Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ekonomi Syariah Evithania Rahmawarni 210312023 A21PC
Makalah Ekonomi Syariah Evithania Rahmawarni 210312023 A21PC
Disusun Oleh :
Evithania Rahmawarni
210312023
A21PC
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah. Makalah disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Syariah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca mengenai transaksi e-money dalam pandangan
ekonomi syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Ir.
Syahril, ST. MM selaku dosen mata kuliah Ekonomi Syariah.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah yang saya kerjakan dapat bermanfaat bagi semua pembaca
khususnya mahasiswa – mahasiswi Universitas Muhammadiyah Bandung. Akhir kata
semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
1. Uang elektronik atau e-money................................................................................3
2. Kedudukan Hukum E-money Dalam Transaksi Pembayayaran Non-Tunai
Pandangan Perundang-Undangan..................................................................................5
3. Pandangan Ekonomi Syariah Terhadap Penggunaan E-Money.............................7
BAB III............................................................................................................................11
KESIMPULAN...............................................................................................................11
Daftar Pustaka.................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya sama seperti uang biasa, hanya dalam bentuk yang
berbeda saja. Karena itu, bermuamalah dengan e-money sejatinya adalah mubah,
sah dan halal selama memenuhi prinsip-prinsip syariah mualamah , yang mana
uang elektronik syariah adalah uang elektronik yang sesuai dengan prinsip
ajaran islam.
1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa itu e-money ?
b) Apa kedudukan hukum e-money dalam transaksi pembayaran non-tunai
pandangan perundang-undangan ?
c) Apa pandangan ekonomi syariah terhadap penggunaan e-money ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
konsumen setelah transasksi pembayaran, sebaliknya pengelolaan e-money
tidak memerlukan otorisasi secara online, melainkan secara offline yang
dilakukan oleh pemegang e-money.
E-money di atur melalui peraturan Bank Indonesia dengan no.
11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic money). Peraturan ini
menjadikan pengaturan mengenai Uang Elektronik terpisah dengan pengaturan
mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. “Uang Elektronik
(Electronic Money) adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai
uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit.
b. Manfaat e-money
Dalam penggunaan e-money sebagai alat pembayaran dapat memberikan
sebuah manfaat untuk sebuah perkembangan yang semakin pesat di kalangan
masyarakat Indonesia :
Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi-
transaksi
Tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk barang seperti hal
yang biasa dilakukan pedagang yang tidak mempunyai uang kembalian
dan mereka melakukannya dengan cara menukar kembalian tersebut
dengan permen.
Sangat applicable untuk melakukan transaksi massal yang mana
nilainya kecil namun frekuensinya tinggi seperti halnya transportasi,
parkir, fast food dan lain-lain.
Jadi itulah manfaat dari e-money dikalangan masyarakat yang bisa
membantu dalam transaksi maka dari itu e-money diterbitkan dan bisa
membawa kemudahan dalam melakukan pembayaran.
c. Jenis e-money
Adapun jenis uang elektronik berdasarkan tercatat atau tidaknya data
identitas pemegang pada penerbit uang elektronik dibagi mejadi :
4
Uang elektronik registered,merupakan uang elektronik yang data
identitas pemegangnya tercata/terdaftar pada penerbit uang elektronik.
Dalam kaitan ini penerbit harus menerapkan prinsip mengenal nasabah
dalam menerbiitkan emoney registered. Batas maksimum nilai uang
elektronik yang tersimpan pada media chip atau server untuk jenis
registered adalah Rp.5.000.000.
Uang elektronik unregistered, merupakan uang elektronik yang data
identitas pemegangnya tidak tercatat/tidak terdaftar pada penerbit uang
elektronik, batas maksimum nilai uang elektronik yang tersimpan pada
media chip atau server untuk jenis unregistered adalah sebesar
Rp.1.000.000.
5
Terjadinya system pembayaran non-tunai hendak mempengaruhi peraturan
hukum yang terdapat di Indonesia sebab untuk membagkan proteksi hukum serta
kepastian hukum terhadap konsumen. Seiring dengan berjalannya waktu serta
pertumbuhan yang sangat pesat dalam dunia teknologi, peraturan-peraturan yang
terdapat hendak tertinggal sehingga menjadi cepatnya pertumbuhan yang terdapat
dimasyarakat, dan pertumbuhan dalam masyarakat menjadi titik acuan dalam
membuat suatu peraturan.
Dalam proteksi hukum perundang-undangan ada pemakaian uang elektronik
dalam melaksanakan suatu transaksi yang memakai system pembayaran non tunai
atau e-money. Hingga wajib terdapatnya hukum yang mengaturnya, sehingga
pemakaian uang elektronik memiliki peran hukum ataupun kekuatan yang legal
serta tidak meras dirugikan selaku pengguna uang elektronik. Bawah hukum yang
mengendalikan tentang uang elektronik selaku berikut:
1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 yang diubah dengan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada BAB V
Transaksi Elektronik Pasal 17 sampai Pasal 22.
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 yang diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16/8/PBI/2014 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor
18/17/PBI/2016 Tentang Uang Elektronik.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan
Konsumen Jasa Sistem Pembayaran dalam pasal 2.
4. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/11/DKSP Tahun 2014 Tentang
Penyelengaraan uang Elektronik.
5. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/16/DKSP Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Penyelengaraan dan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran di Indonesia.
6
apabila terdapat pihak penerbit yang berlaku curang maupun terdapat kesalahan
teknis dari system data.
Perjanjian antara pengguna serta penerbit telah tertuang dalam kontrak
baku yang terbuat secara sepihak oleh penerbit serta pihak pengguna tidak bisa
mengganti isi dari kontrak baku tersebut. Dalam isi kontrak baku, pihak
pengguna cuma mengisi sebagian perihal yang bertabiat procedural serta
memilah senantiasa memakai jasa ataukah tidak memakai jasa dari penerbit
tersebut. Penafsiran kontrak baku bagi pasal 1angka 10 Undang- Undang
Proteksi Konsumen merupakan:
“ Setiap ketentuan ataupun syarat serta syarat- syarat yang sudah
dipersiapkan serta diresmikan terlebih dulu secara sepihak oleh pelakon usaha
yang dituangkan ke dalam sesuatu dokumen serta/ataupun perjanjian yang
mengikat serta harus dipadati oleh konsumen”.
Syarat yang memiliki klausua baku (eksonerasi) sudah menjadi bagian
dalam setiap ikatan hukum dalam warga. Keberadaan klausua baku dalam
perjanjian didaskan pada asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1388 ayat (1)
KUHP. Hakikat klausula baku dalam perjanjian tidak lain merupakan
terdapatnya pembagian beban efek yang cocok walaupun dala praktiknya arti
klausula baku kerap disalahgunakan oleh pihak yang mempunyau dominasi
ekonomi yang tidak hanya untuk melepaskan diri dari beban tanggung jawab.
7
1) Diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit
2) Jumlah nominal uang didimpan secara elektronik dalam suatu media yang
teregistrasi
3) Jumlah uang nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai perbankan.
4) Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupkan
penerbit uang elektronik tersebut.
Uang elektronik pada dasarnya sapa seperti uang biasa, memiliki fungsi dan
nilai yang sama, namun dalam bentuk yang berbeda. E-money bergantung pada
substansi dan barang yang ditransaksikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
bermuamalah dengan uang elektronik adahalah mubah, sah,, dan halal selama
memenuhi prinsip-prinsip syariah muamalah. Tujuan di syariatkan nya hukum
islam yang berkaitan dengan muamalah adalah sehingga tidak dirugikan oleh
Tindakan orang lain, dan dapat memanfaatkan harta miliknya itu untuk kepentingan
kepada hidup mereka.
Pada dasarnya segala aktifitas mualamalah itu diperbolehkan sampai ada
yang diharamkan, hal ini sesuai dengan kaidah fikih yang kuhsus di bidang
mualamalah, yaitu :
Maksud dari kaidah ini adalah bahwa setiao muamalah dan transasksi pada
tatanan al-muamalah al-maidah adalah boleh, seperti jual beli, sewa menyewa,
gadai, kerja sama (mudarabah dan musyarakah), perwakilan, dan termasuk
transaksi jual beli mata uang baik sejenis maupun tidak (al-sharf). Kebolehan ini
8
menjadi terhalang manakala adanya larangan untuk melakaukan transaksi seperti
adanya kemadharatan, unsur tipuan, judi, ataupun riba. Sehingga setiap transaksi
muamalah harus berdasarkan prinsip ajaran yang terkandung pada fiqih muamalah.
9
transaksi dan para pengguna dapat mempermudah dalam hal transaksi. Dalam hal
ini akad dalam e-money yaitu sebagai berikut :
1) Akad Wadi’ah
Akad ini terbagi menjadi dua, yaitu wadiah yad al-amanah dan
aldhamanah. Dari pembagian trsebut, maka dapat diketahui wadi’ah
yang paling mungkin diimplementasikan di lembaga keuangan syariah
adalah wadi’ahyad al-dhamanah. Hal ini disebabkan dalam wadi’ah
tersebut, lembaga keuangan syariah diperkenankan untuk
memberdayakan harta atau uang yang dititipkan kepadanya. Dalam hal
uang elektronik akad ini berlaku dengan ketentuan dan batasan:
Jumlah nominal uang elektronik bersifat titipan yang dapat diambil atau
digunakan oleh pemegang kapan saja.
Jumlah uang elektronik yang dititpkan tidak boleh digunakan oleh penerbit
kecuali atas izin pemegang.
Dalam hal jumlah nominal uang elektronik yang dititpkan digunakan oleh
penerbit atas izin pemegang maka akad titip (wadi’ah) berubah menjadi akad
pinjaman (qardh),dan tanggung jawab penerima titipan sama dengan
tanggung jawab dalam akad qurdh.
Otoritas terkait wajib membatasi penerbit dalam penggunaan dana titipan
dari pemegang kartu (dana float).
Penggunaan dana oleh penerbit tidak boleh bertentangan dengan prinsip
syariah dan peraturan perundangan-undangan.
2) Akad Qardh
Dalam peraturan Bank Indonesia No 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum
yang kegitan usaha berdasarkan prinsip syariah dan PBI Nomor 7/46/PBI/2005
tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melakasankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam PBI tersebut disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa
imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman
secara sekaligus atau cicilan dalam jangka tertentu.
10
Dalam hal ini akad qardh berlaku dengan ketentuan dan batasan :
Jumlah nominal uang elektronik (e-money) bersifat hutang yang dapat
diambil dan digunakan oleh pemegang kapan saja.
Penerbit dapat menggunakan uang hutang dari pemegang uang
elektronik,penerbit wajib mengembalikan jumlah pokok piutang dan
pemegang uang elektronik kapan saja sesuai kesepakatan.
Penggunaan dana oleh penerbit tidak boleh bertentangan dengan prinsip
syariah dan peraturan perundang-undangan.
BAB III
KESIMPULAN
Uang elektronik atau e-money dalam pandangan ekonomi syariah yang mana e-
money tersebut akibat kemajuan teknoogi yang sangat pesat dikalangan masyarakat dan
untuk e-money sendiri itu hukumnya halal dan sudah memenuhi kaidah-kaidah syariat
islam sebagai alat transaksi dan muamalah. Penyelenggaraan uang elaktronik telah
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Selain itu e-money dapat memberikan
kemaslahatan dari keunggulannya berupa lebih cepat, mudah dan efisien. Majelis Ulama
Indonesia juga telah mengeluarkan fatwa dewan syariah nasional Mejelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) tentang uang elektronik syariah menjelaskan rambu-rambu
penyelanggaraan uang elektronik yang sesuai dengan prinsip syariah.
Transaksi multi akad pada dasarnya berkaitan erat dengan syarat dan akad yang
disertakan di dalam transaksi tersebut, maka kesahihah setiap transaksi multi akad akan
bergantung pada sahih tidaknya syarat dan akad yang disertakan dengannya. Jika syarat
dan akad yang ada di dalam transaksi itu sah secara syariat maka transaksi multi akad
tersebut dapat dikatakan sah secara syariat, namun jika syarat dan akad yang terdapat di
dalamnya itu tidak sah secara syariat maka transaksi itu pun tidak bisa dikatakan sah.
11
(Choiril Anam, 2018)
Daftar Pustaka
https://www.bi.go.id/id/edukasi/Pages/Apa-itu-Uang-Elektronik.aspx
https://informatics.uii.ac.id/2021/06/16/e-money-dan-cryptocurrency-dalam-
pandangan-islam/
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/nisbah/article/view/1569/pdf_1
http://repository.radenintan.ac.id/5730/1/TRI%20WIDODO
%201451010125%20EKONOMI%20SYARI%27AH.pdf
http://etheses.uin-malang.ac.id/10958/
12