Professional Documents
Culture Documents
1. Pengelolaan risiko dapat dilakukan danegan berbagai cara, salah satunya dengan
menggunakan instrumen derivatif.
a. Jelaskan pada situasi apa (mengantisipasi kondisi seperti apa) seseorang
memerlukan berada pada posisi short call dan long call (NB. tidak bersamaan)
b. Jelaskan pada situasi apa seseorang memerlukan berada pada posisi short put dan
long put (NB. tidak bersamaan)
c. Jelaskan pada situasi apa seseorang memerlukan berada pada posisi short forward
dan long forward (NB. tidak bersamaan)
d. Buatlah ilustrasi proses marking-to-market harian transaksi future atas pembelian
satu komoditas dan tunjukkan bagaimana posisi anda sejak awal samapai akhir
(settlement).
3. Sekuritisasi dan loan sales (SLS) merupakan aktivitas baru yang dilakukan oleh bank dan
mambawa perubahan serta dampak kepada model Bisnis bank dan pengambilan risiko
bank:
a. Mengapa dan bagaimana SLS mengubah model bisnis bank?
b. Diskusikan dampak-dampak yang timbul dari aktivitas SLS tersebut bagi lembaga
keuangan yang terlibat?
4. Dalam pengelolaan risiko likuiditas, bank harus sangat berhati-hati menentukan besaran
aset/liabilitas yang dipegangnya
a. jika bank mengalami risiko likuiditas, bagaimana/pilihan apa saja yang ia bisa
ambil untuk menjaganya?
b. manajemen likuiditas juga dikenal sebagai pisau bermata dua dan
mengindikasikan ada trade-off antara funding cost vs funding risk. bagaimana
menurut anda?
c. bagaimana bank run mempengaruhi risiko likuiditas dan bagaimana
menimimalkan peluang kejadiannya?
Soal dikembalikan beserta hasil ujian
1. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan
menggunakan instrumen derivatif.
a. Short Call:
Kegiatan menjual hak untuk membeli saham atau asset dalam rangka menantispasi
menurunnya harga saham atau aset tersebut ke harga strike price..
Long Call:
Membeli hak untuk membeli, rangka menantispasi naiknya harga saham atau aset
tersebut ke harga strike price
b. Short Put:
Menjual hak untuk menjual, yang diharapkan dari short put adalah harga asset dipasar
akan naik dimasa yang akan dating, sehingga orang yang membeli opsi tersebut tidak
akan mengeksekusinya karena harga asset dipasar pada saat itu diatas harga yang tertera
di opsi dan untuk dan orang yang menjual opsi tersebut pada posisi short put akan untung
sebesar premi yng didapatkan dari opsi tersebut.
Long put:
Membeli hak untuk menjual. Seseorang akan memerlukan pada posisi ini ketika orang
tersebut yakin bahwa harga asset dipasar akan turun dimasa yang akan datang, sehingga
nantiya pada saat membeli opsi orang tersebut dapat mengeksekusi opsi untuk menjual
asset dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga yang ada di pasar dan orang yang
membeli opsi tersebut pada posisi long put akan mendapatkan keuntungan sebesar selisih
harga pasar dengan harga opsi dikurangkan dengan premi.
c. Short Forward :
Seseorang memerlukan berada pada posisi short forward ketika orang tersebut yakin
bahwa harga asset dipasar akan turun dimasa yang akan datang.
Long Forward :
Long Forward digunkan ketika orang tersebut yakin bahwa harga asset yang ada dipasar
akan naik dimasa yang akan datang.
5. Jika terjadi financial distress, bank peserta dapat mengajuan klain jaminan sesuai
dengan mekanisme yang telah diatur.
6. LPS telah menetapkan mekanisme resolusi bank bermasalah , dengan 4 tipe
mekanisme penyelesaian masalah bank gagal yaitu :
a. Penyelesaian Bank Gagal Sistemik
b. Penyelesaian Bank Gagal Non Sistemik
c. Bank Gagal Non Sistemik – Likuidasi
3. Sekuritisasi dan loan sales (SLS) merupakan aktivitas baru yang dilakukan oleh bank dan
mambawa perubahan serta dampak kepada model Bisnis bank dan pengambilan risiko bank:
a. Model bisnis bank umumnya mendapatkan keuntungan atau returrn dari debitur pada saat
jatuh tempo, dengan menggukan SLS maka bank memperoleh dana yang dia salurkan ke
kredit lebih cepat dengan cara menjual kredit tersebut kepada bond holder sehingga dapat
mempergunakan cash yang diperoleh tersebut untuk disalurkan kembali kepada debitur
yang membutuhkan, artinya bank memperoleh pengembalian kredit lebih cepat dan dapat
terhindar dari risiko NPL
b. Kegiatan SLS ini juga dapat menimbulkan risiko diantaranya :
1. Pelunasan lebih awal akan mempengaruhi keuntungan atau yield yang diterima bank,
yang sebutulnya dapat diperoleh hingga kredit tersebut jatuh tempo
2. Suku bunga EBA akan mengalami fluktuasi harga akibat pengaruh dari perubahan
suku bunga Bank, harga EBA akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga.
3. Pemegang EBA akan mengalami kerugian apabila debitur dari asset jaminan
mengalami kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada waktunya atas
bunga dan pinjaman pokok.
4. Dalam pengelolaan risiko likuiditas, bank harus sangat berhati-hati menentukan besaran
aset/liabilitas yang dipegangnya
a. Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai
dalam jangka waktu tertentu. Misalnya: jika suatu pihak tidak dapat membayar
kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai.
Jika bank mengalami risiko likuiditas, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
bank tersebut, antara lain:
1. Bank dapat mengajukan pinjaman jangka pendek kepada bank lain
2. Bank Juga dapat melakukan pinjaman jangka pedek kepada pemerintah melalui bank
central (BI)
3. Melakukan penjualan Obligasi atau Saham
b. Bank memiliki kewajiban untuk menjaga permintaan dana seperti pembiayaan yang
diberikan, disisi lain bank dituntut untuk selalu menjaga penarikan dana yang
dititipkannya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara likuiditas dan profitabilitas yang umumnya
terjadi tarik kepentingan (trade-off), yaitu jika likuiditas tinggi, maka profitabilitas bank
akan rendah. Barlaku sebaliknya, jika likuiditas rendah maka profitabilitas bank akan
tinggi. Kondisi tersebut membutuhkan pengendalian instrumen atau alat-alat likuid yang
mudah ditunaikan guna memenuhi semua liabilitas bank yang segera dibayar dengan
menjaga efisiensi bank yang akan berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank. Jika
tidak, maka akan terjadi risiko likuiditas yang akhirnya akan mengganggu kegiatan
operasional bank.
Dalam usaha untuk meningkatkan jumlah funding bank juga terjadi trade-off antara
funding cost vs funding risk. Dana murah seperti giro dan tabungan memiliki cost of fund
yang kecil seperti yang kita ketahui suku bunga tabungan sangat rendah bahkan apabila
tabungan kita kecil pendapatan yang kita terima akan lebih kecil dibandingkan dengan
biaya administrasinya. Apabila bank memfokuskan untuk menggalang dana dalam bentuk
tabungan, bank akan diuntungkan karena akan membayar dengan cost of fund yang
rendah, namun bank memiliki risiko likuiditas yang tinggi yang disebabkan oleh terlalu
likuidnya dana-dana murah tersebut yang bisa ditarik sewaktu waktu. Dana-dana murah
memiliki funding risk yang tinggi namun funding cost yang rendah.
Sebaliknya deposito maupun suat utang yang diterbitkan oleh bank sebagai sumber dana
pemberian kredit, memiliki cost of fund yang tinggi namun memiliki tanggal jatuh tempo
yang jelas sehingga nasabah tidak dapat menarik dananya sewaktu waktu. Deposito dan
surat utang yang diterbitkan memiliki funding risk yang rendah namun funding cost yang
tinggi.
c. Bank run adalah kondisi dimana para nasabah uang yang menyimpan uang di bank
mencoba untuk mengambil uangnya dari bank tersebut, tetapi bank tidak memiliki uang
yang tersedia untuk memenuhi permintaan mereka.
Tidak semua uang yang disetor oleh nasabah disimpan on-site di bank. Bank diwajibkan
untuk menyediakan sejumlah uang kartal yang disetor nasabah apabila nasabah ingin
menarik uangnya. Bank menggunakan sisanya untuk memberikan pinjaman, melakukan
investasi dan beroperasi di pasar saham dan modal. Perbandingan berapa banyak uang
kartal yang bank wajib sediakan dan berapa banyak uang yang bank bisa
pinjamkan dinamakan reserve requirement ratio.
Contoh:
Apabila bank memiliki dana 5 milliar dan reserve requirement rationya 20%, bank dapat
memberikan hutang sebanyak 25 milliar.
Bank rush terjadi apabila nasabah-nasabah yang menyetor uang ingin mengambil uang
milik mereka sekaligus dan bank tidak mempunyai persediaan yang cukup untuk
memenuhi permintaan mereka. Nasabah pun banyak yang tidak mendapat uang mereka
dan bank mengalami kerugian (dalam reputasi dan aset).
Untuk megatasi masalah ini, maka pemerintah melakukan penjaminan terhadap dana
yang disimpan oleh nasabah, karena penjaminan tersebut akan menyebabkan para
nasabah merasa aman dan mempercayai sistem perbankan. Pemerintah juga dapat
bertindak sebagai the lender of the last resort, dengan memberikan bantuan likuiditas
kepada bank yang mengalami masalah likuiditas.