Professional Documents
Culture Documents
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Definisi ANC
Antenatal care merupakan suatu pemeriksaan kehamilan yang
diberikan tenaga medis kepada ibu hamil untuk memastikan kondisi
kesehatan ibu dan janinnya dalam keadaan baik (Abalos et al., 2016).
Prosedur antenatal care yang dilakukan berupa anamnesis, skrining
penyakit ibu seperti hipertensi dan anemia, pencegahan dan
pengelolaan penyakit menular, penyediaan obat profilaksis,
pendidikan, dan promosi kesehatan (Miltenburg et al., 2017).
Antenatal care berperan penting dalam menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi serta meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan bayinya. Dengan melalui antenatal care,
diharapkan dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengelolaan
berbagai risiko kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayi (Moller et al., 2017).
Berbagai penelitian telah menemukan bahwa antenatal care
yang baik akan mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan kondisi
kehamilan yang dapat merugikan ibu dan bayi, seperti kejadian IUFD,
intrauterine growth restriction, kelahiran prematur, berat badan bayi
lahir rendah, kelainan janin dan berbagai komplikasi pada janin
lainnya. Berdasarkan rekomendasi dari World Health Organization
(WHO), setiap wanita hamil harus wajib menerima setidaknya delapan
kunjungan antenatal care selama masa kehamilan (Krishna et al.,
2020).
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Tujuan ANC
Antenatal care sangat diperlukan untuk memastikan kehamilan
dan persalinan dapat berjalan dengan baik (Ekabua et al., 2011). Tujuan
utama dari ANC adalah untuk mempersiapkan kelahiran, membentuk
pasien agar menjadi orang tua yang baik, sekaligus mencegah,
mendeteksi, meringankan, atau mengelola masalah kesehatan selama
kehamilan yang dapat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi (Poote and
McKenzie-McHarg, 2019). Sementara tujuan khusus dari antenatal
care antara lain:
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Trimester II
K3 K2 : minggu ke-20
K3 : minggu ke-26
Trimester III
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Definisi
Intrauterine fetal death atau yang juga dikenal dengan
istilah stillbirth adalah kematian janin dengan berat lahir lebih dari
atau sama dengan 350 gram dan terjadi pada usia kehamilan 20
minggu atau lebih. The United States Center for Health Statistics
mendefinisikan kematian janin sebagai suatu kondisi ketika janin
tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti tidak adanya
pernapasan, detak jantung, denyut tali pusat, atau gerakan otot
volunter, terlepas dari durasi kehamilannya (Maslovich and Burke,
2020). Definisi intrauterine fetal death yang direkomendasikan
oleh WHO untuk perbandingan internasional adalah bayi yang lahir
tanpa tanda-tanda kehidupan pada atau setelah usia kehamilan 28
minggu (WHO, 2016).
b. Epidemiologi
Kejadian IUFD di dunia mengalami penurunan hingga
19,4% mulai tahun 2000 hingga tahun 2015. Namun begitu, setiap
tahun, masih ada sekitar 2,6 juta kehamilan di dunia yang
mengalami kejadian IUFD, yaitu sekitar 18,4/1000 kelahiran
(Maslovich and Burke, 2020). Ada lebih dari 7.178 kematian janin
terjadi setiap harinya. Mayoritas kematian janin terjadi di negara
berkembang, yaitu sekitar 90% dari total kasus. Sekitar tiga
perempat dari kejadian IUFD di dunia terjadi di Asia Selatan dan
sub-Sahara Afrika. Angka kejadian IUFD di sub-Sahara Afrika 10
kali lebih tinggi dari negara maju (WHO, 2016).
Meskipun terjadi penurunan angka kematian bayi dan
neonatal selama beberapa dekade terakhir, namun penurunan angka
kejadian IUFD terjadi lebih lambat. Angka kejadian IUFD di
Amerika Serikat tidak mengalami perubahan sejak tahun 2006,
yaitu sekitar 5.96/1000 kelahiran total. Angka ini jauh lebih tinggi
17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Etiologi
Data global mengenai penyebab dari kematian janin dalam
kandungan atau IUFD masih sangat sedikit karena adanya
keterbatasan dalam menentukan penyebabnya. Sekitar 76% kasus
IUFD di dunia masih belum diketahui penyebab pastinya.
Walaupun banyak kasus IUFD yang belum diketahui penyebab
pastinya, namun berdasarkan data yang sudah dilaporkan, kejadian
IUFD dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, dan sekitar
setengah dari kasus IUFD di dunia berkaitan dengan adanya
komplikasi intrapartum (Maslovich and Burke, 2020).
18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6) Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan fisik atau
biokimia pada janin, biasanya terjadi pada 1/33 kehamilan
dan dapat meningkatkan risiko kejadian IUFD. Kelainan
kongenital yang terjadi pada janin sangat bervariasi,
sehingga risiko IUFD juga bervariasi tergantung jenis dan
letak kelainannya. Deteksi dan perawatan dini pada
kelainan kongenital sebelum janin lahir dapat mengurangi
risiko kejadian IUFD (Maslovich and Burke, 2020).
d. Faktor Risiko
1) Usia Ibu
Usia ibu merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kejadian IUFD. Ibu hamil yang berusia dibawah
20 tahun, lebih berisiko untuk mengalami IUFD karena pada
usia tersebut organ reproduksinya masih belum berkembang
sempurna, dan belum sepenuhnya siap untuk menghadapi
kehamilan dan persalinan. Sementara, pada ibu berusia diatas
35 tahun, fungsi organ reproduksinya mulai menurun, sehingga
tidak mampu mempersiapkan kehamilan yang optimal dan
risiko kejadian IUFD juga akan meningkat. Usia ideal untuk
melakukan kehamilan adalah 20-35 tahun, dan tetap diimbangi
dengan kunjungan antenatal care yang baik (Nola Gerungan et
al., 2016).
2) Paritas
Paritas merupakan faktor risiko yang cukup sering
dilaporkan pada kejadian IUFD. Ibu hamil primiparitas dan ibu
hamil dengan paritas ≥5 telah terbukti lebih berisiko untuk
mengalami kejadian IUFD (Aminu et al., 2014). Ibu hamil
primiparitas cenderung belum siap untuk menghadapi berbagai
komplikasi yang mungkin timbul saat kehamilan sehingga lebih
23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Manifestasi Klinis
The United States Center for Health Statistics
mendefinisikan IUFD sebagai suatu kondisi ketika janin tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti:
- Tidak adanya pernapasan
- Tidak ditemukan detak jantung
- Tidak adanya denyut tali pusat
- Tidak ada gerakan otot volunter (Maslovich and Burke, 2020).
f. Diagnosis
Diagnosis kejadian intrauterine fetal death pada ibu hamil
dapat ditegakan apabila telah dilakukan pemeriksaan secara
menyeluruh kepada ibu dan janin yang dikandungnya. Pemeriksaan
yang dilakukan dapat berupa anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Pada anamnesis yang dilakukan terhadap ibu hamil, biasanya
ibu akan merasakan adanya perubahan pada kehamilannya. Gejala
yang paling sering dirasakan oleh ibu hamil adalah berkurangnya
atau menghilangnya gerakan dari janin, perut ibu tidak mengalami
pembesaran atau bahkan menjadi lebih kecil dari sebelumnya, serta
adanya rasa sakit pada perut ibu dan ibu merasa perutnya menjadi
lebih keras seperti ingin melahirkan (Chairunnisa et al., 2017).
26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis intrauterine fetal death dapat berupa inspeksi, palpasi,
dan auskultasi.
27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan ‘gold standard’ untuk
mendiagnosis IUFD. Hasil pemeriksaan USG pada kejadian
IUFD adalah tidak ditemukannya adanya tanda-tanda
kehidupan pada janin (Chairunnisa et al., 2017).
Ultrasonografi real-time sangat penting dilakukan untuk
mendiagnosis IUFD secara akurat karena dapat
memvisualisasi jantung janin dan tali pusat janin. Penggunaan
28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Pemeriksaan Radiologis
Pada pemeriksaan radiologis akan terlihat adanya
keabnormalan pada janin, yaitu tulang kepala akan tampak
kolaps dengan tulang yang tumpang tindih karena edema
kepala, rongga tengkorak mendatar, kelengkungan tulang
belakang hilang, gambaran gas pada janin (Da Silva et al.,
2016).
29
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
g. Tatalaksana
Sebelum melakukan penatalaksanaan IUFD, dokter harus
terlebih dahulu menjelaskan mengenai kondisi pasien kepada
pasien dan keluarganya. Tidak semua ibu hamil mampu menerima
kondisi tersebut, maka dari itu sangat penting untuk memberikan
dukungan emosional kepada pasien dan keluarga. Jika kondisi ibu
sudah stabil, dokter dapat menyampaikan rencana penanganan
selanjutnya untuk mengatasi kejadian IUFD (Luqyana et al., 2017).
Penatalaksanaan yang harus segera dilakukan pada IUFD
adalah melakukan pengangkatan janin yang sudah meninggal. Cara
persalinan tergantung pada usia kehamilan, keinginan ibu hamil,
kondisi fisik ibu, riwayat obstetrik dan riwayat pembedahan
sebelumnya. Persalinan harus segera dilakukan karena jika bayi
yang sudah meninggal tetap dipertahankan selama beberapa
minggu maka akan menyebabkan kelainan koagulasi yang
disebabkan oleh pelepasan faktor jaringan dari plasenta (Maslovich
and Burke, 2020).
Persalinan dapat dilakukan secara aktif maupun
ekspektatif. Persalinan ekspektatif sebaiknya dilakukan dalam dua
minggu setelah kematian janin, apabila persalinan ekspektatif tidak
terjadi setelah dua minggu, maka akan dilakukan persalinan aktif
untuk meminimalisir adanya komplikasi. Berikut adalah
tatalaksana kejadian IUFD berdasarkan usia kehamilannya, antara
lain:
1) Kejadian IUFD sebelum usia kehamilan 24 minggu
Kejadian IUFD sebelum usia kehamilan 24 minggu
sebaiknya diatasi dengan prosedur dilatasi dan evakuasi.
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan laminaria. Risiko
prosedur ini lebih besar jika dilakukan pada janin berusia lebih
dari 24 minggu.
30
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
h. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya timbul setelah kejadian stillbirth
antara lain infeksi, perdarahan, disseminated intravascular
coagulation, cedera uterus yang memerlukan tindakan bedah atau
histerektomi, dan ada peningkatan risiko kejadian IUFD berulang
di masa yang akan datang. Berdasarkan faktor risiko kejadian
IUFD, seseorang dengan riwayat IUFD sebelumnya dan memiliki
penyakit kehamilan seperti preeklamsia atau diabetes, mungkin
berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskular di masa
mendatang (Maslovich and Burke, 2020).
Seseorang yang pernah mengalami IUFD juga memiliki
risiko yang lebih besar untuk menderita gangguan jiwa. Depresi,
kecemasan, dan gangguan cemas pasca trauma mungkin timbul
akibat kesedihan dan rasa bersalah karena telah kehilangan janin
yang dikandungan. Gangguan pada hubungan suami istri juga
mungkin dialami dan dipersulit oleh adanya stigma negatif di
masyarakat karena tidak dapat melahirkan anak yang sehat.
Mekanisme coping yang tidak sesuai antara pasien dan
pasangannya dapat menyebabkan perselisihan. Selain itu pasien
mungkin merasa takut akan kehamilan di masa depan, sehingga
pasien cenderung menghindari kehamilan di masa mendatang
(Maslovich and Burke, 2020).
i. Pencegahan
Meskipun sebagian besar kasus IUFD di dunia masih belum
diketahui penyebab pastinya, namun bukan berarti bahwa kejadian
IUFD tidak dapat dicegah. Sebagian kecil kasus IUFD telah
terbukti berkaitan dengan berbagai risiko kehamilan yang
sebenarnya dapat dideteksi sebelumnya sehingga kejadian IUFD
pun dapat dicegah.
32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan dan tujuan penelitian, maka kerangka teori
dalam penelitian ini adalah :
Kehamilan
Yang Memengaruhi: ANC Terpadu “ 10T”
- Usia kehamilan 1. Pengukuran BB Ibu
Yang Memengaruhi: - Usia ibu
2. Pengukuran Tekanan Darah Ibu
- Usia Ibu - Paritas Risiko dalam Kehamilan 3. Pengukuran LILA Ibu
- Paritas - Pendidikan
4. Pengukuran TFU
- Pendidikan
5. Penentuan Presentasi Janin dan DJJ
- Tingkat Sosial Ekonomi ↑ Risiko Kejadian IUFD 6. Pemberian Imunisasi TT
- Dukungan Pasangan
7. Pemeriksaan Tablet Tambah Darah
- Jarak Fasilitas Kesehatan
8. Pemeriksaan Laboratorium
- Pengetahuan Ibu
Kunjungan ANC 10 T ( ≥ 6 Kunjungan ) 9. Tatalaksana
- Sikap Ibu
10. Temu Wicara
Kunjungan II, III, dan IV ANC (Tindak Lanjut Hasil Skrining Sebelumnya)
Kunjungan vV ANC ke Dokter di Trimester vIII (Penentuan Perencanaan Persalinan dan Risiko Persalinan)
35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep
dalam penelitian ini adalah:
Variabel Perancu
- Usia kehamilan
- Usia ibu
- Paritas
- Tingkat Pendidikan
C. Hipotesis
36