You are on page 1of 19

BAB lll

LANDASAN TEORI

3.1 Nikel
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit
sendiri diambil dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang
dikemukakan oleh M.F. Buchanan (1807).
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong
dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap
oksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang
ekstrim (Nurhakim, 2006). Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel
periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28 dan juga bersifat
magnetis. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel
bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya,
dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel).
Endapan nikel laterit dapat dijabarkan menjadi beberapa zona. Dari hasil
analisa terhadap unsur-unsur logam dan jenis mineral yang terkandung, dapat
dilakukan pembagian zonasi endapan laterit menjadi zona limonit, saprolit dan
bedrock. Selain dari hasil analisa kimia, pembagian zonasi laterit didasarkan
atas deskripsi hasil pemboran inti secara langsung di lapangan, yang
mencakup kenampakan fisik material dari tekstur, warna dan mineralisasi.
Adapun pembagian zonasi laterit di bagi kedalam tiga (3) zona yaitu :

1. Zona Limonit
Secara kimiawi zona limonit umumnya ditentukan atas kelimpahan unsur-
unsur yang tidak mudah larut (residual) seperti Fe, Al, Cr, Ti, Mn dan Co,
akan tetapi dalam hal ini unsur yang paling sering dipakai adalah Fe karena
biasanya berasosiasi dengan mineral utama yang dijumpai pada zona
limonit seperti geotit, mangan oksida (asbolit), oksida besi limonit dan

14
hematit. Pada zona limonit unsur Mg dijumpai dalam jumlah kecil karena
Mg biasanya berasosiasi dengan mineral olivin, piroksen dan serpentin
yang tidak dijumpai di zona ini.Sedangkan unsur Ni biasanya dijumpai
dalam jumlah yang tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan Ni memiliki
tingkat kelarutan yang terbatas (limited solubility) yang menyebabkan
unsur Ni akan terbawa oleh air tanah ke zona yang lebih dalam dan
sebagian kecil tertahan di zona limonit. Unsur Ni pada limonit biasanya
dijumpai dalam mineral geotit dan mangan oksida (asbolit). Dasar
klasifikasi zona limonit berdasarkan unsur kimia adalah klasifikasi
Golightly (1981) yaitu: Fe (> 25 %), MgO (< 5 %), dan Ni (<1.5 %).
2. Zona Saprolit
Secara kimiawi zona saprolit ditandai dengan kelimpahan unsur Mg dan
Ni serta berkurangnya unsur Fe. Hal tersebut disebabkan Mg dan Ni
biasanya terakumulasi dalam mineral hydrous silica yang berasal dari
leaching mineral primer penyusun batuan ultramafik. Unsur Ni pada zona
saprolit biasanya berasosiasi dengan mineral olivin, serpentin dan mineral
hydrous silica seperti garnierit dan krisopras. Unsur yang bersifat immobile
seperti Fe biasanya berkurang pada zona ini karena Fe biasanya
terakumulasi sebagai residual enrichment pada zona limonit.
Dasar klasifikasi zona saprolit berdasarkan unsur kimia adalah klasifikasi
Golightly (1972) yaitu : Fe (< 25 %), MgO (> 5 %), dan Ni (> 1.5 %).
Seperti halnya pada zona limonit klasifikasi ini tidak dapat diterapkan
sepenuhnya dalam pembagian zonasi menurut unsur kimia karena banyak
dijumpai anomali di lapangan sehingga diperlukan sedikit penyesuaian. Hal
ini disebabkan tiap daerah memiliki karakteristik yang khas namun tidak
menyimpang terlalu jauh dari model umumnya.
3. Zona Bedrock
Secara kimiawi zona bedrock merupakan zona yang memiliki komposisi
kimiawi yang masih sama dengan batuan dasar yang masih fresh. Mineral
yang umum dijumpai adalah mineral primer penyusun batuan tersebut yaitu
olivin, piroksen dan serpentin. Secara megaskopis zona bedrock dicirikan
oleh batuan yang masih segar dengan tingkat pelapukan maupun

15
serpentinisasi yang rendah dengan tekstur yang keras karena masih dalam
keadaan bongkah (boulder), kompak, dan masif, masih memperlihatkan
struktur, tekstur, dan komposisi asli dari batuan tersebut.

➢ Lapisan tanah penutup


(tebal lapisan 0-2 m)

➢ Limonit (Lapisan berkisar 1-


10 m)

➢ Lapisan Saprolit

➢ Batuan dasar
(Bedrock),batuan dasar
dengan ukuran >75

Sumber: Murdjani, 2012


Gambar 3.1 Penampang Nikel Laterit

3.2 Kegiatan Eksplorasi


Sesuai dengan undang-undang no. 3 tahun 2020 tentang pertambangan
mineral dan batubara, eksplorasi didefinisikan sebagai tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti
tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur
dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan
hidup. Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan potensi sumberdaya (resources) yang terdapat dibumi menjadi
cadangan terukur yang siap untuk ditambang (reserve).
Tujuan melakukan kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui
penyebaran bijih, jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian

16
serta untuk mengetahui posisi atau letak bijih dan lapisan batuan sekelilingnya
(country rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini kemudian dapat berguna
untuk menentukan nilai ekonomi dari suatu endapan bijih, menentukan
metode dan sistem penambangan serta umur tambang dari suatu kegiatan
penambangan endapan bahan galian tersebut.
Dalam tahap ekplorasi, penentuan kadar bijih nikel merupakan bagian
yang terpenting dimana kadar bijih nikel yang perlu diketahui adalah cut of
grade (COG), yang ditetapkan sehingga dari kadar rata-rata tiap meter per
kedalaman lubang bor dapat ditentukan nilai lubang bor tersebut. Untuk
mengetahui besarnya kadar yang diperoleh dari hasil pemboran, dilakukan
analisa kimia di laboratorium.

3.3 Tahap-tahap Kegiatan Eksplorasi


Tahap eksplorasi (Exploration Stages) adalah urutan penyelidikan geologi
yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut : Survei tinjau,
Prospeksi, Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci. Tujuan penyelidikan
geologi ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan (mineralization),
menentukan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu
endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan analisa kajian kemungkinan
dilakukannya investasi.

a. Survey Tinjau (Reconnaissance)


Adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama
berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi
regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan
inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya
berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki
lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya dilakukan apabila
datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang
mempunyai kondisi geologi yang sama.

17
b. Prospeksi (Prospecting)
Adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang
mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan
adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda
yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang
terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang
akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung
berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika.
c. Eksplorasi Umum (General Exploration)
Adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu
endapan yang teridentifikasi. Metode yang digunakan termasuk pemetaan
geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan
pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kual~tas dari suatu
endapan. lnterpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda
penyeledikan tak langsung. Tujuannya adalah untuk menentukan
gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran,
perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk
menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci
diperlukan.
d. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
Adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3
dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan
singkapan, paritan, lubang bor, shaffs dan terowongan. Jarak pencontohan
sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas
dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan
dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan
ruah (bulk sampling) mungkin diperlukan.
e. Laporan Eksplorasi (Exploration Report)
Adalah dokumentasi mutakhir dari setiap tahap eksplorasi yang
menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan

18
mineral. Laporan tersebut memberikan status mutakhir mengenai surnber
daya mineral yang dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi
berikutnya atau studi kelayakan tambang.
Di dalam pekerjaan eksplorasi, pemboran inti merupakan suatu
metoda pengambilan conto yang sangat penting. Sampel yang diperoleh
bisa berupa inti (core) dan sludge. Inti merupakan sampel yang tidak
terganggu, dengan demikian dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai keadaan mineralisasi dari endapan, sedangkan sludge
merupakan sampel yang terdiri dari hancuran-hancuran batuan yang
diangkat ke permukaan oleh fluida bor. Sampel merupakan satu bagian
yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang bisa
menggambarkan berbagai karakteristik untuk menunjukkan bukti-bukti
kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi statistik dimana sifat-
sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.
Proses pengambilan sampel ini jika ditinjau secara umum
dimaksudkan untuk mengambil sebagian dari massa (sampel) yang cukup
representatif untuk mewakili keseluruhan daerah yang diwakilinya.
Pengambilan sampel eksplorasi yang di lakukan adalah dengan cara
pemboran. Dari pemboran ini diharapkan dapat mengidentifikasi lebih
teliti penyebaran bijih nikel secara vertikal, sedangkan penyebaran
endapan secara horisontal dapat dilakukan dengan menggabungkan
beberapa titik bor.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi pada proses pengambilan
sampel, antara lain :
• Salting, yaitu peningkatan kadar pada sampel yang diambil sebagai
akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi kedalam sampel.
• Dilution, yaitu penurunan kadar akibat masuknya waste kedalam
sampel.
• Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan
posisi (lokasi) sampling (pengambilan sampel) karena tidak
memperhatikan kondisi geologi

19
• Kesalahan dalam analisa kimia, akibat sampel yang diambil kurang
representatif.

3.4 Pengertian Sumber daya dan Cadangan Berdasarkan SNI


Pengertian sumberdaya dan cadangan bahan galian sering kali rancu
dalam penggunaan dan pemahamannya. Dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI) No. SNI 4726 dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) (SNI, 2019)
disebutkan bahwa :
1. Sumberdaya Mineral (Mineral Resources)

Sumberdaya Mineral adalah bagian dari cebakan mineral pada kerak bumi,
dengan dimensi, kualitas, dan kuantitas tertentu pada suatu konsentrasi
atau keterjadian dari mineral yang memiliki nilai ekonomi dan
keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi secara
ekonomis.

a. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources)


Adalah bagian dari sumber daya mineral total yang diestimasi
meliputi tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan
mineralnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang
rendah. Titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung
dan keyakinan geologi rendah tidak cukup untuk membuktikan
kemenerusan cebakan mineral dan kadarnya.
b. Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Mineral Resource)
Adalah bagian dari sumber daya mineral total yang diestimasi
meliputi tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang
beralasan, didasarkan pada informasi yang didapatkan dari titik
pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung dan
keyakinan geologi medium. Titik pengamatan yang ada cukup untuk
menginterpretasikan kemenerusan cebakan mineral, tetapi tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan mineralnya .

20
c. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)
Adalah bagian dari sumber daya mineral total yang diestimasi
meliputi tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi,
didasarkan pada informasi yang didapat dari titik pengamatan yang
mungkin didukung oleh data pendukung dan keyakinan geologi tinggi.
Titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan
kemenerusan kadar dan kandungan mineralnya. Pada tahapan ini kajian
ekonomisnya pada tingkatan studi pelingkupan.

2. Cadangan (Reserves)
Merupakan bagian dari sumber daya mineral tertunjuk dan/atau terukur
yang dapat ditambang secara ekonomis. Dalam proses estimasi cadangan
mineral, kajian yang tepat pada tingkat minimum pra studi kelayakan (Pre
FS) harus sudah dilakukan dengan mempertimbangkan semua faktor
pengubah (modifying factors) yang relevan, meliputi teknis penambangan,
pengolahan, metalurgi, sarana dan prasarana, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial, dan peraturan perundang-undangan. Kajian tersebut
harus bisa mendemonstrasikan bahwa cadangan mineral tersebut secara
teknis dapat ditambang dan menguntungkan. Berdasarkan tingkat
keyakinannya, cadangan mineral dibagi menjadi cadangan terkira dan
cadangan terbukti. Cadangan terkira memiliki tingkat keyakinan yang
lebih rendah dibandingkan cadangan terbukti.

a. Cadangan terkira (Probable Reserves)


Adalah bagian dari sumber daya mineral tertunjuk atau sumber
daya terukur yang dapat ditambang secara ekonomis, setelah terdapat
kepastian terhadap faktor pengubah terkait yang dipertimbangkan.
Cadangan bijih terkira memiliki tingkat keyakinan yang lebih rendah
dibanding dengan cadangan bijih terbukti, tetapi sudah memiliki
kualitas yang cukup sebagai dasar membuat keputusan untuk
pengembangan suatu cebakan.

21
b. Cadangan terbukti (Proved Reserves)
Adalah bagian dari sumber daya mineral terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis setelah semua faktor pengubah yang
relevan dipertimbangkan. Pengkajian dan studi yang tepat harus telah
dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai
asumsi faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi,
ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan.
Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi
telah dapat dibenarkan dan masuk akal. Cadangan bijih terbukti
mewakili tingkat keyakinan tertinggi dari estimasi cadangan.

3. Dasar Klasifikasi
Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan berdasarkan 2 kriteria,
yaitu :

a. Aspek geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumber daya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan
sumber daya tertunjuk, begitu pula sumber daya tertunjuk harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sumber daya tereka. Sumber daya terukur dan tertunjuk secara
berturut-turut dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan
terbukti setelah memenuhi kriteria layak (Gambar 3.2). Tingkat
keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak
dari titik pengamatan.

b. Aspek ekonomi
Nilai cut off grade, metode penambangan, proses metalurgi,
mineral pengotor atau pengganggu, dan produk akhir merupakan
beberapa faktor yang terkait dengan aspek ekonomi yang perlu
diperhatikan dalam menggolongkan sumber daya dan cadangan
mineral. Gambar 3.2 di bawah ini memperlihatkan kerangka untuk
mengklasifikasikan estimasi, sumber daya mineral yang

22
mencerminkan tingkatan keyakinan geologi yang berbeda dan estimasi
cadangan dengan mempertimbangkan faktor yang menentukan tingkat
keyakinannya. Sumber daya terukur bisa ditingkatkan menjadi
cadangan terbukti jika faktor penentu telah diselesaikan atau menjadi
cadangan terkira jika ada satu atau lebih faktor penentu yang belum
diselesaikan.

Sumber : SNI, 2019


Gambar 3.2 Hubungan Umum Antara Hasil Eksplorasi, Sumberdaya
Mineral Dan Cadangan Mineral

3.5 Estimasi Sumberdaya


Estimasi sumberdaya adalah estimasi potensi dari endapan mineral yang
terletak di permukan bumi untuk mengetahui apakah endapan tersebut layak
untuk dilanjutkan ke proses penambangan selanjutnya yaitu perhitungan
cadangan.
Parameter-parameter yang penting dalam estimasi perhitungan sumber
daya meliputi:
1. Ketebalan endapan
Ketebalan endapan dapat diukur dari hasil pengamatan langsung,
perhitungan skala pada peta dan penampang, data pemboran dan logging
atau perhitungan yang kemudian ditentukan rata-ratanya.

23
2. Luas endapan
Luas endapan meliputi luas vertikal maupun horisontal. Pengukuran luas
dapat menggunakan planimeter dan dibaca paling sedikit dua kali
kemudian diambil rata-ratanya.
3. Berat jenis
Berat jenis sangat berpengaruh pada perhitungan tonase. Semakin besar
berat jenis, maka kemungkinan besar akan didapat sumberdaya dengan
tonase dalam jumlah besar, akan tetapi tetap memperhatikan apakah berat
jenis yang digunakan adalah berat jenis pada saat material basah (wet
tonage factor) atau material kering (dry tonage factor).
4. Kadar
Penentuan kadar merupakan kegiatan yang kritis dan penting, sehingga
memerlukan banyak pertimbangan karena kandungan kadar tidak selalu
sama. Dalam estimasi dan perhitungan cadangan diperhitungkan kadar
rata-ratanya yang diperoleh dibandingkan dengan cut off grade yang
berlaku.
5. Faktor Looses
a. Geological Looses, yaitu faktor kehilangan pada saat eksplorasi/
pemetaan akibat adanya variasi ketebalan, struktur.
b. Mining Looses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan,
ataupun dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan seperti
faktor alat, faktor safety, dll.
c. Processing Looses, yaitu faktor kehilangan (recovery) akibat proses
atau kehilangan pada proses lanjut seperti pada proses peleburan
(furnace).

3.6 Dasar-dasar Estimasi Cadangan


Pada dasarnya estimasi cadangan suatu endapan bahan galian, merupakan
penentu dimensi atau ukuran endapan bahan galian tersebut. Selain ukuran,
kualitas bahan galian harus diperhatikan dalam perhitungan cadangan tersebut.
Untuk menghitung cadangan suatu endapan bahan galian dibutuhkan
beberapa parameter-parameter antara lain : ketebalan, luas, kadar dan density.

24
Untuk mendapatkan data ketebalan sebenarnya dari data ketebalan semu yang
diperoleh dari pemboran terlebih dahulu harus digambarkan penampang yang
ditembus lubang bor. Melalui penampang pemboran tersebut, ketebalan
sebenarnya dapat diperoleh dengan cara mengukur tegak lurus dari endapan
yang menembus lubang bor tersebut. Apabila ketebalan endapan tersebut tak
beraturan maka ketebalan tersebut dirata-ratakan. Untuk menghitung kadar
rata-rata dari suatu endapan bahan galian, dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah : density, ketebalan dan daerah pengaruh. (Rafsanjani dan
Rafiq M., 2016)
Estimasi cadangan bermanfaat untuk hal-hal berikut ini :
➢ Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu
endapan bahan galian.
➢ Memberikan perkiraan bentuk 3 dimensi dari endapan bahan galian serta
distribusi ruang (spasial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan
urutan/tahapan penambangan yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pemilihan peralatan dan NPV (Net Present Value).
➢ Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam
perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan besaran
cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan lokasi
pembuangan tanah penutup, pabrik pengolahan, bengkel, dan fasilitas lainnya.
Dalam melakukan estimasi cadangan harus memperhatikan persyaratan
tertentu antara lain :
➢ Suatu taksiran harus mencerminkan secara tepat kondisi geologi dan
karakteristik/sifat dari endapan bahan galian.
➢ Selain itu harus sesuai tujuan evaluasi. Suatu model cadangan yang akan
digunakan untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode
penambangan dengan teknik perancangan tambang yang akan diterapkan.
➢ Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang
diolah/diperlukan secara objektif. Keputusan dipakai tidaknya suatu data
dalam penaksiran harus diambil dengan pedoman yang jelas dan konsisten.

25
Tidak boleh ada pembobotan data yang berbeda dan harus dilakukan
dengan dasar yang kuat.
➢ Metode estimasi yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji
ulang atau diverifikasi. Tahap pertama setelah estimasi cadangan selesai
adalah memeriksa atau mengecek taksiran kualitas blok (unit
penambangan terkecil). Hal ini dilakukan dengan menggunakan data
pemboran yang ada disekitarnya. Setelah penambangan dimulai taksiran
kadar dari model cadangan harus dicek ulang dengan kualitas dan tonase
yang sesungguhnya.
Untuk perhitungan volume dan tonase cadangan dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus :
➢ Volume setiap lubang bor
Perhitungan volume dapat dilakukan bila telah diketahui luasan serta
kedalaman pemboran, yang mana luasnya didapatkan dengan cara :
A = Panjang x Lebar……………………..(3.1)
Keterangan :
A = luas (m2)
Panjang = diasumsikan dengan spasi titik bor (m)
Lebar = ketebalan tiap lubang bor (m)

Volume dari masing-masing daerah pengaruh dapat diestimasikan


denggan menggunakan persamaan :
V = A.t ……………………………………..(3.2)
Dimana :

V = Volume daerah pengaruh (m3)

A = Luas daerah pengaruh (m2)

t = Tebal bijih (m)

➢ Volume Total
Untuk mendapatkan total volume keseluruhan dengan cara
menjumlahkan semua volume lubang bor, dirumuskan dengan :
VTot = V1 + V2 + V3 + ………..+ Vn ……………(3.3)
Keterangan :

26
VTot = Volume total (m3)
V1-3 = Volume setiap lubang bor (m3)
Vn = Volume ke-n
➢ Menghitung Tonase
T = V x BJ…………………………………(3.4)
Keterangan :
T = Tonase (M/T)
V = Volume (m3)
BJ = Berat Jenis (N/m3)

Parameter-parameter yang penting dalam estimasi dan perhitungan


cadangan meliputi:
1. Ketebalan endapan
Ketebalan endapan dapat diukur dari hasil pengamatan langsung,
perhitungan skala pada peta dan penampang, data pemboran dan
logging atau perhitungan yang kemudian ditentukan rata-ratanya.
2. Luas endapan
Luas endapan meliputi luas vertikal maupun horisontal.
Pengukuran luas dapat menggunakan planimeter dan dibaca paling
sedikit dua kali kemudian diambil rata-ratanya.
3. Berat jenis
Berat jenis sangat berpengaruh pada perhitungan tonase. Semakin
besar berat jenis, maka kemungkinan besar akan didapat cadangan
dengan tonase dalam jumlah besar, akan tetapi tetap memperhatikan
apakah berat jenis yang digunakan adalah berat jenis pada saat material
basah (wet tonage factor) atau material kering (dry tonage factor).
4. Kadar
Penentuan kadar suatu endapan bijih merupakan kegiatan yang
kritis dan penting, sehingga memerlukan banyak pertimbangan karena
kandungan kadar suatu endapan mineral tidak selalu sama. Dalam
estimasi dan perhitungan cadangan diperhitungkan kadar rata-ratanya
yang diperoleh dibandingkan dengan cut off grade yang berlaku.

27
5. Variabilitas kadar endapan
Keanekaragaman kadar pada bijih akan mempengaruhi distribusi
kadar, semakin tinggi proporsi mineralnya, maka homogenitas kadar
semakin rendah. Dengan kata lain tidak ada endapan berkadar tinggi
dengan variasi tinggi. Besar variabilitas dari nilai produk sampel besar,
standar deviasi dapat memberi harga tinggi terhadap koefisien variasi.
6. Faktor Looses
a. Geological Looses, yaitu faktor kehilangan pada saat eksplorasi/
pemetaan akibat adanya variasi ketebalan, struktur.
b. Mining Looses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan,
ataupun dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan seperti
faktor alat, faktor safety, dll.
c. Processing Looses, yaitu faktor kehilangan (recovery) akibat proses
atau kehilangan pada proses lanjut seperti pada proses peleburan
(furnace). (Abdan Syakura, 2020)

3.7 Metode Estimasi Cadangan


Dalam melakukan estimasi cadangan haruslah ideal dan sederhana, cepat
dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan dan kegunaan.
Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan yang dipilih
harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat menghasilkan
tingkat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka tingkat
kebenaran perhitungan tergantung pada ketepatan dan kesempurnaan
pengetahuan atas endapan mineral seperti asumsi-asumsi yang digunakan
untuk menginterprestasikan variabel pada batas-batas endapan. (Thamsi,
Budiman, 2016)
1. Metode Inverse Distance Weight
Metode Inverse Distance Weight (IDW) merupakan metode
deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik
disekitarnya (Arif, 2019).

28
Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip
pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight)
akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel.
Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel.
Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas
pada nilai yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel
terhadap hasil interpolasi disebut sebagi isotropic. Dengan kata lain,
karena metode ini menggunakan rata-rata dari data sampel sehingga
nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau lebih besar dari data
sampel. Jadi, puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat
ditampilkan dari hasil interpolasi model ini (Irzan, 2016).
Untuk mendapatkan hasil yang baik, sampel data yang digunakan
harus rapat yang berhubungan dengan variasi lokal. Jika sampelnya
agak jarang dan tidak merata, hasilnya kemungkinan besar tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Metode ini dapat dibagi menjadi tiga bagian
antara lain yaitu :
1
𝑑𝑗
Untuk ID pangkat 1 : 𝑊𝑗 = 𝑗 1 ……………………(3.5)
∑𝑖=1
𝑑𝑖
ad
1
𝑑𝑗2
Untuk ID pangkat 2 : 𝑊𝑗 = 𝑗 1
∑𝑖=1 2
𝑑𝑗 ……………………(3.6)
1 ad
𝑑𝑗𝑛
Untuk ID pangkat 3 : 𝑊𝑗 = 𝑗 1
∑𝑖=1 𝑛
𝑑𝑗 ……………………(3.7)
ad
Maka, hasil taksiran : Z= ∑𝑗𝑖=0 𝑊𝑖 . 𝑍𝑗 ……………………(3.8)
ad
Keterangan :
Z = kadar yang ditaksir
d = Jarak titik yang ditaksir
Zi = Titik Data
Wi = Faktor Pembobotan
n = jumlah data
i = kadar ke-i (i = 1,.....,n)
di = jarak antar titik yang ditaksir dengan titik ke-i yang menaksir
(m)

29
2. Metode Kriging
Kriging adalah teknik untuk melakukan prediksi atau penaksiran
pada lokasi-lokasi tersampel disekitarnya. Penggunaan metode kriging
dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap pertama menghitung nilai
variogram atau semivariogram dan fungsi covarians. Tahap kedua
adalah melakukan prediksi pada lokasi tak tersampel. (Wawan, 2019)
Tidak seperti metode IDW, Kriging memberikan ukuran error dan
confidence. Metode ini menggunakan semivariogram yang
merepresentasikan perbedaan spasial dan nilai diantara semua pasangan
sampel data. Semivariogram juga menunjukkan bobot (weight) yang
digunakan dalam interpolasi. Semivariogram dihitung berdasarkan
sampel semivariogram dengan jarak h, beda nilai z dan jumlah sampel
data n. Pada jarak yang dekat (sumbu horisontal), semivariance bernilai
kecil. Tetapi pada jarak yang lebih besar, semi-variance bernilai tinggi
yang menunjukkan bahwa variasi dari nilai z tidak lagi berhubungan
dengan jarak sampel point. Tahapan dalam menggunakan metode ini
adalah : analisa statistik dari sampel data, pemodelan variogram,
membuat hasil interpolasi dan menganalisa nilai variance. Kelemahan
dari metode ini adalah tidak dapat menampilkan puncak, lembah atau
nilai yang berubah drastis dalam jarak yang dekat. (Alfiana, 2010)
a. Pemodelan Semivariogram
Semivariogram menggambarkan selisih rata-rata antara harga
titik conto yang terpisah oleh jarak pada arah tertentu atau titik-titik
yang dipisahkan oleh leg tertentu. Menurut Armstrong (1998)
semivariogram eksperimental adalah semivariogram yang diperoleh
dari data hasil pengukuran. Semivariogram eksperimental dinyatakan
dalam rumus sebagai berikut

𝛶(ℎ) =
1
∑𝑛𝑖=1( 𝑥𝑖 - 𝑥𝑖 +ℎ )2 …………………………..(3.9)
2𝑛

Keterangan :

𝛶(h) = Semivariogram untuk arah tertentu dari jarak h


h = Jarak antara conto atau lag semivariogram

30
xi = Nilai variabel

xi+h = Nilai variabel yang terpisah sejauh h

n = Jumlah pasangan data


Untuk melakukan analisa geostatistik perlu dilakukan
pencocokan antara bentuk semivariogram eksperimental dengan
semivariogram teoritis yang mempunyai bentuk kurva paling
mendekati. Dari analisis variogram akan diperoleh nilai parameter
nugget (Co), range (a) dan sill (C).
1.) Range
Range adalah jarak dimana variogram telah mencapai titik yang
memiliki bentuk grafik yang datar. Jarak yang dimaksud adalah jarak
dimana variogram mencapai nilai sill.

2.) Sill
Sill adalah masa stabil suatu variogram dalam mencapai range.
Variogram menjadi grafik yang berbentuk datar karena variansnya
sudah tidak mengalami perubahan.

3.) Nugget effect


Pada umumnya nilai variogram pada h = 0 adalah 0. Berbagai
faktor seperti kesalahan pada proses sampling atau variansi data pada
sebaran kadar bitumen yang sangat tinggi dapat menyebabkan nilai
variogram pada titik awal ini tidak sama dengan nol. Loncatan nilai
variogram pada titik awal ini disebut dengan nugget effect.
Perbandingan antara nugget effect terhadap sill biasa disebut dengan
relative nugget effect dan dinyatakan dalam persen.

3.8 Surpac 6.6


Salahsatu fungsi software surpac 6.6 adalah untuk mengetahui bentuk
cadangan dan menghitung jumlah cadangan tersebut berdasarkan data-data
yang di perlukan. Untuk menghitung cadangan pada surpac di butuhkan
beberapa data dianataranya data log bore, data topografi serta data-data yang
mendukung dalam pemodelan suatu endapan bahan galian. Produk-produk

31
yang mendukung dalam surpac ini meliputi : geological data base, block
model, design dan survey data base. (Agustinus, 2017)
Perangkat lunak ini dapat memberikan kenampakan 3D (3Dimensi) yang
tentunya dengan pertimbangan dari aspek keakurasian dan keefisienan. Surpac
6.6 menyediakan beberapa fasilitas untuk penggambaran lengkung horizontal
dan lengkung vertikal, desain pit, perhitungan volume, dan pencetakan
rancangan akhir (Geovia Surpac Group, 2013).

32

You might also like