You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Arira Rizkita Tanggal Pemeriksaan :


Putri Rinjani Nama Asisten :
NPM : 10522232 Paraf Asisten :
Kelas : 1PA12

1. Percobaan : Indera Penglihatan


Nama Percobaan : Percobaan Refleks
Nama Subjek Percobaan : Arira Rizkita Putri Rinjani
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui serta memahami reaksi-reaksi
yang terjadi pada pupil mata.
b. Dasar Teori : Rangsangan visual dating ke mata karena Cahaya
Memantulkan benda-benda di sekitarnya,
memungkinkan kita untuk melihat benda-benda
itu. Plotnik (dalam Basuki, 2005), menjelaskan
bahwa cahaya masuk ke dalam mata melui pupil
adalah bola mata yang terletak di bagian depan
mata dan memungkinkan gelombang Cahaya
masuk ke bagian dalam mata. Ukuran pupil
menyesuaikan antara sensitivitas dan ketajaman
visual sebagai respins terhadap perubahan Cahaya
yang berbeda. Dalam cahaya terang dan
kurangnya kepekaan, pupil menyempit (menjadi
lebih kecil), sehingga gambar yang diterima lebih
tajam dan kedalaman bidang lebih akurat. Dalam
cahaya redup dan sensitivitas tinggi, pupil
membesar, memungkinkan lebih banyak cahaya
masuk, sehingga gambar yang diterima retina
tidak menjadi terlalu tajam dan kedalaman bidang
berkurang.

Woodworth dan Marquis (dalam Walgito,


1957), menjelaskan bahwa cahaya melewati retina
yang hampir transparan hingga berhenti dan
diserap oleh lapisan pigmen dan menghasilkan
perubahan kimiawi yang merangsang ujung
batang dan kerucut. Batang dan kerucut
meneruskan impuls ke sel bipolar dan ini pada
gilirannya ke sel saraf optik. Akson sel-sel
selanjutnya ini meluas melalui saraf optik ke
interbrain.

Carlson (dalam Puspitawati, 2008), menjelaskan


bahwa Jalur visual paling besar adalah retina
geniculate striate pathway yang mengonduksi
sinyal-sinyal dari retina ke primary visual cortex
melalui lateral geniculate nuclei di thalamus.
c. Alat yang Digunakan : Senter dan sedotan.
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Ketika senter dinyalakan arahkan Cahaya ke
pupil mata dan lihat reaksinya.
1.2. setelah itu arahkan cahaya dengan
menggunakan sedotan dan lihat reksi pupil mata.
e. Hasil Percobaan : 1.1. Pupil mata yang terkena sinar langsung
mengecil.
1.2. sedangkan yang menggunakan sedotan rekasi
pupil mengecil secara perlahan.
f. Kesimpulan : Cahaya yang masuk ke dalam mata memengaruhi
bentuk pupil. Pupil akan melebar karena cahaya
yang redup dan mengalami delatasi, dan pupil
akan mengecil karena mengalami kontraksi bila
intensitas cahaya yang masuk sangat terang.
g. Daftar Pustaka :Basuki, M. H. (2008). Psikologi umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R. D.
(2014). Psikologi faal.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar Psikologi umum.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
2. Percobaan : Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Visus (Ketajaman Penglihatan)
Nama Subjek Percobaan : Arira Rizkita Putri Rinjani
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk menegtahui ketajaman penglihatan.
b. Dasar Teori : Alat Indera merupakan alat utama individu dalam
Mengadakan persepesi. Dalam Indera penglihatan
ada ketajaman visual yang disebut sebagai
penglihatan berkaitan dengan mekanisme
akomodasi atau penyesuain konfigurasi lensa
untuk memfokuskan gambar pada retina.
Kontraksi meningkatkan kekuatan lensa dan
relaksasi menurunkan kekuatan. Saat objek yang
difokuskan didekatkan, bayangan menjadi buram,
dan titik terdekat yang masih terlihat jelas oleh
mata pada akomodasi maksimum disebut punctum
proximum.
Mata terbagi ke beberapa bagian salah satunya
lensa mata. Plotnik (dalam Basuki, 2005),
menjelaskan bahwa lensa adalah bagian mata yang
mengatur kecembungan lensa agar dapat terjadi
fokus. Untuk melihat objek yang jauh, gelombang
cahaya harus dibelokkan menjadi kurang fokus,
sehingga otot secara otomatis menarik lensa
sehingga permukaannya tidak tertutupi.

Pinel (dalam Puspitawati, 2009), menjelaskan


bahwa posisi mata manusia yang bersebelahan
berfungsi agar dapat melihat objek menjadi tiga
dimensi dari gambar dua dimensi (binokuler) yang
diterima dan dapat melihat seberapa jauh objek
berada walaupun tidak mampu untuk melihat ke
belakang kecuali dengan menggerakkan
kepalanya.

Informasi yang diterima oleh mata berakhir di


daerah korteks visual. Carlson (dalam
Puspitawati, 2008), menjelaskan bahwa dalam
daerah korteks visual banyak bagiannya, dan yang
berfungsi untuk menganalisis bentuk dan
pengenalan objek adalah dorsal dan lateral
occipital complex.
c. Alat yang Digunakan : Optotype Snellen
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Berdiri sejauh 3 meter dengan mengahadap ke
arah Optotype Snellen yang sudah ditempel di
tembok
1.2. setelah itu menjawab huruf yang ditunjuk
oleh asisten.
e. Hasil Percobaan : 15/15
f. Kesimpulan : Ketajaman penglihatan manusia dikarenakan
mata manusia yang bentuknya bersebelahan,
bagian mata yang paling berfungsi dalam hal ini
adalah lensa. Subjek berhasil memperoleh hasil
ketajaman penglihatannya sebesar (isi dengan
hasil lab yang dihitung oleh rumus visus).
g. Daftar Pustaka :Basuki, M. H. (2008). Psikologi umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R. D.
(2014). Psikologi faal.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar Psikologi umum.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
3. Percobaan : Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Membedakan Warna
Nama Subjek Percobaan : Arira Rizkita Putri Rinjani
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui apakah seseorang dapat
membedakan warna atau buta warna.
b. Dasar Teori : Pinel (dalam Puspitawati, 2009), menjelaskan
bahwa Indera penglihatan manusia mempunyai
dua tipe reseptor yaitu cone yang berbentuk
kerucuk peka terhadap warna selain hitam dan
putih lalu ada rods yang berbentuk batang hanya
peka terhadap warna hitam dan putih. Dalam
berkehidupan, manusia melihat berbagai macam
warna. Collinz dan Drever (dalam Walgito,
1952), mengemukakan mengenai teori Hering
yang terdapat enam warna pokok yaitu warna
merah, hijau, kuning, biru, putih dan hitam. Dari
keenam warna ini terciptalah tiga pasang warna
yaitu merah-hijau, biru-kuning dan putih-hitam.
Untuk proses melihat warna terdapat dua teori,
yaitu :
a. Teori Komponen
Hermanz Von Hemholtz (dalam Puspitawati,
1852), menjelaskan mengenai teori ini terdapat
tiga macam reseptor kerucut warna yang berbeda
yaitu warna hijau, merah dan biru dengan tingkat
kepekaan yang berbeda.
b. Teori Oponen
Ewald Hering (dalam Puspitawati, 1878),
menjelaskan bahwa terdapat dua golongan sel
berbeda dalam visual untuk mengkode warna dan
brightness.
Tes holmgren dapat dilakukan dengan mengambil
sekumpulan benang wol dengan berbagai warna
yang sama secara cepat untuk mengatahui
seseorang penderita buta warna atau tidak. Orang
yang tidak dapat membedakan warna disebabkan
retina nya tidak terdapat cones.
c. Alat yang Digunakan : Benang wol warna-warni
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Asisten mengambil benang dengan acak
1.2. Setalah itu praktikan mengikuti mengambil
benang dengan warna yang sama secara cepat.
e. Hasil Percobaan : 1.1. Praktikan salah 1 kali dalam melakukan
percobaan yaitu mengambil warna merah yang
seharusnya mengambil warna merah maroon.
f. Kesimpulan : Bagian mata yang berperan dan melihat dan
membedakan warna yaitu rods dan cones. Apabila
dalam retina seseorang cones nya kurang
sempurna, maka orang tersebut sukar
membedakan warna. Subjek behasil melakukan
percobaan ini dengan mendapatkan hasil (hasil
benar dan salah kamu pas di lab) dalam
membedakan warna.
g. Daftar Pustaka :Basuki, M. H. (2008). Psikologi umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R. D.
(2014). Psikologi faal.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar Psikologi umum.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
4. Percobaan : Indera Penglihatan
Nama Percobaan : Buta Warna
Nama Subjek Percobaan : Arira Rizkita Putri Rinjani
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui apakah seseorang menderita
buta warna atau tidak.
b. Dasar Teori : Plotnik (dalam Basuki, 2005), menjelaskan
Bahwa buta warna adalah ketidakmampuan untuk
membedakan dua atau lebih warna dalam
spektrum. Ada berbagai jenis buta warna yaitu :
a. Monokromat
Buta warna total yang disebabkan penderita hanya
mempunyai rods atau satu jenis fungsi cones.
b. Dikromat
Penderitanya sulit membedakan antara warna
merah dan hijau karena hanya memiliki dua jenis
kerucut.

V. Kries (dalam Walgito, 2008), menjelaskan


bahwa buta warna masih dibedakan menjadi
deuteranopia yang sukar membedakan warna hijau
dengan kelabu dan protonopia yang sukar
membedakan warna merah dengan coklat.

Collins dan Drever (dalam Walgito, 1952), juga


menjelaskan ada penderita blue-yellow blindness
yaitu sukar membedakan warna biru dengan
kuning.
Terdapat tes untuk pengecekan buta warna yaitu
tes isihara dari Jepang dan tes stilling dari Jerman
yang berupa lukisan angka dan huruf dengan titik-
titik dari beberapa macam warna.

c. Alat yang Digunakan : Uji Stiling Istihara


d. Jalannya Percobaan : 1.1. Praktikan menebak beberapa angka serta
1.2. Serta mengikuti pola yang diperlihatakan oleh
asisten dengan benar.
e. Hasil Percobaan : 1.1. Dapat mengikuti pola

1.2. Angka yang ditebak benar yaitu, angka 35


1.3. . Angka yang ditebak benar yaitu, angka 96

1.4. . Angka yang ditebak benar yaitu, angka 12

1.5. . Angka yang ditebak benar yaitu, angka 8

f. Kesimpulan : Terdapat banyak jenis buta warna yang sulit


membedakan warna yang mempunyai kemiripan,
hal ini disebabkan penderita kekurangan cones
atau bisa juga dari genetic. Subjek dalam percoban
ini berhasil hasil (hasil benar dan salah kamu pas
di lab) angka atau pola yang ditunjuk oleh asisten
dalam buku uji stilling ishihara.
g. Daftar Pustaka :Basuki, M. H. (2008). Psikologi umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
Puspitawati, I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R. D.
(2014). Psikologi faal.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar Psikologi umum.
Yogyakarta: CV Andi Offset.

You might also like