You are on page 1of 4

Rangkuman materi Tugas Teknologi Bahan

Nama : Dimas Subekti

Nim : 1222220003

Dalam kegiatan perancangan arsitektur (the architectural design) baik para professional yang praktek
di lapangan maupun para mahasiswa yang sedang belajar di kampus, pada tahap awal untuk
mengenal dan memahami komponen-komponen yang terdapat didalamnya. Adapun komponen-
komponen yang terdapat didalam kegiatan perancangan arsitektur itu adalah: (a) penentuan fungsi
atau kegunaan dari bangunan, (b) penentuan atau pemilihan unsur-unsur keindahan (estetika) pada
bangunan, dan (c) pemilihan jenis struktur yang dapat menopang berdirinya bangunan.

Jika kita rinci secara lebih mendalam apa-apa saja yang termasuk dalam unsure-unsur estetika dalam
perancangan arsitektur, maka kita akan mengenal antara lain: (a) bentuk (forms) baik 2d maupun 3d,
(b) komposisi bentuk atau ‘the composition of forms’, (c) sifat massif (padat) dan rongga (void), (d)
kaidah-kaidah baku dalam perancangan (the basic principles of design), (e) stabilitas dari bentuk dan
inersia dari bentuk, (f) penggunaan bahan (materials) bangunan, (g) penggunaan warna (colours) dan
sifat permukaan bahan (textures).

Salah satu komponen penting dalam kegiatan perancangan arsitektur yang selalu dipelajari (dari
waktu ke waktu sesuai dengan perkembangannya) adalah pengenalan dan pemahaman tentang
‘bahan bangunan’ atau ‘the building materials’. Dalam lingkungan akademik di kampus, para
mahasiswa diajarkan dari tingkat awal hingga tingkat lanjut, apa dan bagaimana tentang ‘bahan
bangunan’ yang dikenal di bidang Arsitektur. Berkaitan dengan ‘bahan bangunan’ setidaknya
dipelajari: apa dan bagaimana tentang bahan bangunan, perkembangan (trend) terbaru dari
penggunaan bahan bangunan, serta kreatifitas penerapan bahan bangunan dalam desain arsitektur.
Dalam bidang Arsitektur kegiatan atau upaya mengenal dan menggali serta penerapan penggunaan
bahan bangunan hingga saat sekarang ini belumlah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang
dan mendalam. Dalam skala kecil (mikro) kegiatan pengenalan dan penggalian penggunaan bahan
bangunan untuk keperluan mendirikan bangunan masihlah banyak menemui kendala atau
hambatan. Demikian pula dalam skala besar (makro) – bidang Arsitektur meliputi pula perencanaan
kota dan perumahan- permukiman, sehingga upaya penggunaan bahan bangunan dalam jumlah
besar akan berpengaruh pada kelangsungan sumber daya alam yang dimiliki. Dalam skala luas upaya
penggalian bahan bangunan yang tidak merusak lingkungan alam sekitar – hingga saat sekarang ini
masih terus dilakukan.

Kegiatan penelitian spesifik yang berkaitan dengan bahan bangunan – pada kenyataannya terbatas
dilakukan oleh kalangan lembaga penelitian, seperti misalnya: Puslitbangkim (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman) dibawah Balitbang Pekerjaan Umum. Sebagian penelitian tentang
bahan bangunan juga dilakukan oleh kalangan industri dari sektor swasta, yang tujuan utamanya
adalah guna memenuhi kebutuhan yang dating dari para konsumen di dunia konstruksi. Sedangkan
penelitian yang dilakukan kalangan perguruan tinggi – hingga saat ini masih terbatas dan masih
dikalangan tertentu (sekitar kampus dan guna kepentingan akademik).
Pertimbangan dalam pengenalan dan penggalian terkait penggunaan bahan bangunan setidaknya
mesti berhubungan dengan tiga hal penting, yaitu: (a) aspek daya dukung sumber daya alam dan
lingkungan yang terbatas, (b) aspek kebudayaan khususnya tradisi lokal yang terkait dengan
penggunaan bahan bangunan, dan (c) aspek nilai tambah yang terberkaitan dengan ekonomi dan
teknologi. Dengan berkembangnya trend ‘green development’ sebagai bagian dari konsep
‘sustainable development’ – masalah penggunaan bahan bangunan yang tidak merusak alam-
lingkungan sekitar menjadi bahan perhatian untuk saat sekarang ini.

Bahan (Material) dan Teknologi Bahan Bangunan.

Bahasan tentang teknologi bahan bangunan pada tahap awal para mahasiswa Jurusan Teknik
Arsitektur maupun para professional muda yang akan terjun dalam praktek di lapangan
diperkenalkan tentang apa dan bagaimana ‘bahan bangunan’ (the building materials). Mahasiswa
Jurusan Teknik Arsitektur di tingkat awal diperkenalkan berbagai jenis atau macam tentang bahan
bangunan yang digunakan baik dalam perancangan arsitektur maupun dalam tahapan konstruksi /
pembangunan di lapangan. Setidaknya tiga jenis bahan utama dalam bidang Arsitektur yang harus
dikenali, yaitu: (a) kayu (wood), sifat

- karakteristik bahan kayu dan teknik konstruksi bahan kayu, (b) beton (concrete), sifat – karakteristik
beton dan teknik konstruksi bahan beton, dan (c) baja (steel), sifat – karakteristik bahan baja dan
teknik konstruksi bahan baja (Beets -1982).

Secara klasifikasi dalam penggunaan bahan bangunan, kayu – beton dan baja dapat dipakai dalam
dua kategori, yaitu: (a) bahan struktural pada bangunan – yaitu bahan yang berfungsi untuk
menopang dan berdiri-tegaknya suatu bangunan. Dalam kategori ini dibahas tentang sifat bahan
bangunan dan kekuatan / keawetannya guna memenuhi fungsi struktural pada bangunan. (b) bahan
non struktural pada bangunan – yaitu bahan yang berfungsi untuk keperluan unsure estetika dan
arsitektural pada bangunan. Selain bahan utama kayu – beton dan baja, pada tingkat selanjutnya
diperkenalkan bahan-bahan yang bersifat turunan dari bahan utama diatas.

Melihat perkembangan dari teknologi bahan bangunan, pada saat sekarang ini telah ditemukan
bahan-bahan terbaru yang diiringi oleh sifat dan karaakteristik bahan yang lebih maju dan dapat
dipakai atau dipergunakan untuk tujuan yang lebih maju. Bahan kayu pada saat sekarang ini sudah
dibuat bercampur dengan panel-panel kayu yang sangat artistic maupun campuran dengan ‘particle
board’. Bahan beton – sudah dirancang lebih maju sehingga ditemukan bahan beton ringan guna
keperluan finishing dan arsitektural bangunan. Demikian juga dengan bahan baja, sudah ditemukan
campuran baja dengan bahan metal lainnya sehingga beratnya menjadi lebih ringan.

Dengan ditemukannya bahan bangunan terbaru dalam bidang konstruksi bangunan maka semakin
luas dan terbuka berbagai kemungkinan aspek structural bangunan maupun aspek arsitektural
bangunan yang dapat dicapai dalam bidang Arsitektur. Kemajuan di bidang teknologi bangunan pada
saat sekarang ini (terutama di negara-negara maju) telah membuka kesempatan terutama bagi
eksperimental bidang Arsitektur yang lebih maju. Struktur (atau kerangka) bangunan dapat terpisah
dari selubung atau kulit bangunan (atau building skin). Akibatnya bentukan ‘ruang dalam’ (interior
spaces) dan ‘ekspresi bentuk’ (forms expression) dapat lebih spektakuler.

Aspek Tekno-Ekonomi dan Ekologi dari Bahan Bangunan.

Pembahasan berkaitan dengan pengenalan dan penggalian dari bahan bangunan (building materials)
seharusnya juga berkaitan erat dengan pertimbangan pada dua aspek penting. Kedua aspek penting
dimaksud adalah : (a) aspek tekno-ekonomi dari bahan bangunan, dan (b) aspek ekologis dari
penggunaan bahan bangunan. Mengapa kedua aspek tersebut menjadi semakin peting untuk
dipertimbangkan pada saat sekarang ini? Jawabannya: karena suatu kemajuan teknologi (pada bahan
bangunan) juga harus dihitung pengaruhnya terhadap aspek ekonomi, dan penggunaan bahan
bangunan dalam skala luas (jumlah besar) perlu ditinjau pengaruhnya terhadap keberlangsungan
alam-lingkungan sekitar.

Pembahasan aspek tekno-ekonomi pada penggunaan bahan bangunan skala besar apalagi sudah
masuk dalam dunia insustri sudah menjadi keharusan dan standar pertimbangan. Aspek tekno-
ekonomi didalamnya membahas pengaruh penggunaan teknologi terhadap besaran ekonomi yang
layak untuk diproduksi dalam jumlah besar. Penggunaan teknologi maju pada awalnya berupa
investasi modal awal yang mesti dan seharusnya di-‘return’ (di-kembali-kan) dalam bentuk profit atau
keuntungan secara financial. Perhitungan BEP (Break Even Point) atau perhitungan ‘Titik Impas’ –
menjadi suatu pertimbangan dalam kita mengembangkan teknologi bahan bangunan.

Di negara-negara sedang berkembang (termasuk Indonesia didalamnya), penanaman investasi


(modal) untuk penggunaan teknologi, seringkali terbentur pada terbatasnya besar biaya (modal)
yang harus ditanamkan. Karena itu bahasan aspek tekno-ekonomi akan sangat membantu baik pihak
swasta (pengusaha) maupun pihak penerintah – dalam menentukan jenis teknologi yang akan
dikembangkan. Secara garis besar tingkat teknologi yang dikenal masyarakat luas dibagi dalam tiga
jenis, yaitu: (a) teknologi maju atau teknologi tinggi (hi-tech), (b) teknologi tingkat menengah (middle
technology), dan (c) teknologi sederhana (low-tech). menyangkut pemilihan atau penentuan tingkat
teknologi kita-pun mengenal apa yang disebut ‘teknologi tepat guna’ atau ‘appropriate technology’.
(Poerbo, Hartono - 1993).

Sedangkan aspek ekologis dalam penggunaan bahan bangunan terutama berkaitan dengan seberapa
besar pengaruh penggunaan bahan bangunan terhadap keberlanjutan sumber daya alam dan kondisi
lingkungan alam sekitar. Dengan berkembangnya trend ‘green development’ sebagai bagian dari
konsep ‘pembangunan berkelanjutan’ (the sustainable development) – maka upaya-upaya konservasi
terhadap sumber daya alam dan lingkungan sekitar makin menjadi perhatian kita bersama.
Pertimbangan aspek ekologis terutama yang berhubungan dengan pengaruh tingkat kerusakan pada
alam-lingkungan akibat penggunaan bahan bangunan (skala besar) patut dan sewajarnya untuk
dilakukan. Kreatifitas dalam penggunaan bahan bangunan di bidang Arsitektur pada dasarnya

bertumpu pada tiga hal utama, yaitu: (a) kreatifitas dari arsitek / perencana dalam penggunaan
bahan bangunan yang tidak biasa atau lain dari yang lain, (b) kreatifitas pada perancangan atau
desain arsitektur yang didalamnya memungkinkan penggunaan bahan bangunan terbaru, dan (c)
kreatifitas dari pengusaha bahan bangunan yang selalu inovatif dan mengikuti perkembangan
terbaru.

Kreatifitas penggunaan bahan bangunan dalam bidang Arsitektur yang peran besarnya

dilakukan oleh arsitek atau perancang bangunan – didalamnya meliputi: kreatifitas pada

alternative pemilihan bentuk (form alternatives) dan bahan bangunan, kreatifitas dalam

menentukan bahan bangunan yang ‘lain dari yang lain’ sebagai bagian dari bentuk

eksperimen desain. Kreatifitas penggunaan bahan bangunan juga dapat dipacu dengan

terbukanya kesempatan bagi para perancang dalam penerapan / pemakaian bahan

bangunan terbaru yang dating dari pihak pemasok atau insdustri bahan bangunan.
Pihak arsitek atau perancang bangunan pada dasarnya dapat pula mengembangkan

kreatifitas dalam penggunaan bahan bangunan, salah satunya melalui eksperimental atau

percobaan penggunaan ‘bahan bekas pakai’ yang dapat digunakan sebagai material

bangunan.

You might also like