You are on page 1of 6

1.

Sejarah dan Perkembangan Hukum Tanah di Indonesia


a) Era Pra Penjajahan
Pada era pra penjajahan, kepemilikan tanah dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu :
 Kepala Negara memperuntukkan tanah bagi warga-warga
 Raja atau Ratu memperuntukkan tanah bagi rakyatnya
 Kepala keluarga memperuntukkan tanah nagi keluarganya
 Tidak ada hak milik mutlak perorangan
 Tanah yang ditinggalkan warga otomatis kembali kepada marga, istana,
atau kepala keluarga.

b) Era Penjajahan (Kolonial)


Terbentuk dualisme hukum di era ini, yaitu :
 Hukum Tanah Adat, Hukum ini ada dalam tatanan kehidupan masyarakat
asli tanpa diakui oleh Belanda. Contoh ; Tanah Ulayat, Tanah
Landerijenbezitrecht, Tanah Agrarisch Eigendom, Tanah Grand Sultan dll.
 Hukum Tanah Barat, Hukum ini terdaftar pada kantor Pendaftaran Tanah
Belanda. Contoh : Hak Eigendom. Hak Erfpacht, Hak Opstaal.

c) Era Peralihan
Pada era ini, banyak hal yang harus diselesaikan karna timbulnya dualisme hukum
tanah di Indonesia yang menyebabkan banyaknya ketidaksinambungan dalam
negri, diantaranya yaitu :
 Menertibkan dan Membentuk panitia rancangan UUPA
 Menghormati hak-hak asing
 Berusaha mengambil alih kepemilikan Belanda pada tahun 1959.
 Membentuk Departemen Agraria

d) Era UUPA
Pada era UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), dilakukan beberapa langkah
atau kegiatan untuk membentuk suatu hukum tanah yang lebih sistematis dan
teratur, diantaranya yaitu :
 Membentuk lembaga yang menangani UUPA
 Lahirnya Undang-Undang penjabaran tentang pasal-pasal inti Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA), yaitu penataan penguasaan dan batas
maksimum tanah pertanian; PP10/1961
 Mendirikan akademi agraria dan akademi pendaftaran tanah

e) Era Orde Baru dan Era Reformasi


Pada era orde baru, UUPA ditindak lanjuti dengan membentuk organisasi UUPA,
yaitu :
 Unsur kadastral diambil dari Departemen Kehakiman
 Unsur land use / tata guna tanah dari Departemen Pertanian
 Unsur penguasaan hak atas tanah dari Departemen Dalam Negeri
 Unsur land reform lahir dari UUPA organisasi itu sendiri.
Beberapa Undang-Undang yang terkait dengan UUPA yaitu:
 1. UU No.1/1967 tentang PENANAMAN MODAL ASING
 UU No.5/1967 tentang KEHUTANAN
 UU No.11/1967 tentang PERTAMBANGAN
 UU No.4/1982 tentang LINGKUNGAN HIDUP5. UU No.24/1992 tentang
PENATAAN RUANG.
Referensi :
Dale, Peter F., John D. Mclaughlin. Land Administration. Oxford University
Press.1998(Chapter 1).

2. Sistem Hukum Tanah Indonesia


a. Hukum Tanah Adat
Aturan :
 Tanah Ulayat, hak desa menurut adat dan kemauannya untuk menguasai
tanah lingkungan daerahnya untuk kepentingan warganya atau untuk
kepentingan orang lain (asing) dengan membayar kerugian kepada desa,
dalam hal ini desa itu sedikit banyak turut campur dengan pembukaan
tanah itu dan turut bertanggung jawab terhadap perkara-perkara yang
terjadi di tempat itu sampai terselesaikanhak ulayat tidak dapat dipecah-

pecahkan mempunyai dasar keagaaman


 Tanah Landerijenbezitrecht, oleh Gouw Giok Siong disebut tanah-tanah
Tionghoa karena subjeknya terbatas pada golongan timur Asing, terutama
golongan tionghoa.
 Tanah Agrarisch Eigendom, merupakan tanah milik di daerah Yogyakarta
dan Surakarta. Tanah ini dapat berubah status karena terpengaruh oleh
status orang yang memegangnya, hal ini kita lihat jika hak eigendom
agraria jatuh ke tangan seorang bukan pribumi.
 Tanah Grand Sultan, merupakan semacam hak milik adat yang diberikan
oleh pemerintah Swapraja, khusus bagi kawula Swapraja, dan didaftar di
Kantor Pejabat Swapraja.
 Tanah Milik Yayasan, merupakan tanah-tanah usaha bekas tanah partikelir
yang diberikankepada penduduk yang mempunyainya dengan hak milik
(hak yayasan = hak milik adat)
 Tanah Druwe, merupakan istilah hak milik yang dikenal dilingkungan
masyarakat hukum adat di Bali.
 Tanah Druwe Desa, apabila masyarakat membeli tanah untuk dipakai oleh
kepentingan-kepentingannya sendiri,, maka dapat disebut hak miliknya
dusun atau wilayah.
 Tanah Pesini, merupakan harta kerabat tak terbagi yang di Minahasa
disebut dengan barang kelakeran.
Referensi :
Hukumagraria.com
b. Hukum Tanah Barat
Aturan :
 Hak Eigendom, hak untuk dengan bebas mempergunakan (menikmati)
suatu benda sepenuh-penuhnya dan untuk menguasai seluas-luasnya, asal
saja tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang
ditetapkanmerupakan hak kebendaan (zakelijk recht) yang paling luas,
mendapat perlindungan hukum sebanyak-banyaknyamirip dengan hak
milik pada UUPA
 Hak Erfpacht, termasuk hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya
(vollegenot hebben) kegunaan sebidang tanah milik orang lain dengan
kewajiban untuk membayar setiap tahun sejumlah uang atau hasil bumi
(jaarlijske pacht) kepada pemilik tanah sebagai pengakuan atas hak
eigendom dari pemilik itu.
 Hak Altidjddurende, merupakan kepemilikan tanah persil ynag berada
dibawah sewa turun temurun untuk selama-lamanya.
 Hak Opstaal, suatu hak kebendaan (zakelijk recht) untuk mempunyai
rumah-rumah, bangunan-bangunan dan tanaman di atas tanah milik orang
lain.
Referensi :
Dale, Peter F., John D. Mclaughlin. Land Administration. Oxford University
Press.1998(Chapter 1).

c. UUPA
Aturan :
Undang-Undang Pokok Agraria yang disahkan di Jakarta pada tanggal 24
September 1960.

3. Peranan Hubungan Manusia dengan Tanah Dalam Administrasi


Pertanahan
a. Administrasi Pertanahan
 Definisi : Administrasi Pertanahan adalah pemberian hak, perpanjangan
hak, peningkatan hak, penggabungan hak, pemisah hak, pemecah hak,
pembebanan hak, izin lokasi, izin perubahan penggunaan tanah, serta izin
penunjukkan dan penggunaan tanah (Herman Hermit, Cara Memperoleh
Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara dan Tanah Pemda, 2004 dan
2008)

 Komponen Utama :
 Kepemilikan Tana (Land Tenure)
Berkaitan dengan legislitas sebuah kepemilikan tanah, hak-hak atas
kepemilikan tanah. Setiap hak atas tanah tersebut, yang
mencerminkan status kepemilikan atas tanah, diwujudkan dalam
bentuk sertifikat. Penerbitan sertifikat dilakukan pemerintah
(Badan Pertanahan Nasional) melalui proses Pendaftaran Tanah.

 Nilai Tanah (Land Value)


Berkaitan dengan penaksiran sebuah lahan dan properti. Dengan
memperhatikan pendapatan melalui perpajakan, serta ajudikasi
penilaianlahan dan perselisihan pajak.

 Penggunaan Tanah (Land Use)


Berkaitan dengan pengontrolan penggunaan lahan melalui
perencanaan kebijakan dan regulasi dari penggunaan lahan yang
dimiliki oleh masing-masing tingkat pemerintahan.

 Pengembangan Tanah (Land Development)


Berkaitan dengan implementasi dari sebuah perencanaan
pembangunan infrastuktur yang baru, serta perubahan penggunaan
lahan melalui izin perencanaan dan skema pembaharuan pada lahan
yang ada.
 Tujuan :
 Aspek Ekonomi
Administrasi pertanahan diperlukan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi melalui penggunaan sumber daya secara
lebih efektif. Misalnya, kepemilikan properti dapat diperluka atau
digunakan untuk memperoleh data tambahan bagi pembangunan
swasta maupun pemerintahan, Bahkan administrasi dapat
digunakan sebagai alat untuk memperoleh pendapatan melalui
penjualan, penyewaan, pemberian, dan perpajakan.

 Aspek Sosial
Administrasi pertanahan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
pemerataan distribusi sumber daya. Sumber daya ini meliputi tanah
itu sendiri, suatu fasilitas umum seperti utilitas, klinik dan sekolah-
sekolah, serta informasi mengenai tanah dan sumber dayanya.

 Aspek Lingkungan
Administrasi pertanahan dapat digunakan untuk melindungi
sumberdaya yang langka dan rapuh. Misalnya dapat diadakan
pembatasan pemanfaatan daerah-daerah tertentu seperti daerah
penampungan air, zona-zona pesisir, suaka satwa liar, dsb.

 Aspek Politis
Administrasi pertanahan dapat merupakan suatu cara untuk
melibatkan serta menghubungkan penduduk dengan pemerintah.
Misalnya pada sebuah kasus sengketa lahan.

 Fungsi :
 Fungsi Yuridis
Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang yuridis, berkaitan
dengan penguatan jaminan penguasaan tanah melalui pendaftaran
tanah, yang meliputi pendaftaran bidang tanah, peralihan hak,
demarkasi, ajudikasi, dan lain-lain

 Fungsi Regulasi
Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang regulasi umumnya
berkaitan dengan pengaturan penggunaan tanah mencakup
pengembangan dan pembatasan penggunaan tanah.

 Fungsi Fiskal
Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang fiskal berkaitan
dengan peningkatan penarikan pajak bumi dan bangunan dan bea
perolehan atas hak tanah dan bangunan. Selain itu juga berkaitan
dengan penentuan nilai sebuah properti, yaitu penilaian nilai persil
tanah dan peningkatannya.

 Fungsi Manajemen Informasi


Fungsi administrasi pertanahan dalam bidang manajemen
Informasi adalah proses pengelolaan pengumpulan, penyimpanan,
pencabutan kembali, penyebaran serta penggunaan informasi
pertanahan. Hal ini merupakan integrasi dari tiga komponen, yaitu;
kadaster hak sebagai penopang utama pendaftaran tanah, kadaster
fiskal membantu dalam penilaian dan perpajakan, dan sistem
informasi zoning dan lainnya memudahkan perencanaan dan
pengaturan penggunaan tanah

 Manfaat
Adapun manfaat adanya terbentuknya sebuah sistem administrasi
pertanahan adalah, yaitu:
 Memberikan jaminan atas kepastian hak,maksud semakin jelas
penentuan hak milik seseorang akan mempermudah untuk orang
tersebut mempertahankan haknya atas klaim dari orang lain.

 Stabilitas sosial,catatan publik yang tepat akan melindungi dari


pengunjingan mengenai kepemilikan yang sah (bila nantinya ada
yang menggugat),dan membantu menyelesaikan masalah-masalah
lain dengan cepat sejak batasan dan kepemilikan tanah dibuat
 Kredit,catatan publik akan mengurangi ketidakpastian informasi
melalui pemberian kewenagan pada kreditor untuk menentukan
apakah peminjam potensial telah memiliki hak untuk pemindahan
hak yang diminta menurut apa yang diminta sebagai jaminan
peminjam.

 Proses perbaikan lahan,pembaharuan jaminan atas kepastian hak


pemilik akan menaikan kecenderungan seseorang untuk mencari
keuntungan ketika akan berinvestasi pada bangunan,peralatan atau
perbaikan infrastruktur termasuk pengukuran perlindungan lahan.
Cara kredit yang sudah diperbaiki menyediakan sumber daya
keuangan yang bisa mempengaruhi nilai lahan.

 Produktivitas,faktor-faktor seperti nilai guna, perpindahan lahan,


kepemilikan, pembanguan, hak atas tanah dan lain-lain
dikombinasikan untuk meyakinkan bahwa lahan itu sedang
berkembang menuju nilai dan manfaat yang terbaik, misalnya,
pertanian komersil dilakukan oleh petani yang cerdik untuk
mendapatkan keuntungan dan lahan lebih. Beda dengan petani
biasa yang tidak bisa mengembangkan lahannya.

 Likuiditas,ketika hak kepemilikan sudah dapat legalitas formal


aset-aset tersebut bisa ditukar dengan cepat dalam skala besar dan
pada harga yang rendah. Pada Negara-negara berkembang,
mayoritas hak kepemilikan dalam stastus informal, oleh karena itu
mereka tidak dapat memasuki tempat pasaran formal sebagai aset
yang bisa dinegosiasikan

You might also like