You are on page 1of 8

TUGAS MATERI 2

DESKRIPSI TUGAS INDIVIDU


“ANALISIS ISU KONTEMPORER”

Nama Peserta : apt. Dyah Purnaning Tyas, S.Farm

NIP : 199608132022032015

No.Daft.Hadir/Kelp : 15/kelompok 1

Latsar CPNS Angkt. : 177

Tempat Latsar : BPSDMD Jawa Tengah

Jabatan/Instansi : Ahli Pertama - Apoteker / Puskesmas Kangkung I

1. ANALISIS ISU INSTANSI


A. Identifikasi dan Deskripsi Isu

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan institusi pelayanan kesehatan


terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu.

Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah berubah dari drug oriented
(pelayanan obat) menjadi patient oriented (pelayanan pada pasien) yang mengacu pada
asuhan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggungjawab
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
kefarmasian meliputi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan pelayanan
farmasi klinik.

1. Kekosongan Obat dan BMHP.


Adanya isu yang berkembang saat ini terkait ketersediaan obat dan BMHP di
puskesmas Kangkung 1 yang belum memadai dapat menyebabkan pelayanan
kefarmasian kurang optimal. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmsian yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencacatan
dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Pengelolaan obat dan BMHP
bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan obat dan BMHP yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi dan kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan system informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.
Ketersediaan obat dan BMHP sangat penting untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Jenis obat dan BMHP tertentu
harus tersedia dengan jumlah yang sesuai untuk melayani kebutuhan pasien.
Pelayanan kesehatan akan sangat terbantu dengan tersedianya obat dan BMHP yang
memadai, dan hal tersebut tentunya akan meningkatkan kesehatan pasien.

2. Penumpukan obat kadaluarsa di gudang farmasi karena kurangnya pemantauan obat


mendekati ED
Isu lain yang saat ini terjadi adalah penumpukan obat kadaluarsa yang kurang
optimal karena kurangnya pemantauan obat yang mendekati kadaluarsa sehingga
terdapat obat kadaluarsa yang menumpuk di gudang farmasi puskesmas Kangkung
1. Adanya isu tersebut berhubungan dengan pengelolaan obat masih belum optimal
terkait perencanaan, pengadaan dan pendistribusian obat. Obat kadaluarsa juga
tentunya dapat menyebabkan kerugian materiil bagi instansi bila obat-obat tersebut
hasil dari pengadaan sendiri serta membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
melakukan pemusnahan.

3. Pelabelan obat HAM dan yang kurang optimal.


Penyimpanan obat-obatan dengan kewaspadaan tinggi (High Alert Medication)
juga harus diperhatikan. Obat dengan kewaspadaan tinggi merupakan obat-obatan
yang presentasenya tinggi dapat menyebabkan kesalahan atau error yang berdampak
pada kejadian efek samping yang tidak diinginkan. Untuk meminimalisir kejadian yang
tidak diinginkan perlu adanya penandaan dan pelabelan obat-obat HAM. Di
Puskesmas Kangkung 1 penandaan obat-obat tersebut belum dilaksanakan dengan
optimal, karena masih terdapat obat HAM yang belum diberi label.

4. Kurang tertibnya petugas farmasi dalam mencatat pengambilan obat pada kartu stok.
Setiap penyimpanan obat harus terdapat kartu stok. Kartu stok digunakan
untuk pencatatan mutasi obat, dari mulai penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak serta
kadaluarsa. Pencatatan di kartu stok meliputi nama, bentuk sediaan obat, kekuatan
sediaan obat, jumlah persediaan, tanggal, sumber penerimaan, tujuan penyerahan,
jumlah obat yang diterima dan yang diserahkan, nomor batch dan tanggal kadaluarsa
setiap penerimaan dan paraf petugas farmasi. Isu yang terjadi adalah terkadang
petugas farmasi kurang disiplin dalam hal mencatat penganbilan obat pada kartu stok.
Hal ini dapat menyebabkan adanya selisih dan tidak sesuainya barang yang
sesungguhnya dengan jumlah yang tercatat di kartu stok.
5. Penulisan resep yang belum sepenuhnya sesuai dengan kaidah
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggungjawan kepada pasien yang yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Saat ini masih banyak
ketidaksesuaian dan kurang tertibnya pelayanan dan pemberian obat pasien. Hal yang
menyebabkan kejadian tersebut salah satunya adalah ketidaksesuaian dalam
pelayanan obat yaitu penulisan resep yang belum sepenuhnya sesuai dengan kaidah
penulisan serta pengkajian resep yang belum optimal. Ketidaksesuaian ini
mengakibatkan ketidaktepatan dan keterlambatan dalam pelayanan obat.

B. Analisis Isu
1. Metode APKL
Identidikasi/Analisis Isu (APKL)
Kriteria (Skor) Peringkat
No. Isu Jumlah
A P K L
1. Kekosongan Obat dan BMHP. 4 5 4 5 18 2

2. Penumpukan obat kadaluarsa di


gudang farmasi karena kurangnya 5 5 4 5 19 1

pemantauan obat mendekati ED


3. Pelabelan obat HAM dan yang kurang 3
4 4 4 4 16
optimal.
4. Kurang tertibnya petugas farmasi
dalam mencatat pengambilan obat 4 3 3 3 13 5

pada kartu stok.


5. Penulisan resep yang belum
sepenuhnya sesuai dengan kaidah 4 3 4 3 14 4

penulisan resep.
Keterangan :
1. Aktual : Isu sedang terjadi atau dalam proses kejadian, atau diperkirakan bakal
terjadi dalam waktu dekat.
2. Problematik : merupakan masalah mendesak yang memerlukan berbagai upaya
alternative jalan keluar dengan aktivitas dan tindakan nyata.
3. Kekhalayakan : menyangkut hajat hidup orang banyak, masyarakat pada
umumnya, bukan untuk seseorang atau kelompok.
4. Kelayakan : Logis, panats, realitas, dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
kewenangan dan tanggungjawab.
2. Metode USG

Identifikasi/ Analisis Isu (USG)


No. Isu Urgency Seriousn Growth Jumlah Peringkat
ess

Kekosongan Obat dan


1. 5 4 3 12 2
BMHP.

Penumpukan obat
kadaluarsa di gudang
2. farmasi karena 5 5 4 14 1
kurangnya pemantauan
obat mendekati ED

Pelabelan obat HAM


3. dan yang kurang 4 4 3 11 3
optimal.

Keterangan : dibuat skor


5 = sangat besar ; 4 = besar; 3 = sedang; 2 = kecil; 1 = sangat kecil

Simpulan : dari hasil analisis isu melalui pendekatan USG maka isu strategis
yang perlu diselesaikan adalah penumpukan obat kadaluarsa di gudang farmasi karena
kurangnya pemantauan obat mendekati ED.

C. ANALISIS PENYEBAB MASALAH


Dari hasil identifikasi isu, maka isu strategis yang perlu diselesaikan adalah
“penumpukan obat kadaluarsa di gudang farmasi karena kurangnya pemantauan obat
yang mendekati ED”. Akar penyebab masalah selanjutnya dapat diidentifikasi
menggunakan diagram fishbone. Diagram fishbone merupakan alat untuk
mengidentifikasi, mengeksplorasi dan menggambarkan secara detail semua penyebab
yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Kategori penyebab permasalahan yang
digunakan sebagai start awal meliputi manpower (sumber daya manusia), material
(bahan baku), method (metode), dan machine (tools) atau melalui pendekatan lain yang
dimantapkan melalui brainstorming bersama rekan kerja di instansi, sehingga hasilnya
dirumuskan sebagai berikut (analog):
Analisis Penyebab Masalah
(Diagram Sirip Ikan/Fish Bone)

PENYEBAB AKIBAT

Materials Methods
Perhitungan perencanaan
obat dan BMHP yang
Pencatatan Tidak adanya kurang tepat
stok obat pada penandaan obat
kartu stok yang mendekati
sebelumnya kadaluarsa Penataan obat dari
kurang optimal penerimaan belum tertata
dengan baik
Kurang optimalnya
peresepan ketersediaan
obat tertentu

Penumpukan
obat kadaluarsa

Kurangnya sosialisasi antara


Kurang telitnya petugas
petugas farmasi dan dokter
dalam pengambilan obat
penulis resep tentang
yang akan kadaluarsa
ketersediaan obat

Machine/Tools
-
Man

D. Analisis Dampak Isu


Dampak yang mungkin terjadi apabila terjadi penumpukan obat kadaluarsa karena
kurangnya pemantauan adalah :
1. Tidak adanya control terhadap obat-obatan yang mendekati kadaluarsa sehingga
obat kadaluarsa bias saja terdistribusi ke pasien
2. Tidak adanya jaminan keamanan obat bagi pasien
3. Kualitas pelayanan obat menurun
4. Kinerja pelayanan farmasi terhambat
5. Kepercayaan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan menurun
E. Gagasan Pemecahan Isu

NO Gagasan Kegiatan Tahapan Kegiatan


1. Melakukan stock opname 1. Melakukan koordinasi awal dengan Kepala
secara berkala puskesmas
Menyelesaikan 2. Melakukan koordinasi dengan petugas
Pencatatan stok obat pada farmasi
kartu stok sebelumnya 3. Membuat jadwal stock opname
kurang optimal 4. Menyiapkan alat penunjang yang
dibutuhkan untuk stock opname seperti
buku catatan
5. Menghitung jumlah obat dan BMHP
disesuaikan dengan yang ada pada
LPLPO
6. Mencatat obat dan BMHP apa saja yang
mengalami kerusakan dan kadaluarsa dan
dipisahkan pada tempat tersendiri
7. Memberi tanda pada barang-barang yang
sudah dihitung untuk mencegah terjadinya
perhitungan ganda.
2. Pemberian label pada obat- 1. Melakukan koordinasi awal dengan
obat yang mendekati Kepala puskesmas
kadaluarsa 2. Melakukan koordinasi dengan petugas
Menyelesaikan farmasi
Tidak adanya penandaan 3. Mendata obat-obatan yang akan
obat yang mendekati kadaluarsa kurang dari 6 bulan
kadaluarsa 4. Menyiapkan desain, alat dan bahan yang
akan digunakan untuk membuat label
5. Membuat label penandaan obat expired
6. Menempel label penandaan pada rak atau
kemasan obat
3. Perhitungan perencanaan 1. Melakukan koordinasi awal dengan
kebutuhan obat yang benar Kepala puskesmas
dengan memperhatikan 2. Melakukan koordinasi dengan petugas
estimasi periode pengadaan, farmasi
safety stock lead time, dan 3. Daftar obat harus sesuai dengan
buffer stock formularium nasional
Menyelesaikan 4. Memperhatikan estimasi periode
Perhitungan perencanaan pengadaan, estimasi safety stock dan
obat dan BMHP yang kurang memperhitungkan leadtime.
tepat 5. Mengumpulkan data pemakaian
sebelumnya (data konsumsi).
6. Menghitung rencana kebutuhan obat
menggunakan metode yang sesuai
(metode konsumsi).

4. Penyimpanan obat yang baru 1. Melakukan koordinasi dengan petugas


diterima dengan system FIFO farmasi
FEFO 2. Penerimaan obat dan BMHP dengan
Menyelesaikan menyesuaikan dengan faktur
- Penataan obat dari 3. Pengecekan penerimaan obat dan BMHP
penerimaan belum tertata apakah ada kemasan yang rusak atau tidak
dengan baik 4. Jila obat dan BMHP yang diterima sudah
sesuai dengan faktur dan tidak ada
kemasan yang rusak maka dapat dilakukan
penyimpanan obat yang baru diterima
dengan system FIFO dan FEFO. Dengan
system FIFO obat baru yang diterima
ditempatkan dibelakang. System FEFO obat
yang diterima apabila tanggal
kadaluarsanya lebih Panjang dari obat yang
sudah ada di penyimpanan maka penataan
diletakkan di belakang, apabila tanggal
kadaluarsa lebih pendek daripada obat
yang sudah ada maka ditempatkan di
depan.

5. Sosialisasi lintas profesi 1. Melakukan koordinasi awal dengan Kepala


Menyelesaikan puskesmas
- Kurang optimalnya 2. Melakukan koordinasi antara petugas
peresepan farmasi
ketersediaan obat 3. Membuat daftar ketersediaan obat
tertentu 4. Sosialisasi dengan dokter penulis resep
- Kurangnya sosialisasi mengenai obat-obat apa saja yang tersedia
antara petugas dan tidak tersedia agar obat dapat
farmasi dan dokter terdistribusi dengan merata
penulis resep tentang
ketersediaan obat

2.LEARNING JOURNAL KE-2

https://drive.google.com/file/d/1KKOCitlo_wTGSexoMGYdCyxCh5UIQ3BL/view?usp=sha
ring

You might also like