You are on page 1of 9

TOKOH PADA MASA KEJAYAAN ISLAM

AL-KINDI

(XI MIPA 1)

KELOMPOK 3:
1. RESSA DANA
2. SURYA GUSTI PERMANA
3. M.RAKKA
4. LINDA MARYAN
5. WINA NOVA
6. SITI ALIFAH
7. BAGAS PUTRANTO

SMA NEGERI 1 SUKARAJA


TAHUN PELAJARA 2022-2023
DAFTAR ISI

A. DAFTAR ISI…………………………………………………………………2
BAB 1 : PENDAHULUAN
B. Kata Pengantar………………………………………………………………..3
C. Rumusan Masalah………………………………………...…………………..3
D. Tujuan Penulisan………………………………………………………...……3
BAB 2 : PEMBAHASAN
E. Biografi Al-Kindi……………………………………………………………..4
F. Pemikiran/Ajaran Filsafat Al-Kindi…………………………………….…….5
BAB 3 : PENUTUP
G. Kesimpulan……………………………………………………………………8
H. Penutup…………………………………………………..……………………8
I. Daftar Pustaka………………...……………………………………………….8

2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur tetap terpanjatkan kepada Allah SWT. Atas semua
karunianya, khususnya pada kesempatan ini untuk dapat menyelesaikan Makalah Filsafat
Islam kami yang berjudul “Al-Kindi” yang sederhana ini, dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Rasulullah SAW, dan kepada guru-guru kami yang telah membimbing
kami dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, khusunya kepada dosen Filsafat Islam yang
sudah membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa pula teman-teman
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan Makalah Filsafat Islam kami semoga Allah mencatatnya sebagai ibadah, makalah
ini memang jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon saran dan kritikan apabila terjadi
kesalahan. Dan Akhirnya, kami hanya bisa berharap mudah-mudahan usaha ini menjadi awal
yang baik dan berakhir dengan baik pula, dan semoga apa yang kamu tulis ini dapat
bermanfaat bagi kami sebagai penulis dan para pembaca. Semoga selalu mendapat ridho
Allah, amin yarabbal’alamin
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi dari Al-Kindi?
2. Bagaimana Pemikiran/Ajaran Filsafat Al-Kindi?
3. Bagaimana kritik terhadap pemikiran/ajaran Al-Kindi?

D. Tujuan Penulisan
1. Melatih diri dalam penulisan karya tulis ilmiah.
2. Mengajak pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu
tokoh filsuf yaitu Al-Kindi.
3. Untuk mengetahui biografi Al-Kindi.
4. Untuk mengetahui bagaimana ajaran Filsafat Al-Kindi.
5. Untuk mengetahui bagaimana kritik kami terhadap Ajaran Filsafat Al-Kindi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
E. Biografi Al-Kindi

           Al-Kindi adalah filsuf yang pertama muncul di Islam. Dalam buku History of Muslim
Philosophy, ia disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”. Ia adalah keturunan bangsawan Arab
dari suku Kindah, suku bangsa yang di masa sebelum Islam bermukim di Arab Selatan. Al-
Kindi nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cub ibnu Ishaq ibnu Al-Shabbah ibnu ‘Imran
ibnu Muhammad Ibnu Al-Asy’as ibnu Qais Al-Kindi. Al-Kindi dilahirkan di Kufah (Irak)
sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat. Kakek buyutnya, Al-Asy’as
ibnu Qais adalah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. yang gugur bersama Sa’ad ibnu Abi
Waqqas dalam peperangan antara Kaum Muslimin dengan Persia. Ayahnya, Ishaq ibnu Al-
Shabbah adalah Gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dan Al-
Rasyid (786-809 M). Ayahnya meninggal ketika ia masih usia kanak-kanak, namun ia tetap
memperoleh kesempatan untuk menuntut Ilmu dengan baik. Al-Kindi memperoleh
pendidikan masa kecilnya di Basrah, tetapi tumbuh dewasa dan meninggal di Baghdad. Di
Baghdad, ia terlibat dalam gerakan penerjemahan dan cukup memiliki harta untuk menggaji
banyak orang guna menerjemahkan atau menyalin naskah-naskah ilmu pengetahuan dan
filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi perpustakaan pribadinya. Al-Kindi kemudian
mengarang buku-buku dan menurut keterangan Ibnu al-Nadim buku-buku yang ditulisnya
(besar dan kecil) berjumlah 241 dalam falsafat, logika,ilmu hitung,astronomi,kedokteran,ilmu
jiwa,politik,musik dan sebagainya.
           Perjalanan intelektual yang mengantarkan Al-Kindi menjadi ulama besar dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dua kota besar saat itu, yaitu Kufah dan Bashrah. Kedua kota tersebut
merupakan dua pusat kebudayaan Islam yang bersaingan. Kufah lebih cenderung kepada
studi-studi aqliyah dimana Al-Kindi melewatkan masa kanak-kanaknya. Dia menghafal Al-
Qur’an, mempelajari tata bahasa Arab, kesusastraan dan ilmu hitung, yang kesemuanya itu
merupakan kurikulum bagi semua anak Muslim. Ia kemudian mempelajari fiqh dan disiplin
ilmu baru yang disebut kalam. Akan tetapi, tampaknya ia lebih tertarik pada ilmu
pengetahuan dan filsafat, terutama setelah ia pindah ke Baghdad. Pengetahuan lengkap
tentang ilmu dan filsafat Yunani
4
bisa diperoleh dengan menguasai dua bahasa Yunani dan Syria sebab banyak  karya Yunani
diterjemahkan dengan dua bahasa tersebut. Al-Kindi mempelajari bahasa Yunani tetapi ia
menguasai bahasa Syria dalam menerjemahkan bebrapa karya klasik. Di Baghdad ia bertemu
dengan Al-Ma’mum,Al-Mu’tasim dan putra Al-Mu’tasim Ahmad. Ia diangkat sebagai guru
pribadi Ahmad ibn Al-Mu’tasim. Al-Ma’mun menjadikan Mu’tazilah sebagai madzhab
negara dan Al-Kindi juga menulis beberapa risalah tentang keadilan,kemahaesaan Tuhan dan
perbuatan-Nya, bahkan jauh lebih dari itu, ia ikut pula membantah paham-paham yang
bertentangan dengan madzhab negara ini dengan pemikirannya. Bila menilik pada masa Al-
Kindi berinteraksi dengan pemerintahan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, tidak heran menurut
Harun Nasution, kalau Al-Kindi menganut aliran Mu’tazilah dan mengedepankan rasio dan
filsafat dalam pemahaman keislamannya. Disamping itu zaman Al-Kindi adalah zaman
penerjemahan buku-buku Yunani yang memberikan pengaruh besar terhadap pola pikiran Al-
Kindi dimana ia turut aktif dalam kegiatan terjemahan. Tentang kapan Al-Kindi meninggal
tidak ada suatu keterangan yang pasti. Menentukan tahun wafatnya sama sulitnya dengan
menentukan tahun kelahiranya dan siapa saja guru yang mendidiknya. Mustafa ‘Abd Al-
Raziq cenderung mengatakan tahun wafatnya adalah 252 H, sedangkan Massignon menunjuk
tahun 260 H, suatu pendapat yang juga diyakini oleh Hendry Corbin dan Nellino. Al-Kindi
sudah dinobatkan sebagai filosof Muslim kebangsaan Arab yang pertama, ia layak
disejajarkan  dengan filosof-filosof Muslim non-Arab. Sumbangan Al-Kindi yang sangat
berharga dalam dunia Filsafat Islam ialah usahanya untuk membuka jalan dan menjawab rasa
enggan dari umat Islam lainnya untuk menerima ilmu filsafat ini yang terasa asing dimasa
itu. 

F. Pemikiran/Ajaran Filsafat Al-Kindi


       Sumber filosof Al-Kindi diperoleh dari sumber-sumber Yunani Klasik, terutama
Neoplatonik. Ia diduga meringkas definisi-definisi dari literatur Yunani dengan niat hendak
memberikan ringkasan filsafat Yunani dalam bentuk definisi. Kebanyakan definisi itu adalah
definisi yang dipinjam dari Aristoteles. Ketekunan Al-Kindi mengumpulkan definisi dari
karya-karya Aristoteles dan kesukaannya kepada Aristoteles tidak dapat diabaikan.  Dalam
Risalah Al-Kindi dikemukakan dalam susunan yang membedakan antara alam atas dan alam
bawah. Yang pertama ditandai dengan definisi-definisi akal,alam, dan jiwa, diikuti dengan
definisi-definisi yang menandai alam bawah, dimulai dengan definisi
badan,penciptaan,materi,bentuk, dan sebagainya. Kerangka besar filsafatnya bermuara
kepada Tuhan sebagai sumber filsafatnya.
a. Falsafah Ketuhanan
Sebagaimana halnya dengan filsuf-filsuf Yunani dan filsuf-filsuf Islam lainnya, Al-Kindi
selain filsuf juga ahli ilmu pengetahuan. Menurutnya pengetahuan terbagi dalam dua bagian :
 Pegetahuan Ilahi (Divine Science), sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an
yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini
ialah keyakinan.
 Pengetahuan Manusiawi (Human Science) atau falsafat. Dasarnya ialah pemikiran
(ratio-reason).
5
Argumen-argumen yang dibawa Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada argumen-argumen
yang ditimbulkan falsafat. Tetapi filsafat dan Al-Qur’an tidak bertentangan artinya kebenaran
yang diberitakan wahyu tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa falsafat.
Mempelajari falsafat dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian dari falsafat
da umat Islam diwajibkan belajar teologi. Menurut Al-Kindi, filsafat ialah pengetahuan
tentang yang benar (knowledge of truth). Disinilah terlihat persamaan falsafah dan agama.
Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik begitu pula dengan
tujuan falsafah. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan falsafah juga
mempergunakan akal. Yang benar pertama (The First Truth) bagi Al-Kindi ialah Tuhan.
Falsafah demikian membahas soal Tuhan sehingga agama menjadi dasar filsafatnya. Intisari
Filsafatnya adalah bahwa falsafah yang paling tinggi ialah falsafah tentang Tuhan. Tuhan
dalam falsafah Al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah atau mahiah. Tidak aniah
karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda  yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah
pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai hakikat
dalam bentuk mahiah karena Tuhan tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan hanya satu,
dan tidak ada yang serupa dengan Tuhan.

b. Falsafah Jiwa
Tidak mengherankan bahwa pembahasan tentang jiwa menjadi agenda yang penting dalam
filsafat Islam. Hal ini disebabkan karena jiwa termasuk unsur utama dari manusia, bahkan
ada yang mengatakan sebagai intisari dari manusia. Menurut Al-Kindi, roh tidak tersusun
secara simple,sederhana tetapi mempunyai arti penting,sempurna, dan mulia. Substansinya
berasal dari substansi Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya
dengan matahari. Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud sendiri. Argumen yang
dikemukakan Al-Kindi tentang kelainan roh dari badan ialah keadaan badan mempunyai
hawa nafsu dan sifat pemarah. Roh menentang keinginan hawa nafsu dan sifat pemarah.
Pengetahuan dalqm paham ini merupakan emanasi. Karna roh adalah cahaya dari tuhan, roh
dapat menangkap ilmu-ilmu yang ada pada tuhan. Akan tetapi, kalau roh kotor, sebagaimana
halnya dengan cermin yang kotor, roh tak dapat menerima pengetahuan-pengetahuan yang
dipancarkan oelh cahaya yang berasslkan dari tuhan. Roh bersifat kekal dan tidak hancur
dengan hancurnya badan. Ia tidak hancur karna subtansinya beraal dari subtansi tuhan. Ia
adalah cahaya yang dipancarkan tuhan. Selama dalam badan, roh tidak memperoleh
kesenangan yang sebenarnya dan pengetahuannya tidak sempurna. Hanya setelah
bercerai(meninggaldunia) dengan badan roh memperoleh kesenangan yang sebenarnya dalam
bentuk pengentahuan yang sempurna. Setelah bercerai dengan badan, roh pergi ke alam
kebenaran atau alam kekal (tuhan) diatas bintang-bintang, didalam lingkungan cahay tuhan,
dekat dengan tuha, dan dapat melihat tuhan. Disinilah kesengan abadi dari roh. Al-kindi
adalam risalahnya menjelaskan akal. Ia gambarkan akal sebagai potensi sederhana yang dapat
mengetahui hakikat-hakikat sebenarnya dari benda-benda. Akal menurutnya terbagi menjadi
empat macam. Satu berada di luar jiwa manusia, dan yang tiga lagi berada di dalamnya.
1. Akal yang selamanya dalam aktualitas (al-‘aql allazi bi al-fi’l abada). Akal
pertama ini berada di luar jiwa manusia, bersifat Ilahi dan selamanya dalam
aktualitas.

6
Karena selalu berada dalam aktualitas, akal inilah yang membuat akal yang bersifat
potensi dalam jiwa menjadi actual.
2. Akal yang bersifat potensial (al-‘aql bi al-quwwat), yakni akal murni yang ada
dalam diri manusia yang masih merupakan potensi dan belum menerima bentuk-
bentuk indrawi dan yang akali.
3. Akal yang bersifat perolehan (acquired intellect). ini adalah akal yang telah keluar
dari potensialitas ke dalam aktualitas, dan mulai memperlihatkan dan mulai
menampakkan pemikiran abstraksinya. Akan perolehan ini dapat di contohkan
dengan kemampuan positif yang di peroleh orang dengan belajar, misalnya tentang
bagaimana cara menulis. Penamaan perolehan, agaknya di maksudkan oleh Al-kindi
untuk menunjukkan akal dalam bentuk ini diperoleh dari akal yang berada di luar
jiwa manusia, yakni akal pertama yang membuat akal potensial keluar menjadi akan
aktualitas.
4. Akal yang berada dalam keadaan aktual nyata, ketika ia aktual, maka ia di sebut
akal yang ke dua. Akal dalam bentuk ini merupakan akal yang telah mencapai
tingkat ke dua dari aktualitas. Ia dapat di ibaratkan dengan proses penulisan kalau
seseorang sungguh-sungguh melakukan penulisan. Jadi, hanya jiwa yang sucilah
yang dapat sampai ke alam kebenaran itu. Jiwa yang masih kotor dan belum bersih
harus mengalami penyucian terlebih dahulu. Mula-mulanya ia harus pergi ke bulan,
kemudian setelah membersihkan diri disana, dilanjutkan ke merkuri, dan seterusnya,
naik setingkat demi setingkat sampai akhirnya (sesudah benar-benar bersih)
mencapai alam akal, dalam lingkungan cahaya Allah dan melihat Allah. Disini
terlihat bahwa Al-Kindi tidak percaya pada kekekalan hukuman terhadap jiwa, tetapi
meyakini bahwa pada akhirnya jiwa akan memperoleh keselamatan dan naik ke alam
akal. Alhasil, bagi Al-Kindi jiwa adalah, sesuai dengan terminologi Al-
Qur’an, khalidina fiha yang dalam bahasa indonesia sering diterjemahkan dengan
kekal, namun kekalnya berbeda dengan Allah karena kekalnya dikekalkan Allah.
7

BAB III
PENUTUPAN

G. Kesimpulan
Al-Kindi, nama lengkapnya Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin ‘imran bin
Isma’il bin Muhammad bin al-nAsy’ats bin Qais al-Kindi. Al-Kindi dilahirkan di Kufah
sekitar tahun 185H (801) dari keluarga kaya dan terhormat. Ia berasal dari kabilah Kindah.
Termasuk kabilah terpandang di masyarakat Arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz.
Pemikiran-pemikiran Al-Kindi dalam bidang filsafat meliputi pemaduan antara agama
dengan filsafat atau terkenal dengan talfiq. Selanjutnya filsafat ketuhanan yang meliputi
pemikiran pemikirannya mengenai Tuhan, keberadaan-nya, fungsi-nya, dalil keberadaan
Tuhan dan sifat-sifat kenabian.

Tinjauan terhadap Al-Kindi sangatlah beragam, berkaitan dengan jasanya dalam


mengenalkan filsafat-filsafat islam bagi dunia Arab, bahkan sebelumnya juga ia telah
membuka pintu pertama sebagai orang yang telah menerjamahkan dan berjasa terhadap
penelitian filsafat-filsafat Yunani. Sekalipun ada yang mengatakan karya Filsafatnya lebih
banayak mengutip karya-karya orang lain, tetapi dalam hal pengembangannya, Al-Kindi
sempat menjadi ilmuan besar pada masa dinasti Abbasyiah.

H. Penutup
Dengan keterbatasan pengetahuan, kami memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah
ini masih banyak kekungan, baik dalam segi penulisan maupun isinya. Namun kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman dan terlebih dalam menyelesaikan tugas
kelompok ini.

I. Daftar Pustaka
8

You might also like