You are on page 1of 8

Fakultas Ekonomika dan Bisnis – Program Magister Manajemen

Universitas Gadjah Mada, Kampus Jakarta


Ujian Akhir Semester, Semester Gasal 2017/2018
Financial Risk Management
Dosen: Dr. Bowo Setiyono, M.Com.
Takehome exam | Durasi: 24 jam

Nama: Deri Firmansyah NIM: 15/391909/PIK/21355 Tandatangan: ______________

1. Pengelolaan risiko dapat dilakukan danegan berbagai cara, salah satunya dengan
menggunakan instrumen derivatif.
a. Jelaskan pada situasi apa (mengantisipasi kondisi seperti apa) seseorang
memerlukan berada pada posisi short call dan long call (NB. tidak bersamaan)
b. Jelaskan pada situasi apa seseorang memerlukan berada pada posisi short put dan
long put (NB. tidak bersamaan)
c. Jelaskan pada situasi apa seseorang memerlukan berada pada posisi short forward
dan long forward (NB. tidak bersamaan)
d. Buatlah ilustrasi proses marking-to-market harian transaksi future atas pembelian
satu komoditas dan tunjukkan bagaimana posisi anda sejak awal samapai akhir
(settlement).

2. Penjaminan simpanan ada sebagai salah satu mitigasi risiko


a. risiko utama apakah yang dimitigasi dengan penjaminan simpanan? Bagaimana?
b. adakah hubungan penjaminan simpanan dengan moral hazard, risiko bank dan
disiplin pasar?
c. adakah perbedaan hubungan tersebut antara rezim penjaminan secara eksplisit dan
secara implisit?
d. buatlah kronologis penjaminan simpanan di Indonesia

3. Sekuritisasi dan loan sales (SLS) merupakan aktivitas baru yang dilakukan oleh bank dan
mambawa perubahan serta dampak kepada model Bisnis bank dan pengambilan risiko
bank:
a. Mengapa dan bagaimana SLS mengubah model bisnis bank?
b. Diskusikan dampak-dampak yang timbul dari aktivitas SLS tersebut bagi lembaga
keuangan yang terlibat?

4. Dalam pengelolaan risiko likuiditas, bank harus sangat berhati-hati menentukan besaran
aset/liabilitas yang dipegangnya
a. jika bank mengalami risiko likuiditas, bagaimana/pilihan apa saja yang ia bisa
ambil untuk menjaganya?
b. manajemen likuiditas juga dikenal sebagai pisau bermata dua dan
mengindikasikan ada trade-off antara funding cost vs funding risk. bagaimana
menurut anda?
c. bagaimana bank run mempengaruhi risiko likuiditas dan bagaimana
menimimalkan peluang kejadiannya?
Soal dikembalikan beserta hasil ujian

Fakultas Ekonomika dan Bisnis – Program Magister Manajemen


Universitas Gadjah Mada, Kampus Jakarta
Ujian Akhir Semester, Semester Gasal 2017/2018
Financial Risk Management

Nama: Deri Firmansyah NIM: 15/391909/PIK/21355 Tandatangan: _______

Kerjakan di lembar jawaban yang tersedia.

1. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan
menggunakan instrumen derivatif.
a. Short Call:
Kegiatan menjual hak untuk membeli saham atau asset dalam rangka menantispasi
menurunnya harga saham atau aset tersebut ke harga strike price..
Long Call:
Membeli hak untuk membeli, rangka menantispasi naiknya harga saham atau aset
tersebut ke harga strike price

b. Short Put:
Menjual hak untuk menjual, yang diharapkan dari short put adalah harga asset dipasar
akan naik dimasa yang akan dating, sehingga orang yang membeli opsi tersebut tidak
akan mengeksekusinya karena harga asset dipasar pada saat itu diatas harga yang tertera
di opsi dan untuk dan orang yang menjual opsi tersebut pada posisi short put akan untung
sebesar premi yng didapatkan dari opsi tersebut.
Long put:
Membeli hak untuk menjual. Seseorang akan memerlukan pada posisi ini ketika orang
tersebut yakin bahwa harga asset dipasar akan turun dimasa yang akan datang, sehingga
nantiya pada saat membeli opsi orang tersebut dapat mengeksekusi opsi untuk menjual
asset dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga yang ada di pasar dan orang yang
membeli opsi tersebut pada posisi long put akan mendapatkan keuntungan sebesar selisih
harga pasar dengan harga opsi dikurangkan dengan premi.
c. Short Forward :
Seseorang memerlukan berada pada posisi short forward ketika orang tersebut yakin
bahwa harga asset dipasar akan turun dimasa yang akan datang.
Long Forward :
Long Forward digunkan ketika orang tersebut yakin bahwa harga asset yang ada dipasar
akan naik dimasa yang akan datang.

d. Waktu Action Cash Flow


Investor membeli future contract $
Senin Pagi 500.000 yang jatuh tempo dalam 2 hari IDR 6,600,000,000.00
dengan kurs IDR 13.200
Harga Future naik menjadi IDR 13.500 Investor terima $ 500.000 x (13.500-
Senin Penutupan
Kontrak di Mark-to-Market 13.200) = IDR 150.000.000
2. Harga Future turun menjadi IDR 13.000 Investor terima $ 500.000 x (13.500-
Selasa Penutupan
Kontrak di Mark-to-Market 13.000) = IDR 250.000.000
1. Investor Bayar 500.000 x (13.000-
Harga Future turun menjadi IDR 12.900
12.900) = 50.000.000
Rabu Penutupan 1. Investor Bayar 500.000 x 12.900 =
1. Kontrak di Mark-to-Market
6.450.000.000
2. Investor Menyerahkan $ 500.000 Net Loss = 150.000.000

Penjaminan simpanan ada sebagai salah satu mitigasi risiko


a. Risiko utama yang dimitigasi dengan penjamin simpanan adalah risiko likuiditas, dimana
penjamin simpanan difungsikan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk
menyimpan dana di institusi perbankan nasional. Penjamin simpanan memitigasi risiko
likiuditas yang mungkin terjadi oleh institusi perbankan nasional, akibat adanya bank
rush. Dengan ketentuan penjaminan, penjamin simpanan mengambil risiko penarikan
dana oleh nasabah retail yang dapat menyebabkan perbankan mengalami financial default
akibat tidak mampu mengembalikan dana simpanan masyarakat.

b. Hubungan Penjaminan Simpanan dengan Moral Hazard :


Moral hazard pemegang saham terhadap deposan atau lembaga penjamin simpanan bisa
dicegah melalui kontrol yang dilakukan deposan atas dana yang ditempatkan di bank
tersebut, namun dengan adanya penjaminan simpanan maka disiplin pasar dapat melemah
karena sebagian kontrol telah diserahkan kepada pihak lembaga penjamin simpanan.
Kondisi ini akan semakin buruk ketika skema penjaminan dilakukan secara penuh atau
setidaknya terbatas namun dengan cover jaminan yang relative tinggi yang disertai
pembebanan premi flat bagi semua bank untuk penjaminan deposito diterapkan, tidak
membedakan antara bank sehat dengan bank tidak sehat. Di sisi lain, pemegang saham
mempunyai insentif untuk mengambil risiko eksesif, karena kegagalan bank akan
ditanggung lembaga penjamin simpanan. Semestinya lembaga penjamin melakukan
kontrol terhadap bank, namun bila lembaga penjamin gagal mengontrol bank, maka
berakibat pada pembayar pajak yang menanggungnya. Oleh karena itu agar kontrol risiko
oleh deposan dapat dilakukan, perlu adanya transparasi informasi dan penurunan nilai
penjaminan simpanan.

Hubungan Penjaminan simpanan dan risiko bank :


Penjaminan simpanan dan risiko bank memiliki hubungan yang negative, Penjaminan
simpanan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi perbankan dan
memperkecil risiko bank rush. Kepercayaan masyarakat yang meningkat juga akan
meningkatkan simpanannya pada perbankan sehingga perbankan dapat lebih leluasa
untuk menjalankan peranannya sebagai lembaga intermediaries dan menggerakan
perekonomian negara.

Hubungan Penjaminan simpanan dan disiplin pasar :


Penjaminan simpanan dan disiplin pasar memiliki hubungan yang negative dimana
dengan adanya penjaminan simpanan maka disiplin pasar akan melemah. Kontrol
dilakukan dengan memindahkan penempatan dana mereka ke institusi lain. Namun,
terdapat beberapa kebijakan dapat meningkatkan disiplin pasar, antara lain pembatasan
jumlah yang dijamin, pembatasan jenis yang dijamin dan pengaturan prioritas pembagian
hasil likuidasi bank.

c. Secara eksplisit, pemerintah menjamin simpanan masyarakat melalui kebijakan blanket


guarantee dan LPS. Sedangkan, secara implisit merupakan persepsi masyarakat adanya
jaminan terselebung bank central atas keberlangsungan sebuah bank. Sedikit terdapat
perbedaan hubungan penjaminan simpanan, moral hazard dan risiko bank pada rezim
explisit dan implisit, antara lain :
 Secara implisit, hubungan negative dengan moral hazard akan semakin kecil,
dikarenakan manajemen perbankan harus melakukan syarat yang panjang untuk
dapat memenuhi kriteria memperoleh fasilitas jaminan dari pemerintah (dhi bank
sentral, atau insitusi yang ditunjuk;LPS).
 Selain itu, secara penjaminan simpanan secara implisit akan meningkatkan
disiplin pasar, karena masyarakat akan lebih berhati-hati dan awas dalam
menempatkan dananya di perbankan yang sehat (kredibel).
 Namun secara implisit, dibutuhkan waktu untuk membangun kepercayaan
masyarakat terhadap sector perbankan, dan dapat dijalankan saat kondisi system
keuangan sebuah negara telah resilient terhadap risiko pasar. Sehingga, untuk
Indonesia penjaminan simpanan secara eksplisit masih diperlukan untuk
mendorong stabilitas system keuangan, walaupun akan dikurangi seiring dengan
menguatnya kondisi perbankan.

d. Kronologis atau Mekanisme penjaminan simpanan di Indonesia


1. Krisis keuangan di Indonesia pada Tahun 1997-1998 menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat dan fenomena bank rush yang menyebabkan banyak
bank masuk dalam kategori bank default dan harus dicabut izin operasionalnya.
2. Untuk meredam dampak dari krisis tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan
blanket guarantee yang menjamin seluruh pinjaman para deposan, kreditor dan
investor yang ada di perbankan.
3. Namun,
4. Baik pihak Bank dan Nasabah harus memenuhi kriteria dari LPS untuk dapat
menerima penjaminan dari LPS.

Kriteria Bank Kriteria Nasabah


Kebijakan Blanket Guarantee Tahun 1998-2000
Seluruh perbankan konvensional yang beroperasi Seluruh deposan (Deposito dengan
diwilayah Indonesia. rentang bunga khusus, Giro dan
Tabungan) tanpa syarat khusus.
Transaksi yang dijamin adalah seluruh simpanan
(kewajiban bank) pihak ketiga termasuk off
balance sheet.
UU LPS No 24 Tahun 2004
Bertujuan untuk meningkatkan disiplin pasar dan mengurangi timbulnya moral
hazard.
Setiap bank yang masuk kedalam syarat Deposan yang memiliki jenis
kepesertaan LPS wajib menjadi peserta Simpanan dijamin yang meliputi
penjaminan (Bank Konvensional, Bank Syariah, giro, deposito, sertifikat deposito,
BPR, Bank Asing) tabungan, dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu.
Bank peserta tercatat menunaikan kewajiban
seperti membayar premi penjaminan dan saldo yang dijamin untuk setiap
kontirbusi kepesertaan, melengkapi dokumen nasabah pada satu bank adalah
kepesertaan, memberikan laporan secara paling banyak sebesar Rp 2 Milyar
periodic, menyampaikan suku bunga wajar LPS
diseluruh kantor layanan, dst Serta beberapa ketentuan lainnya.

5. Jika terjadi financial distress, bank peserta dapat mengajuan klain jaminan sesuai
dengan mekanisme yang telah diatur.
6. LPS telah menetapkan mekanisme resolusi bank bermasalah , dengan 4 tipe
mekanisme penyelesaian masalah bank gagal yaitu :
a. Penyelesaian Bank Gagal Sistemik
b. Penyelesaian Bank Gagal Non Sistemik
c. Bank Gagal Non Sistemik – Likuidasi

3. Sekuritisasi dan loan sales (SLS) merupakan aktivitas baru yang dilakukan oleh bank dan
mambawa perubahan serta dampak kepada model Bisnis bank dan pengambilan risiko bank:
a. Model bisnis bank umumnya mendapatkan keuntungan atau returrn dari debitur pada saat
jatuh tempo, dengan menggukan SLS maka bank memperoleh dana yang dia salurkan ke
kredit lebih cepat dengan cara menjual kredit tersebut kepada bond holder sehingga dapat
mempergunakan cash yang diperoleh tersebut untuk disalurkan kembali kepada debitur
yang membutuhkan, artinya bank memperoleh pengembalian kredit lebih cepat dan dapat
terhindar dari risiko NPL
b. Kegiatan SLS ini juga dapat menimbulkan risiko diantaranya :
1. Pelunasan lebih awal akan mempengaruhi keuntungan atau yield yang diterima bank,
yang sebutulnya dapat diperoleh hingga kredit tersebut jatuh tempo
2. Suku bunga EBA akan mengalami fluktuasi harga akibat pengaruh dari perubahan
suku bunga Bank, harga EBA akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga.
3. Pemegang EBA akan mengalami kerugian apabila debitur dari asset jaminan
mengalami kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada waktunya atas
bunga dan pinjaman pokok.
4. Dalam pengelolaan risiko likuiditas, bank harus sangat berhati-hati menentukan besaran
aset/liabilitas yang dipegangnya
a. Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai
dalam jangka waktu tertentu. Misalnya: jika suatu pihak tidak dapat membayar
kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai.
Jika bank mengalami risiko likuiditas, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
bank tersebut, antara lain:
1. Bank dapat mengajukan pinjaman jangka pendek kepada bank lain
2. Bank Juga dapat melakukan pinjaman jangka pedek kepada pemerintah melalui bank
central (BI)
3. Melakukan penjualan Obligasi atau Saham
b. Bank memiliki kewajiban untuk menjaga permintaan dana seperti pembiayaan yang
diberikan, disisi lain bank dituntut untuk selalu menjaga penarikan dana yang
dititipkannya dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara likuiditas dan profitabilitas yang umumnya
terjadi tarik kepentingan (trade-off), yaitu jika likuiditas tinggi, maka profitabilitas bank
akan rendah. Barlaku sebaliknya, jika likuiditas rendah maka profitabilitas bank akan
tinggi. Kondisi tersebut membutuhkan pengendalian instrumen atau alat-alat likuid yang
mudah ditunaikan guna memenuhi semua liabilitas bank yang segera dibayar dengan
menjaga efisiensi bank yang akan berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank. Jika
tidak, maka akan terjadi risiko likuiditas yang akhirnya akan mengganggu kegiatan
operasional bank.
Dalam usaha untuk meningkatkan jumlah funding bank juga terjadi trade-off antara
funding cost vs funding risk. Dana murah seperti giro dan tabungan memiliki cost of fund
yang kecil seperti yang kita ketahui suku bunga tabungan sangat rendah bahkan apabila
tabungan kita kecil pendapatan yang kita terima akan lebih kecil dibandingkan dengan
biaya administrasinya. Apabila bank memfokuskan untuk menggalang dana dalam bentuk
tabungan, bank akan diuntungkan karena akan membayar dengan cost of fund yang
rendah, namun bank memiliki risiko likuiditas yang tinggi yang disebabkan oleh terlalu
likuidnya dana-dana murah tersebut yang bisa ditarik sewaktu waktu. Dana-dana murah
memiliki funding risk yang tinggi namun funding cost yang rendah.
Sebaliknya deposito maupun suat utang yang diterbitkan oleh bank sebagai sumber dana
pemberian kredit, memiliki cost of fund yang tinggi namun memiliki tanggal jatuh tempo
yang jelas sehingga nasabah tidak dapat menarik dananya sewaktu waktu. Deposito dan
surat utang yang diterbitkan memiliki funding risk yang rendah namun funding cost yang
tinggi.
c. Bank run adalah kondisi dimana para nasabah uang yang menyimpan uang di bank
mencoba untuk mengambil uangnya dari bank tersebut, tetapi bank tidak memiliki uang
yang tersedia untuk memenuhi permintaan mereka.
Tidak semua uang yang disetor oleh nasabah disimpan on-site di bank. Bank diwajibkan
untuk menyediakan sejumlah uang kartal yang disetor nasabah apabila nasabah ingin
menarik uangnya. Bank menggunakan sisanya untuk memberikan pinjaman, melakukan
investasi dan beroperasi di pasar saham dan modal. Perbandingan berapa banyak uang
kartal yang bank wajib sediakan dan berapa banyak uang yang bank bisa
pinjamkan dinamakan reserve requirement ratio. 
Contoh:
Apabila bank memiliki dana 5 milliar dan reserve requirement rationya 20%, bank dapat
memberikan hutang sebanyak 25 milliar.
Bank rush terjadi apabila nasabah-nasabah yang menyetor uang ingin mengambil uang
milik mereka sekaligus dan bank tidak mempunyai persediaan yang cukup untuk
memenuhi permintaan mereka. Nasabah pun banyak yang tidak mendapat uang mereka
dan bank mengalami kerugian (dalam reputasi dan aset).
Untuk megatasi masalah ini, maka pemerintah melakukan penjaminan terhadap dana
yang disimpan oleh nasabah, karena penjaminan tersebut akan menyebabkan para
nasabah merasa aman dan mempercayai sistem perbankan. Pemerintah juga dapat
bertindak sebagai the lender of the last resort, dengan memberikan bantuan likuiditas
kepada bank yang mengalami masalah likuiditas.

You might also like