You are on page 1of 70

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS

SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI


INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN MATERI
JARINGAN KOMPUTER MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IX-I SMPN 5
TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2019/2020

LAPORAN HASIL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan
Pangkat Golongan III/d ke IV/a

Disusun Oleh:

IDA AYU MIMA MAULIDYA, S.Pd, S.Kom


NIP. 1981019 200801 2 014

Unit Kerja: SMP Negeri 5 Tulungagung

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA


KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOPEMBER 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian :

“Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Pada Mata


Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan
Komputer Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I
SMPN 5 Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020”

Identitas :

Nama : IDA AYU MIMA MAULIDYA, S.Pd, S.Kom

NIP : 1981019 200801 2 014

Pangkat / Gol : Penata Tk. I, III/d

Unit Kerja : SMP Negeri 5 Tulungagung

Lokasi Penelitian : SMP Negeri 5 Tulungagung

Lama Penelitian : 3 Bulan (Agustus – Nopember 2019)

Biaya Penelitian : Mandiri

Kepala Sekolah Tulungagung, 30 Nopember 2019


SMP Negeri 5 Tulungagung Peneliti

SUYATNO, S.Pd, M.M IDA AYU MIMA M, S.Pd, S.Kom


NIP. 19620807 198512 1 001 NIP. 19810119 200801 2 014

Mengetahui,
Ketua PGRI Cabang Tulungagung

Drs. NURSALIM, M.PdI


NPA. 13161440368

ii
LEMBAR PUBLIKASI

Judul PTK

“Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Pada Mata


Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan
Komputer Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I
SMPN 5 Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020”

Identitas :

Nama : IDA AYU MIMA MAULIDYA, S.Pd, S.Kom

NIP : 1981019 200801 2 014

Pangkat / Gol : Penata Tk. I, III/d

Unit Kerja : SMP Negeri 5 Tulungagung

Lokasi Penelitian : SMP Negeri 5 Tulungagung

Lama Penelitian : 3 Bulan (Agustus – Nopember 2019)

Biaya Penelitian : Mandiri

Dipublikasikan dan didokumentasikan di perpustakaan SMP Negeri 5


Tulungagung pada Tanggal :

Kepala Perpustakaan
SMP Negeri 5 Tulungagung

NONIKA DEWI, S.Pd


NIP. 19801208 200801 2 015

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan hasil penelitian
tindakan kelas ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Penyusunan laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa penyusunan karya tulis ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan sehingga saran dan kritik demi kesempurnaan sangat dibutuhkan.
Besar harapan penulis semoga karya tulis ini memberikan manfaat kepada
berbagai pihak pada umumnya dan penulis khususnya.

Tulungagung, 31 Nopember 2019

Penulis

iv
ABSTRAK

Ida Ayu Mima Maulidya, S.Pd, S.Kom. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan
Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan
Komunikasi dengan materi Jaringan Komputer Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung
Semester I Tahun 2019/2020.

Keyword : Hasil Belajar, Aktivitas Siswa, STAD, Teknologi Informasi dan


Komunikasi

Hambatan selama ini dalam pembelajaran TIK adalah kurang dikemasnya


pembelajaran TIK dengan metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan.
Para guru sering kali menyampaikan materi TIK apa adanya, sehingga
pembelajaran TIK cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa
yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Disisi lain juga
ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran TIK masih rendah..
Agar pembelajaran TIK menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai cara yang cukup efektif
adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions).
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
penelitian tindakan. Penelitian tindakan kelas dengan empat tahap yang dilalui
yaitu: perencanaan (rencana pelaksanaan), pelaksanaan (prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas), pengamatan atau pengumpulan data, refleksi
(Arikunto, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan: 1) Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IX-I SMPN 5 Tulungagung. Model pembelajaran STA dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar menjadi
maksimal. 2) Hasil belajar siswa meningkat dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Hal ini terbukti pada hasil penelitian tindakan yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas pembelajaran siswa. Ketuntasan meningkat semula pada
pra siklus hanya 16,67%, siklus I 55,56% dan pada siklus II sebesar 97,22%.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi materi
Jaringan Komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara meyakinkan.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii

LEMBAR PUBLIKASI...................................................................................iii

KATA PENGANTAR......................................................................................iv

ABSTRAK.........................................................................................................v

DAFTAR ISI....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..................................................................................4

D. Manfaat Penelitian................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................6

A. Keaktifan Siswa....................................................................................6

B. Hasil Belajar Siswa...............................................................................7

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.........................................9

D. Mata Pelajaran TIK............................................................................19

E. Materi Jaringan Komputer..................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................18

A. Subyek Penelitian.............................................................................. 28

B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus.......................................................... 29

C. Teknik Analisis Data......................................................................... 35

vi
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................37

A. Deskripsi Hasil Penelitian..................................................................37

1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus..................................................37

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I.......................................................40

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II....................................................43

B. Pembahasan Hasil Penelitian..............................................................46

1. Pembahasan Siklus I.......................................................................46

2. Pembahasan Siklus II.....................................................................49

3. Kesimpulan Antara Pra siklus, Siklus I dan Siklus II....................51

BAB V PENUTUP..........................................................................................54

A. Kesimpulan.........................................................................................54

B. Saran - saran.......................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum TIK disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
teknologi informasi dan komunikasi. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak
hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik ,tetapi
bersumber pada modal perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengembangan kurikulum TIK merespons secara positif berbagai
perkembangan informasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi
program pembelajaran TIK dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
Kompetensi TIK menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Penguasaan kecakapan hidup, penguasaan prinsip–
sosial, ekonomi, budaya dan kewarganegaraan sehingga tumbuh generasi yang
kuat dan berakhlak mulia.
Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran TIK maka
seharusnya pembelajaran disekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi,
menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar mengajar
mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan
ajar dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung.
Dari uraian diatas dapat asumsikan bahwa mata pelajaran TIK
mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang
menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran TIK adalah kurang
dikemasnya pembelajaran TIK dengan metode yang menarik, menantang, dan
menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi TIK apa adanya,
sehingga pembelajaran TIK cenderung membosankan dan kurang menarik
minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang
memuaskan. Disisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran TIK masih rendah. Setidaknya ada tiga indikator yang
menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk
menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki

1
2

kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan ketiga, siswa belum


terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.
Pembelajaran mata pelajaran TIK sering dianggap suatu kegiatan yang
membosankan , kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait
dengan kehidupan seharian. Akibatnya banyak kritikan yang ditujukan kepada
guru–guru yang mengajarkan TIK, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan
siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi TIK oleh siswa, dan
kurangnya variasi pembelajaran. Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam
kehidupan anak. Dikatakan demikian, karena (1) adanya keterlibatan siswa
dalam menyusun dan membuat perencanaan proses mengajar, (2) adanya
keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang
dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
SMP Negeri 5 Tulungagung merupakan lembaga pendidikan dengan
salah satu mata pelajarannya adalah teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IX-I
ditemukan fakta bahwa pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran teknologi
informasi dan komunikasi dengan materi jaringan komputer belum terlaksana
dengan optimal. Siswa cenderung tidak bersemangat, suasana belajar di kelas
terlihat tidak aktif serta hasil belajar siswa masih banyak yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.
Pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan
materi Jaringan Komputer, SMP Negeri 5 Tulungagung menerapkan metode
yang sering digunakan guru yaitu metode kelompok. Metode yang diterapkan
tersebut kurang melibatkan keaktifan siswa, banyak siswa yang masih pasif
dan hanya menjadi pendengar saja dalam pembelajaran. Padahal, metode
kelompok menurut Ramayulis (2005) adalah penyajian materi dengan cara
pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu pada siswa/kelompok
belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Jika siswa
hanya menjadi pendengar yang pasif tanpa bergairah untuk berdiskusi, maka
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut menjadi salah satu
3

permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus dipecahkan oleh


guru. Permasalahan tersebut apabila tidak segera diselesaikan maka akan
memperlambat pencapaian tujuan pembelajaran TIK dan mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Agar pembelajaran TIK menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai cara yang cukup
efektif adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions). Oleh karena itu, perlu
diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran TIK. STAD atau Tim
Siswa-Kelompok Prestasi yaitu jenis pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Dalam STAD, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
dengan anggota 3-6 orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru
menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran. Akhirnya, seluruh siswa
dikenai kuis tentang materi itu dan mereka tidak boleh saling membantu
mengerjakan kuis.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil yang jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok (Trianto, 2009:68).
Adapun dalam materi jaringan komputer pada kelas IX-I SMPN 5
Tulungagung dapat disajikan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II,
tindakan kelas pada siklus II dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
terkait materi “jaringan komputer”.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah menarik jika dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas yang difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan bagaimana peningkatannya pada hasil belajar siswa pada
materi Jaringan Komputer mata pelajaran TIK di Kelas IX-I SMPN 5
Tulungagung. Dengan demikian maka peneliti mengangkat judul “Upaya
4

Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran


Teknologi Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan Komputer
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I SMPN 5
Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi
Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan Komputer Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I SMPN 5
Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan
Komputer Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I
SMPN 5 Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020?

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi
Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan Komputer Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I SMPN 5
Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi dengan materi Jaringan
Komputer Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I
SMPN 5 Tulungagung Semester I Tahun 2019/2020

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai manfaat yang cukup besar, baik secara teoritis
maupun secara praktis bagi siswa, guru, sekolah (lembaga). Berikut
disampaikan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
5

1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan bagi dunia
pendidikan pada umumnya dan pendidikan SMP pada khususnya.
b. Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa
c. Penelitian ini sebagai dasar pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan menganalisis dan menemukan masalah dalam
pembelajaran siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa :
1) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2) Dapat dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
3) Dapat meningkatkan hasil belajar jika pembelajaran berjalan
dengan aktif
b. Bagi Guru
1) Sebagai bahan acuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dengan media yang paling efektif
2) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran
3) Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang menarik bagi
siswa
c. Bagi sekolah
1) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah itu sendiri.
2) Dapat mendukung terwujudnya hasil siswa yang berkualitas.
3) Dapat mengurangi permasalahan dalam pembelajaran.
4) Sekolah memiliki guru atau pengajar yang berpotensi dan mampu
untuk mengelola pembelajaran bagi siswa dan kelas
5) Kondisi dan situasi pendidikan akan terasa lebih kondusif dan
semangat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KEAKTIFAN SISWA
Belajar merupakan wujud tindakan keaktifan siswa. Keaktifan berasal
kata dasar aktif yang berarti giat atau sibuk, sedangkan keaktifan adalah
kegiatan atau kesibukan (Depdiknas, 2007). Menurut Hamalik (2009) Belajar
adalah suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Sedangkan
menurut Djamarah (2014), “Belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar”. Aktivitas
belajar diartikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar
dalam situasi belajar-mengajar (Hamalik, 2009).
Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk belajar lebih aktif dalam
menggali informasi. Sesuai dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
dimana sistem pembelajaran lebih menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional untuk dapat memperoleh hasil belajar yang
merupakan perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) menurut Hamalik (2013) adalah
pendekatan dalam pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa, yang
merupakan inti dari kegiatan belajar.Dalam konsep CBSA kegiatan belajar
diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti berdiskusi, mendengarkan,
membuat sesuatu, memecahkan masalah, memberikan gagasan, menyusun
rencana, dan sebagainya. Konsep tersebut merupakan cara pembelajaran
secara aktif.Pembelajaran secara aktif merupakan suatu metode pembelajaran
yang mampu membuat siswa menjadi lebih aktif (Amri, 2015).
Menurut Uno (2013) pembelajaran aktif merupakan proses
pembelajaran dimana seorang guru harus mampu menciptakan suasana agar
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya.
Dalam pembelajaran secara aktif, anak didik tidak hanya sekedar
mendengarkan penjelasan dari guru, namun perlu dituntut pula untuk aktif
belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi untuk memecahkan suatu
masalah, dan peran guru hanyalah membimbing sekaligus mengarahkan.

6
7

Aktivitas belajar di dalam kelas tersebut akan terwujud apabila terjadi


interaksi antar warga kelas. Menurut Daryanto, dkk., (2007) sebuah proses
belajar dikatakan aktif apabila mengandung: 1) Keterlekatan pada tugas, 2)
Tanggung jawab. 3) Motivasi.
Menurut Kosasih (2015) macam aktivitas siswa meliputi: 1) Aktivitas
fisik, misalnya, dengan kegiatan mengamati, mendengarkan, menyentuh,
melakoni, dan sejumlah aktivitas fisik yang lain. 2) Aktivitas mental,
misalnya, dengan bertanya, memikirkan,menanggapi, menyimpulkan,
menilai.3) Aktivitas emosional, misalnya, dengan menanggapi, merefleksi.4)
Aktivitas sosial, misalnya, dengan berdiskusi, menyatakan simpati, kerjasama
kelompok.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dirangkum bahwa
keaktifan siswa merupakan segala tindakan oleh siswa untuk dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk
lebih aktif belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi, bukan hanya
sekedar menerima informasi dari guru.

B. HASIL BELAJAR SISWA


1. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian mengenai belajar menurut beberapa
ahli, antara lain yaitu:
a. Menurut Depdiknas (2007) berarti: penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atas angka nilai yang diberikan guru
b. Menurut Suryabrata (2006), nilai merupakan perumusan terakhir yang
dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa
selama masa tertentu.
c. Menurut Komsiyah (2012), belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
8

baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau


keluarganya sendiri.
Apabila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses
mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar
sudah tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya apabila ada
yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar ini
akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil belajar
(Sudirman, 2011). Agar memperoleh hasil yang maksimal, proses belajar
mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi
secara baik. Dengan demikian hasil belajar adalah sejumlah kompetensi
yang diperoleh seseorang setelah menjalani proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Komsiyah (2012), secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam:
a. Faktor internal (faktor dari siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani
siswa.
1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, dan sebagainya semua akan membantu dalam proses dan
hasil belajar. Misalnya pada anak yang kurang gizi, sebab mereka
akan mudah lelah dan capek, mudah ngantuk dan akhirnya tidak
mudah dalam menerima pelajaran.
2) Faktor Psikologis
Setiap manusia atau siswa pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya perbedaan-perbedaan ini
akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing.
Diantaranya yaitu intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motivasi,
kognitif dan daya nalar. Perkembangan kognitif anak dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, pengalaman, dan informasi yang
dimilikinya.
9

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi di sekitar siswa.
1) Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan
sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki
ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan suasana
belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam
ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun
hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas
merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar.
Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu
lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu, sekolah hendaknya
didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan. Faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum,
sarana prasarana, guru, dan metode pembelajaran.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Devision)
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang
mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan didukung
10

oleh komponen lainnya, seperti kurikulum, dan fasilitas belajar mengajar.


Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. 
Trianto (2009:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia
yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran
secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna
kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang diawali dengan persiapan
mengajar (prainstruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan
diakhiri penilaian atau evaluasi. Kunci pokok pembelajaran ada pada guru
(pengajar), tetapi bukan berarti hanya guru yang aktif sedang murid pasif.
Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama
menjadi subjek pembelajaran agar proses pembelajaan dapat berlangsung
optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi
pada kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga
siswa dapat belajar bersama dalam suasana kelompok.
Menurut Isjoni (2012:14) metode pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk
memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman dan saling memberikan pendapat. Menurut Wina Sanjaya
(2009: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
11

dengan sistem pengelompokkan kecil antara 4-6 orang secara heterogen


dari sisi kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, maupun suku.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung
unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam melakukan kerja
kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam suasana belajar
berkelompok.
Menurut Johnson & Johnson, 1994 dan Sutton, 1992 (dalam Trianto,
2009:60) terdapat lima unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu sebagai berikut :
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa
Dalam pembelajaran kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini
terjadi bila seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan 15
berlangsung secara alamiah karena kegagalan seorang dalam
kelompok mempengaruhi kesuksesannya kelompok. Interaksi yang
terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya dapat sekedar
“memboncang” pada hasil kerja teman siswa dan teman
sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
12

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi


yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lainnya dalam kelompoknya.

e. Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan
bahwa mereka akanmencapai tujuan dengan baik dan membuat
hubungan kerja yang baik.
Salah satu tipe pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran
kooperatif adalah tipe STAD. STAD atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi
yaitu jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD,
siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 3-6
orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru menyajikan pelajaran
dan siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh  anggota 
tim  telah  menguasai pelajaran. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis
tentang materi itu dan mereka tidak boleh saling membantu mengerjakan
kuis.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil yang jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok
(Trianto, 2009:68)
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD)
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division(STAD). Adapun langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) antara lain:
13

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen


seperti menurut prestasi, jenis kelamin dan suku,
b. Guru menyajikan pelajaran, dan
c. Guru memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti, dapat menjelaskan
pada anggota lainya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti (Trianto, 2009:70)
3. Kelemahan dan Keunggulan Kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat
besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk
aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
a. Kelemahan
Menurut Isjoni, (2012:62) kelemahan pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah antara lain sebagai berikut:
1) Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvesional (yang hanya penyajian materi dari
guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan yang
relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang
menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja
kelompok dan tes individual. Sedangkan pembentuk kelompok
dan piñata ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian,
dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk
pembentukan kelompok dan penata ruang kelas.
2) Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru
dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator.
b. Kelebihan
Menurut Rusman (2011:204) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah antara lain sebagai berikut:
14

1) Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab, yaitu belajar untuk


dirinya sendiri dan membantu sesame anggota kelompok untuk
belajar,
2) Siswa saling membelajarkan sesame siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif
dari pada pembelajaran guru,
3) Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompotisi yang
terjadi di kelas menjadi lebih hidup,
4) Prestasi belajar dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh
semua anggota kelompok,
5) Kuis yang terdapat pada langkah pembeleajaran membuat siswa
lebih termotivasi,
6) Kuis tersebut meningkatkan tanggung jawab individu, karena nilai
akhir kelompok dipengaruhi nilai khusus yang dikerjakan secara
individu,
7) Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran, dan
8) Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah
memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak
rendah supaya nilai kelompok baik
4. Hasil Belajar TIK
Belajar merupakan tugas pokok dari setiap siswa agar dapat sukses di
sekolah. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap
manusia sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Misalnya perubahan yang
terjadi dari tidak tahu menjadi tahu, atau dari tidak mengerti menjadi
mengerti yang terjadi pada anak-anak sekolah maupun bukan anak
sekolah.
Wina Sanjaya (2009:57), menurutnya belajar adalah proses perubahan
tingkah laku. Namun demikian kita akan sulit melihat bagaimana proses
terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, oleh karena
perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan sistem syaraf dan
perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh sebab itu, terjadinya
15

proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri, atau para ahli
psikologi menamakannya sebagai kotak hitam (black box).
Menurut Skinner yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2006:9),
belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pelajar,
2) respon si pelajar, dan
3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat
terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi, perilaku respon si pembelajar yang baik diberi hadiah.
Sebaliknya, perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan
hukuman.
Berdasarkan pendapat di atas, belajar merupakan usaha menguasai
hal-hal yang baru atau peningkatan kemampuan seseorang dalam
memahami sesuatu sehingga ada perubahan yang mengarah kepada
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sebagai dampak dari
aktivitas belajar yang dilakukan, akan meningkatkan kemampuan belajar
siswa sehingga akan dapat memberikan hasil belajar yang maksimal di
sekolah sebagai pencerminan kemampuan belajar siswa, yang lazim
dikenal dengan istilah hasil atau prestasi belajar.
Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya
perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari
segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap
suatu objek.
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar dapat diartikan sebagai
hasil yang dicapai siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar
siswa merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan
menggunakan tes hasil belajar atau evaluasi belajar siswa, di mana hasil
belajar yang dimaksud dalam kajian ini adalah hasil belajar pada pelajaran
TIK.
16

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik dari diri maupun dari luar diri siswa.
Pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam
membantu siswa mencapai hasil  belajar yang sebaik-baiknya. Di samping
itu, diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan
dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi siswa
sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini agar
siswa tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar.
Menurut Suryabrata (2010:233) factor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri, digolongkan menjadi faktor fisiologis
dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal
dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi faktor nonsosial dan faktor
sosial.
a. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: tonus jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-fungsi
fisiologis tertentu. (Suryabrata, 2010:235). Tonus jasmani memiliki 
pengaruh yang cukup kuat terhadap proses belajar siswa. Keadaan
jasmani yang sehat dan segar akan mempermudah siswa dalam
menerima pelajaran dibandingkan keadaan jasmani yang kurang
sehat. Sedangkan fungsi-fungsi fisiologis tertentu seperti pancaindera
juga memiliki pengaruh terhadap pehaman siswa dalam menerima
materi pelajaran. Suryabrata (2010:236) mengemukakan bahwa
baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar
itu berlangsung dengan baik. Dalam proses belajar, pancaindera yang
memiliki peran penting adalah mata dan telinga. Melalui mata siswa
dapat melihat berbagai hal baru yang sebelumnya tidak ia ketahui dan
dengan telinga siswa mampu mendengarkan berbagai informasi yang
dapat menjadi sumber belajar.
b.  Faktor psikologi
17

Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri individu memiliki peranan


dalam mendorong siswa untuk menerima materi pembelajaran.
Frandsen (dalam Suryabrata, 2010:236) mengatakan bahwa hal yang
mendorong seseorang untuk belajar itu adalah:
1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas;
2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk selalu maju;
3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru,
dan teman-teman;
4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan
kompetisi;
5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran;
6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
c. Faktor nonsosial
Beberapa faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi proses belajar
menurut Suryabrata (2010:233)  adalah keadaan udara, suhu udara,
cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat (letaknya,
pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat
tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa
kita sebut sebagai alat pelajaran). Keadaan-keadaan seperti yang
dikemukan diatas akan mempengaruhi suasana belajar siswa,
sehingga konsentrasi dalam memperhatikan materi dapat terganggu
yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti
yang diharapkan.
d. Faktor social
Suryabrata (2010:234) menyatakan yang dimaksud dengan
faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (hubungan manusia),
baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
18

Keberadaan atau kehadiran seseorang dapat mempengaruhi


konsentrasi siswa dalam proses belajar. Hubungan yang terjalin
diantara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru menunjukan
hubungan sosial yang dapat membantu tercapainya tujuan
pembelajaran. Namun keadaan sosial yang tidak baik, seperti
keributan yang terjadi di dalam kelas ketika proses belajar mengajar
berlangsung dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam memahami
dan menerima materi belajar yang disampaikan.
Faktor-faktor yang telah dikemukakan tersebut akan mempengaruhi
proses belajar yang dilakukan siswa yang akan berpengaruh pada hasil
belajar yang diperoleh siswa. Tinggi dan rendah nya hasil belajar yang
diperoleh siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya.
Pada umumnya hasil belajar siswa yang rendah bisa diakibatkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) semangat belajar siswa yang kurang, (2)
sarana belajar kurang, (3) penggunaan metode mengajar yang tidak
efektif, (4) guru kurang bersemangat dalam mengajar.
6. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Hasil Belajar
siswa
Salah satu komponen pembelajaran yang sangat menentukan kualitas
proses pembelajaran TIK di sekolah menengah pertama adalah
pendekatan pembelajaran, di antaranya pembelajaran kooperatif. Oleh
karena itu, setiap guru dituntut untuk menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran dengan
mempertimbangkan kemampuan guru dan siswa dalam mengikuti
pelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Menegaskan pentingnya penggunaan pendekatan  pembelajaran yang
tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, seperti dalam
pembelajaran TIK.  Dalam mempelajari materi pelajaran TIK, siswa
dituntut untuk  saling bekerjasama dalam mengerjakan soal-soal
praktikum atau bertukar pikiran atau pendapat tentang materi pelajaran
TIK. Hal ini mengisyaratkan guru harus dapat menggunakan pendekatan
pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif agar dapat secara efektif
19

digunakan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan belajar dan


hasil belajar siswa.
Hal ini menunjukkan berarti dalam  meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dapat berdampak positif terhadap peningkatan hasil
belajar siswa, guru harus memperhatikan penggunaan metode atau
pendekatan pembelajaran secara efektif, di antaranya model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dimaksudkan agar
proses  pembelajaran TIK dapat berlangsung lebih optimal, karena
melibatkan siswa dalam pembelajaran dalam bentuk kerjasama antara
siswa.
Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilakukan dengan harapan agar materi pelajaran TIK dapat diterima
secara optimal oleh siswa berupa terjadinya transfer pengetahuan dari
guru dan antara siswa dalam kelas tentang materi pelajaran yang diajarkan
guru mata pelajaran TIK. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam pembelajaran TIK akan memungkinkan siswa bekerjasama
mengerjakan soal praktikum atau mengkaji materi pelajaran atau
permasalahan tertentu, karena mata pelajaran TIK merupakan mata
pelajaran yang menekankan pada materi yang menuntut siswa untuk
saling bekerjasama, khususnya dalam membahas materi pelajaran
sehingga semua siswa dapat sama-sama aktif dan memiliki kemampuan
yang merata dalam pendalaman materi pelajaran TIK.

D. MATA PELAJARAN TIK


Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi
berkembang dengan pesat yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa
material mikroelektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap
berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak
tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan
peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut.
20

Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta


didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri
dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat.
Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan
belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas. Hasil-hasil teknologi
informasi dan komunikasi banyak membantu manusia untuk dapat belajar
secara cepat. Dengan demikian selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari, teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk
merevitalisasi proses belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan
peserta didik dengan lingkungan dan dunia kerja.
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diajarkan sebagai
salah satu mata pelajaran Keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan
secara terpisah atau bersama-sama dengan mata pelajaran keterampilan
lainnya. Alokasi waktu pembelajarannya secara keseluruhan untuk jenjang
SMP/MTs adalah 72 jam pelajaran untuk selama 3 tahun, atau ekivalen
dengan 2 jam pelajaran per minggu untuk waktu 1 tahun jika mata pelajaran
ini dibelajarkan secara terpisah dan mandiri.

E. MATERI JARINGAN KOMPUTER


1. Internet/Intranet
a. Pengertian
1) Internet
Interconnected Network atau yang lebih popular dengan
sebutan Internet yaitu sebuah system komunikasi global yang
menghubungkan komputer dan jaringan-jaringan komputer
diseluruh dunia.
Setiap komputer dan jaringan terhubung ke jalur utama yang
disebut internet backbone dan dibedakan dengan menggunakan
unique name yang biasa disebut alamat IP 32 bit. Komputer yang
terhubung secara global dengan menggunakan TCP/IP sebagai
protokol pertukaran paket data (packet switching communication
protocol),maka rangkaian jaringan computer yang besar ,dapat
dinamakan Internet.
21

Internetworking merupakan kumpulan jaringan local


area,juga metropolitan area yang umumnya terhubung melalui
router-router sehingga membentuk jaringan wide area yang begitu
besar.
2) Intranet
Intranet merupakan sebuah jaringan internal perusahaa yang
dibangun menggunakan teknologi internet (arsitektur berupa
aplikasi web dan menggunakan protokol TCP/IP).
b. Komponen pembentuk intranet yaitu :
1) Aplikasi browser
2) Komputer server
3) Perangkat jaringan
4) Protokol TCP/IP
5) Bahasa Pemrograman
6) Komputer client
7) Perangkat bantu (development tool).
c. Manfaat Internet
Secara umum banyak manfaat yang ada di internet ,berikut ini adalah
sebagian yang ada di internet :
1) Informasi untuk kehidupan pribadi, kesehatan, rekreasi, hobby,
pengembangan pribadi, rohani, dan social.
2) Informasi untuk kehidupan professional/pekerjaan, sains,
teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi
profesi, berbagai forum komunikasi.
d. DOMAIN INTERNET
Sebagian besar mesin/ computer server di internet akan dikenali
dengan menggunakan nama domain.Di Dunia internet terdapat
beberapa Top Level Domain yang sifatnya global,ada beberapa yang
sangat umu digunakan yaitu :
.com - untuk lembaga komersial
.org – untuk organisasi biasanya tidak komersial
.gov – untuk pemerintah Amerika Serikat
22

.edu – untuk universitas


2. Jaringan Internet/Intranet
a. Pengertian
Jaringan computer adalah “interkoneksi” antara dua computer
autonomous atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel
atau tanpa kabel (wireless).
Autonomous adalah jika computer tidak melakukan control
terhadap computer lain dengan akses penuh,sehingga dapat membuat
computer lain,restart,shut down,kehilangan file atau kerusakan
system.
Jaringan internet adalah jaringan computer yang bisa
dikategorikan sebagai WAN, menghubungkan berjuta computer di
seluruh dunia, tanpa batas Negara, dimana setiap orang yang memiliki
computer dapat bergabung ke dalam jaringan ini hanya dengan
melakukan koneksi ke penyedia layanan internet .
b. Sejarah Jaringan Komputer
Konsep jaringan computer yang lahir pada tahun 1940-an di
Amerika dari sebuah proyek pengembangan computer MODEL I di
laboratorium Bell dan group riset Harvars University yang dipimpin
profesoR H. Aiken.
Di tahun 1950-an ketika jenis computer mulai membesar sampai
terciptanya super computer,maka sebuah computer mesti melayani
beberapa terminal. Untuk itu,ditemukan konsep distribusi berdasarkan
waktu yang dikenal dengan TSS (Time Sharing System).
Memasuki tahun 1970-an,mulailah digunakan konsep proses
distribusi ( Distributed Processing) Dalam proses ini beberapa host
computer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara parallel untuk
melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri di setiap host.
Selanjutnya ketika harga computer kecil mulai menurun dan konsep
proses distribusi sudah matang,mulailah berkembang teknologi
jaringan local yang dikenal dengan LAN. Demikian pula,ketika
23

internet diperkenalkan,maka sebagian besar LAN mulai berhubung dan


membentuk jaringan raksasa WAN.
c. Jenis – Jenis Jaringan
1) Local Area Network (LAN)
LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relative kecil.
Biasanya jarak antar node tidak lebih jauh dari 200 m.
2) Metropolitan Area Network (MAN)
MAN biasanya meliputi daerah yang lebih besar dari LAN. Dalam
hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil
kedalam lingkungan area yang lebih besar.
3) Wide Area Network ( WAN)
WAN adalah jaringan yang biasanya sudah menggunakan media
wireless, sarana satelit atau kabel serat optic, karena jangkauannya
yang lebih luas,bukan hanya meliputi satu kota atau antarkota
dalam suatu wilayah,tetapi mulai menjangkau area atau wilayah
otoritas negara lain.
4) Internet
Internet yaitu kumpulan jaringan yang terkoneksi
5) Jaringan Tanpa Kabel
Jaringan tanpa kabel merupkan suatu solusi terhadap komunikasi
yang tidak bisa dilakukan dengan jaringan yang menggunakan
kabel.
d. Tipe – Tipe Jaringan
1) Jaringan Berbasis Server ( Client – Server )
Jaringan berbasis server ( client – server) merupakan server
didalam sebuh jaringan yang menyediakan mekanisme
pengamanan dan pengelolaan jaringan tersebut.
2) Jaringan Peer-to-Peer
Setiap computer di dalam jaringan peer mempunyai fungsi yang
sama dan dapat berkomunikasi dengan computer lain yang telah
member izin. Jadi,secara sederhana setiap computer pada jaringan
peer berfungsi sebagai client dan server sekaligus.
24

3) Jaringan Hybrid
Jaringan hybrid memiliki semua tipe yang terdapat pada tiga tipe
jaringan atas. Ini berarti pengguna dalam jaringan dapat mengakses
sumber daya yang dishare oleh jaringan peer, sedangkan di waktu
bersamaan juga dapat memanfaatkan sumber daya yang disediakan
oleh server.
e. Manfaat Jaringan Komputer
Manfaat jaringan computer bagi user dapat dikelompokan menjadi
2,yaitu : untuk kebutuhan perusahaan, dan jaringan untuk umum.
Adapun manfaat jaraingan computer untuk umum adalah sebagai
berikut : Jaringan computer memberikan layanan yang berbeda kepada
pengguna di rumah-rumah dibandingkan dengan layanan yang
diberikan pada perusahaan.

f. Topologi Jaringan
Topologi jaringan yaitu gambaran perencanaan hubungan
antarkomputer dalam Local Area Network, yang umumnya
menggunkan kabel,dengan konektor,Ethernet card, dan perangkat
pendukung lainnya.
Ada beberapa jenis topologi yang sering terdapat pada hubungan
computer pada jaringan local area yaitu :
1) Topologi Bus
Topologi ini merupakan bentangan satu kabel yang kedua
ujungnya ditutup,dimana sepanjang kabel terdapat node-node.
Signal dalam kabel dengan topologiini dilewati satu arah sehingga
memungkinkan sebuah collision.
2) Topologi Ring
Topologi ini mempunyai karakteristik yaitu jaringan yang berupa
lingkaran tertutup yang berisi node-node. Signal mengalir dalam
dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision.
3) Topologi Star
25

Karakteristik dari topologi jaringan ini adalah node(station)


berkomunikasi langsung dengan station lain melalui central node
dan diteruskan ke node tujuan.
4) Topologi Tree/Hierarchical
Tidak semua stasiun mempunyai kedudukan yang sama. Stasiun
yang kedudukannya lebih tinggi menguasai stasiun dibawahnya,
sehingga jaringan sangat bergantung dengan stasiun yang
kedudukanya lebih tinggi dan kedudukan stasiun yang sama
disebut peer topology.
5) Topologi Mesh dan Full Connected
Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antarsentral secara
penuh.

6) Topologi Hybrid
Topologi ini merupakan topologi gabungan dari beberapa topologi
yang ada, yang bisa memadukan kinerja dari beberapa topologi
yang berbeda, baik berbeda system maupun berbeda media
transmisinya.
3. Perangkat Keras untuk Mengakses Internet/Intranet
a. Gambaran Umum Sambungan Internet
Ada dua cara yang digunakan untuk terhubung ke internet yaitu
menggunakan media kabel dan tanpa menggunakan media kabel .
Dalam konfigurasi sebuah sambungan ke internet terdpat beberapa
unsur penting yaitu :
˗ Komputer
˗ Internet,biasanya melalui sebuah Internet service provider.
˗ Modem
Masing-masing modaem mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu :
˗ Menggunakan modem dial-up dan sambungan melalui kabel
telepon
˗ Menggunakan handphone.
26

˗ Menggunakan wireless.
b. Alat-Alat dalam Jaringan Internet
1. Network Interface Card
2. PCMCIA Network Interface Card
PCMCIA card adlah card jaringan yang digunakan kedalam sebuah
jaringan tanpa kabel.
3. Modem
Modem adalah singkatan dari modulator-demulator. Modem
mengkonversikan sinyal data “1” dan “0” menjadi sinyal data yang
dapat disalurkan melalui saluran komunikasi.
4. HUB/Switch
HUB atau Switch digunakan untuk menghubungkan setiap node
dalam jaringan LAN. Peralatan ini sering digunakan pada topologi
star dan extended star.

5. Bridge
Bridge berfungsi menghubungkan dua jaringan yang memilik
segmen yang sama, menghubungkan dan menggabungkan media
jaringan yang tidak sama. Bridge hadir dalam 3 tipe dasar, yaitu
local,remote,dan wireless.
6. Router
Route berfungsi mengubungkan dua jaringan yang memilik
segmen yang berbeda.
7. Repeater
Repeater berfungsi memperkuat sinyal dari sebuah segmen
jaringan ke segmen jaringan lainnya,repeater bermanfaat mengatasi
keterbatasan panjang kabel .
8. Crimping Tools
Crimping tools berguna untuk memotong ,merapikan dan
mengunci kabel UTP dalam melakukan instalasi Networking.
4. Teknik Mengakses Internet
27

a. Public Line (Jalur Umum)


1) Dial-up melalui jalur PSTN adalah client terhubung ke ISP melalui
jaringan telepon regular.
2) Dial-up dengan teknologi GPRS dan CDMA merupakan ponsel
yang berfungsi sebagai modem yang terhubung ke computer
melalui kabel data ponsel.
3) DSL (Digital Subscriber Line) merupakan sebuah metode transfer
data melalui saluran telepon regular.
4) PLC (PowerLine Communication) ,merupakan koneksi PC dengan
internet menggunakan jalur listrik PLN yang bertindak sebagai ISP
dengan bantuan modem.
5) 5.ADSL (Asynchronous Digital Subcriber Line ) denagn modem
dan router merupakan sebuah tipe DSL dimana upstream dan
downstream berjalan pada kecepatan yang berbeda.
6) ISDN (Integrated Services Digital Network) merupakan jalan
untuk melayani transfer data dengan kecepatan lebih tinggi
melaluisaluran telepon regular.
b. Dedicated Line (Jalur Khusus Internet)
1) Leased line,yaitu saluran koneksi telepon permanen antara dua titik
yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi public.
2) Terestrial yaitu jalur khusus internet yang menggunakan media
kabel atau nirkabel sebagai aksesnya.
3) Frame Relay yaitu layanan data paket yang memungkinkan
beberapa user menggunakan satu jalur transmisi pada waktu yang
bersamaan.
4) Fixed Wireless yaitu koneksi perangkat mobile ke accsesspoint
atau koneksi jaringan lokalke ISP.
5) VSAT (Very Small Aperture Terminal)
6) MPLS (Multiprotocol Label Switching) yaitu jaringan pita lebar
yang berbasis IP.
c. Pengguna Internet di Tempat Umum
28

Internet banyak digunakan di tempat umum. Pengguna hanya perlu


menyewa penggunaan computer,atau membawa laptop dan PDA, yang
mempunyai teknologi WiFi untuk mendapatkan akses internet ,koneksi
diberikan secara free atau dengan membeli voucher.
d. Cara-Cara Memperoleh Sambungan Internet/Intranet
1) Cara koneksi melalui Dial-up
2) Koneksi Internet dengan modem handphone
3) Koneksi internet melalui broadband.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung
2019-2020 yang berjumlah 34 siswa dengan tingkat kemampuan yang
berbeda-beda.
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini berada di kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung yang
beralamatkan di Kedungsuko Kabupaten Tulungagung
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan selama 3 bulan terhitung
dari bulan Agustus sampai dengan November 2020. Adapun jadwal
penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No Siklus Kelas Hari/Tanggal Waktu

1 Pra Kelas IX-I SMPN 5 Jumat, 07.00-09.00


Siklus Tulungagung
7 Agustus 2019

2 Siklus I Kelas IX-I SMPN 5 Jumat, 07.00-09.00


Tulungagung
21 September
2019

3 Siklus II Kelas IX-I SMPN 5 Jum’at, 07.00-09.00


Tulungagung
11 Oktober
2019

3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran
Teknologi Informatika dan Komunikasi dengan materi Jaringan Komputer.
4. Karakteristik Siswa
Jumlah seluruh siswa kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung adalah 34 orang.
Kemampuan masing-masing siswa kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung
berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena memang mereka

29
30

datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar belakang keluarga
dan tempat tinggal. Tapi secara umumnya kemampuan semua siswa di
sekolah terlihat baik, karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa.

B. DESKRIPSI RENCANA TIAP SIKLUS


Deskripsi persiklus ini terdiri dari desain prosedur perbaikan,
perencanaan (rencana pelaksanaan), pelaksanaan (prosedur pelaksanaan PTK),
pengamatan atau pengumpulan data, instrumen penelitian dan refleksi.
1. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan merancang dan
melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan PTK dapat
digambarkan dalam bentuk diagram dan dapat dilihat pada diagram 1.
Diagram 1
Desain Pelaksanaan Siklus

R1 R2 R3

L1 L2 L3

M1 M3 M3

Keterangan :
M : Merencanakan
L : Melaksanakan
R : Refleksi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai pada bulan Agustus 2019
sampai dengan bulan Nopember 2019. Kegiatan meliputi perencanaan,
pelaksanaan, perbaikan, monitoring dan refleksi. Langkah-langkah
penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus.
2. Pra Siklus
a. Tahap Perencanaan
31

Langkah-langkah perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru


sebagai berikut:
1) Merencanakan materi pembelajaran yang akan diberikan oleh
siswa
2) Guru membuat susunan Rencana Pembelajaran (RPP) untuk
dijadikan acuan dalam pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Pada tahap ini guru menggunakan model pembelajaran
diskusi kelompok.
3) Membuat lembar aktivitas siswa
4) Menyusun tes atau pertanyaan pada akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis siswa untuk
mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, absensi
kehadiran, dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
b) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi jaringan komputer
c) Guru membimbing siswa membaca penjelasan tentang materi
jaringan komputer
d) Guru membimbing siswa melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran
e) Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan oleh siswa
2) Kegiatan Inti (90 menit)
a) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
b) Guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok
mengenai materi jaringan komputer
c) Guru meminta siswa untuk menyusun berbagai keterangan
yang ada di buku referensi siswa
d) Guru memberikan waktu untuk siswa
e) Guru membimbing siswa untuk setiap perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusinya
32

f) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk


bertanya tentang hasil diskusi yang disampaikan
g) Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban para siswa,
dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
h) Guru memberikan sebuah penghargaan bagi siswa yang
menjawab pertanyaan dengan benar dengan pujian atau tepuk
tangan
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
melalui tanya jawab secara klasikal
b) Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil analisis kelompok
c) Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan siswa untuk mempelajari kembali materi yang
telah diberikan guru
d) Guru memberikan salam penutup kepada siswa
c. Refleksi
Pada kegiatan refleksi ini, peneliti merefleksikan hasil pembelajaran
yang telah dilakukan pada tahap pra siklus.
Adapun hasil yang didapat pada tahap ini yaitu siswa masih belum
memahami materi Jaringan Komputer, data ini dapat dilihat dari hasil
penilaian yang masih banyak dibawah KBM (Ketuntasan Belajar
Minimal) serta dalam kegiatan pembelajaran kurang antusias, ramai
sendiri dan cenderung pasif saat diberi pertanyaan oleh guru.
3. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan
langkah-langkah berikut :
1) Guru merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pra
perbaikan yaitu menyusun langkah-langkah mengatasi masalah
rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran TIK.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
33

acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar


kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran yang
diterapkan, dalam hal ini model pembelajaran dengan strategi
STAD.
3) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran
4) Membuat instrumen penelitian, yaitu lembar observasi siswa,
lembar observasi guru dan tes tertulis
5) Menyusun tes akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang
b) Memberikan materi diskusi untuk masing-masing kelompok
c) Meminta kelompok terpilih untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
d) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya,
sedangkan Kelompok lain memberikan tanggapan
e) Memberikan pengautan terhadap hasil diskusi siswa
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
34

b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi


c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.

c. Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data


Tahap pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan perbaikan yaitu :
1) Pengamatan dan pencatatan data tentang pelaksanaan rencana
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
guru.
2) Pengamatan terhadap partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan siswa.
3) Data hasil belajar siswa dengan melakukan analisa terhadap hasil
tes akhir pelajaran.
Pada tahap ini, selain pengerjaan lembar observasi untuk
membuktikan pengamatan yang dilaksanakan, perlu bukti
dokumentasi berupa pengambilan gambar jika diperlukan agar
dalam penginterpretasian data dapat lebih jelas dan cermat.
d. Refleksi
Pada tahap ini, hasil kegiatan pembelajaran di siklus I yang telah
dilakukan pada tahapan pelaksanaan ternyata ditemukan beberapa
kelemahan yang terjadi pada hasil pembelajaran, yaitu nilai hasil
belajar siswa masih ada yang di bawah rata-rata dan belum mencapai
nilai batas KBM (Ketuntasan Belajar Minimal) pada pelajaran TIK.
4. Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II merupakan klimak
dari penelitian tindakan kelas ini. Penulis berharap dalam siklus II ini
terdapat peningkatan hasil dan semua siswa mendapat nilai tuntas dengan
persentase yang tinggi.
Langkah-langkahnya sama dengan siklus sebelumnya yaitu:
a. Tahap Perencanaan
35

Pada tahapan ini guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan


langkah-langkah berikut :
1) Guru merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi perbaikan
Siklus I.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran yang
diterapkan, dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
3) Menyiapkan instrumen yang digunakan meliputi media
pembelajaran, lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan
aktivitas siswa
4) Menyusun tes akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang
b) Memberikan materi diskusi untuk masing-masing kelompok
c) Meminta kelompok terpilih untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
36

d) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya,


sedangkan Kelompok lain memberikan tanggapan
e) Memberikan pengautan terhadap hasil diskusi siswa
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru memberikan evaluasi berupa tes tulis
e) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan perbaikan yaitu :
1) Pengamatan dan pencatatan data tentang pelaksanaan rencana
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
guru.
2) Pengamatan terhadap partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan siswa.
3) Data hasil belajar siswa dengan melakukan analisa terhadap hasil
tes akhir pelajaran.
Pada tahap ini, selain pengerjaan lembar observasi untuk
membuktikan pengamatan yang dilaksanakan, perlu bukti
dokumentasi berupa pengambilan gambar jika diperlukan agar
dalam penginterpretasian data dapat lebih jelas dan cermat.
d. Refleksi
Dalam tahapan ini guru telah melakukan diskusi dengan teman sejawat
untuk menganalisa hasil belajar, dari data yang terkumpul perbaikan
siklus II telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. TEKNIK ANALISIS DATA


Dalam penelitian ini ada dua jenis data yaitu data yang berbentuk
kuantitatif dan data yang berbentuk kualitatif:
1. Data Kualitatif
37

Data kualitatif diantaranya adalah deskripsi data yang


menggambarkan hasil pengamatan observasi terhadap aktivitas siswa
selama berlangsungnya pembelajaran.
2. Data kuantitatif
Data-data kuantitatif di antaranya adalah hasil tes individu TIK dan
angka persentase keaktifan siswa yang diketahui melalui penilaian lembar
observasi siswa. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa tersebut
dapat dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata atau persentase
keberhasilan belajar dan lain-lain.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Rumus yang dipakai
untuk menghitung persentase nilai adalah :
P= NR I – NR II X 100%
NRP
Keterangan :
NP = peningkatan hasil belajar
NRI= nilai rata- rata siklus I
NR II = nilai rata-rata siklus II
NR P = nilai rata-rata pra siklus
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN


1. Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Kondisi awal atau pra siklus ini adalah kondisi pembelajaran yang
dilaksanakan di IX-I SMPN 5 Tulungagung sebelum memperoleh
perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam
pembelajaran pra siklus tersebut peneliti terlebih dahulu melakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dari
hasil pengamatan didapatkan bahwa antusiasme siswa dalam pembelajaran
masih kurang, kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain belum terjalin,
kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dan berdiskusi kurang.
Masih kurangnya antusiasme dan perhatian siswa dalam
pembelajaran tersebut dapat disebabkan guru hanya menggunakan metode
belajar yang konvensional yaitu dengan metode ceramah. Dalam
pembelajaran guru hanya menyampaikan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu guru berceramah di depan kelas
sedangkan siswa duduk mendengarkan. Hasil pembelajaran dengan
metode ceramah tersebut ternyata kurang memuaskan, karena terlihat
siswa hanya pasif dalam pembelajaran yaitu hanya sebagai pendengar,
sehingga penangkapan dan pemahaman terhadap materi pembelajaran
kurang maksimal. Berikut data hasil belajar siswa pada observasi awal
atau sebelum diadakannya tindakan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2
Hasil Belajar Pra Siklus
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT

1 ANS 2 8 20   v

2 AS 3 7 30   v

3 BRP 5 5 50   v

38
39

4 DAA 5 5 50   v

5 DFW 4 6 40   v

6 DA 2 8 20   v

7 EF 3 7 30   v

8 FRP 8 2 80 v  

9 FPW 4 6 40   v

10 IA 3 7 30   v

11 IR 5 5 50   v

12 KAD 5 5 50   v

13 MF 5 5 50   v

14 MLR 3 7 30   v

15 MFK 7 3 70 v  

16 MIT 2 8 20   v

17 MAH 5 5 50   v

18 MHA 3 7 30   v

19 MMM 3 7 30   v

20 MRA 6 4 60 v  

21 MZF 4 6 40   v

22 NAP 5 5 50   v

23 NBA 8 2 80 v  

24 NY 4 6 40   v

25 RT 5 5 50   v

26 SN 3 7 30   v

27 YP 7 3 70 v  

28 ZAC 2 8 20   v

29 MZI 5 5 50   v

30 NF 3 7 30   v

31 SAS 4 6 40   v

32 STD 5 5 50   v

33 YF 5 5 50   v
40

34 ZAA 4 6 40   v

Jumlah 147 194 1470 5 29

Persentase 44.17% 55.83% 441.67% 16.67% 83.33%

Rata-rata Kelas     44.17    

Hasil tes pra siklus menunjukkan bahwa nilai siswa yang


memenuhi KKM persentasenya 16,67% sedangkan siswa yang belum
memenuhi KKM persentasenya 83,33%. Jumlah siswa yang tuntas hanya
5 siswa atau ketuntasan klasikalnya 16,67% masih di bawah standar
ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hasil belajar siswa seperti yang tercantum
pada tabel di atas menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa masih
rendah dan perlu ditingkatkan agar rata-rata meningkat dan seluruh hasil
belajar siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sedangkan
berkaitan dengan hasil observasi tentang aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Hasil Aktivitas Siswa Pra Siklus
No Aspek yang diamati Nilai rata-rata

1 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran 2

2 Tingkat kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain 2

3 Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 1

4 Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang


1
diberikan

5 Kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan guru dan


1
teman

Jumlah skor 7

Persentase 35%

Keterangan:
Skor tertinggi per parameter = 4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
41

1) 0% - 39% = Sangat Kurang


2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pra siklus di atas dapat
diketahui bahwa persentase aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
secara klasikal adalah 35% dengan kriteria sangat kurang, masih di bawah
indikator keberhasilan tindakan yaitu 80%. Siswa kurang begitu aktif
dalam pembelajaran. Indikator aktivitas siswa tidak ada yang menonjol.
Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran kurang, tingkat kerjasama
siswa dengan guru dan siswa lain kurang, perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran kurang, kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dan
berdiskusi dengan guru atau teman juga kurang. Kondisi tersebut dapat
disebabkan metode yang digunakan oleh guru terkesan monoton sehingga
kurang memberikan kesempatan bagi siswa dalam berinteraksi baik
dengan guru maupun dengan teman sekelasnya. Metode yang monoton
juga mengakibatkan siswa mudah merasa jenuh dan kurang begitu
bersemangat mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi awal / pra siklus tersebut, maka dapat
diketahui beberapa permasalahan pembelajaran TIK materi “Jaringan
Komputer” di Kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung adalah:
1. Hasil belajar siswa masih rendah ketuntasan klasikal 16,67% masih
jauh dari standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hasil penilaian
yang masih jauh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Adapun
aktivitas yang paling rendah adalah perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran, kemampuan dalam berdiskusi dengan guru dan teman
serta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
3. Hasil belajar siswa yang masih rendah tersebut diasumsikan
disebabkan oleh rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Dan salah satu faktor yang memicu rendahnya aktivitas belajar siswa
42

adalah penggunaan metode mengajar guru yang terkesan monoton


menggunakan metode ceramah dan tidak mengacu pada metode
mengajar siswa aktif.
Observasi awal ini dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian
tindakan berikutnya dalam pembelajaran TIK. Untuk mengatasi berbagai
masalah dan kelemahan pembelajaran TIK tersebut maka dilakukan
tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Peneliti bermaksud untuk memperbaiki pembelajaran dengan melakukan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I.

2. Deskripsi siklus I
Adapun dalam pelaksanaan siklus I berikut tahapan-tahapannya:
a. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat
observasi awal maka peneliti merencanakan perbaikan berdasarkan
hasil refleksi pra perbaikan yaitu menyusun langkah-langkah
mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran TIK.
Perencanaan pengajaran pada siklus I ini dituangkan dalam bentuk
RPP sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan dengan
langkah-langkah pada model pembelajaran yang diterapkan, dalam hal
ini model pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. Materi
yang dibahas pada siklus I adalah “Jaringan Komputer”. Selain RPP,
peneliti juga mempersiapkan instrumen lainnya seperti lembar
penugasan aktivitas siswa dan tes akhir pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 21 September 2019. Materi yang diajarkan
adalah “Jaringan Komputer”, dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan
prosedur yang direncanakan dalam RPP.
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana
pembelajaran yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai
43

berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada peserta didik
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Membentuk kelompok Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5-6 orang
b) Memberikan materi diskusi untuk masing-masing kelompok
c) Meminta kelompok terpilih untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
d) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya,
sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan
e) Apabila kelompok lain belum memaghami materi, maka
kelompok terpilih terus memberikan penjelasan
f) Memberikan pengautan terhadap hasil diskusi siswa
a) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Observasi
Selama pembelajaran berlangsung aktivitas guru maupun siswa
diamati oleh peneliti. Aktivitas belajar siswa yang diamati di antaranya
adalah antusias siswa dalam mengikuti pelajaran, kerjasama siswa baik
dengan guru maupun teman, perhatian siswa dalam kegiatan
44

pembelajaran serta kemampuan berdiskusi dan menyelesaikan tugas


yang diberikan.
Berikut adalah tabel observasi:
Tabel 4
Hasil Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek yang diamati Nilai rata-rata

1 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran 3

2 Tingkat kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain 3

3 Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 3

4 Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang


2
diberikan

5 Kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan guru


2
dan teman

Jumlah skor 13

Persentase 65%

Keterangan:
Skor tertinggi per parameter =4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
1) 0% - 39% = Sangat Kurang
2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa persentase
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal adalah
65% dengan kriteria baik akan tetapi masih di bawah indikator
keberhasilan tindakan yaitu 80%. Siswa sudah mulai aktif dalam
pembelajaran dan dapat bekerjasama baik dengan guru maupun antar
teman serta perhatian siswa meningkat dan kemampuan siswa dalam
berdiskusi dan menyelesaikan tugas juga meningkat.
d. Refleksi
Dalam kegiatan ini berdasarkan hasil belajar siswa dan
45

observasi terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan pengajaran pada


siklus I, maka produk refleksi pada siklus I dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Aktivitas siswa pada siklus I sudah berada dalam kategori baik,
namun belum mencerminkan aktivitas belajar yang tinggi, ini dapat
dilihat dari persentase aktivitas siswa yaitu 65%. Sedangkan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti adalah
minimal > 80%.
2) Pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru sudah berada
pada tingkat baik, namun masih ada beberapa aspek yang perlu
diperbaiki seperti kemampuan guru dalam menciptakan suasana
belajar aktif dan kemampuan dalam mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Diharapkan pada siklus
berikutnya kemampuan guru dalam membantu siswa dalam
melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi lebih baik.
Melihat hasil refleksi ini maka perlu adanya perbaikan-perbaikan
dalam pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya
meningkatkan lagi aktivitas belajar siswa dan pengelolaan
pengajaran guru.

3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan
model yang sama pada siklus I hanya saja pada siklus II ini kooperatif
tipe STAD dilaksanakan lebih maksimal untuk meningkatkan
perhatian siswa saat pelajaran sedang berlangsung berdasarkan hasil
refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus II tertuang dalam
RPP. Materi yang dibahas pada siklus II “Jaringan Komputer”.
Instrumen lainnya yang dipersiapkan adalah media pembelajaran
tentang “Jaringan Komputer”, lembar observasi untuk siswa, lembar
observasi untuk guru, dan lembar soal.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak satu
46

kali pertemuan yaitu pada tanggal 11 Oktober 2190. Pokok bahasan


yang diajarkan pada siklus II ini adalah “Jaringan Komputer”.
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Membentuk kelompok Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5-6 orang
b) Memberikan materi diskusi untuk masing-masing kelompok
c) Meminta kelompok terpilih untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
d) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya,
sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan
e) Apabila kelompok lain belum memaghami materi, maka
kelompok terpilih terus memberikan penjelasan
f) Memberikan pengautan terhadap hasil diskusi siswa
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru memberikan evaluasi berupa tes tulis
e) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Observasi
47

Selama pembelajaran aktivitas guru maupun siswa tetap


diamati. Hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel
5.
Tabel 5
Hasil Aktivitas Siswa Siklus II
No Aspek yang diamati Nilai rata-rata

1 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran 4

2 Tingkat kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain 3

3 Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 4

4 Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang


3
diberikan

5 Kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan guru


3
dan teman

Jumlah skor 17

Persentase 85%

Keterangan:
Skor tertinggi per parameter =4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
1) 0% - 39% = Sangat Kurang
2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 65% menjadi 85%
pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas belajar siswa berada dalam
kategori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal aktivitas
belajar siswa yang diharapkan yaitu 80%. Ini berarti aktivitas belajar
siswa sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan.
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II,
48

maka produk refleksi pada siklus II dapat dirumuskan sebagai berikut:


1) Hasil belajar siswa pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan
dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada
siklus I 60,83 naik menjadi 75 pada siklus II dan ketuntasan
klasikal 55,56% pada siklus I naik menjadi 97,22% pada siklus II.
Hal ini berarti ketuntasan klasikal telah melebihi indikator
keberhasilan yaitu 85%. Jadi hasil belajar siswa pada siklus II
sudah tuntas.
2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya
65% menjadi 85% pada siklus II. Ini berarti batas minimal aktivitas
siswa yang diharapkan sebesar 80% sudah terpenuhi.
3) Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II
sudah tergolong baik dan mengalami peningkatan dari siklus I.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun
aktivitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya. Hasil
belajar siswa diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir
siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah apabila standar
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 85% dan secara
individual nilai yang diperoleh siswa 60. Sedangkan untuk aktivitas belajar
siswa indikatornya adalah apabila persentase aktivitas belajar siswa di kelas >
80 %.
1. Pembahasan Siklus I
Pada siklus I pembelajaran difokuskan pada implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Secara teknis, siswa belum tahu
bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dalam
pembelajaran TIK. Meskipun begitu penerapan model ini pada siklus I
masih mengalami beberapa kendala, diantaranya perhatian siswa selama
proses pembelajaran berlangsung masih ada di poin 2. Peneliti kelihatan
masih kewalahan membimbing siswa saat melakukan kooperatif tipe
STAD. Namun kendala ini dengan cepat diatasi oleh peneliti dengan cara
mengorganisir siswa yang ditunjuk oleh guru, sehingga siswa yang lain
49

dengan mudah mengikuti arahan dalam pembuatan laporan.


Hasil penelitian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan pada tahap pra siklus (observasi awal). Pada tahap pra siklus
nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 41,17 dan ketuntasan klasikalnya
mencapai 16,67% sedangkan pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah
60,83 dan ketuntasan klasikalnya 55,56% Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan sebesar 38,89%.
Untuk persentase aktivitas belajar siswa pada tahap pra siklus
adalah 35% sedangkan pada siklus I naik menjadi 65%. Ada peningkatan
aktivitas siswa sebesar 30%. Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari
siklus I belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan
peneliti. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus II. Adapun
daftar nilai siklus I dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6
Daftar Nilai Siklus I
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT

1 ANS 5 5 50   v

2 AS 5 5 50   v

3 BRP 7 3 70 v  

4 DAA 7 3 70 v  

5 DFW 5 5 50   v

6 DA 5 5 50   v

7 EF 5 5 50   v

8 FRP 8 2 80 v  

9 FPW 7 3 70 v  

10 IA 5 5 50   v

11 IR 6 4 60 v  

12 KAD 7 3 70 v  

13 MF 6 4 60 v  

14 MLR 5 5 50   v
50

15 MFK 8 2 80 v  

16 MIT 5 5 50   v

17 MAH 6 4 60 v  

18 MHA 5 5 50   v

19 MMM 5 5 50   v

20 MRA 7 3 70 v  

21 MZF 5 5 50   v

22 NAP 6 4 60 v  

23 NBA 8 2 80 v  

24 NY 5 5 50   v

25 RT 7 3 70 v  

26 SN 5 5 50   v

27 YP 8 2 80 v  

28 ZAC 5 5 50   v

29 MZI 7 3 70 v  

30 NF 5 5 50   v

31 SAS 6 4 60 v  

32 STD 7 3 70 v  

33 YF 7 3 70 v  

34 ZAA 6 4 60 v  

Jumlah 206 134 2060 19 15

Persentase 60.83% 39.17% 608.33% 55.56% 44.44%

Rata-rata Kelas     60.83    

Berikut adalah diagram perbandingan antara pra siklus dan siklus


1:
Diagram 2
Diagram Perbandingan Pra Siklus dan Siklus I
51

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I

Nilai rata-rata Persentase


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pra
siklus ke siklus I. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa 41,17. Sedangkan
pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 60,83. Keberhasilan tersebut
sejalan dengan pendapat dari Menurut Isjoni (2012:14) metode
pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Model pembelajaran kooperatif dapat
diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat. Menurut
Wina Sanjaya (2009: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan sistem pengelompokkan kecil antara 4-6 orang
secara heterogen dari sisi kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
maupun suku. Jadi, pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil yang jumlah anggota setiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Meskipun demikian
pembelajaran kooperatif tipe STAD belum bisa memaksimalkan fokus
siswa sehingga masih diperlukan penyempurnaan pembelajaran pada
siklus II.
52

2. Pembahasan Siklus II
Pada siklus II, peneliti dan guru kolaboran memfokuskan penelitian
pada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa dituntut
untuk lebih fokus dalam pembelajaran dengan cara masing-masing
kelompok memperhatikan materi pembelajaran “Jaringan Komputer”.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat ditunjang dengan media agar
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan maksimal dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Pada siklus II ini, hasil belajar siswa baik secara individual maupun
secara klasikal mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata hasil
belajar siswa adalah 60,83 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 55,56%,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 75 dan ketuntasan
klasikalnya mencapai 97,22%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 44,44%. Untuk persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I
adalah 65% sedangkan pada siklus II naik menjadi 85%. Ada peningkatan
aktivitas siswa sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil siswa
sudah memenuhi target yang ditetapkan peneliti. Hasil pembelajaran siklus
II dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7
Daftar Nilai Siklus II
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT

1 ANS 7 3 70 v  

2 AS 8 2 80 v  

3 BRP 8 2 80 v  

4 DAA 8 2 80 v  

5 DFW 7 3 70 v  

6 DA 6 4 60 v  

7 EF 7 3 70 v  

8 FRP 8 2 80 v  

9 FPW 8 2 80 v  

10 IA 7 3 70 v  
53

11 IR 8 2 80 v  

12 KAD 8 2 80 v  

13 MF 8 2 80 v  

14 MLR 7 3 70 v  

15 MFK 8 2 80 v  

16 MIT 7 3 70 v  

17 MAH 8 2 80 v  

18 MHA 5 5 50 v

19 MMM 7 3 70 v  

20 MRA 8 2 80 v  

21 MZF 6 4 60 v  

22 NAP 8 2 80 v  

23 NBA 8 2 80 v  

24 NY 6 4 60 v  

25 RT 8 2 80 v  

26 SN 7 3 70 v  

27 YP 8 2 80 v  

28 ZAC 7 3 70 v  

29 MZI 8 2 80 v  

30 NF 8 2 80 v  

31 SAS 8 2 80 v  

32 STD 8 2 80 v  

33 YF 8 2 80 v  

34 ZAA 7 3 70 v  

Jumlah 254 86 2540 35 1

Persentase 75.00% 25.00% 750.00% 97.22% 2.78%

Rata-rata Kelas     75.00    


54

Adapun perbandingan antara siklus I dan siklus II dapat kita lihat


pada diagram 3.
Diagram 3
Perbandingan Siklus I dan Siklus II

120

100

80

60

40

20

0
Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata Persentase


Dari diagram diatas dapat kita ketahui dari siklus I dan Siklus II
dalam hal nilai rata-rata dan persentase ketuntasan meningkat. Pada siklus
I nilai rata-rata siswa 65,53 dan persentase ketuntasan 59,38% sedangkan
pada siklus II nilai rata-rata siswa 78,13 dan persentase ketuntasan sebesar
97,22%.
3. Rekapitulasi Antara Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
Dalam perbaikan pembelajaran terdapat peningkatan hasil belajar
dari siklus ke siklus. Berikut hasil belajar siswa tiap siklus dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8
Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Siklus Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan Belajar

1 Pra Siklus 41,17 16,67

2 Siklus I 60,83 55,56

3 Siklus II 75 97,22
55

Untuk melihat hasil peningkatan tersebut dalam bentuk grafik,


berikut peneliti tampilkan diagramnya pada diagram 4.

Diagram 4
Perbandingan Antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata Persentase


Diagram diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar terhadap pembelajaran TIK materi “Jaringan Komputer”.
Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan
melakukan pembelajaran dengan media pembelajaran video, siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat yang semula
pada pra siklus rata-ratanya 41,17, saat siklus I meningkat menjadi 60,83
dan di siklus II meningkat menjadi 75. Dan persentase ketuntasan
meningkat semula pada pra siklus hanya 16,67%, siklus I 55,56% dan
pada siklus II sebesar 97,22%.
STAD atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi yaitu jenis pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD, siswa dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok dengan anggota 3-6 orang, dan setiap
kelompok harus heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan siswa bekerja
dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan
mereka tidak boleh saling membantu mengerjakan kuis. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
56

yang jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok (Trianto, 2009:68)
Dengan demikian kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dimana siswa menjadi
aktif dalam memainkan peran-peran tertentu, sehingga pada dasarnya
kooperatif tipe STAD atau bermain peran merupakan salah satu sarana
yang membantu siswa untuk belajar. Melalui kegiatan tersebut, siswa
berusaha menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik
pengalaman dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dan
lingkungan disekitarnya.
Menurut Rusman (2011:204) kelebihan pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah antara lain sebagai berikut: a) Siswa memiliki dua
bentuk tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesame anggota kelompok untuk belajar, b) Siswa saling membelajarkan
sesame siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching)
yang lebih efektif dari pada pembelajaran guru, c) Pengelompokan siswa
secara heterogen membuat kompotisi yang terjadi di kelas menjadi lebih
hidup, d) Prestasi belajar dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh
semua anggota kelompok, e) Kuis yang terdapat pada langkah
pembeleajaran membuat siswa lebih termotivasi, f) Kuis tersebut
meningkatkan tanggung jawab individu, karena nilai akhir kelompok
dipengaruhi nilai khusus yang dikerjakan secara individu, g) Adanya
penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam
pembelajaran, dan h) Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar
rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak
rendah supaya nilai kelompok baik
Dengan demikian kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dimana peserta didik
menjadi aktif dalam berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi,
sehingga pada dasarnya kooperatif tipe STAD merupakan salah satu sarana
yang membantu peserta didik untuk belajar. Melalui kegiatan tersebut,
57

peserta didik berusaha menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang


kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain
dan lingkungan disekitarnya.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar
dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan
Komunikasi dengan materi Jaringan Komputer Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung Semester I
Tahun 2019/2020” adalah:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IX-I SMPN 5 Tulungagung. Model pembelajaran
STA dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga hasil belajar menjadi maksimal.
2. Hasil belajar siswa meningkat dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Hal ini terbukti pada hasil penelitian tindakan yang menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas pembelajaran siswa. Ketuntasan meningkat semula
pada pra siklus hanya 16,67%, siklus I 55,56% dan pada siklus II sebesar
97,22%.

B. SARAN
1. Bagi Guru
a. Guru diharapkan dapat lebih inovatif dalam menerapkan strategi
pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bisa juga
ditambah dengan media pembelajaran, agar siswa lebih termotivasi
dalam kegiatan pembelajaran khususnya Mata Pelajaran TIK, yang
dapat dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan sehingga kegiatan
pembelajaran tidak terkesan monoton.
b. Guru dapat menggunakan strategi dan media untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan mutu pembelajaran siswa dengan secara langsung
melibatkan siswa di dalam pembelajaran, dan lebih inovatif lagi dalam

58
59

menentukan kegiatan dengan menggunakan berbagai media


pembelajaran.
b. Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menghadirkan berbagai macam media
pembelajaran guna mencapai tujuan sekolah.
3. Bagi Siswa
a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat melibatkan
seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan bermain peran
sehingga dengan peran yang dimainkannya siswa akan lebih dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
b. Hasil belajar yang maksimal dapat memberikan kepercayaan diri serta
kepuasan bagi anak jika hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
c. Kegiatan belajar dengan menggunakan strategi dan media juga dapat
dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik untuk siswa.
60

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013.


Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 
Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka bekerja sama dengan CV.
Rajawali.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 
Daryanto, dkk. 2007. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gavamedia.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
Kosasih. 2015. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya. 
Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. 2013. Media Pembelajaran: Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia. 
Lukman, S. dkk. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Buku Guru
SMP/MTs kelas VII.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Makarao, Nurul Ramadhani. 2009. Metode Mengajar dalam Bidang Kesehatan;
Disertai Contoh-Contoh Metode Mengajar dalam Bidang Kesehatan,
serta Metode Mengajar Interaktif. Bandung: Alfabeta.
Mulyatiningsih, E. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Yogyakarta: Alfabeta.
Mustafa. 2018. Penggunaan Metode Bermain Peran (Kooperatif tipe STAD) dalam
Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar TIK Siswa Kelas VI SD Negeri
016 Kundur. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau Volume 2 Nomor
4 Juli 2018, ISSN Cetak : 2580 – 8435.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cet Ke-4. Jakarta: Kalam
Mulia.
Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI
UPI. 
Roestiyah. 2008. Model dan Metode Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
61

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:


Dirjen Dikti.
Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Santoso, Ras Budi Eko. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
(online). http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/metode-pembelajaran-
bermain-peran-role.html
Sha’adhah, dkk. 2013. Penerapan Metode Kooperatif tipe STAD (Bermain Peran) Untuk
Mengurangi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi
Aritmetika Sosial Kelas VII A SMPN 1 Sukowono Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2012/2013, Volume. 4, hal 27-38.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Somantri, M. N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan TIK. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sudirman, A.M . 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta :
PT. Grafindo Indonesia. 
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Uno, Hamzah. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. 
UU No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
62

Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA
KELAS IX-I SMPN 5 TULUNGAGUNG TAHUN 2019/2020

No.
No. Nama L/P
Induk
1 7225 ANDIKA NIKO SAPUTRO L
2 7232 ANWAR SETIAWAN L
3 7241 BACHTIAR RIZAL PRASETYA L
4 7263 DEWI ANGGUN APRILIA P
5 7275 DILLA FITRI WULANDARI P
6 7276 DIMAS ADITYA L
7 7288 ERA FAZIRA P
8 7291 FARADILLA RAHMANIA PUTRI P
9 7294 FEBRIAN PUTRA WIJAYA L
10 7311 INDAH ANGGRAINI P
11 7315 IRWAN L
12 7320 KELVIN ADITYA DWI ATMANDIRA L
13 7334 MAWAR FEBRIYANTI P
14 7352 MOHAMMAD LUKHY RAHMAN FAKHIH L
15 7358 MUHAMAD FARHANUL KHARIM L
16 7360 MUHAMAD IRFAN TAUFIQUR RIFQI L
17 7363 MUHAMMAD AKBAR HAVID PANGGAYUHAN L
18 7368 MUHAMMAD HILMAN ARFANDHI L
19 7370 MUHAMMAD MAULFI MIRZA ARDANA L
20 7372 MUHAMMAD RIFAN ASRORI L
21 7379 MUHAMMAD ZIDAN FAQIH L
22 7383 NANDITA EKA PUTRI P
23 7389 NELDA BINTANG AHISTA FAIN P
24 7390 NOVIA YULIANI P
25 7423 RINTAN TRISSISTI P
26 7449 SYAHNIA NURHALISA P
27 7469 YOGA PRASETYO L
28 7481 ZHERATUQUA AULIRA CAHYAKUITA P
29 7380 MUHAMMAD ZIDENA IZZAL KAFI L
30 7394 NURUL FARIDA P
31 7440 SHALSA AULIA SYABINA P
32 7444 SINTIA TRI DEVI P
33 7467 YOGA FERDIANSYAH L
34 7479 ZAKIA AGUSTINA ARIFIN P
63

Lampiran 2
Dokumentasi Penelitian

You might also like