You are on page 1of 21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Modul Elektronik (E-Modul)

Modul elektronik atau E-Modul adalah versi elektronik

dari modul cetak yang berisi teks, gambar, animasi, dan video

yang dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri yang dapat

diakses melalui alat bantu navigasi yang terdapat pada E- Modul.1

E-Modul adalah bahan ajar yang di dalamnya terdapat materi,

metode, kendala, cara mengevaluasi yang disusun secara

sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan.2 E-Modul dapat menampilkan informasi dalam

bentuk buku yang disajikan secara elektronik pada hardisk, disket,

CD atau flashdick yang dapat diakses melalui perangkat

elektronik, seperti komputer, gudget, tablet, netbook.3

Berdasarkan beberapa definisi E-Modul di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa E-Modul merupakan bahan ajar versi

1
Raviqa A.F Maisessa, Erviyenni. Hal. 196.
2
Muhamad Nazar, Haris Zulvianda, dan Latifah Hanum, ‘Pengembangan E-Module Kimia
SMA Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kimia (JIMPK), 1.3, 9–16.
3
Wijayanto dan Muhammad Saifuddin Zuhri, ‘Pengembangan E-Modul Berbasis Flip
Book Maker Dengan Model Project Based Learning Untuk Mengembangkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika’, Jurnal Prosiding Mathematics and Sciences Forum, 2014, 265–
268.
17
18

elektronik yang dapat dibuat oleh guru sebagai fasilitator dalam

proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam

meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar. Pada

dasarnya, E-Modul memiliki karakteristik yang diadaptasi dari

versi modul cetak.

Berikut karakteristik yang terdapat pada E-Modul.4

1) Self instruction

Self instruction adalah salah satu karakteristik fundamental

sebuah modul yang membantu siswa belajar mandiri tanpa

harus melibatkan orang lain. Agar mencapai karakteristik self

instruction sebuah modul harus memenuhi hal berikut ini:

a) Menampilkan tujuan pembelajaran, Standar Kompetensi

(SK), dan Kompetensi Dasar (KD) secara jelas.

b) Menampilkan materi pembelajaran menjadi beberapa

kegiatan pembelajaran dan mengemasnya secara khusus

agar memudahkan siswa dalam belajar.

c) Menampilkan contoh dan ilustrasi yang disesuaikan dengan

materi pembelajaran yang ditampilkan secara kontekstual.

d) Menampilkan soal latihan, tugas, dan semacamnya

sehingga meningkatkan pemahaman pada diri siswa

terhadap materi pembelajaran.

4
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas and Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, Panduan Praktis Penyusunan E-Modul Pembelajaran, ed. by Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta, 2017).
19

e) Menggunakan bahasa yang komunikatif agar mudah untuk

dimengerti.

f) Menampilkan rangkuman materi pembelajaran.

g) Menampilkan informasi mengenai rujukan atau referensi

yang memuat materi yang dipelajari.

2) Self Contained

Self contained adalah karakteristik dari modul yang

menampilkan materi pembelajaran secara lengkap dan utuh

yang diselaraskan dengan Standar Kompetensi (SK) serta

Kompetensi Dasar (KD) yang dicapai. Hal tersebut bertujuan

agar siswa dapat memahami materi pembelajaran sendiri.

3) Stand Alone

Stand alone adalah karakteristik dari modul yang tidak

bergantung penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran.

4) Adaptive

Suatu modul harus dapat beradaptasi dengan ilmu pengetahuan

dan teknologi, serta fleksibel untuk dimanfaatkan.

5) User Friendly

Suatu modul harus mudah untuk dimanfaatkan dan dipahami

bagi penggunanya.

6) Konsisten terhadap penyajian isi modul dalam hal segi font,

spasi, dan tata letak.

7) Dapat diakses dengan mudah menggunakan perangkat


20

elektronik seperti komputer, laptop, gudget, tablet, netbook.

8) Menggunakan banyak fitur yang terdapat dalam software akan

yang digunakan.

E-Modul pembelajaran mudah untuk dipahami dan

digunakan dalam proses pembelajaran maka hendaknya dalam

penyusunan E-Modul mengikuti tahap-tahap penyusunan sebagai

berikut:5

1) Menetapkan judul dari E-Modul yang hendak disusun.

2) Mempersiapkan sumber referensi atau rujukan seperti buku, dll.

3) Mengidentifikasi Kompetensi Dasar (KD), materi

pembelajaran, dan mendesain kegiatan pembelajaran dari E-

Modul.

4) Mengidentifikasi Indikator Pencapaian Kompetensi

(IPK) dan merancang instrumen penilaian.

5) Mendesain format penulisan dari E-Modul.

6) Merancang E-Modul pembelajaran.

7) Melakukan validasi dan finalisasi terhadap E-Modul

pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk. E-Modul yang

benar-benar valid untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan

dalam proses pembelajaran.

Pada penggunaan E-Modul dalam proses pembelajaran

tentunya terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan. Adapun

5
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, ed. by Pustaka Setia (Bandung, 2011).
21

beberapa keunggulan dari penggunaan E-Modul, yaitu (1)

Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa karena penyajian

dari E-Modul yang jelas dan sesuai dengan kemampuan (2)

Memberikan kemudahan bagi guru untuk mengetahui kemampuan

yang dimiliki siswa melalui kegiatan evaluasi (3) Penyajian materi

pembelajaran dalam E-Modul tersusun secara utuh dan

sistematis (4) Penyajian materi pembelajaran dalam E-Modul

yang didesain secara menarik dan interaktif.6 Sementara itu,

kelemahan dari penggunaan E- Modul, yaitu (1) Memerlukan

biaya yang tinggi dan waktu yang lama dalam pembuatan E-

Modul (2) Pada saat penggunaan E-Modul dalam proses

pembelajaran memungkinkan siswa untuk membuka aplikasi lain

yang mengakibatkan siswa menjadi kurang fokus pada

pembelajaran, sehingga guru di sini harus berperan dalam

mengawasi, memberikan motivasi, dan bimbingan bagi siswa.7

2. Guided Inquiry
Guided inquiry merupakan model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk menentukan informasi yang diperoleh agar

menambah pemahaman terhadap masalah tertentu.8

6
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah……, hal.3.
7
Ibid, hal.3.
8
Carol C. Kuhlthau.hal 2
22

Model pembelajaran ini diterapkan dengan mengutamakan

proses belajar mengajar pada siswa secara aktif serta mandiri

untuk mengikuti proses pembelajaran di bawah bimbingan atau

arahan dari guru. Melalui adanya keterlibatan aktif dari siswa akan

membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dapat

membantu mempermudah pemahaman pada materi yang

disampaikan.9 Peran guru dalam pembelajaran guided inquiry

adalah menyampaikan petunjuk beserta bimbingan pada siswa

untuk dapat mengerti pembelajaran.

Model pembelajaran guided inquiry membuka peluang bagi

siswa agar memahami materi pembelajaran dengan menemukan

fakta, konsep, dan prinsip berdasarkan pengalaman yang

diperolehnya secara langsung selama proses pembelajaran,

sehingga siswa tidak hanya sekedar belajar dengan membaca dan

menghafalkan materi pembelajaran saja namun juga mendapatkan

kesempatan secara langsung dalam proses pembelajaran.10

Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh siswa dapat

tersimpan lama dalam memorinya sehingga dapat menjadikan

siswa lebih paham terhadap materi yang dibahas yang membuat

hasil belajar dapat meningkat.

9
Wisnu Sunarto, Agung Dono Sambodo, dan Sri Wardani, ‘Keefetifan Metode Inkuiri
Terbimbing Berbantuan Media ChemGame Untuk Meningkatkan Kemampuan Interpersonal’,
Jurnal Chemistry in Education, 7.2 (2018), 23–26.
10
Suyono, Rosalina Eka Permatasari, dan Leny Yuanita, ‘Implementasi Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sifat Koligatif Larutan’, Jurnal Pena Sains, 1.2
(2014), 12–14.
23

Pada dasarnya, model pembelajaran guided inquiry

mempunyai beberapa karakteristik tertentu yaitu:11

1) Mengembangkan kemampuan berpikir pada diri siswa

berdasarkan pengalaman yang diperolehnya.

2) Siswa belajar dengan aktif dan mandiri dengan apa yang telah

diketahuinya melalui bimbingan atau arahan dari guru dalam

proses pembelajaran.

3) Perkembangan siswa terjadi melalui serangkaian tahapan.

4) Guru berperan sebagai pemimpin dalam mengontrol proses

pembelajaran yang sedang berlangsung.

5) Guru memotivasi siswa untuk menjelaskan hasil dari

pendapatnya.

Model guided inquiry merupakan model pembelajaran yang

membimbing siswa mencapai tahapan dari tahap orientasi,

merumuskan masalah, menyusun hipotesis, pengumpulan data,

menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan. Adapun dari tahapan

tersebut meliputi:12

1) Pemberian masalah, pada tahapan ini guru menyajikan satu

permasalahan/persoalan yang menarik perhatian siswa agar

bisa menjawab persoalan itu sebelum adanya pembuktian.

11
Kuhlthau dan Carol, Guided Inquiry: A Framework for Learning Through School
Libraries 21st School, ed. by CISSL (New Jersey, 2007).
12
Matezynski dan Rowley Lasley, ‘Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Belajar Kimia’, Jurnal Pendidikan Kimia
Indonesia, 1.1 (2002).
24

2) Perumusan masalah, dalam tahapan ini setelah adanya

permasalahan siswa diminta agar bisa membuat daftar

pertanyaan.

3) Membuat hipotesis, dalam tahapan ini pendidik meminta

siswa agar bisa merumuskan hipotesis ataupun jawaban

sementara sesuai dengan apa yang siswa temui di dalam

permasalahannya itu.

4) Melakukan percobaan, dalam tahapan ini siswa diminta untuk

melaksanakan eksperimen berupa praktikum dengan arahan

dari guru.

5) Mengumpulkan data, dalam tahapan ini guru meminta siswa

agar bisa menuliskan pendataan yang didapat dari tahapan

eksperimen guna untuk menemukan jawaban yang

sebenarnya atau untuk menguji hipotesis yang sudah dijawab.

6) Analisis data, dalam tahapan ini guru memberi jawaban yang

sesungguhnya ke siswa dari tahap perumusan masalah yang

ada.

7) Menarik kesimpulan, pada tahapan ini siswa berdiskusi

kelompok dalam hal mengembangkan wawasan siswa.

Berdasarkan tahapan dari model pembelajaran guided inquiry,

penerapan pembelajaran guided inquiry dirasa cocok jika

dipadukan dalam pengembangan bahan ajar berupa E-Modul

materi hidrolisis garam. Adanya pembelajaran tersebut, membantu


25

siswa dalam menemukan jawaban terhadap masalah yang

disajikan berdasarkan bimbingan atau arahan dari guru, sehingga

siswa akan terlibat secara aktif dan mandiri untuk memperoleh

pemahaman secara langsung dalam proses pembelajaran.

3. Flip PDF Professional

Flip Pdf Professional ini terlihat seperti buku yang dapat

dibolak-balik saat membacanya. Flip Pdf Professional

memungkinkan untuk membuat flipbook dengan berbagai fungsi

serta page editor dari file pdf. Flip Pdf Professional

memungkinkan setiap orang untuk berkreasi dengan efek

interaktif seperti menambahkan multimedia berupa video,

animasi, gambar, hyperlink, youtube sehingga setiap orang dapat

membuat buku yang bagus dan mudah dibaca. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa Flip Pdf Professional adalah alat yang cocok

untuk menyajikan bahan ajar yang menarik untuk belajar kimia

dan dapat digunakan secara offline.

4. Hidrolisis Garam

Materi yang dipelajari dalam pengembangan E-Modul ini

adalah hidrolisis garam yang di dalamnya mencakup beberapa

kompetensi dasar. Pokok materi yang diulas dalam E-Modul

berbasis guided inquiry berbantuan Flip Pdf Professional yang

dikembangkan ini terdiri dari tiga subbab kegiatan pembelajaran

adalah konsep hidrolisis garam, sifat dan jenis hidrolisis garam,


26

menentukan pH larutan. Hidrolisis dari kata hidro artinya air dan

lisis yang berarti membelah, sedangkan garam merupakan senyawa

ionik dari reaksi asam dan basa yang merupakan elektrolit kuat

yang larut sempurna dalam air. Hidrolisis garam menggambarkan

reaksi anion atau kation atau keduanya dari garam dengan air. pH

suatu larutan dipengaruhi oleh hidrolisis garam.13

Pada konsep asam basa, senyawa garam terbentuk ketika

larutan asam bereaksi dengan larutan basa. Saat kita melarutkan

garam dalam air ada dua pilihan yang terjadi, yaitu:

a. Anion dari asam lemah (misalnya CH3COO– dan CN– ) atau

kation dari basa lemah (misalnya NH4+ , Fe2+, dan Al3+) dapat

bereaksi dengan air.

Contoh:

NH4+ + H2O ⇌ NH4OH + H+

b. Anion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl– dan NO3 –)

atau kation dari basa kuat (misalnya Na+ , K+ , dan Ca2+) tidak

bereaksi dengan air atau tidak mengalami hidrolisis.

Contoh:

Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi

Dengan demikian, hidrolisis hanya terjadi pada pelarutan

senyawa garam dari anion asam lemah dan kation basa lemah,

sedangkan garam bersifat netral (dari anion asam kuat dan kation

13
Chang.
27

basa kuat) tidak terhidrolisis. Garam adalah senyawa ion terdiri

dari kation logam dan anion sisa asam. Kation garam berasal dari

basa, sedangkan anion berasal dari asam. Jadi, setiap komponen

garam mempunyai komponen basa (kation) dan asam (anion).

Sifat larutan garam berdasarkan kekuatan asam basa dari penyusun

garam.

Sifat garam yang terbentuk dibedakan sebagai berikut:

a. Garam netral, terdiri dari asam kuat dan basa kuat (tidak

terhidrolisis)

b. Garam asam, terbentuk dari asam kuat dan basa lemah

(hidrolisis parsial)

c. Garam basa terbentuk dari asam lemah dan basa kuat (hidrolisis

parsial)

d. Garam yang sifatnya bergantung pada nilai tetapan ionisasi

asam dan tetapan ionisasi basa (Ka dan Kb), terbentuk dari asam

lemah dan basa lemah (terhidrolisis total).

Ka > Kb, garam bersifat asam

Ka < Kb, garam bersifat basa

Ka = Kb , garam bersifat netral

Reaksi hidrolisis adalah reaksi kesetimbangan yang

mengakibatkan pH pada larutan berubah. Tetapan kesetimbangan

dari reaksi hidrolisis disebut tetapan hidrolisis yang dinyatakan

dengan Kh. Persamaan digunakan untuk menghitung pH dari


28

larutan garam adalah sebagai berikut:

1. Garam Terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Garam dari asam lemah dan basa kuat menghasilkan anion asam

lemah ketika dilarutkan dalam air. Garam yang berasal dari asam

lemah dan basa kuat sebagian terhidrolisis dan bersifat basa.

2. Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam dari asam kuat dan basa lemah apabila dilarutkan dalam air

menghasilkan kation dari basa lemah. Garam dari asam kuat dan

basa lemah sebagian terhidrolisis dan bersifat asam.

3. Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Garam dari asam lemah dan basa lemah terionisasi ketika

dilarutkan dalam air dan kedua garam tersebut bereaksi dengan air.

Jenis larutan ditentukan oleh tetapan kesetimbangan asam (Ka) dan

nilai kesetimbangan basa (Kb) komponen garam. Jika Ka > Kb maka

larutan akan bersifat asam, namun ketika Ka < Kb maka larutan

bersifat basa.

4. Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak menimbulkan reaksi

pada saat dilarutkan dalam air. Karena ketika dianggap beraksi

maka segera terionisasi kembali sepenuhnya dan membentuk ion

semula. Sehingga konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air tidak

terganggu dan larutan menjadi netral.


29

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sifat garam yang

terhidrolisis dari asam kuat dan basa lemah; basa kuat dan asam

lemah; asam lemah dan basa lemah; serta asam kuat dan basa kuat.

Sifat garam yang terhidrolisis menghasilkan pembentukan garam

bersifat asam, basa, atau netral. Oleh karena itu, materi reaksi dan

kesetimbangan asam-basa dipelajari sebelum hidrolisis garam.

B. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran berkualitas bisa terwujud apabila siswa

dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara meningkatkan

kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dengan

pembelajaran online. Namun, dalam faktanya pemanfaatan teknologi

dalam proses pembelajaran kimia di sekolah masih belum optimal. Hal

ini membuat pembelajaran masih terkendala media pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa bahan ajar kimia yang digunakan di SMAN 1

Ngunut Tulungagung masih menggunakan bahan ajar cetak akibatnya

siswa bosan dan lebih tertarik jika materi kimia dikemas secara

interaktif. Selain itu, rendahnya pemahaman konsep kimia khususnya

materi hidrolisis garam dikarenakan banyak menghafal materi dan

rendahnya berpikir pada siswa. Guru juga belum memanfaatkan

teknologi untuk mengembangkan bahan ajar secara mandiri.

Materi hidrolisis garam adalah materi kimia yang dianggap sulit

karena bersifat abstrak yang dapat dengan mudah dipahami


30

menggunakan analisis multipel representasi. Oleh karena itu, materi

hidrolisis garam harus divisualisasikan menggunakan gambar, video,

dan animasi yang disusun dalam modul elektronik (E-Modul).

Pengembangan E-Modul berbasis guided inquiry menggunakan

flip pdf professional materi hidrolisis garam pada siswa kelas XI

SMA/MA dilakukan berdasarkan model pengembangan 4D

dimodifikasi menjadi 3D sehingga dapat dihasilkan produk e-modul

yang valid, layak, inovatif dan menarik. Berdasarkan hal tersebut,

maka kerangka berpikir penelitian disajikan pada diagram berikut.

HARAPAN FAKTA
a. Proses pembelajaran kimia a. Proses pembelajaran kimia yang
menuntut siswa belajar aktif dan monoton dan membosankan.
mandiri. b. Pembelajaran kimia dianggap
b. Model pembelajaran yang sulit dan tidak disukai siswa
inovatif. karena metode ceramah.
c. Ketersediaan bahan ajar yang c. Bahan ajar kimia yang digunakan
sesuai sehingga menemukan masih sebatas pada penggunaan
konsep sendiri dan terampil dalam bahan ajar cetak.
menggunakan teknologi. d. Bahan ajar cetak yang tersedia
d. Bahan ajar yang diharapkan yaitu sulit untuk dipahami dan kurang
bahan ajar yang sederhana, menarik.
mudah untuk dipahami siswa, dan e. Belum tersedianya E-modul
sistematis. berbasis guided inquiry
berbantuan flip pdf professional
pada materi hidrolisis garam.

MASALAH

Diperlukan
Proses pengembangan E-Modul ini menggunakan model penelitian pengembangan 4D oleh
Pengembangan
S. Thiagarajan, E-Modul
Dorothy S.Berbasis
Semmel,Guided InquiryI.Menggunakan
dan Melvyn Semmel yang Flip Pdfdari
terdiri Professional
empat tahap
Pada Materi
pengembangan,Hidrolisis
Uji validasi E-Modul Garam
yaitu dilakukanPada
define, design,Siswa Kelas
oleh 2develop, XI
validatordan SMA/MA
disseminate.
yang terdiri dariNamun, dalam
satu dosen penelitian
kimia dan
pengembangan ini hanya dilakukan
satu guru mata pelajaran kimia. hingga tahap develop.
Dilakukan dengan model pembelajaran

Dilakukan
31

C. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan judul

penelitian pengembangan ini disajikan dalam tabel sebagai berikut:

E-Modul Berbasis Guided Inquiry Menggunakan Flip Pdf Professional Pada Materi
Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI SMA/MA
Diperoleh REVISI 2
Uji coba E-Modul menggunakan angket respon siswa. E-Modul ini diuji cobakan secara
terbatas pada beberapa siswa.
No. Identitas Orisinilitas Persamaan Perbedaan
Penelitian
Gambar 2.1 Skema dari Kerangka Berpikir
32

1. Nita Herawati ▪ Menghasilkan Sama-sama 1. Materi


dan Ali Muhtadi E-Modul mengembangkan berbeda
“Pengembangan interaktif pada E-Modul 2. Subyek
Modul mata pelajaran penelitian
Elektronik kimia kelas XI berbeda
(E- Modul) IPA SMA 3. Tidak
Interaktif pada ▪ Modul mengukur
Mata Pelajaran Elektronik (E- efektivitas
Kimia Kelas XI Modul) yang dari E-Modul
IPA SMA” dikembangkan 4. Aplikasi yang
(Jurnal Inovasi tergolong layak digunakan
Teknologi digunakan berbeda
Pendidikan, sebagai bahan 5. Tidak
Vol. 5, No. 2, ajar menurut menggunakan
tahun 2018) ahli materi dan model
ahli media pembelajaran
▪ Modul berbasis
Elektronik (E- guided
Modul) yang inquiry
dikembangkan
mendapat
efektif
meningkatkan
hasil belajar
siswa pada saat
pembelajaran
dengan rata-rata
skor yang
diperoleh
sebesar 4,8
2. SitiYuli E-Book interaktif Materi yang 1. Subyek
Eskawati dan I pada materi diteliti sama penelitian
Gusti Made hidrolisis garam yaitu hidrolisis 2. Bahan ajar
Sanjaya“Penge yang garam yang
mbangan E- dikembangkan dikembangka
Book Interaktif dinyatakan sangat n bukan E-
pada Materi layak digunakan Modul
Hidrolisis sebagai sumber 3. Aplikasi yang
Garam belajar yang digunakan
Sebagai ditunjukkan dari berbeda
Sumber penilaian yang 4. Tidak
Belajar Siswa diperoleh guru menggunakan
Kelas XI IPA”
33

(Unesa kimia sebesar model


Journal of 88,33% dan pembelajaran
Chemical respon siswa berbasis
Education, sebesar 89,11% guided
Vol. 1, No. 2, inquiry
Tahun 2012)

3. Yotiani, Adanya ▪ Pengembangan 1. Pengembangan


Kasmdi Imam peningkatan yang bahan ajar E-Modul
Supardi dan signifikan dari ▪ Desain model 2. Berbasis Inkuri
Murbangun kemampuan penelitian dan Terbimbing
Nuswowati berfikir kritis siswa pengembangan 3. Desain model
“Pengembangan sesudah Borg and Gall penelitian dan
Bahan Ajar pembelajaran sampai uji coba pengembangan
Hidrolisis Garam dengan skala kecil guna 4D. Model
Bermuatan menggunakan untuk sampai tahap
Karakter bahan ajar peningkatan Desseminate
Berbasis Inkuiri bermuatan karakter kemampuan Materi
Terbimbing berbasis inkuiri berfikir kritis Hidrolisis
Untuk terbimbing. siswa Garam
Meningkatkan Dengan 4. Tidak
Kemampuan peningkatan menggunakan
Berfikir Kritis kemampuan aplikasi flip
Siswa” (Jurnal berfikir kritis siswa pdf
Inovasi dalam penelitian ini professional
Pendidikan dikarenakan
Kimia, Vol. 10, adanya kegiatan
No. 2, 2016) pembelajaran yang
didalamnya
terdapat desain
pembelajaran yang
berbasis inkuiri
terbimbing
34

4. Resa Afrinadan ▪ E-Modul 1. Model 1. Materi berbeda


Andromeda Asam Basa pembelajaran 2. Subyek
“Pengembangan yang yang digunakan penelitian
Modul Asam dikembangkan sama yaitu 3. Bahan ajar
Basa Berbasis tergolong sangat berbasis guided yang
Inkuiri valid digunakan inquiry dikembangkan
Terbimbing dalam proses bukan E-Modul
Terintegrasi pembelajaran 4. Tidak
Eksperimen dengan skor menggunakan
untuk rata-rata uji aplikasi flip
Pembelajaran validitas yang pdf
Kelas XI sangat tinggi professional
Tingkat yaitu sebesar 5. Tidak
SMA/MA” 0,92 mengukur
(Jurnal of ▪ E-Modul validitas dan
Residu, Vol. Asam Basa kepraktisan.
3,No. 13, yang
Tahun 2019) dikembangkan
menunjukkan
kategori
kepraktisan
yang sangat
tinggi dengan
rata-rata skor
kepraktisan
yang diperoleh
sebesar 0,82,
sehingga modul
tersebut dapat
menjadi sumber
belajar bagi
siswa.
5. Yusriana Terdapat 1. Sama- sama 1. Materi berbeda
Soejana, pengaruh media mengembangkan 2. Subyek
Muhammad pembelajaran E-2. E-Modul penelitian
Anwar, dan Modul berbasis 3. Tidak
Sudding flipbook pada menggunakan
“Pengaruh model aplikasi flip
Media E-Modul pembelajaran pdf
Berbasis problem based professional
Flipbook pada learning terhadap 4. Model
motivasi dan hasil pembelajaran
yang
35

Model Problem belajar siswa kelas digunakan


Based Learning XI MIPA SMA berbeda
(PBL) Terhadap Negeri 1 Wajo 4. Tidak
Motivasi dan pada materi sifat mengukur
Hasil Belajar koligatif larutan. motivasi dan
Peserta Didik hasil belajar
Kelas XI dari E-Modul
SMA Negeri 1
wajo (Studi
Pada Materi
Pokok Sifat
Koligatif
Larutan” (Jurnal
Chemica, Vol.
21, No. 2,
Tahun 2020)

6. Lusyana E-Modul ▪ Sama- sama 1. Materi


Rahman, Ramlan berbantuan flip mengembangkan E- berbeda
Silaban, dan pdf professional E--Modul 2. Subyek
Nurfajriani yang ▪ Sama- sama penelitian
“Pengembangan dikembangkan menggunakan berbeda
E-Modul tergolong layak aplikasi flip pdf 3. Tidak
Berbantuan Flip digunakan sebagai professional menggunakan
Pdf Professional bahan ajar kimia model
untuk dengan skor rata- pembelajaran
Pembelajaran rata yang berbasis
Kimia Non diperoleh sebesar guided
Logam pada 3,61 atau 90,4%. inquiry
Pokok Bahasan
Karbon dan
Silikon” (Jurnal
Doconomic
Sci-meet, Vol.1,
Tahun 2021)

7. Made Intan ▪ Lembar Kerja Materi yang 1. Subjek


Pradnyamita, I Siswa (LKS) diteliti sama Penelitian
Nyoman Tika, dengan model yaitu hidrolisis berbeda
dan I Ketut pembelajaran garam 2. Bahan ajaryan
Sudiana discovery dikembangkan
“Pengembanga learning yang bukan E-Modul
Lembar dikembangkan 3. Tidak
Kerja Siswa tergolong baik menggunakan
(LKS) dengan berdasarkan aplikasi flip pdf
36

Model Discovery hasil uji validasi 3. Model


Learning pada dengan skor pembelajaran
Materi Hisrolisis rata-rata sebesar yang
Garam”(Jurnal 3,10. digunakan
Pendidikan ▪ Lembar Kerja berbeda
Kimia Undiksha Siswa (LKS) 4. Tidak
Vol.3, No. 2, dengan model mengukur
Tahun 2019) pembelajaran tingkat
discovery kevalidan dan
learning yang keterbacaan
dikembangkan
memiliki tingkat
keterbacaan
yang baik dan
mudah
dipahami oleh
siswa dengan
skor rata-rata
hasil uji
keterbacaan
yang diperoleh
sebesar 3,46.
8. Ryzal Perdana, Modul kimia 1. Pengembangan ▪ Desain model
Ashadi, dan Sri berbasis inkuiri Modul penelitian dan
Yamtinah terbimbing 2. Berbasis Inkuiri pengembangan
“Pengembangan digunakan sebagai Terbimbing 4D-Model
Modul modul inti dalam 3. Desain model sampai tahap
Pembelajaran pembelajaran di penelitian dan Desseminat
Kimia SMA/MA kelas khususnya pengembangan ▪ Tidak
Berbasis Inkuiri pada pelajaran Borg and Gall menggunakan
Terbimbing Pada kimia. Adanya sampai uji coba aplikasi flip
Materi Pokok peningkatan hasil skala kecil pdf professional
Hidrolisis Garam” belajar siswa 4. Materi
setelah hidrolisis garam
menggunakan
modul kimia yang
berbasis inkuiri
terbimbing

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu di atas, diketahui telah dilakukan

beberapa penelitian tentang pengembangan E-modul. Namun, pada penelitian

sebelumnya belum ada penelitian yang menggunakan Flip Pdf Professional

berbasis guided inquiry. Perbedaan selanjutnya terletak pada materi kimia yang

digunakan pada penelitian ini adalah materi hidrolisis garam, karena masih
37

sedikit penelitian pengembangan E-modul berbasis guided inquiry berbantuan

Flip Pdf Professional yang menggunakan materi hidrolisis garam. Selain itu

lokasi penelitian juga berbeda dari penelitian sebelumnya. Dengan demikian,

permasalahan yang diangkat pada penelitian ini memenuhi aspek keterbaruan

untuk diteliti.

You might also like