You are on page 1of 13

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DISUSUN OLEH

SENDIARTO PRASETIYO 211702011

DOSEN PENGAMPU
Dr. SITI HABIBAH, S.Ag, M.Hum

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS (STEBI) AL-MUHSIN


YOGYAKARTA
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................4

A. Pengertian Pegadaian......................................................................................................5
1. Misi Utama Pegadaian........................................................................................5
2. Sumber Dana......................................................................................................5
3. Ciri-Ciri................................................................................................................6
B. Sejarah Pegadaian...........................................................................................................6
C. Objek Gadai.....................................................................................................................6
D. Para Pihak Gadai..............................................................................................................7
E. Sifat Dan Tujuan Gadai.....................................................................................................8
F. Keuntungan Usaha Gadai................................................................................................9
G. Barang Jaminan.............................................................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

2
3. KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT Yang Maha Ilmu karena telah

memberikan petunjuk kepada penyusun dalam melakukan penyusunan makalah Lembaga Keuangan
Lainnya dengan sub tema Pegadaian. Shalawat senantiasa kami lantunkan

untuk beliau nabi Muhammad SAW yang telah membukakan pintu kegelapan menuju embag

terang benderang. Berkat perjuangannyalah, kami bisa belajar sampai detik ini.

Makalah Lembaga Keuangan Pegadaian ini berisi pembahasan tentang salah satu

lembaga keuangan non bank, yaitu pegadaian. Mulai dari pengertian, sejarah,

kegiatan usaha, proses pinjaman atas dasar hukum gadai, manfaat kami sajikan dalam makalah ini.

Apabila dalam penyusunan makalah ini ada kata-kata dan tata penulisan yang kurang tepat,

kami mohon pembaca memberikan saran agar kami bisa memperbaiki di kemudian hari.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Bantul, 10 Juli 2023

Sendiarto Prasetiyo

3
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan lainnya yang sudah lama beroperasi di
Indonesia. Lembaga ini dimaksudkan untuk memberikan pinjaman-pinjaman kepada perseorangan.
Sejarah lembaga ini sudah cukup lama semenjak zaman kolonial. Ia sangat dibutuhkan oleh rakyat
kecil. Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau membayar
berbagai keperluan. Masalahnya terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi dengan
uang yang dimilikinya. Kalau sudah demikian maka mau tidak mau harus mengurangi untuk
pembelian berbagai keperluan yang dianggap tidak penting, namun untuk keperluan yang sangat
penting terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara seperti meminjam dari sumber dana yang
ada, sebagai contohnya di perusahaan pegadaian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pegadaian?


2. Bagaimanakah sejarah pegadaian?
3. Apa saja yang termasuk objek pegadaian?
4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam gadai?
5. Bagaimana sifat dan tujuan gadai?
6. Bagaimana keuntungan dari adanya usaha pegadaian?
7. Apa saja barang yang bias dijadikan sebagai jaminan gadai?

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pegadaian

Gadai atau yang disebut juga dengan pand, merupakan salah satu kebendaan yang termasuk
suatu lembaga jaminan yang di atur dalam buku ke II KUH Perdata. Menurut pasal 1150 KUH Perdata.
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berpiutang atau oleh seseorang lain atas namanya, dan
yang memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang lainnya, dengan pengeculian biaya untuk
melelang barang tersebut dan biaya telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan. Barang yang dijaminkan tersebut pada waktu tertentu dapat ditebus kembali setelah
masyarakat melunasi pinjamannya.

Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga untuk memperoleh sejumlah uang dan


dapat ditebus kembali setelah jangka waktu tertentu tersebut kita sebut dengan nama usaha gadai.
Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang berharganya dan jumlah
uang yang diinginkan dapat disesuaikan dengan nilai harga barang yang dijaminkan. Semakin besar
nilainya maka semakin besar pula pinjaman yang dapat diperoleh oleh nasabah demikian pula
sebaliknya. Kepada nasabah yang memperoleh pinjaman maka akan dikenakan sewa modal (bunga
pinjaman) per bulan yang besarnya tergantung dari golongan nasabah, sedangkan besarnya sewa
modal dapat di sesuaikan dengan bunga pasar.

4
Perusahaan yang menjalankan usaha gadai disebut dengan perusahaan pegadaian dan
secara resmi satu-satunya usaha gadai di Indonesia hanya di lakukan oleh perum pegadaian.Secara
umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak
tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai
dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. Adapun misi utama dari perum pegadaian
adalah:

1. Menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan


pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjam atas dasar hukum
gadai.

2. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman tidak wajar lainnya.

Perusahaan pegadaian bertugas memberi kredit secara hukum gadai di mana masyarakat yang
membutuhkan dana pinjaman diwajibkan menyerahkan harta gerak pada kantor cabang pegadaian
disertai pemberian hak untuk melakukan penjualan lelang. Hasil lelang digunakan untuk melunasi
pokok pinjaman disertai bunga ditambah dengan biaya lelang. Sisanya dikembalikan kepada nasabah
pemilik barang semula. Ketentuan penyelenggaraan rumah gadai merupakan monopoli atau hanya
boleh dilakukan oleh negara.

Pihak swasta dilarang untuk menyelenggarakan tujuan ketentuan ini adalah untuk memberantas
lintah darat, rentenir, atau praktik riba gelap yang memberatkan kehidupan masyarakat kecil. Selain
itu berdasarkan neraca pembukaan perusahaan umum pegadaian dan surat menteri keuangan RI.
No. 1015/KMK. 013/1991 tanggal 26 September 1991, modal awal perusahaan umum pegadaian
ditetapkan sebesar Rp205.000.000,00 sebagaimana tertuang dalam neraca pembukaan. Modal awal
yang disetor pemerintah adalah kumulatif laba bersih yang diperoleh perjan (perusahaan jawatan)
pegadaian.

Pegadaian sebagai lembaga non-bank tidak di perkenankan menghimpun dana secara langsung
dari masyarakat dalam bentuk simpanan seperti: giro, deposito, dan tabungan sebagaimana halnya
dengan sumber dana konvensional perbankan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perum
pegadaian memiliki sumber-sumber dana antara lain:

1. Modal sendiri: modal awal pegadaian senilai Rp205 miliar dan secara bertahap pemerintah
memberikan tambahan modal sebagai penyertaan modal pemerintah.
2. Pinjaman jangka pendek yang berasal dari perbankan.
3. Pinjaman jangka panjang dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
4. Penerbitan obligasi. Emisi obligasii sebesar Rp50 miliar pada 1993 dengan bunga 17,5%
untuk tahun pertama dan mengambang untuk tahun kedua sampai dengan tahun kelima.
Pada tahun 1994 dilakukan kembali emisi obligasi senilai Rp25 miliar dengan bunga 13%
pada bulan pertama.

5
Dan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan.


2. Nilai jumlah pinjaman tergantung dari nilai barang yang digadaikan.
3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

B. Sejarah Pegadaian

Usaha pegadaian di Indonesia dimulai pada zaman penjajahan belanda (VOC) di mana pada saat itu
tugas pegadaian adalah membantu masyarakat untuk meminjamkan uang dengan jaminan gadai.
Pada mulanya usaha ini dijalankan oleh pihak swasta, namun dalam perkembangan selanjutnya
usaha pegadaian ini diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian dijadikan perusahaan
negara, menurut undang-undang pemerintah Hindia Belanda pada waktu dengan status dinas
pegadaian. Dalam sejarah dunia usaha pegadaian pertama kali dilakukan di Italia. Kemudian dalam
perkembangan selanjutnya meluas ke wilayah-wilayah Eropa lainnya seperti Inggris, Perancis, dan
Belanda. Oleh orang-orang belanda lewat pihak VOC usaha pegadaian dibawa masuk ke Hindia
Belanda.

Di zaman kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih usaha


dinaspegadaian dan mengubah status pegadaian menjadi perusahaan negara (PN)
pegadaianberdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1960. Perkembangan selanjutnya pada tanggal
11Maret 1969 berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1969 PN pegadaian
berubahmenjadi perusahaan jawatan (perjan). Kemudian pada 10 April 1990 berdasarkan
PeraturanPemerintah No. 10 Tahun 1990 perjan pegadaian berubah menjadi perusahaan umum
(perum)pegadaian. Sampai saat ini lembaga yang melakukan usaha berdasarkan atas hukum
gadaihanyalah perum pegadaian.

C. Objek Gadai

Obyek gadai adalah benda-benda apa saja yang dapat dijadikan jaminan hutang
dengandibebani hak gadai. Benda yang dapat digadaikan adalah semua benda bergerak yang
berwujudmaupun benda bergerak tidak berwujud.

1. Benda bergerak berwujud contohnya seperti:

 Kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor.


 Mesin-mesin seperti mesin jahit, mesin pembajak sawah, mesin disel/pembangkit listrik,
pompa air dan segala jenis mesin lainnya.
 Perhiasan seperti mas, berlian, mutiara, intan, perak, dan lain-lain.
 Lukisan yang berharga.
 Kapal laut yang berukuran di bawah 20 meter persegi.
 Persediaan barang (stock).
 Inventaris kantor/restoran.
 Barang bergerak lainnya yang memiliki nilai ekonomi.

6
2. Benda bergerak tidak berwujud contohnya surat-surat berharga seperti:

 Tabungan.Deposito berjangka.
 Sertifikat deposito.
 Wesel.
 Promes.
 Konosemen.
 Obligasi.
 Saham-saham.
 Resipis yaitu tanda bukti penyetoran uang sebagai saham.
 Ceel yaitu tanda penerimaan penyimpanan barang di gudang.
 Piutang.

Saham dapat menjadi objek gadai, karena saham termasuk ke dalam kategori
bendabergerak, sehingga dengan sendirinya juga memberikan hak kebendaan yaitu hak
yangmemberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap
setiaporang. Ketentuan saham sebagai benda bergerak dijelaskan dalam ketentuan tentang
sahamyang diatur dalam Pasal 60 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
PerseroanTerbatas yang berbunyi: “Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak
sebagaimanadimaksud dalam pasal 52 kepada pemiliknya.”

D. Para Pihak Gadai

Pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai terdiri dari pihak yang memberikan jaminan gadai
atau disebut juga dengan istilah Pemberi Gadai, dan pihak yang menerima jaminan gadai atau yang
disebut juga Pemegang gadai. Namun adakalanya jika diperjanjikan lain benda gadai dapat dipegang
oleh pihak ketiga, selain kreditur pemegang gadai yang disebut juga pihak ketiga pemegang gadai.
Selain pihak yang diterangkan di atas, dikenal pula adanya pihak ketiga Pemberi Gadai. Keberadaan
pihak ketiga Pemberi Gadai ini adalah dalam hal benda jaminan yang diserahkan kepada kreditur
adalah milik pihak ketiga dan diberikan oleh pihak ketiga tersebut.

Tanggung jawab pihak ketiga ini hanya sebatas sebesar benda gadai yang dia berikan,
sedangkan untuk selebihnya menjadi tanggungan debitur itu sendiri. Dengan kata lain pihak ketiga
pemberi gadai tidak mempunyai utang, karena dia bukanlah debitur sehingga kreditur tidak
mempunyai hak tagih terhadap pihak ketiga pemberi gadai tersebut. Akan tetapi pihak ketiga
pemberi gadai ini mempunyai tanggung jawab yuridis atas benda gadainya. Hak gadai diletakkan
dengan membawa benda gadai di bawah kekuasaan kreditur pemegang gadai atau di bawah
kekuasaan pihak ketiga pemegang gadai, asal disepakati oleh kreditur dan debitur.

Pihak ketiga ini mempunyai kedudukan hanya sebagai pemegang untuk kepentingan kreditur,
tetapi dengan kedudukan mandiri, maksudnya pihak ketiga pemegang gadai tersebut bukanlah kuasa
dari kreditur sehingga dia tidak tunduk kepada perintah kreditur, tetapi pihak ketiga pemegang gadai
tersebut berkewajiban untuk membantu agar maksud/tujuan dari perjanjian gadai yang telah ada
dapat terlaksana sesuai dengan apa yang telah disepakati dan baru menyerahkan benda gadai
tersebut untuk di eksekusi apabila debitur telah dinyatakan wanprestasi.

7
E. Sifat dan Tujuan Gadai

Sifat gadai

a. Gadai adalah hak kebendaan

Dalam Pasal 1150 KUH Perdata tidak disebutkan sifat gadai, namun demikian sifat kebendaan
ini dapat diketahui dari Pasal 1152 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan bahwa: “Pemegang gadai
mempunyai hak revindikasi dari Pasal 1977 ayat (2) KUH Perdata apabila barang gadai hilang atau
dicuri”. Oleh karena hak gadai mengandung hak revindikasi, maka hak gadai merupakan hak
kebendaan sebab revindikasi merupakan ciri khas dari hak kebendaan.

Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk menikmati suatu benda seperti
eigendom, hak bezit, hak pakai dan sebagainya. Benda gadai memang harus diserahkan kepada
kreditor tetapi tidak untuk dinikmati, melainkan untuk menjamin piutangnya dengan mengambil,
penggantian dari benda tersebut guna membayar piutangnya.

b. Hak gadai bersifat accesoir

Hak gadai hanya merupakan tambahan saja dari perjanjian pokoknya, yang berupa perjanjian
pinjam uang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seseorang akan mempunyai hak gadai apabila ia
mempunyai piutang, dan tidak mungkin seseorang dapat mempunyai hak gadai tanpa mempunyai
piutang. Jadi hak gadai merupakan hak tambahan atau accesoir, yang ada dan tidaknya tergantung
dari ada dan tidaknya piutang yang merupakan perjanjian pokoknya.

Dengan demikian hak gadai akan hapus jika perjanjian pokoknya hapus. Beralihnya piutang
membawa serta beralihnya hak gadai, hak gadai berpindah kepada orang lain bersama-sama dengan
piutang yang dijamin dengan hak gadai tersebut, sehingga hak gadai tidak mempunyai kedudukan
yang berdiri sendiri melainkan accesoir terhadap perjanjian pokoknya.

c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi

Karena hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, maka dengan dibayarnya sebagian hutang tidak
akan membebaskan sebagian dari benda gadai. Hak gadai tetap membebani benda gadai secara
keseluruhan. Dalam Pasal 1160 KUH Perdata disebutkan bahwa: “Tak dapatnya hak gadai dan bagi-
bagi dalam hal kreditor, atau debitur meninggal dunia dengan meninggalkan beberapa ahli waris.“

Ketentuan ini tidak merupakan ketentuan hukum memaksa, sehingga para pihak dapat
menentukan sebaliknya atau dengan perkataan lain sifat tidak dapat dibagi-bagi dalam gadai ini
dapat disimpangi apabila telah diperjanjikan lebih dahulu oleh para pihak.

d. Hak gadai adalah hak yang didahulukan

Hak gadai adalah hak yang didahulukan. Ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 1133 dan
1150 KUHPerdata. Karena piutang dengan hak gadai mempunyai hak untuk didahulukan daripada
piutang-piutang lainnya, maka kreditor pemegang gadai mempunyai hak mendahulu (droit de
preference). Benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak baik yang bertubuh maupun
tidak bertubuh.

8
e. Hak gadai

Adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya. Menurut Pasal 1134 ayat (2) KUH Perdata
dinyatakan bahwa: “Hak gadai dan hipotik lebih diutamakan daripada privilege, kecuali jika undang-
undang menentukan sebaliknya”. Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa hak gadai mempunyai
kedudukan yang kuat. Di samping itu kreditor pemegang gadai adalah termasuk kreditor separatis.
Selaku separatis, pemegang gadai tidak terpengaruh oleh adanya kepailitan si debitur.

Kemudian apabila si debitur wanprestasi, pemegang gadai dapat dengan mudah menjual
benda gadai tanpa memerlukan perantaraan hakim, asalkan penjualan benda gadai dilakukan di
muka umum dengan lelang dan menurut kebiasaan setempat dan harus memberitahukan secara
tertulis lebih dahulu akan maksud-maksud yang akan dilakukan oleh pemegang gadai apabila tidak
ditebus (Pasal 1155 ayat (2) KUH Perdata). Jadi di sini acara penyitaan lewat juru sita dengan
ketentuan-ketentuan menurut Hukum Acara Perdata tidak berlaku bagi gadai.

2. Tujuan gadai

 Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.


 Untuk masyarakat yang ingin mengetahui barang yang dimilikinya, pegadaian memberikan
jasa taksiran untuk mengetahui nilai barang.
 Menyediakan jasa pada masyarakat yang ingin menyimpan barangnya.
 Memberikan kredit kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap seperti
karyawan.
 Menunjang pelaksana kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai.
 Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainya.
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah melalui
penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa dibidang keuangan lainya berdasarkan
ketentuan peraturan per undang-undangan yang berlaku.
 Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai
kepada masyarakat.
 Di samping penyaluran kredit, maupun usaha- usaha lainya yang bermanfaat terutama bagi
pemerintah dan masyarakat.  Membina pola pengkreditan supaya benar- benar terarah dan
bermanfaat, terutama mengenai kredit yang bersifat produktif dan bila perlu memperluas
daerah operasionalnya.

F. Keuntungan Usaha Gadai

Tujuan utama usaha pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat yang
sedangmembutuhkan uang tidak jatuh ke tangan para pelepas uang atau tukang ijon atau
tukangrentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan pegadaian menyediakan pinjaman
uangdengan jaminan barang-barang berharga. Meminjam uang ke perum pegadaian bukan
sajakarena prosedurnya yang mudah dan cepat tapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan
jikadibandingkan dengan para pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini dilakukan sesuai dengan
salahsatu tujuan dari perum pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat
denganmoto “menyelesaikan masalah tanpa masalah”.

9
Jika seseorang membutuhkan dana ke perusahaan pegadaian maka akan begitu
mudahdilakukan, masyarakat cukup datang ke kantor pegadaian terdekat dengan membawa
pinjamanbarang tertentu, maka uang pinjaman pun dalam waktu singkat dapat terpenuhi. Jaminan
puncukup sederhana. Keuntungan lain di pegadaian adalah pihak pegadaian
tidakmempermasalahkan untuk apa uang tersebut digunakan dan hal ini tentu bertolak
belakangdengan pihak perbankan yang harus dibuat serinci mungkin tentang penggunaan
uangnya.Begitu pula dengan sanksi yang relatif ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam
waktutertentu. Sanksi yang paling berat adalah jaminan yang disimpan akan dilelang untuk
menutupikekurangan pinjaman yang telah diberikan.

G. Barang Jaminan

Bagi nasabah yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman dari perum pegadaian, maka halyang
paling penting diketahui adalah masalah barang yang dapat dijadikan jaminan. barang-barang
tersebut nantinya akan ditaksir nilainya, sehingga dapatlah diketahui berapa nilaitaksiran dari
barang yang digadaikan. Besarnya jaminan diperoleh dari 80 hingga 90 persendari nilai taksiran.
Semakin besar nilai taksiran barang, maka semakin besar pula pinjamanyang akan diperoleh. Jenis-
jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat dijadikanjaminan oleh Perum Pegadaian
sebagai berikut :

1. Barang-barang atau benda-benda perhiasan di antaranya:

 Emas
 Perak
 Intan
 Belian
 Mutiara
 Platina
 Jam

2. Barang-barang berupa kendaraan seperti:

 Mobil (termasuk bajaj dan bemo)


 Sepeda motor
 Sepeda biasa

3. Barang-barang elektronik antara lainnya:

 Televisi
 Radio
 Radio tape
 Video
 Komputer
 Kulkas
 Tustel
 Mesin tik

10
4. Mesin-mesin seperti:

 Mesin jahit
 Mesin kapal motor

5. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti:

 Barang tekstil, berupa pakaian, permadani dan kain batik.


 Barang-barang pecah belah dengan catatan bahwa semua barang-barang yang dijaminkan
haruslah dalam kondisi baik dan dalam arti masih dapat dipergunakan atau bernilai. Hal in
bagi pegadaian penting mengingat apabila nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman,
maka barang jaminan akan dilelang sebagai penggantinya.

11
III. PENUTUP

Kesimpulan

Gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak.
Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Perusahaan umum pegadaian
adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke
masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam kitab undang-undang hukum perdata
pasal 1150 di atas. Tugas pokoknya adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum
gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung
memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di
lapangan bahwa terdapat lembaga keuangan yang seperti lintah darat dan pengijon yang dengan
melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya. Kegiatan usaha perum pegadaian dipimpin
sebuah dewan direksi yang terdiri dari seorang direktur utama dan beberapa direktur.

12
IV. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika

Djamil, Fathurrahman. 2008. Penerapan Hukum Perjanjian. Jakarta: Sinar Grafika.

Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Latumersia, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

id.wikipedia/wiki/Pegadaian_(perusahaan)

13

You might also like