang di disposal area (tempat pembuangan limbah akhir).
Abu tersebut terdiri dari dua jenis yaitu abu berat (bottom ash) dan abu ringan (fly ash)
yang keduanya terbawa dalam aliran gas bekas (flue gas system). Sistem gas bekas yang
keluar dari boiler menuju stack digunakan untuk memanaskan air pengisi (feed water) dan
supply udara ke sistem (PAH dan SAH). Berikut ini ada tiga macam sistem penanganan
abu yaitu:
1. Sistem penanganan gas bekas (Flue Gas System)
2. Sistem penanganan abu berat (Bottom Ash System)
3. Sistem penanganan abu ringan (Fly Ash System)

1. Sistem Penanganan Gas Bekas (Flue Gas System)


Gas bekas yang dimaksud disini adalah gas sisa pembakaran yang terbentuk dari hasil
pembakaran campuran udara pembakaran dan serbuk batubara. Gas hasil pembakaran ini
digunakan untuk memanaskan economizer, superheater, reheater, Primary Air Heater
(PAH) dan Secondary Air Heater (SAH). Gas bekas yang akan dibuang menuju stack,
harus memenuhi standard keselamatan lingkungan (tidak mencemari lingkungan).
Sehingga diperlukan perlakuan terhadap gas buang tersebut seperti membatasi kadar sulfur
yang keluar dan mengontrol kadar oksigen yang terkandung dalam gas sebelum dibuang ke
stack.
Untuk mengetahui alur perjalanan flue gas dari boiler menuju ke stack, maka dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Bagan gambar 1 menunjukkan aliran flue gas sebelum
keluar ke atmosfer yang dijaga suhunya sebesar 120 oC setelah melewati ESP. Aliran flue
gas tersebut akan melewati beberapa hopper (penampung abu) sehingga yang masuk ke
dalam ESP hanya abu ringan saja berupa butiran halus dan kemudian akan ditangkap oleh
ESP dengan cara ionisasi dan dikumpulkan di dalam hopper ESP untuk selanjutnya
ditampung di fly ash silo kemudian dibuang di disposal area menggunakan Iveco. Selain
yang masuk ke ESP, abu batubara berbentuk butiran kasar seperti pada hopper economizer
dan hopper boiler yang selanjutnya ditampung di bottom ash silo kemudian dibuang di
disposal area menggunakan Terex.

0
Gambar 1. Flue Gas System

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa serbuk batubara yang bercampur dengan
udara pembakaran dari FDF (Force Draft Fan) akan terbakar di dalam furnace. Hasil
pembakaran itu berupa gas panas. Panas dari gas tersebut digunakan sebagai pemanas air
sistem agar berubah wujud menjadi uap. Gas hasil pembakaran yang disebut juga gas
bekas mengandung abu yang berukuran seperti pasir akan jatuh karena massanya ke eco
hopper ketika melewati economizer, selanjutnya gas bekas ini digunakan untuk pemanas
PAH dan SAH. Ketika terjadi pertukaran panas ada sebagian abu yang terkumpul di
PAH/SAH hopper akan tetapi biasanya hanya sedikit sekali abu yang terkumpul di sini.
Gas bekas ini akan dilewatkan ke Electrostatic Precipitator (ESP) yang merupakan alat
untuk menangkap abu ringan yang masih terbawa dengan menggunakan prinsip ionisasi.
Pada ESP abu terkumpul di hopper-hopper ESP yang berjumlah 16 unit. Setelah melewati
ESP, kandungan abu pada gas bekas akan sangat sedikit sehingga tidak akan mencemari
udara luar. Gas bekas ini akan dihisap oleh Induced Draft Fan (IDF) kemudian dibuang
melalui stack menuju ke atmosfer.

1
Electrostatic Precipitator (ESP)
Electrostatic Precipitator merupakan alat untuk menangkap abu terbang yang terbawa
pada gas bekas (flue gas) dengan sistem ionisasi dan collecting.

Gambar 2. Komponen dari ESP

Komponen utama ESP :


1. Discharge Electrode
Discharge Electrode berupa elemen individu elektroda yang berfungsi untuk
memberikan muatan negatif pada fly ash sebelum dirangkap oleh collecting
electrode.
2. Collecting Electrode
Collecting electrode berupa plat vertikal elemen baja yang dialiri arus DC untuk
menangkap fly ash yang bermuatan negatif.
3. Rappers
Rapper merupakan alat penggetar untuk menjatuhkan fly ash yang menempel pada
elektroda (CE atau DE). Rapper yang digunakan pada CE adalah swing hammer,
sedangkan pada DE adalah gravity impact.
4. Transformer Rectifier
Transformer rectifier digunakan untuk menaikkan dan mengubah tegangan AC
(380 V) menjadi tegangan DC ( 65 kV) untuk discharge electrode.

2
Prinsip Kerja ESP :
1. Fly ash yang berada pada udara sisa yang melewati ESp yang telah diberi muatan
negative oleh Discharge elektroda ( Particle Charging ).
2. Kemudian partikel fly ash tersebut dilewatkan ke collecting electrode ( bermuatan
positif ) yang menangkap fly ash/abu terbang ( Particle Collecting ).
3. Collecting electrode digetarkan oleh rapper sehingga fly ash yang menempel jatuh
dan terkumpul di hopper ESP ( transporting of collected materials ).
4. Pada discharge electode fly ash yang menempel juga digetarkan oleh rapper.

2. Sistem Penanganan Abu Berat (Bottom Ash System)


Yang digolongkan sebagai abu berat (bottom ash) di sini adalah:
a. Abu dari Eco Hopper
b. Material dari pyrites reject Hopper yang berupa batubara yang tidak
tergerus oleh Mill, kawat sisa perbaikan, batu, dan potongan-potongan besi dari
peralatan.
c. Batubara yang tidak ikut terbakar di ruang bakar boiler, material yang jatuh
saat soot blowing pada boiler.
Abu dari Eco Hopper akan dihembus oleh Eco Ash Blower agar materialnya terdorong
menuju Bottom Ash Silo. Di dalam Eco Hopper ada satu gate valve dan dua valve yang
bekerja dengan sistem air lock. Gate valve bekerja berdasarkan tekanan pada line eco ash,
jika ada material pada line-nya tekanan akan naik sehingga gate valve akan menutup dan
sebaliknya. Sedangkan dua air lock valve bekerja secara bergantian berdasarkan setting
timernya.
Material pada pyrites reject hopper dimasukkan secara manual ke line pyrites menuju
SSC dengan didorong oleh air dari pyrites pump yang bertekanan sekitar 10 kg/cm 2.
Berikut ini aliran air dari servis dan sirkulasi pada SSC:

3
4
Batubara yang tidak terbakar pada boiler dan hasil dari soot blowing boiler akan
ditampung di hopper boiler kemudian jatuh ke SSC secara gravitasi. Pada SSC terdapat
scrapper yang digunakan untuk mendorong material yang berasal dari boiler dan pyrites
hopper menuju chute SSC yang akan dialirkan oleh belt conveyor menuju bottom ash silo.
Jika belt conveyor sedang trip, maka terdapat by-pass line menuju truk (tidak melalui
conveyor) dan langsung dibuang ke ash disposal. Di dalam bak SSC terdapat air pendingin
material batubara panas yang berasal dari air sirkulasi dan service water agar material yang
akan dialirkan ke bottom ash silo sudah dalam kondisi dingin. Material dari bottom ash silo
akan dibuang ke disposal area dengan menggunakan kendaraan bernama terex (truk besar).
Sebagai pengaman boiler, didekat hopper boiler terdapat seal trough untuk menahan
tekanan negatif dari boiler sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam boiler karena
penambahan udara di boiler dapat menyebabkan udara terekspansi dan akan menyebabkan
tekanan boiler naik. Sequence spray hopper digunakan untuk mendorong batubara agar
turun dari hopper boiler menuju SSC sedangkan spray sight glass digunakan untuk
mendinginkan sight glass hopper boiler. Air untuk sequence spray hopper dan spray sight
glass berasal dari service water, selain itu sevice water secara kontinyu juga digunakan
untuk menyuplai seal idler, grinder dan head pulley SSC spray. Sewaktu-waktu service
water juga dipakai untuk pendorong di pyrites hopper Fill up SSc dan Air dari seal trough,
spray sequence dan sight glass akan ditampung di bak SSC. Karena air bak SSC
mengalami penambahan dari service water, maka airnya akan meluber dan tumpahannya
akan dialirkan ke settling tank yang levelnya selalu high untuk diendapkan lumpurnya,
sehingga jika ada penambahan dari SSC maka airnya akan meluber ke surge tank. Air yang
masuk ke surge tank akan disaring kotorannya terlebih dahulu kemudian disirkulasikan
menggunakan recirculation pumps dengan terlebih dahulu melewati duplex strainer untuk
disaring dan kemudian akan didinginkan oleh heat exchanger (menggunakan pendingin air
laut). Air ini kemudian digunakan kembali untuk mengisi bak SSC, seal trough dan juga air
transportasi dari reject hopper menuju ke SSC. Lumpur yang mengendap di settling tank
dan surge tank akan dipompa oleh slurry pump (pompa lumpur) menuju ke SSC agar
terbawa oleh scrapper SSC menuju ke bottom ash silo. Pada bottom ash silo terdapat air
dryer untuk menyemprotkan udara ke bag filter saat filter fans dinyalakan tujuannya agar
debu-debu yang terperangkap di bag filter akan jatuh ke bottom ash silo. Air dryer juga
digunakan pada venting dan secondary separator fly ash silo.

5
Berikut ini merupakan bagan aliran bottom ash PLTU Paiton:

6
Gambar 3. Bottom Ash System

7
3. Sistem Penanganan Abu Ringan (Fly Ash System)
Fly ash dihasilkan dari gas buang boiler sebelum melewati stack yang tertangkap oleh
ESP dan ditampung di hopper ESP, dari hopper ESP abu terbang kemudian ditransfer
menuju ke separator (primary dan secondary separator) kemudian berakhir di fly ash silo
(kapasitas 3500 m3) dengan menggunakan vacuum blower untuk mengalirkannya. Oleh
karenanya jika tekanan pada vacuum blower menurun pada waktu yang lama maka ada
indikasi terjadi sumbatan (plugging) pada line ESP hopper. Separator pada fly ash silo
digunakan untuk memisahkan abu dengan udara sehiingga yang masuk ke dalam silo
hanya abunya saja. Pada primary separator, sistem pemisahnya adalah dua buah valve
buka-tutup yang bekerja secara bergantian. Abu sebesar 80% disaring di primary separator,
sisanya dialirkan ke secondary separator. Pada secondary separator, abu disaring denagn
menggunakan bag filter (berbentuk seperti kaos kaki berpori). Diharapkan di secondary
separator semua debu tersaring dan masuk ke dalam fly ash silo sedangkan udara terdorong
oleh vakum menuju filter vacuum blower untuk disaring lagi kemudian akan didorong ke
atmosfer. Pada vacuum blower dilengkapi dengan peredam (silencer) yang terbuat dari
glass wool sehingga tidak terlalu bising. Abu terbang yang tertampung di fly ash silo
kemudian akan diangkut oleh iveco menuju disposal area untuk dibuang.

Berikut ini merupakan bagan aliran fly ash PLTU Paiton :

8
Gambar 4. Fly Ash System

9
SPESIFIKASI ALAT

No. Nama Spesifikasi

Tube Side Shell Side


Fluid Ash + Water Sea Water
Flow rate 180 m3/h 257 m3/h
1 Heat Exchanger
Temp in/out 60/40 C o
31/45 oC
Des. Press. 4.5 kg/cm 2
-
Des. Temp 100 C o
65 oC
Des. Capacity = 40 T/h ΔT = 0,05 m/s
Submerged Scrapper Conveyor Max. Capacity = 60 T/h ΔT = 0,75 m/s
2
( SSC ) Overflow waterline = 90 m3/h
Motor driver = 15 Kw
Capacity = 60 T/h
3 Crusher
Power = 15 Kw
Capacity = 4200 m3/h
Cooling Fan Head = 320 mmWC
4
Power = 7,5 Kw
Suction Temp = 35 oC
Capacity = 100 m3/h
Head = 18 mmWC
Power = 37 Kw
5 Pyrite Sluice Pump
Pressure = 10 Kg/cm2
NPSHR =3m
Circ. Line = 10 m3/h
Capacity = 0,7 m3
6 Hopper Pressure = 3,5 kg/cm2
Temperature = 300 oC
7 Service Water Flow rate = 2 m3/h
Capacity = 100 m3/h
8 Emergency Water Pressure = 18 Kg/cm2
Temp. = 40 oC
Capacity = 5400 m3/h
Diff. Pressure = 6400 mmWC
Suction Temp = 60 oC
9 Vacuum Blower
Disch. Temp. = -
Power = 160 kw
Vent Valve = 200 m3/h
Capacity = 460 m3/h
Head = 2060 m.bar
10 Fluidizing Air blower
Min. Disch. Temp. = 200 oC
Power = 37 Kw
Capacity = 100 Nm3/h
11 Service Air System Pressure = 7 Kg/cm2
Temp. = 38 oC
Capacity = 100 Nm3/h
12 Air Dryer
Pressure = 7 Kg/cm2
Int Diameter = 1525 mm
13 Primary Separator Height = 5895 mm
Capacity = 2 m3
Bag Filter Type : bags
N = 85
Ø = 150
14 Secondary Separator
L = 3200
Filtering Surface = 126 m2
Air lock = 0,85 m3
Net capacity = 3200 m3
15 Silo Fly Ash Diameter = 14 m
Height = 22 m
Pulse jet type→bags
N = 40
16 Vent Filter Silo Fly Ash Ø= 150
L=2500
Filter Surface = 46 m 3

A = 22
17 Fluidizing Channel
B = 22
18 Dedusting Fan Capacity = 1000 m3
Head = 400 mmWC
Suction Temp. = 35 oC

10
Disch. Temp. = 100 - 140 oC
Power = 4 Kw
19 Dry Unloader Capacity = 200 T/h
Capacity = 100 T/h
20 Dust Conditioner
Power = 55 Kw
Capacity = 54 m3/h
Head = 25 mmWC
21 Sump Pump Pressure = 2,5 Kg/cm2
Temp. max. = 48 oC
Ash Plant Sump = 54 m3
22 IVECO Capacity = ± 40 Ton
23 TEREX Capacity = ± 40 Ton
Pressure = 3,5 kg/cm2
Capacity = 180 m3/h
Head = 35 mmWC
24 Recirculation Pump Power = 30 Kw
NPSHR =7m
Circ. Line = 16 m3/h
Outlet Exchanger = 80 m3/h
Capacity = 18 m3/h
Head = 20 mmWC
Power = 7,5 Kw
25 Slurry Pump
NPSHR = 3,8 m
Temp. max = 80 oC
Pressure = 2 Kg/cm2
Capacity = 30 m3
Diameter =5m
26 Settling Tank Height = 1,53 m
Spry water = 10 m3/h
Make-up = 25 m3/h (manual )
Capacity = 30 m3
Diameter =5m
27 Surge Tank Height = 1,53 m
Spray Water = 10 m3/h
Make-up water = 7 m3/h ( set level 60% )
Capacity = 257 m3/h
28 Cooling Sea Water Pressure = 0,5 Kg/cm2
Temp. = 31 oC
Capacity = 100 m3/h
29 Service Water Supply Pressure = 7 kg/cm2
Temp. = 40 oC
Net Capacity = 630 m3/h
30 Silo Bottom Ash Diameter = 10 m
Vacuum = 1 mmWC
Filtering Surface = 32 m2
Bags N = 28
31 Vent Filter Silo Bottom Ash
Ø = 150
L = 2500
Capacity = 2000 m3/h
Head = 250 mmWC
32 Filter Fan
Suction Temp. = 35 oC
Power = 4Kw
Capacity = 40 T/h
33 Belt Conveyor
Pressure = 650 mmWC
Capacity = 661 m3/h
Head = 6000 mmWC
34 Economizer Ash Blower
Suction Temp. = 35 oC
Power = 18,5 Kw
Capacity = 23 m3
Dimension =4x2x4m
35 Eco Ash Storage Tank Operating Vacuum = 125 mmWC
Design Vacuum = 900mmWC
Discharge Temp. = 400 oC

11
START ALAT

Vacuum Blower
1. Pastikan DP filter pada kondisi low.
2. Pastikan peralatan instrument berjalan dengan baik.
3. Pastikan seluruh valve dalam kondisi open.
4. FAS (Fly Ash Silo) operating selector diposisikan sesuai kebutuhan.
5. Evacuating Mode pada posisi selalu auto.
6. Fluidizing diposisikan manual (biasanya dalam kondisi mati).
7. Start vacuum blower sesuai kebutuhan.
8. Start FAS sequence.

Unloading Fly Ash


1. Pastikan power supply ON.
2. Lakukan test lamp.
3. Turunkan telescopic chute.
4. Selector fluidizing op. request posisi 1 (open).
5. Nyalakan dedusting fan.
6. Pastikan valve fluidizing open.
7. Atur flow tekanan udara antara 3-5 kg/m2.
8. Pastikan indikator pinch valve open (jika tekanan > 3 kg/m2 maka pinch valve
open).
9. Isi penuh sesuai permintaan (indicator “truk fully loaded” menyala).
10. Turunkan flow hingga nol.
11. Pastikan indikator pinch valve close (jika tekanan < 2 kg/m2 maka pinch valve
close).
12. Matikan fluidizing ash blower.
13. Matikan dedusting fan.
14. Selector fluidizing op. request posisi 0 (close).
15. Naikkan kembali teleschopic chute (Spout).

12
Eco Ash Blower
1. Posisikan selector filters bottom ash ke posisi manual.
2. Posisikan selector EAU (Economizer Automatic Unloading) ke posisi manual.
3. Tekan tombol start filter fan.
4. Tekan tombol open valve eco ash hopper.
5. Tekan secara bersamaan EAB A dan EAB B.
6. Posisikan selector filter bottom ash ke posisi auto.
7. Posisikan selector EAU ke posisi auto.
8. Tekan tombol start EAU automatic sequence.

Cleaning Filter Vacuum Blower


1. Pastikan vacuum blower dalam kondisi mati.
2. Pastikan DP filter high.
3. Buka main hole filter, lalu ambil filternya.
4. Bersihkan filter dengan udara service dengan cara disemprot.
5. Pasang kembali filternya.

Bottom Ash Unloading


1. Lihat ketinggian material bottom ash silo.
2. Siapkan terex di bawah bottom ash chute.
3. Open slide gate valve (Jika level BAS > 2.5 m maka slide gate valve tidak fully
open).
4. Tunggu sampai isi silo habis.
5. Close slide gate valve.

Start Submerged Scrapper Conveyor (SSC)


1. Pastikan breaker SSC, pompa, grinder, belt conveyor & cooling fan posisi ON.
2. Isolation valve pompa sea water, recirculation, slurry, dan pyrite posisi open.
3. Buka valve make up service.
4. Isi back SSC, settling tank dan surge tank dengan air sevice sampai penuh.
5. Ash handling sea water pump distart dari CCR.
6. Belt conveyor di-start secara manual.
7. Grinder di-start secara manual.
8. Cooling fan di-start secara manual.

13
9. Recirculation pump di-start secara manual.
10. Adjust valve-valve pada spray hopper, seal dan lain-lain.
11. Open valve spray sequence secukupnya.
12. SSC di-start secara manual.

Cleaning Pyrite Hopper


1. Pastikan service water sudah tersedia.
2. Pastikan level settling tank dan surge tank dalam kondisi high.
3. Pastikan recirculation pumps kondisi running.
4. Buka aliran air sirkulasi.
5. Start pyrites pump.
6. Close mill isolation valve.
7. Open hydro ejector valve.
8. Open hopper isolation valve.
9. Open main hole hopper pyrites.
10. Bersihkan hopper pyrites dari material secara manual.
11. Masukkan material ke line pyrites menuju SSC secara manual.
12. Open mill isolation valve.
13. Bersihkan line dari mill ke pyrites hopper.
14. Close mill isolation valve.
15. Close main hole hopper pyrites.
16. Close hopper isolation valve.
17. Close hydro ejector valve.

Electrostatic Precipitator (ESP)


1. Penthouse heater blower breaker ON (auto/manual).
2. Collecting electrode rapper breaker ON.
3. Rapper control panel ON.
4. ERC breaker ON.
5. Hopper heater ON (auto).
6. Hopper vibrator ON.
7. Breaker Automatic Voltage Control (AVC) ON.
8. AVC Push Button (AVC Running).
9. Keyboard console rapper ON.

14
ALARM ALAT  Oil Demister Not Avaliable
A. Fly Ash System  Trip ( Cek Lokal )
1. Vacuum Blower
 Suction Filter High
Differential Pressure B. Bottom Ash System
 Suction Filter High 1. Silo
Temperature  High Level
 Discharge High Temperature  Very High Level
 Cabin Fan Not Avaliable 2. Vent Filter
 Trip For Line Valve Wrong  High Differential Pressure
Position  Low Differential Pressure
 Primary Separator 3. Filter Fan
Malfunction  Suction High Opacity
 Secondary Separator High  Not Avaliable
Differential Pressure 4. Supply Air
 Secondary Air Lock  Service Air Low Pressure
Malfunction 5. Economizer Ash Blower
2. Hopper  Air Lock Valve Opening
 Obstruct Failure
 Electrosatic Precipitator High  Air Lock Malfunction
Level  Ash Storage Tank High Level
3. Ash Intake Valve  Discharge High Pressure
 Closing Failure  Trip For Discharge High
4. Line Temperature
 Fly Ash Line High Opacity  Not Avaliable
5. Silo 6. Submerged Scrapper Conveyor
 Fly Ash High Level  Over Flow Water High
 Vent Filter High Differential Temperature
Pressure  Idler Pulley Sealing Water
6. Fluidizing Air Blower Low Pressure
 Not Avaliable  Chain Breakage
 Valve Malfunction  Under Speed
 Air Low Pressure  Not Avaliable
 Air Low Temperature  Chute Plugged

15
7. Bottom Ash Belt Conveyor 16. Hydraulic System
 Not Avaliable  Pump Not Avaliable
 Trip ( Cek Lokal )  Oil Low Pressure
--> Pull Cord  Oil Low Level
--> Belt Tension 17. Grinder/Crusher
--> Belt Misalignment  Sealing Water Low Pressure
8. Recirculation Water System  Not Avaliable
 Recirculation Water Low PH 18. Instrument Air
 Recirculation Water High PH  Silo ( Blower Area ) : Air
9. Settling Tank Low Pressure
 Low Water Level  Precipitator ( Boiler Area ) :
10. Surge Tank - Air Low Pressure
 Water Level Low - Air Very Low Pressure
 Water Level High
11. Heat Exchanger  Opacity Meter Trouble
 Outlet Low Pressure  PLC : Remote Drop Malfunction
 Outlet High Temperature  CPU : Stand By Malfunction
12. Recirculation Pump  PLC :
 Not Avaliable - Redundant Common System
 Discharge Low Pressure Malfunction
 Surge Tank Water Level Low - Total Common System Malfunction
13. Slurry Pump  UPS : - Battery in Operation
 Not Avaliable  Silo Unloading Console Voltage
 Low Water Level Settling Failure
Tank ( Trip )  Pyrite System – Mill Reject System :
 Low Water Level Surge Tank  Hopper High Water Level
( Trip )  Hopper Not Correct Position
14. Seal Throught  Sluice Pump :
 South Side Low Over Flow - Suction Low Pressure
 North Side Low Over Flow - Dischrge Low Pressure
15. Cooling Fan - Not Avaliable
 Discharge Low Pressure
 Not Avaliable

16

You might also like