You are on page 1of 35

DIKTAT ‘ULUM AL-HADIS

Suplemen Mata Kuliah ‘Ulum al-Hadits


untuk Mahasiswa STAIS Majenang

:Oleh
.Drs. H. Masyhud, M.Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI


MAJENANG - CILACAP
2021

1
‫بسم هللا الرحمن الر حيم‬

‫اللهم صل و سلم وبا رك على سيد نا محمد و على أله و أصحا به أجمعين‬

ULUM AL-HADITS

I. Pengertian 'Ulum al-Hadits, Ruang lingkup dan Tujuannya.


1. Pengertian Ulum al-Hadits, hadits diroyah dan hadits riwayah.
Ilmu Hadits dahulu dikenal oleh kalangan muhaditsin dengan ulum al-hadits. Ulum
arinya ilmu-ilmu sedangkan al-hadits adalah "segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi
Muhammad saw baik perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan) maupun sifat-nya". Karena
itu pengertian ulum al-hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang hadits nabi
Muhammad saw. Pada mulanya ilmu ini merupakan kumpulan dari berbagai ilmu, seperti ilmu
al-hadits al-shahih, ilmu al-mursal, ilmu al-asma wa al-kuna dll. Pada abad ke 3 H, tulisan-
tulisan tentang berbagai ragam ilmu-ilmu hadits sudah banyak muncul, seperti Tarikh al-
Rijal (sejarah rawi-rawi hadits) ditulis oleh Yahya ibn Ma'in (234 H/848 M). Kitab al-
Thabaqat (klasifikasi para rawi) ditulis oleh Muhammad ibn Sa'ad (230 H/844 M). Kitab
al-'Ilal dan al-Nasikh wa al-Mansukh (hadits-hadits yang cacat dan nasikh mansuh) ditulis
oleh Ahmad ibn Hnbal (241 H/855 M) dan Imam al-Bukhari (256 H/870 M)- Muslim (261
H/875 M) menulis al-'Ilal wa al-Kuna da Kitab al-Asma wa al-Kuna. Pada masa beikutnya
ilmu-ilmu tersebut kemudian digabungkan menjadi satu, karena masing-masing
membicarakan satu persoalan hadits Rasul saw. 'Ulum al-hadits – ilmu hadits dapar disebut
mushthalah al-hadits. Ulama yang mempergunakan istilah 'ulum al-hadits adalah imam
Hakim al-Naisaburi (405 h/ 1014 M), Ibn Shalah (643 H/1246 M). Ulama kontemporer
yang juga menggunakan istilah 'ulum al-hadits adalah Zhafar Ahmad ibn Lathif al-'Usmani
al-Tahanawi (1394 H/ 1974 M dan Subhi Shalih. Adapun ulama yang menggunakan istilah
ilmu al-hadits yaitu al-'Iraqi (806 H/ 1403 M) dan al-Suyuthi (911 H/1505 M).
2) Ruang lingkup 'ulum al-hadits;
Berdasarkan kajian tersebut diatas, ruang lingkup 'ulum al-hadits adalah hal-hal
yang mencakup :
1). Cara periwayatan hadits baik dari sisi penerimaan maupun penyampaiannya dari
seorang rawi kepada rawi lainnya. Cara pemeliharaan hadits dalam bentuk hafalan,
penulisan maupun pembukuannya. Dari kajian ini lahir mermacam-macam ilmu seperti
ilmu tahammul al-hadits, kaifiyatul ada dll.
2). Kajian yang memuat tentang sanad dan matan hadits. Bertujuan untuk mengetahui
dan menetapkan hadits-hadits yang maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil untuk
diamalakan) dan hadits yang mardud (ditolak). Kajian ini memuat hal-hal yang berkaitan
dengan mushthalah hadits atau 'ulum al-hadits. Dari kajian ini lahir ilmu-ilmu seperti
takhrij al-hadits, tashhih al-hadits (shahih – hasan – dhaif), jarhu wa al-ta'dil, tawarih
al-mutun, asbab wurud al-hadits, nasih wa al-mansuh dll.

2
II. Pengertian Hadis, Sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi.
a. Pengertian hadis; meurut bahasa meliputi :
1. Baru atau jadid lawan dari qadim
2. Dekat lawan dari ba’id.
3. Khabar suatu yang dipercakapkan atau dipindahkan dari orang satu
kepada lainnya, seperti yang tertuang dalam surah al-Thur [52] : 34:

“ Maka hendaklah mereka mendatangkan (kabar) kalimat yang semisal Al Quran itu
jika mereka orang-orang yang benar”.

Menurut ahli hadis makna hadis adalah :


.‫ و أفعا له وتقا ر ير ه مما يتعلق به حكم بنا‬. ‫ م‬. ‫أقوا له ص‬
“Segala sesuatu yang menyangkut perkataan perbuatan, dan ketetapan-
ketetapannya yang bersangkutan dengan hukum”
Ada juga yang mendefinisikan hadis sebagai berikut :

‫ أو إلى الصحا بة أو إلى التا بعين قو ال كا ن أ و فعال‬. ‫ م‬. ‫علم يبين لنا ما أضيف ألى النبي ص‬
.,‫أو تقر يرا أو صفة‬

“Ilmu yang menjelaskan semua hal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
saw, atau kepada sahabat atau Tabi’in, baik berupa perkataan perbuatan taqrir
maupun sifatnya”

b. Pengertian sunnah
Secara etimologis pengertian sunnah adalah jalan lurus, berkesinambungan yang
baik ataupun yang buruk, atau : ‫الطريقة المستقيمة والسيرة المستمرة حسنة كا نت أو سيئة‬
Makna sunnah dalam hadis Nabi :

‫ ر وا ه اليخا ر ى و مسلم‬... ‫من سن سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها إلى يو م القيا مة‬

“Barangsiapa membuat sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala sunnah
tersebut dan pahala orang lain yang mengikutinya sampai hari kiamat”.

‫ شبرا بشبر و ذرا عا بذ را ع حتى لو د خلو ا حجر الضب لد خلتمو ه‬a‫لتتبعن سنن من قبلكم‬
. ‫رو ا ه مسلم‬
“Sungguh kamu akan mengikuti (dengan tidak menyadari) tradisi-tradisi orang-
orang sebelum kamu, sejangkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga
jika mereka masuk lobang dhobpun, kalian akan mengikutinya”.

Menurut istilah makna sunnah sesuai pendapat muhadditsin adalah :

‫ من قول أو فعل أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة‬.‫م‬.‫السنة هي كل ما أثر عن الرسول ص‬


. ‫سوأ أكا ن ذلك قبل البعثة كتحنثه في غار حراء أم بعد ها‬

3
"Sunnah adalah setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul saw, beik berupa
perkataan, perbuatan, takrir, keadaan fisik atau budi pekertinya atau
perikehidupannya baik sebelum dingkat menjadi Rasul atupun sesudahnya"

( ‫( رواه البخا رى و مسلم‬: ‫ إ نما األ عما ل با لنيا ت‬. ‫ م‬. ‫ قأ ل النبي ص‬...

Contoh hadis Nabi :


Makna sunnah tersebut diatas, menurut ulama hadits sesinonim dengan makna
hadits. Dengan demikian cakupan sunnah atau hadits adalah semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan Rasul saw. Baik berkaitan dengan aspek hukum maupun
yang lainnya.
b. Pengertian khabar;
Makna khabar secara bahasa diartikan berita atau al-naba. Menurut istilah adalah:
a) Khabar sama artinya dengan hadits; hal-hal yang disandarkan kepada Rasul saw.
b) Khabar lebih umum dari pada hadits, sebab hadits semua hal yang disandarkan
kepada nabi Muhammad saw, sedangkang khabar dapat kepada nabi maupun orang
lain.
c) Khabar berbeda dengan hadits; khabar berita yang tidak disandarkan kepada nabi,
sedangkan hadits disandarkan kepadanya. Ahli hadits disebut muhaddis sedangkan
ahli berita disebut akhbar.
Khabar; sesuatu yang disandarkan kepada Nabi atau dari selain Nabi :
Contoh khabar :
.) ‫من السنة و ضع الكف تحت السر ة فى الصال ة ( ر وا ه أ بو د ا و د‬
c. Pengertian atsar;
Secara etimologis atsar diartikan sisa atau peninggalan sesuatu. Secara
terminologis atsar dimaknai ;
a) Atsar semakna dengan hadits; yakni semua yang disandarkan kepada nabi
Muhammad saw.
b) Atsar tidak sama dengan hadits; atsar adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada sahabat maupun tabi'in.
Contoh atsar; Perkataan Tabi’in : Ubaidillah Ibni Abdillah ibn Utbah Ibn Mas’ud
berkata :

‫السنة أن يكبر اإلما م يوم الفطر و يو م األ ضحى حين يجلس على المنبر قبل الخطبة تسع تكبيرا ت‬
. ‫ر وا ه البيهقي‬

Contoh Hadis berupa perkataan :


) ‫للمو من كا لبنبا ن يشد بعضه بعضا ( ر وا ه مسلم‬ ْ ‫ المؤ من‬. ‫ م‬. ‫قا ل النبي ص‬
Contoh hadis fi’liyah :
. ) ‫ يسو ى صفو فنا إ ذ ا قمنا إ لى الصال ة فإ ذ ا استو ينا كبر ( ر و ا ه مسلم‬. ‫ م‬. ‫كان النبي ص‬

Contoh hadis taqririyyah :

‫ ير ا نا و لم يأ مر نا ولم ينها‬. ‫ م‬. ‫كنا نصلى ر كعتين بعد غرو الشمس وكا ن ر سو ل هللا ص‬
‫نا‬
.)‫( ر و ا ه مسلم‬
d. Pengertian hadits Qudsi;

4
al-Qudsi artinya sesuatu yang dihubungkan dengan suci. Hadits qudsi adalah hadits
yang dihubungkan dengan zat yang suci, yaitu Allah swt. Ahli hadits mendefinisikan
hadits qudsi sebagai berikut :

. ‫ مع إسنا ده إياه إلي ربه عز وجل‬.‫م‬.‫الحد يث القد سي هو ما نقل إلينا عن النبي ص‬

"Hadits yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi saw yang disandarkan kepada Allah
swt".
Hadits qudsi ada yang mendefinisikan :

. ‫ قوال إلي هللا عز وجل‬.‫ م‬.‫ كل حديث يضيف فيه الرسول ص‬: ‫الحد يث القد سي‬

"Hadits yang disandarkan kepada Rasul saw dari firman Allah swt".
Hadits qudsi adalah ucapan yang disampaikan oleh Rasul saw, dan isi ucapan itu dari
Allah swt. Dengan demikian hadits qudsi merupakan firman Allah akan tetapi
disampikan lewat lisan Rasul saw. Perbedaannya dengan al-Qur'an;
a) Al-Qur'an lafal dan maknanya dari Allah swt, sedangkan hadits qudsi lafal dari
Rasul sendiri.
b) Membaca al-Qur'an adalah ibadah, sedangkan untuk hadits qudsi tidak.
c) Periwayatan al-Qur'an secara mutawatir, sedangkan hadits qudsi tidak.
d) Al-Qur'an mu'jizat, sedangkan hadits qudsi bukan mu'jizat.
e) Al-Qur'an dibaca dalam shalat, hadits qudsi tidak.
Contoh hadits qudsi :

‫ أنه‬a‫ فيما روى عن هللا تيا رك وتعالى‬.‫ م‬. ‫ عن النبي ص‬.‫ ض‬.‫مارواه مسلم في صحيحه عن أبي ذ ر ر‬
. ‫ يا عبا دي إني حرمت الظلم علي نفسي وجعلته بينكم محرما فال تظا لموا‬: ‫قال‬

"Hadits diriwayatkan Muslim dalam shahihnya, dari Abi Dzar ra dari Nabi saw, sesuai
dengan apa yang diriwayatkan beliau dari Allah swt, bahwasannya Allah berfirman;
wahai hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan dzalim atas diriku. Aku jadikan
dzalim haram dilakukan diantara kamu, maka janganlah saling melakukan kedzaliman".

III. Kedudukan hadits sebagai sumber ajaran Islam


Menurut Jumhur Ulama berpendapat bahwa kedudukan hadits sebagai dalil dan
sumber ajaran Islam menempati posisi ke dua setelah al-Qur’an. Hal tersebut terutama
diihat dari segi wurud (datangnya) atau tsubut (adanya) al-Qur’an yang bersifat qath’iy
(pasti benar dari (Tuhan). Sedangkan hadits pada umunya selain mutawatir bersifat
dzanny (bisa benar- bisa tidak ). Dasar Ulama menampatkan posisi al-Hadits menjadi
sumber dan dalil hukum kedua setelah al-Qur’an adalah :

a) Kebenaran al-Qur’an yang bersifat qath’iyyul wurud dan qath’iyyu tsubut, baik
secara ayat perayat maupun secara keseluruhan, sudah seharusnya kedudukannya
lebih tinggi dari pada hadits, yang status nya dzaniy al-wurud, kecuali hadits-hadits
mutawatir.
b) Hadits berfungsi sebagi tabyin (penjelas) terhadap al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai
al-mubayyan (yang dijelaskan) kedudukannya lebih tinggi dari pada al-bayan (hadits)
itu sendiri.
1) Dasar sebagai penjelas Q. S. al-Nahl [16] : 89 :

5
           
   
        
 
“(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari
mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

2) Dasar hadis sebagai rujukan dalam surah al-Hsyr [59] : 7:

          
  
           
   
          
“apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat
keras hukumannya.

3) Dalam ayat di bawah ini menjelaskan agar kita mengikuti apa-apa yang
diajarkan oleh Nabi dan menghindari hal-hal yang dilarang. Kemudian Q.
S. Ali-Imran [3] : 31 :

          
    
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

c) Sikap para sahabat yang merujuk kepada al-Qur’an terlebih dahulu, kemudian jika
dalam al-Qur’an tidak diketemukan, baru menggunakan al-hadits.
d) Makna yang terkandung dalam hadits Mu’adz ibn Jabal, tentang urutan kronologi
menggunakan dasar-dasar hukum, yaitu menggunakan al-Qur’an, al-Hadits kemudian
al-ra’yu.
Misal :

Terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai makna lentur (bukan Muhkam)


Misanya Q. S. al-Maidah [5] : 6 :

         
          
              
         
            
     
Ketentuan-ketentuan wudlu :
a) Pada saat wudhu seseorang dianjurkan untuk niat. Ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa niat hukumnya sunnah. Waktu niat dilakukan saat

6
mulai bersuci dengan maksud agar semua perbuatan yang akan dilakukan
pada saat wudlu tersebut termasuk perbuatan qurbah (ibadah karena Allah).
b) Menurut Jumhur Ulama selain Hanafitah ; yatitu Malikiyah, Syafi’iyyah dan
Hanabilah; mereka berpendapat bahwa niat wudlu hukumnya fardhu
(wajib). Wudlu dilakukan dengan maksud (qarabah) mendekatkan diri kepada
Allah Swt.
Ketentuan membasuh kaki dalam ayat wamsahu biruusikum waarjulakum, bukan
waarjulikum : Ulama Hanafitah, Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah sama-sama
membacanya dengan wa arjulakum, sehingga maknanya saat wudlu wajib
membasuh (dengan menggosok) dua kaki orang yang ber wudlu. Adapun Syi’ah
Imamiyyah dalam wudlu hanya mengusap kaki saja dalam ber wudlu.

Lafal Aulamaastum nisaa menurut ualama Madzhab :


a) Hanafiyah berpendapat bahwa laamasa artinya adalah jima’ sehingga seorang laki
dan seorang perempuan yang telah wudlu, bersenggolan hukumnya tidak batal
Lamasa artinya jima bukan senggolan dengan bukan muhrimnya. Meskipun dengan
isterinya.
b) Menurut Malikiyah dan Hanabilah berpendapat senggolan yang membatalkan
adalah karena senggolan tersebut mengandung syahwat.
c) Menurut Syafi’iyyah hukumnya batal bersenggolan dengan wanita ajnabiyah dan
wanita non muhrim termasuk menyenggol mayat. Senggolan tersebut tanpa hal yang
menghalangi seperti memakai kain.

IV. Kodifikasi Hadits, Sejarah dan perkembangannya

Mustafa Azami membagi pereode penghimpunan hadits menjadi empat fase yaitu :
1. Fase pengumpulan dan penulisan hadits oleh para sahabat; Fase ini tercatat ada
sekitar 50 sahabat nabi yang menuliskan hadits yang mereka terima dari Rasul saw.
Diantaranya adalah Abu Ayyub al-Anshari (w. 52 H), Abu Bakar al-Siddik (w. 13 H).
Abu Sa’id al-Khudri ( w. 74 H), Abd Allah ibn Abbas ( w. 68 H), Abdullah ibn Amr
ibn al-‘Ash ( w. 63 H), Abdullah ibn Mas’ud (w. 32 H), ‘Umar ibn Khattab ( w. 74 H)
dan lain-lain.
2. Fase pengumpulan dan penulisan hadits oleh para Tabi’in abad pertama hijriyah
Pada masa ini ada 49 Tabi’in yang mencatat dan menuliskan hadits Rasul saw.
Diantaranya adalah ‘Abran ibn ‘Ustman 9 (w. 105 ) Abdurrahman Abdullah ibn
Mas’ud w.79), Umar ibn Abdul Aziz (w. 101 H), Urwah ibn Zubair (w. 93 H) dll.
3. Fase pengumpulan dan penulisan hadits pada akhir abad pertma hijriyah awal
abad kedua hijriyah. Pada fase ini terdapat 87 orang Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in
yang mempunyai koleksi dan tulisan tentang hadits Nabi saw, seperti Abdul
Aziz ibn Said ibn Said ibn ‘Ubadah (w. 110 H) Ali Ibn Abd Allah ibn Abbas (w. 117
H). Amr ibn Dinar al-Makki (w. 126 H), Hisyam ibn ‘Urwah (w. 146 H), Muhammad
ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri ( w. 124 H) dll.
4. Fase pengumpulan dan penulisan hadits pada abad kedua hijriyah. Terdapat 251
ulama yang menghimpun dan menuliskan al-Hadits. Diantaranya adalah Abban ibn
Abu ‘Ayyasy (w. 138 H), Abd Allah ibn Lahiyah (w. 174 H). Abd al-Rahman ibn
‘Amr al-‘Auza’i (w. 158 H). Malik ibn Anas (w. 179 H), Nu’man ibn Tsabit, al-Imam
Abu Hanifah (w. 150 H) dll.

V. Hadits Riwayah dan hadits Dirayah;

7
Ulama hadits membagi ulum al-hadits (ilmu hadits) menjadi dua macam yaitu hadits
diroyah dan hadits riwayah.
a) Ilmu hadits riwayah menurut ;

1. al-Syuyuthi mengutip pendapat ibn al-Akfani hadits riwayah adalah :

a‫ وأفعاله وروايتها وضبتها‬.‫ م‬. ‫ علم يشتمل على نقل أقوال النبي ص‬, ‫علم الحد يث الخاص باالرواية‬
. ‫ ألفا ظها‬a‫وتحربر‬

"Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang berkaitan dengan periwayatan, meliputi
ucapan-ucapan Nabi saw, perbuatan-perbuatan-nya, riwayat-riwayatnya,
pencatatannya serta uraian lafal-lafanya".

2. Menurut Muhammad 'Ajjaj al-Khatib ;

‫ من قول أوفعل أوتقرير أوصفة خلقية أوخلقية نقال د‬.‫م‬.‫هو العلم يقوم علي نقل ما أضيف إلى النبي ص‬
.‫قيقا محررا‬

"Ilmu yang membahas tentang periwayatan, hal-hal yang disandarkan kepada nabi
saw, meliputi perkataan, perbuatan, ketetapan atau pengakuan, sifat jasmaniyah atau
tingkah laku (akhlak-nya) dengan cara teliti dan terperinci".

3. Menurut al-Tahanawi :

a‫ وأفعاله وأحواله وروايتها‬.‫م‬.‫ علم يعرف به أقوال رسول هللا ص‬: ‫علم الحد يث الخاص بالرواية هو‬
.‫وضبتها وتحرير ألفاظها‬

"Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan ucapan-ucapan Nabi saw, perbuatan-perbuatannya, keadaannya, periwayatan,
pencatatan dan penguraian lafallafalnya".

Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu hadits riwayah adalah ilmu
yang membahas tentang tata cara periwayatn hadits, pemeliharaan, penulisan maupun
pembukuannya.
Obyek kajian ilmu hadits riwayah adalah hadits Nabi saw dari segi periwayatan dan
pemeliharaannya yang mencakup 1) cara periwayatan hadits baik dari cara penerimaan
maupun cara penyampaiannya dari seorang rawi kepada rawi lainnya 2) cara pemeliharaan
hadits dalam bentuk hafalan, penulisan maupun pembukuannya.
Tujuan mempelajarai llmu hadits riwayah adalah pemeliharaan atas hadits-hadits
nabi Muhammad saw agar tidak lenyap, sia-sia serta dapat terhindar dari kekeliruan dan
kesalahan dalam proses periwayatan atau dalam penulisan dan pembukuannya. Dengan
demikian hadits-hadits Nabi saw dapat terjamin kesahihannya, dapat diamalkan hukum-
hukumnya. Ilmu ini sudah lahir sejak Nabi masih hidup. Ditandai dengan perhatian sahabat
sangat tinggi terhadap apa saja yang keluar dari Nabi. Cara mendatangi majlis ilmu dan
agar menyampaikannya kepada orang lain jika tidak hadir, serta sahabat selalu merespon
dengan baik penjelasan ayat al-Qur'an lewat lisan Rasul saw.
b) Hadits Dirayah menurut ulama ;
1) Ibnu Akfani ;

8
‫ وأنواعها وأحكا مها وحال‬a‫ علم يعرف منه حقيقةالرواية وشروطها‬: ‫وعلم الحديث الخاص بالد راية‬
. ‫ وأصناف المر ويا ت وما يتعلق بها‬a‫الرواة وشروطهم‬

"Hadits Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat,
syarat-syarat, macam-macam, hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat
mereka, jenis yang diriwayatkan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya".

Maksud hakikat riwayat adalah kegiatan periwayatan al-sunah seperti


haddatsana, akhbarana. Syarat riwayat adalah penerimaan hadits dengan cara
tertentu seperti sama'' (melalui pendengaran). Qiraah membaca hadits dihadapan
guru, ijazah memberi ijin untuk meriwayatkan hadits. Munawalah menyerahkan
suatu hadits untuk tertulis kepada seseorang untuk diriwayatkan. Kitabah menulis
hadits untuk seseorang. I'lam memberi tahu bahwa hadits tersebut adalah hasil
koleksinya. Washiyah pesan kepada seseorang kolektor hadits yang dimilikinya.
Wujdah mendapatkan koleksi tertentu tentang hadits dari seorang guru.

2). M. 'Ajaj al-Khatib :

a‫فعلم الحديث الخاص بالد راية هو مجموعة القوا عد والمسائل التى يعرف بها حال الراوي والمروي‬
.‫من حيث القبول والرد‬

"Ilmu hadits dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah dan masalah-masalah yang


dipergunakan untuk mengetahui keadaan rawi (sanad) dan matan hadits (disandarkan
kepada nabi- sahabat- tabi'in) sehingga hadits tersebut dapat diterima atau
ditolak".

Obyek kajian ilmu dirayah hadits adalah sanad dan matan hadits. Tujuan ilmu
hadits dirayah adalah mengetahui dan menetapkan hadits-hadits yang maqbul
(yang dapat diterima sebagai dalil untuk diamalakan) dan hadits yang mardud
(ditolak). Ilmu hadits dirayah selanjutnya disebut juga mushthalah hadits atau
ushul al-hadits.

VI. Struktur Hadits; sanad dan matan hadits


Secara bahasa sanad artinya al-mu’tamad (yang kuat – yang dipegangi),
sedangkan menurut istilah adalah :

‫ أي سلسلة الرواة الذ ين نقلوا المتن من مصد ره األ و ل‬, ‫ هو طر يق المتن‬.

“Sanad adalah jalanya matan, yaitu sisilah para perawi yang memindahkan
(meriwayatkan) matan (hadits) dari sumbernya yang pertama “.
Al-Tahanawi mendefinisikan sanad sebagai berikut :
. ‫ إي أسمــــا ء روا ته مر تبة‬, ‫ الطر يقة المو صلة إلى المتن‬: ‫السند‬
“Sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadits, yaitu nama-nama para
perawinya secara berurutan”.
Jalan matan tersebut dinamkan dengan sanad adalah karna musnid berpegang
keapadanya ketika menyandarkan matan ke sumbernya. Demikian juga para
Huffad menjadikannya sebagai pegangan (pedoman) dalam menilai suatu hadits,
apakah shahih atau dhaif. Contoh :

9
‫ حد ثنا‬: ‫ حد ثنا محمد بن المثنى قال حد ثنا عبد الو ها ب الثقفي قا ل‬: ‫رو ى اإل ما م البخا ر ى قال‬
‫ قا ل ثال ث من كن فيه و جد حال وة اإل يما ن‬. ‫ م‬. ‫ عن أنس عن النبي ص‬, ‫أ يو ب عن قال بة‬
‫ و ان يكره ا ن‬, ‫ و ان يحب المر أ ال يحبه إال هلل‬, ‫ان يكون هللا و ر سو له أ حب إليه مما سو ا هما‬
. ‫يعو د في الكفر كما يكره أن يقذ ف في النا ر‬
Imam al-Bukhari meriwayatkan; Ia berkata ,; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin al-Mutsanna, Ia berkata ; telah menceritakan kepada kami Abd al-
Wahab al-Tsaqafi, Ia berkata ; telah menceitakan kepada kami Ayub, dari Abi
Qilabah, dari Anas , dari Nabi saw, beliau bersabda, ada tiga hal yang bila
seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman; yaitu bahwa Allah
dan Rasulnya lebih di cintainya dari pada selain keduanya, bahwa ia mencintai
seseorang hanya karena Allah semata dan bahwa benci kembali kepada kekafiran
sebagaimana ia benci untuk dimasukkan kedalam api neraka.

Pengertian Isnad ; secara bahasa berarti menyandarkan sesuatu kepada yang lain.
Menurut Istilah ; mengangkat hadis kepada yang mengatakannya(dari sumbernya) ,
yaitu menjelaskan jalan matan dengan meriwayatkan hadis secara musnad ada juga
yang memaknai :
. ‫حكا ية طر يقة طر يق المتن‬

Pengertian Musnad ; Sesuatu yang disandarkan kepada yang lain. Secara istilah
adalah :
. ‫الحد يث الذى إ تصل سند ه من را و يه إلى منتها ه‬

Pengertian Musnad : Hadis yang bersambung sanadnya dari perawinya pertama


sampai kepada akhir sanadnya (yang biasanya Sahabat: Contoh di atas adalah Anas).

Pengertian Musnid : Orang yang menyandarkan sesuatu kepada lainya (arti bahasa
Makna Musnid menurut Istilah :
. ‫هو من ير وي الحد يث بسند سواء أ كا ن عنده علم به أم ليس له إال مجر د الر وا ية‬

Pengertian Matan :
Matan berarti ; sesuatu yang keras dan tinggi. Menurut istilah :

‫ما ينتهى اليه السند من الكال م‬


Artinya : Sesuatu yang terletak sesudah sanad yang berupa teks hadits.
Contohnya :

‫ حد ثنا‬: ‫ حد ثنا محمد بن المثنى قال حد ثنا عبد الو ها ب الثقفي قا ل‬: ‫رو ى اإل ما م البخا ر ى قال‬
‫ قا ل; ثال ث من كن فيه و جد حال وة اإل يما ن‬. ‫ م‬. ‫ عن أنس عن النبي ص‬, ‫أ يو ب عن قال بة‬
‫ و ان يكره ا ن‬, ‫ و ان يحب المر أ ال يحبه إال هلل‬, ‫ان يكون هللا و ر سو له أ حب إليه مما سو ا هما‬
. ‫يعو د في الكفر كما يكره أن يقذ ف في النا ر‬

Matan hadis di atas adalah kata-kata yang digaris bawahi.


Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting, karena dengan sanad suatu
periwayatan hadis itu dapat diketahui mana hadis yang dapat diterima sebagai
hujjah hukum, dan hadis yang tertolak tidak dapat dijadikan dasar hokum ber
amal.

10
VII. Pembagian Hadits, macam-macamnya dan syarat Hadits Shahih, Hasan
Dlaif :
Pembagian hadits secara umum dapat dibedakan menurut (a): Jumlah perawinya (b):
Kualitas sanad dan matannya (c): Kedudukannnya sebagai hujjah dan (d):
Perkembangan sanadnya. Pada kajian ini akan dikomentari dua pembagian hadits
yang disebut di bagian awal kajian ini :
Pembagian hadits berdasarkan jumlah rawinya dibedakan menjadi dua macam :

(a) : Hadits mutawatir dan (b): Hadits Ahad. Hadits Ahad dibagi menjadi empat
macam, yaitu (a); Hadits Mustafidl, (b); Hadits Masyhur, (c); Hadits 'Aziz dan (d);
Hadits Gharib. Pada gambaran berikutnya makna hadits-hadits tersebut di atas
dapat di perhatikan sebagai berikut :
1. Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi sepuluh ke atas
(banyak).
2. Hadits Ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi sembilan ke bawah.
3. Hadits Mustafidl adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi empat sampai dengan
sembilan.
4. Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi tidak kurang dari tiga
orang.
5. Hadits 'Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi tidak kurang dari dua
orang.
6. Hadits Gharib hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi.

Makna hadits Mutawatir :


1. Menurut Ulama Hadits :
‫مارواه عد د كثير تحيل العادة تواطؤهم على الكذب‬.

2. Nur al-Din 'Atar mengedit dari catatan kaki (ta'liq) Ibn Shalah merinci defini hadits
mutawtir sebagai berikut :
.‫االمتواتر هو الخبر عن امر حسي الذي ينقله جمع كثير يمنع تواطؤهم على الكذب عـن مثلهم من اول السند إلى منتهاه‬

Kriteria hadits Mutawatir :


Hadits dianggap memenuhi syarat mutawatir, menurut ulama hadits jika memenuhi
ketentuan sebagai beikut :

1. Para perawi hadits dalam setiap tingkatan berjumlah banyak sekurang-kurangnya


sepuluh orang. Menurut Abu Thayyib, minimal empat orang, hal ini dianalogkan
dengan saksi qadzaf (menuduh zina).
2. Jumlah rawi banyak tersebut pada setiap tingkatan (thabaqat).
3. Mustahil mereka sepakat untuk berdusta.
4. Sandaran riwayatnya adalah hissy (tangkapan pancaindra seperti mendengar,
melihat).
Pembagian hadits Mutawatir :
Hadits mutawatir dibagi menjadi 3 macam yaitu :
(1) mutawatir lafdzi,
(2) mutawatir ma'nawi dan
(3) mutawatir amali. Ulama Hadits hanya membagi dua macam yaitu :
1. Hadits Mutawatir lafdzi; hadits yang diriwayatkan oleh rawi banyak, lafal dan
maknanya sama. Contyohnya :
.‫ من كذب علي متعمدا فليتبلوا مقعده من الـنار‬....1
.) ‫ نضر اهلل إمرأ سمع مقا لتي فوا عا ها وحفظها وبلغها ( روا ه التر مذ ي‬... .2

11
) ‫(ر وا ه النســـا ئ‬ ‫ إن القر ان أنز ل على سبعه أخرف‬... .3

Hadits no 1 di atas diriwayatkan oleh 70 orang lebih dari kalangan sahabat.


2. Hadits Mutawatir ma'nawi; hadits yang diriwayatkan oleh rawi banyak, secara
umum maknanya sama meskipun berbeda redaksi dan rincian maknanya. Contohnya :
a. Pelaksanaan waktu shalat dan jumlah rakaat shalat rawatib, shalat 'id dan kadar
zakat termasuk wudlu, puasa. (hadits-hadits masalah ini disebut juga mutawatir
'amali).
b. Hadits mengangkat tangan disaat berdo'a untuk istisqa. Hadits sejenis ini
diriwayatkan lebih dari seratus rawi seperti hadits :

) ‫ يد يه حتى رؤ ي بيا ض إ بطيه بشئ من دعا ئه إال فى اإل ستسقـــا ء (متفق عليه‬. ‫ م‬. ‫مارفع رسو ل هللا ص‬

“Rasul Allah saw tidak pernah mengangkat tangan sampai tinggi dalam berdoa,
sehingga terlihat putih kedua ketiaknya kecuali hanya pada saat berdoa minta
hujan saja”.

‫ إ ذا رفع يد يه فى الد عا ء لم يحطهما حتى يمسح بهما وجهه‬. ‫ م‬. ‫ كان رسو ل هللا ص‬: ‫قا ل عمر ابن الخطا ب‬
(‫ ) رواه التر مذ ي‬.

“Umar ibn Khattab berkata : Rasul Allah saw bila telah mengangkat kedua
tangannya pada saat berdoa, belum menurunkan kedua tangannya, sebelum
mengusapkan kedua tangannya itu ke mukanya”.

‫ فر فع رسو ل هللا‬, ‫ يا رسو ل هللا هلكت الما شيه هلك العيا ل هلك النا س‬: ‫ أتى رجل أعرا بي فقا ل‬: ‫قا ل أنس‬
‫ قا ل أنس فما خر جنا من المسجد حتى مطر ن‬,‫يد يه يد عو و رفع النا س أيد يهم مع رسو ل هللا يد عو ن‬
) ‫(روا ه البخــا ري‬

“Anas berkata : Seorang Arab (desa) datang kepada Rasul dan berkata : Wahai
Rasul saw, telah binasa binatang ternak, telah kerusakan (kurang makan) keluarga
dan banyak manusia (sebab dilanda kekeringan), kemudian Rasul berdoa dengan
mengangkat kedua tangannya dan orang-orang ikut berdoa dengan mengangkat
kedua tangan mereka bersama-sama rasul, lalu Anas berkata : Hujan kemudian
turun padahal kita (orang-orang di masjid) belum keluar” H. R. al-Bukhari .

c. Hadits tentang mashu al-huffain. Lafal hadits ini diriwayatkan sekitar 70 orang.

Makna Hadits Ahad :


. ‫ هو ما لم يجمع شرو ط القبو ل‬: ‫الحد يث األ حا د‬
“Hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir”.

‫ هو ما روا ه الوا حد أو إل ثنا ن فأ كثر مما لم تتو فر فيه شرو ط المشهو ر أو المتوا تر‬: ‫الحد يث األ حا د‬
“Hadits ahad adalah hadits yang jumlah perawinya satu orang perawi, dua atau lebih,
selama tidak memenuhi syarat-syarat hadits masyhur atau hadits mutawatir.

1. Hadits Mustafidl dan Hadits Masyhur:


Menurut bahasa mustafidl artinya telah tersebar atau tersiar, sedangkan masyhur
artinya sudah tersebar atau populer. Jadi hadits mustafidl dan hadits masyhur
adalah hadits yang sama-sama sudah tersebar atau tersiar. Dalam ilmu hadits
keduanya diartikan sebagai berikut :

12
.‫الحديث المشهور اوالمستفيض هو الحديث الذي رواه الثالثة فاكثر ولم يصل درجة التواتر‬

“Hadits Masyhur atau mustafidh adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi tiga
atau lebih, tetapi tidak sampai pada rawi tingkatan mutawatir”

Hadits masyhur selanjutnya dibedakan bermacam-macam :

a) Hadits masyhur di kalngan ahli hadits, seperti hadits Anas ra, Dia berkata :

) ‫ قنت بعد الر كو ع يد عو على رعل و ذ كوا ن ( رواه البخا ري و مسلم‬. ‫ م‬. ‫أن رسو ل هللا ص‬

“ Rasul saw qunuth (selama satu bulan) setelah ruku’ mendoakan penduduk
ri’lin dan dzakwan (karena kejahatan yang mereka lakukan) ”.

b) Hadits masyhur di kalangan fuqaha (ahli fiqih) :

.) ‫أبغض الحال ل إلى هللا الطـــــــــــــــــــــال ق ( رواه أبو د ود و ابن ما جه‬

“Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak”

c) Hadits masyhur di kalangan ulama ushul fiqh :

) ‫(رواه إبن ما جه‬ ‫رفع عن أمتي الخــطء والنسيــــا ن وما أستكرهوا عليه‬

“Tidak kena hukuman- dosa dari umatku, yaitu orang karena salah (tidak
sengaja), lupa dan perbuatan yang dilakukan karena terpaksa”.

d) Hadits masyhur di kangan ualama hadist, fuqaha, ulama ushul dan kalangan
awam :

) ‫ والمها جر من ها جر ما حرم هللا عليه ( روا ه البخاري ومسلم‬, ‫المسلم من سلم المسلمون من لسا نه ويده‬

“Orang Islam adalah orang jika kaum muslimin lain selamat (tidak terganggu) oleh
lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang pindah
(meninggalkan) perbuatan yang dilarang oleh Allah”

H.R. Bukhari, Muslim

Hadits mustafidl ada yang membedakannya, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
rawi empat sampai dengan sembilan. Adapun hadits masyhur rawi hanya tiga saja.

2. Hadits Aziz : Menurut bahasa artinya mulia atau jarang. Menurut istilah :

.‫الحد يث العزيز هو الحد يث الذي رواه إثنـان ولو كان في طبقة واحدة ثم رواه بعد ذ لك جماعة‬

Contoh Hadits Aziz, dibawah ini; hadits ini diriwayatkan oleh dua orang sahabat
yaitu Khudzaifah dan Abi Hurairah (pada tingkatan partama, pada tingkatan
erikutnya tidak mempengaruhi nama hadits 'aziz).
Contoh hadits 'Aziz :

.‫ عن حذ يفة وأبو هريرة‬, ‫ نحن األ خرون في الد نيا الســا بقو ن يو م القيا مـــــة‬.‫ م‬.‫قا ل رسو ل هللا ص‬

13
"Rasul Allah Saw bersabda : Kita adalah orang generasi akhir (di dunia), tetapi
paling dahulu di hari kiyamat". H. R.Khudzaifah dan Abi Hurairah.

3. Hadits Gharib; menurut bahasa artinya ganjil, terpisah atau menyendiri.


Menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi (sendirian)
pada tingkatan maupun sanad. Contohnya :

.‫إنما األ عما ل با النيا ت‬


"Rasul Allah Saw bersabda Sesungguhnya seluruh amal tergantung pada niat".
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat saja yaitu Umar ibn Khattab.

VIII. Pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan matannya :

Ditinjau berdasarkan kualitas sanad dan matannya atau kuat dan lemahnya hadits
terbagi menjadi dua macam yaitu hadits maqbul dan hadits mardud . Hadits
maqbul adalah hadits yang memenuhi syarat-syarat qabul (diterima), untuk
dijadikan dalil dalam perumusan hukum atau untuk beramal dengannya. Hadits
maqbul terdiri atas hadits shahih dan hadits hasan. Adapun hadits mardud adalah
hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat qabul (diterima) sebagai hujjah hukum
maupun untuk beramal. Hadits mardud juga disebut hadits dlaif. Hadits
berdasarkan kualitasnya dibedakan menjadi tiga macam :

1. Hadits Shahih.

Arti shahih secara etimologis adalah lawan dari saqim (sakit), sedangkan menurut
istilah adalah ; Hadits yang bersambung sanadnya diriwayatkan oleh rawi yang
adil, dlabith, diterima oleh perawi yang sama kualitasnya sampai pada akhir sanad,
tidak syadz dan tidak pula berillat.

Hadits shahih harus memenuhi kriteria lima syarat :


1. Sanad bersambung artinya setiap perawi menerima hadits secara langsung dari
rawi yang berada diatasnya dari awal sampai akhir sanad sampai kepada Rasul
Allah Saw. Hadits yang tidak bersambung sanadnya tidak disebut hadits shahih.
Seperti hadits munqathi', mu'dhal, mu'allaq, mudallas dll.
2. Rawi harus 'adil; artinya muslim, baligh, berakal, taat beragama, tidak melakukan
perbuatan fasik dan tidak rusak muru'ahnya.
3. Rawi harus dhabith; artinya, rawi memiliki ketelitian dalam menerima hadits,
memahami apa yang ia dengar mampu mengingat dan menghafalnya sejak ia
menerima sampai pada saat meriwayatkannya. Atau ia mampu memelihara hadits
tersebut dalam catatan sehingga terhindar dari kekeliruan, tertukar, pengurangan
dll sehingga dapat mengubah hadits tersebut. Dhabit ada dua macam; dhabit
shadran yaitu kuat ingatan dan hafalan sedangkan dhabit kitaban adalah rapi dan
teliti dalam tulisan/catatan.
4. Tidak syadz; artinaya, tidak menyalahi riwayat perawi yang tsiqat dari padanya.
5. Selamat dari illat; selamat dari sesuatu yang sifatnya samar atau tersembunyi
yang dapat melemahkan hadits tersebut. Contoh hadits mursal dan munqathi'
(yang terputus sanadnya) disebut sebagai hadits maushul (bersambung sanadnya),
hadits mauquf dinyatakan sebagi hadits marfu’.

14
Lima kriteria hadits shahih tersbut di atas harus dipenuhi secara sempurna.
Apabila telah terpenuhi syarat-syarat hadits tersebut maka disebut dengan Hadits

Shahih Lidzatihi. Contoh hadits shahih lidzatihi :

. ‫ قرأ فى المغرب با الطو ر‬.‫ م‬.‫ رسو ل هللا ص‬a‫عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قا ل سمعت‬

Hadits riwayat al-Bukhary dari … Muhammad ibn Jubair ibn Muth'im dari ayahnya
ia berkata : ia mendengar Rasul Allah Saw membaca surah al-Thur pada shalat
maghrib. Adapun bacaannya sebagai berikut :

          
         
            
         
           
           
          
          
        
         
       
          
         
           
        
          
           
           
          
         
          
          
           
           
          
          
          
          
             
         
           
         
         
         
 

15
1. demi bukit[1424],
2. dan kitab yang ditulis,
3. pada lembaran yang terbuka,
4. dan demi Baitul Ma'mur[1425],
5. dan atap yang ditinggikan (langit),
6. dan laut yang di dalam tanahnya ada api,
7. Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi,
8. tidak seorangpun yang dapat menolaknya,
9. pada hari ketika langit benar-benar bergoncang,
10. dan gunung benar-benar berjalan.
11. Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
12. (yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebathilan,
13. pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat- kuatnya.
14. (Dikatakan kepada mereka): "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya".
15. Maka Apakah ini sihir? ataukah kamu tidak melihat?
16. Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); Maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja
bagimu; kamu diberi Balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
17. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan,
18. mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka
memelihara mereka dari azab neraka.
19. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai Balasan dari apa yang telah kamu
kerjakan",
20. mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang
cantik bermata jeli.
21. dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
22. dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.
23. di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang
tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.
24. dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara
yang tersimpan.
25. dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya.
26. mereka berkata: "Sesungguhnya Kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga Kami merasa takut
(akan diazab)".
27. Maka Allah memberikan karunia kepada Kami dan memelihara Kami dari azab neraka.
28. Sesungguhnya Kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha
Penyayang.
29. Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenun
dan bukan pula seorang gila.
30. bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair yang Kami tunggu-tunggu kecelakaan
menimpanya".
31. Katakanlah: "Tunggulah, Maka Sesungguhnya akupun Termasuk orang yang menunggu (pula) bersama
kamu".
32. Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah
mereka kaum yang melampaui batas?
33. ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". sebenarnya mereka tidak beriman.
34. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang
benar.
35. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
36. ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan).
37. ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?
38. ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)?
Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata.
39. ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki?
40. ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan hutang?
41. Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya?
42. ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu
daya.
43. ataukah mereka mempunyai Tuhan selain Allah. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
44. jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan: "Itu adalah awan yang bertindih-
tindih".
45. Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu
mereka dibinasakan,
46. (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong.

16
47. dan Sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui[1427].
48. dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan
Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri[1428].,
49. dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di
waktu fajar).

[1424] Yang dimaksud bukit di sini ialah bukit Thur.


[1425] Baitul Ma'mur ialah ka'bah karena ka'bah selalu mendapat kunjungan haji, 'Umrah, tawaf dan lain-lain atau
sebuah rumah di langit yang ketujuh yang saban hari dimasuki oleh 70.000 malaikat.
[1426] Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak
mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.
[1427] Yang dimaksud azab yang lain ialah adanya musim kemarau, kelaparan malapetaka yang menimpa
mereka, azab kubur dan lain-lain.
[1428] Maksudnya hendaklah bertasbih ketika kamu bangun dari tidur atau bangun meninggalkan majlis, atau
ketika berdiri hendak shalat.

Pembagian hadits shahih ;


Hadits shahih ada dua macam ;
1. Shahih Lidzatihi; yaitu hadits shahih karena dirinya sendiri telah memenuhi
kriteria shahih, tidak memerlukan penguat dari yang lainnya. Keterangan dan
contoh hadits shahih lidzatihi telah diuraikan dibagian depan, yaitu hadits tentang
nabi shalat maghrib dengan membaca surat al-thur. Contoh lain hadits shahih li
zdatihi adalah :

‫ جاء رجل إلى رسول‬: ‫حد ثنا قتيبة بن سعيد حد ثنا جرير عن عما رة ابن القعقاع عن أبى زرعة عن أبى هر يرة قا ل‬
‫ قا ل أمك‬, ‫ أمك قا ل ثم من‬: ‫ قا ل ثم من‬, ‫ أمك‬: ‫ يا رسو ل هللا من أ حق بحسن صحا بتي ؟ قال‬: ‫ فقال‬. ‫ م‬. ‫هللا ص‬
. ) ‫( روا ه البخا ري و مسلم‬ . ‫ ثم أ بو ك‬: ‫ قا ل‬, ‫قا ل ثم من‬

2. Shahih Lighairihi yaitu hadits hasan lidzatihi, diriwayatkan melalui jalan yang lain
oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat dari padanya. Maksudnya
keshahihan hadits tersebut tidak disandarkan pada sanadnya sendiri akan tetapi
pada dukungan sanad lain yang sama kedudukannya atau lebih kuat. Contoh hadits
sahih lighairihi: Hadits riwayat al-Tirmidzi dari … dari Abi Hurairah, sesungguhnya
Rasul Allah bersabda :

‫ لو أن أشق على أمتي أل مر تهم‬: ‫ قا ل‬. ‫ م‬. ‫حد يث محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة أن رسو ل هللا ص‬
. ) ‫ (رواه التر مذ ي‬. ‫با لسواك عند كل صال ة‬
"Sekiranya tidak akan memberatkan umatku, tentu akan saya perintahkan untuk
bersiwak setiap akan melaksanakan shalat”.

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh al-Buhary dan Muslim melalui jalur Abu
Zanad dari al-A'raj dari Abi Hurairah. Menurut Ibn al-Shalah satu rawi yaitu
Muhammad ibn 'Amr ibn 'Alqamah adalah dikenal sifat al-sidqi dan al-shiyanah tetapi
tidak itqan ( kurang kuat hafalan). Hadits tersebut juga diriwayatkan melalui jalur lain
sehingga sifat lemah pada rawi diatas dapat tertutupi (karena dikuatkan oleh riwayat
lain).

Hukum dan Status Kehujahan Hadits Shahih :

Ulama Hadits dan Ulama Ushul Fiqh serta Fuqaha berpendat bahwa hukum hadits
shahih adalah wajib untuk menerima dan mengamalkannya. Hadits shahih adalah
menjadi hujjah dan dalil hukum dalam menetapkan hukum syara'. Menurut Al-Thahhan
kaum Muslimin wajib mengamalkannya.

17
Kitab-kitab yang memuat Hadits Shahih antara lain :
a. Al-Jami' al-Shahih susunan Al-Bukhary (194-256 H).
b. Shahih Muslim; susunan Imam Muslim (204-261 H).
c. Sunan Abu Daud (202-275 H).
d. Sunan (al-Jami') Al-Tirmidzi (209-279 H).
e. Sunan Al-Nasai (215-303 H).
f. Sunan Ibnu Majah (209-273 H).
Kitab-kitab tersebut di atas kemudian dikenal dengan Kutub al-Sittah.

2. Hadits Hasan :

Makna hasan secara etimologis adalah al-jamal ; indah atau bagus. Menurut al-
Thahhan definisi yang baik dikemukakan oleh Ibn Hajar yaitu : hadits yang
bersambung sanadnya, rawi adil, kurang kedlabitannya melalui rawi yang sama
kualitasnya tidak syadz dan tidak berillat. Dengan demikian kriteria hadits hasan
sebagai berikut :

‫ و يروى من غير وجه نحو ذ لك‬, ‫ وال يكو ن الحد يث شــا ذ ا‬, ‫ كل حد يث يرو ى ال يكو ن فى إسنا ده من يتهم با لكذ ب‬.

“Setiap hadits yang diriwayatkan dan di tidak terdapat pada sanadnya perawi yang
pendusta, dan hadits tersebut tidak syadz, serta diriwayatkan pula melalui jalan yang
lain”.
Dengan demikian kriteria hadits hasan ada lima macam :
1. Sanad bersambung.
2. Rawi adil.
3. Rawi dlabit namun lebih rendah dari tingkatan rawi dalam hadits shahih.
4. Tidak syadz, tidak menyalahi riwayat yang lebih tsiqat.
5. Selamat dari illat yang merusak.

Contoh Hadits Hasan: Hadits riwayat al-Tirmidzi dari … dari Abi Musa al-As'ary ia
berkata; saya mendengar bapak saya berkata saat (terjadi peperangan/dekat musuh)
bahwasannya Rasul Allah bersabda ;

‫ حد ثنا قتيبة حد ثنا جعفر بن سليما ن الضبعي عن أبي عمران الجويني عن أبي بكر بن أبي‬: ‫ما أخرجه التر مذي قا ل‬
... ‫ إن أبوا ب الجنة تحت ظلل السيوف‬. ‫ م‬. ‫ قا ل رسو ل هللا ص‬: ‫ أبي بحضرة العد و يقو ل‬a‫ سمعت‬: ‫مو سى األ سعري قا ل‬
. ‫الحد يث‬

"Sesungguhnya pintu-pintu surga dibawah naungan pedang ". Pada sanad tersebut
terdapat rawi bernama Ja'far ibn Sulaiman al-Dhaba'i. Menurut Ulama hadits ia
shaduuq tiadak sempurna dhabitnya sehingga tidak mencapai tsiqat.

Hadits Hasan dibagi dua macam : (a) Hasan Lidzatihi yaitu hadits hasan karena
dirinya sendiri dan tidak memerlukan dukungan lain untuk mengangkat tingkatannya.
Keterangan hasan lidzatihi dan contohnya telah disebutkan di atas. (b). Hasan Lighairihi
adalah hadits dlaif jika jalan (datang)nya berbilang (lebih dari satu) dan sebab
kedlaifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta. Dari pengertian ini mengandung
maksud bahwa hadits dlaif dapat ditingkatkan derajatnya ke tingkat hasan dengan
ketentuan : (a); hadits tersebut diriwayatkan oleh perawi yang lain melakui jalan lain
dengan syarat bahwa perawi (jalan) yang lain tersebut sama kualitasnya atau lebih baik

18
dari padanya. (b); Sebab kedlaifannya bukan karena perawinya bersifat fasiq atau
pendusta. Hadits Hasan Lighairihi memiliki tingkatan yang paling rendah diantara Hadits
Maqbul, di bawah hadits shahih dan hadits hasan lidzatihi. Contoh hadits hasan lighairihi :

‫ أرضيت من نفسك ولك بنعلين ؟‬. ‫ م‬. ‫ فقا ل رسو ل هللا ص‬. ‫إن إمراءة من بني فزارة تز وجت على نعلين‬
. ‫قا لت نعم فأ جا ز‬

"Wanita bani fazarah nikah dengan mahar sepasang sendal ", kemudian Rasul Allah
Saw bertanya; apakah kamu rela diberi itu (maskawin sepasang sendal), ia menjawab;
ya, maka rasul memperbolehkannya”.

Hadits di atas diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dinyatakannya hasan, dari jalan Syu’bah
dari ‘Asyim ibn ‘Ubaid Allah dari ‘Abd Allah ibn ‘Amir ibn Rabi’ah dari ayahnya, bahwa
seorang wanita bani Fazarah kawin dngan mahar sepasang sendal. Rasul bertanya: relakah
engkau, Ia menjawab ia rela, maka Rasul melangsungkan pernikahannya. Pada hadits
tersebut ada rawi yang bernama ‘Ashim yang dinilai para Ulama hadits sebagai rawi yang
dha’if karena buruk hafalannya. Tetapi Tirmidzi menyatakannya hasan, karena ada hadits
yang sama dari sanad lain.
Contoh lain hadits Hasan lighairihi, dai riwayat Tirmidzi :

.) ‫( روا ه التر مذ ي‬ ‫ حقا على المسلمين أ ن يغتسل يو م الجمعــة‬. ‫ م‬. ‫قا ل رسو ل هللا ص‬

“Rasul bersabda : Adalah hak (keharusan= sunat) bagi muslimin untuk mandi dalam
rangka kepentingan shalat jum’at”.
Haditster sebut diterima oleh Tirmidzi melalui dua jalur sanad yaitu Tirmidzi dari
Ali Bin Hasan al-Kufi dan Abu Yahya ibn Ibrahim dari Yazid, kemudian Tirmidzi dari
Ahmad ibn Mani dari Hasyim dari Yazid. Namun Rawi Abu Yahya ibn Ibrahim lemah
hafalannya, akan tetapi dikuatkan dengan hadits dari sanad lain.

Hukum dan Status Kehujahan Hadits Hasan :

Ulama Hadits, Ushul Fiqh dan Fuqaha menganggap bahwa Hadits Hasan dapat diterima
dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam menetapkan hukum syara' atau untuk
beramal, walaupun hadits ini lebih rendah satu tingkat di bawah Hadits Shahih.
Hadits Hasan Shahih : Imam Al-Tirmidzi memperkenalkan istilah hadits Hasan
Shahih; menurut Al-Tha hhan berdasarkan komentar Ibn hajar yang disetujui oleh Al-
Suyuthi bahwa kriteria hadits Hasan Shahih adalah :

1. Apabila hadits ini memiliki dua sanad atau lebih, satu sanad disebut shahih
sedangkan sanad yang lain disebut hasan.
2. Hadits ini hanya mempunyai satu sanad, tetapi Ulama melakukan penilaian berbeda.
Satu menilai shahih sedangkan lainnya menilai hasan. Hadits dalam kategori seperti
ini tidak dapat dilakukan tarjih.

Kitab-kitab Hadits Hasan antara lain :


1. Jami' Al-Tirmidzi.
2. Sunan Abi Daud.
3. Sunan Al-Daruquthni (306-385 H/ 919-995 M).

3. Hadits Dlaif

19
Kata al-dlaif menurut bahasa adalah lawan dari al-qawiy, artinya lemah. Menurut istilah
adalah :
. ‫ هو كل حد يث لم تجتمع فيه صفا ت القبو ل‬: ‫الحد يث الضعيف‬

“Hadits Dlaif adalah hadits yang tidak terhimpun keseluruhan sifat qabul” .
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa kriteria hadits dlaif adalah sebagai
berikut :
1. Sanadnya terputus atau tidak bersambung.
2. Cacat pada rawi atau pada matan hadits.
Macam-macam Hadits Dlaif :
Hadits Dlaif dapat dibedakan menjadi dua macam (seperti dalam kriteria tersebut
di atas), yaitu :
(a) Hadits Dlaif ditinjau dari terputusnya sanad.
(b) Hadits Dlaif dilihat dari cacat perawi atau pada matan hadits.

Hadits Dlaif dilihat dari sanadnya yang terputus :

1. Hadits Mu'allaq; yaitu hadits yang menggantung atau tergantung. Menurut istilah
adalah :
. ‫ما حذ ف من مبدإ إسنا د ه را و فأ كثر على التوا لى‬
“Hadits yang dihapus dari awal sanad-nya seorang perawi atau lebih secara berturut-
turut”.

Ciri-ciri hadits muallaq diantaranya :


a) Mukharrij hadits langsung berkata : Rasul saw bersabda, atau
b) Mukharrij hadits menghapus seluruh sanad-nya kecuali sahabat atau Tabi’i.
Contoh Hadits Mu'allaq :

‫ ركبتيه حين‬. ‫ م‬. ‫ غطى النبي ص‬: ‫ وقا ل أبو مو سى‬: ‫ما أخرجه البخا ري في مقد مة با ب ما يذ كر في الفخذ‬
. ‫د خل عثما ن‬

“Hadits diriwayatkan oleh al-Bukhari pada muqaddimah bab “menutup paha”,


berkata Abu Musa, Rasul saw menutup kedua lutut beliau ketika Ustman masuk”.
Imam Al-Bukhary menghapus seluruh sanad hadits kecuali shahabat yaitu Abu
Musa Al-Asy'ary. Hukum hadits muallaq adalah mardud atau ditolak sebagai dasar
hukum, kecuali hadits-hadits mu’allq yang terdapat dlam Sahih al-Bukhari, karena
tidak ditulisnya sanad hadits dikandung maksud untuk meringkas dan mengurangi
terjadinya pengulangan (tiktrar).

Kitab Hadits bidang ini adalah Taghliq al-Ta’liq karya Ibn Hajar al-‘Asqalani.

2. Hadits Mursal; yaitu hadits yang melepaskan isnad dan tidak menghubungkan
dengan seorang perawi yang dikenal. Menurut istilah adalah :
. ‫ هو ما سقـــط من أ خر إ سنا د ه من بعد التا بعي‬: ‫المر سل‬

“Hadits mursal dalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah
Tabii”.

Contoh Hadits Mursal :

20
‫ حد ثني محمد بن را فع حد ثنا حجين حد ثنا الليث عن عقيل عن‬: ‫ما أخر جه مسلم في صحيحه في كتا ب البيو ع قا ل‬
. ‫ نهى عن المز ا بنة‬. ‫ م‬. ‫ابن شها ب عن سعيد بن المسيب أن رسو ل هللا ص‬

“Hadits riwayat Muslim di dalam kitab sahihnya pada bagian “Jual beli”, dia berkata :
telah menceritakan kepada ku Muhammad ibn Rafi’, telah menceritakan kepadaku
Hujjain, telah menceritakan kepada kami al-Laits dari ‘Uqail dari ibn Syihab dari Sa’id
ibn Musayyab bahwa Rasul saw melarang menjual buah kurma yang masih berada di
pohon dengan kurma yang sudah dikeringkan”.

Sa’id ibn Musayyab adalah Tabi’i besar, Dia meriwayatkan hadits dari nabi tanpa
menyebutkan perawi perantara, antara dirinya dengan Nabi. Sa’id ibn Musayyab
menggugurkan sahabat. Dapat juga yang digugurkan Tabi’i.
Hukum hadits mursal berbeda pendapat ;
a) hadits mursal adalah dlaif tidak dapat jadi hujjah hukum
b) menurut Imam Abu Hanifah, Malik dan Ibn Hanbal hukum hadits Mursal adalah
sahih, tetapi harus memenuhi syarat yaitu perawi yang meng –irsalkan adalah stiqat
c) menurut Al-Syafi’i hadits mursal dapat dijadikan hujjah hukum jika memenuhi
sayarat 4 diantaranya yang mengirsalkan adalah Tabi’i besar (Said ibn Musayyab),
tsiqat.
Kitab-kitab Hadits Mursal antara lain :
1. Al-Marasil , ditulis oleh Abu Daud.
2. Al-Marasil, ditulis oleh Ibn Abi Hatim.
3. Jami' al-Tashhil li Ahkam al-Marasil oleh Al-'Alla'i.

3. Hadits Mu'dhal ; Mu'dhal artinya hadits yang terjadi di dalam problim yang
serius. Menurut istilah :
. ‫ما سقط من إسنا د ه إ ثنا ن فأ كثر على التو ا لي‬
“Hadits yang gugur dari sanad-nya dua orang perawi atau lebih secara berturut-
turut”.

Contoh Hadits Mu'dhal, hadits Imam Malik :

. ‫ للمملو ك طعامه وكسو ته با لمعـر و ف‬. ‫ م‬. ‫ قا ل رسو ل هللا ص‬: ‫حد ثني ما لك أنه بلغه أن أبا هريرة قا ل‬

“Telah menceritakan kepadaku Malik, bahwasannya telah sampai kepadanya berita


bahwa Abu Hurairah berkata: Rasul saw bersabda : Hak bagi hamba adalah
makanannya dan pakaiannya secara baik”.

Hadits di atas disebut Mu'dhal karena gugur dua orang rawi secara berturut-turut
yaitu Malik dan Abi Hurairah. Hukum hadits mu’dhal adalah dlaif dan tidak dapat
hujjah hukum.
Kitab Hadits yang memuat Hadits Mu’dhal (atau Munqathi’ termasuk Mursal ) adalah :
Al-Sunan karya Sa’id Ibn Mansyur dan kitab hadits karya Ibn Abi Dunya.

4. Hadits Munqathi’ : yaitu hadits yang terputus sanadnya dibagian mana saja.
Menurut istilah :
. ‫ هو ما لم يتصل أسنا د ه على أي و جه كا ن إ نقطا عه‬: ‫الحد يث المنقطع‬

21
“Hadits munqathi’ adalah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan keterputusan
sanad tersebut bisa terjadi di mana saja”.

Contoh Hadits Munqathi’ adalah :

‫ إ ن وليتوها أبا بكر‬: ‫ما رواه عبد الرز اق عن الثو ري عن أ بي أسحــا ق عن زيد بن يثيع عن خذ يفة مر فو عا‬
. ‫فقو ي أ مين‬
“Hadits diriwayatkan oleh Abd Razzaq dari al-Tsauri dari Abi Ishaq dari Zaid ibn
Yutsi’ dari Hudzaifah yang menyatakannya sebagai hadits marfu’ (berasal dari Nabi):
jika kamu mengangkat Abu Bakar (sebagai pimpinan) maka ia adalah orang yang kuat
dan tepercaya”.
Pada sanad hadits tersebut, ada satu rawi yang digugurkan di pertengahan sanad,
yaitu Syuraik. Syuraik harus ada diantara al-Tsuri dan Abu Ishaq, karena al-Tsuri
tidak mendengar hadits dari Abu Ishak secara langsung, namun ia mendengarnya
melalui perantaraan Syuraik dan Syuraiklah yang mendengarnya dari Abu Ishaq. Hukum
hadits munqathi’ adalah dlaif karena tidak diktehui keadaan rawi yang digugurkan.

5. Hadits Mudallas : artinya gelap, menyembunyikan . Menurut istilah :


. ‫إخفا ء عيب في اإل ســـنا د ومحســـن لظا هر ه‬
“Menyembunyikan cacat dalam sanad dan menampakkannya pada lahirnya seperti
baik”.
Hadits Mudallas dibagi dua macam yaitu (a) Tadlis al-Isnad dan (b) Tadlis al-
Syuyukh. Tadlis al-Isnad yaitu :

‫ قا ل فال ن أو عن فال ن ونحوه‬: ‫أن ير وي الرا وي عمن عا صره ما لم يسمعه منه مو هما سما عه قا ئال‬
. ‫ور بما لم يسقطه شيخه أو أسقط غير ه ضعيفا أو صغيرا تحسينا للحد يث‬

“Seorang perawi meriwayatkan hadits dari orang yang semasa dengannya, hadits
tersebut tidak didengharnya dari orang itu, namun seolah-olah dia mendengarnya
dari orang itu dengan menggunkan perkataan “berkata si fulan atau si fulan dan
yang seumpamanya”, boleh jadi dia menggugurkan gurunya atau orang lain, yang
dlaif atau masih kecil agar hadits tersebut dipandang baik”.
Tadlis al-Syuyukh yaitu :
‫ منه‬a‫ أن ير وي الراوي عن شيخ حد يثا سمعه‬- ‫أو‬ ‫أن يسمى شيخه أو يكنبه أو ينسبه أو يصفه بما ال يعر ف‬
. ‫فيسميه أو يكنيه أو ينسبه أو يصفه بما ال يعر فه به كى ال يعرف‬

“Seorang perawi memberi nama, gelar, nisbah atau sifat kepada gurunya dengan
sesuatu nama atau gelar yang tidak di kenal. Atau Seorang perawi meriwayatkan
hadits dari seorang guru yang didengarnya langsung dari guru tersebut, maka
perawi tersebut menyebut nama guru itu, gelarnya, nasabnya, atau sifatnya yang
tidak dikenal orang agar orang lain tidak mengenalnya.

Hukum Hadits Mudallas :

1. Tadlis Isnad dicela oleh Ulama Hadits, ada juga yang mengatakan tadlis
adalah saudara dari bohong.
Tadlis Syuyukh agak ringan, karena tidak ada perawi yang digugurkan. Hanya saja
tercela karena mengacaukan pemahaman orang yang mendengar terhadap rawi
tersebut, karena memberi nama atau gelar atau yang lain pada gurunya yang tidak
dikenal oleh orang lain. Konsekwensi Hadits Mudallas adalah:

22
Contoh Hadits Tadlis al-Isnad :

‫ يقو‬. ‫ م‬. ‫حد ثنا هنا د بن السر ى عن عبد ة عن بن إ سحا ق عن نا فع عن بن عمر قا ل سمعت ر سو ل هللا ص‬
‫ل‬
. ‫إ ذ ا نعس أحد كم و هو في المسجد فليتحول من مجلسه ذ لك إ لى غير ه‬

Artinya : Hannad bin al-Sara bercerita pada kami dari ‘Ubaddah dari ibn Ishaq dari
Nafi’ dari ibn ‘Umar, katanya aku mendengar Rasulullah Saw, bersabda : Bila salah
seorang diantara kalian mengantuk di masjid, hendaklah ia bergerak ketempat lain.

Dalam sanad hadis di atas terhadap seorang perawi yang bernama Ishaq. Dia
seorang mudallas yang menjadikan hadis tersebut diriwayatkan secara ‘an’anah (di
tiwayatkan dengan metode ‘an). Yang disebut dengan hadis mu’an’an.

Contoh hadits Tadlis matan :

‫أخبر نا أ بو عبد هللا الحا فظ حد ثنا أ بو بكر بن إ سحا ق حد ثنا إ سما عيل بن قتيبة حد ثنا يحيى بن يحيى أ نا أ بو‬
‫خشيمة‬
‫إسحا ق والفظ له حد ثنا أ حمد بن إ بر ا هيم بن ملحا ن حد ثنا عمرو بن خا لد حد ث نا ز هير عن أ بي إ سحا ق‬
‫قا ل‬
‫ فقا ل‬. ‫ م‬. ‫سأ لت اال سو د بن يز يد و كا ن لي جا را و صد يقا عما حد ثته عا ئشة عن صال ة ر سو ل هللا ص‬
‫فقا لت‬
‫كان ينا م أ ول الليل و يحيى أ خر ه ثم إ ن كا نت له إ لى أ هله حا جة قضى حا جته ثم ينا م قبل أن يمس ماء فإ‬
‫ذا كا ن‬
‫عند الند ا ء اال و ل قا لت و ثب فال و هللا ما قا لت قا م و أ خذ الماء وال وهللا ما قا لت إغتسل و أ نا أ علم ما تر‬
‫يد و إن‬
. ‫لم يكن له حا جة تو ضأ و ضو ء الر جل للصال ة ثم صلى الر كعتين‬

Artinya : Abu Abdillah al-Hafidz bercerita pada kami, katanya Abu Bakar bin Ishaq
bercerita pada kami, katanya Isma’il bin Qutaibah bercerita pada kami, katanya Yahya bin
Yahya bercerita pada kami katanya Isma’il bin Qutaibah bercerita pada kami, Katanya
Yahya bin Yahya bercerita pada kami, katanya Abu Huzaimah bercerita Pada kami, katanya
‘Amr bin Khalid bercerita pada kami, katanya Zuhair bercerita pada kami dari Abu Ishaq,
katanya aku bertanya kepada al-Aswad bin Yazid, ia tetanggaku yang jujur tentang
sesuatu yang diberitakan dari ‘Aisyah tentang shalat Rasullah Saw, Ia berkata bahwa
‘Aisyah mengatakan Rasulullah tidur awal malam dan bangun akhir malam. Jika ia ingin
berkumpul dengan isterinya, ia melakukannya kemudian tidur sebelunm menyentuh air
(mandi janabah) ketika menjelang azan pertama. Aisyah berkata, ia meloncat ke tempat
tidur dan tidak kumpul dengan isterinya. Kata Aswad, Demi Allah, ‘Aisyah tidak berkata,
Rasulullah berdiri dan mengambil air. Dan ia juga tidak berkata; Aku mandi dan aku
mengetahui apa yang engkau inginkan, dan jika Rasul berkeinginan kumpul dengan isterinya,
ia berwudlu sebagaimana wudlu ketika akan shalat kemudian shalat dua rakaat.

Menurut alBaihaqi, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab
Shahihnya dan Yahya bin Yahya dan Ahmad bin Yunus tanpa menyebut :
(sebelum menyentuh air), sebab para ahli hadis mencela redaksi ini dan menyangka lafal
ini diterima dari selain al-aswad, dan bahwa Abu Ishaq kemungkinan telah mentadlis kata
ini dan ulama memandang kata itu salah satu tadlisnya. Mereka berhujjah dengan riwayat
Ibrahim al-Nakha’I dan Abd Allah bin al-Aswad dari al-Aswad yang bertentangan dengan
riwayat abu Ishaq.

23
Ketentuan Hadits Mudallas :
a. Rawi yang melakukan tadlis dihukm jarhu (cacat) dan hadits ditolak.
b. Bagi yang menerima hadits mursal berarti menerima hadits mudallas,
karena tadlis sama dengan irsal (Pendapat ini didukung kalangan Zaidiyyah).
c. Ulama hadits berpendapt; Rawi yang melakukan tadlis dalam hadits itu
maka spontan hadits tersebut tertolak. Adapun pada hadits lain yang tidak
dilakukan tadlis dan syarat-syarat qabul terpenuhi maka haditsnya diterima. Jika
menggugurkan rawi yang daif secara sengaja dengan mengetahui kedlaifannya maka
rawi yang mentadlis tersebut dihukum jarh (cacat), haditsnya ditolak.
Kitab-kitab yang memuat Hadits Mudallas antara lain :
1. Al-Tibyan li Asma al-Mudallisin, susunan Al-Khatib al-Baghdadi.
2. Al-Tibyan li Asma al-Mudallisin; oleh Burhan al-Din ibn al-Halabi.
3. Ta'rif Ahl al-Taqdis bi Maratib al-Mawshufin bi al-Tadlis; oleh Ibn Hajar.

X. Pembgian Hadits Dlaif dari sisi cacat perawi hadits:

Ulama Hadits merumuskan sepuluh penyebab terjadi cacat pada rawi hadits. Lima
hal berhubunan dengan keadilan dan agamanya dan lima hal lain berhubungan dengan
ingatan dan hafalannya. Hal yang berhubungan dengan keadilan dan agamanya adalah :
(1); al-kadzib (pembohong/pendusta). (2); al-tuhmah bi al-kadzibi (dituduh berbohong),
(3): fasiq. (4); berbuat bid'ah dan (5); al-jahalah (tidak diketahui keadaannya). Adapun
cacat yang berhubungan dengan ingatan/hafalan adalah (1); fahsy al-ghalath (sangat
keliru/sangat dalam kesalahannya) (2): sûul hifdzi (buruk hafalannya) (3); al-ghaflah
(lalai/pelupa) (4); kasyfat al-wahm (banyak prasangka) dan (5); mukhalafat al-tsiqat
(menyalahi perawi yang tsiqat).

Pembagian Hadits Dlaif berdasarkan cacat pada rawi adalah :

1. Hadits Matruk ; Hadits yang rawinya tertuduh dusta atau :


. ‫هو الحد يث اللذ ي في إســنـــا د ه راو متهم با لكذ ب‬
“Hadits yang terdapat pada sanad-nya perawi yang tertuduh dusta”.

Pada umumnya seorang perawi yang tertuduh dusta adalah karena dia dikenal
berbohong dalam pembicaraan-nya sehari-hari, namun bukan secara nyata kebohongan
tersebut ditunjukkannya terhadap Hadis Nabi SAW; atau hadis tersebut hanya
diriwayatkan oleh dia sendirian sementara keadaannya menyalahi kaidah-kaidah umum.

Contoh Hadits Matruk :

. ‫ م‬. ‫ كا ن النبي ص‬: ‫حد يث عمرو بن شمر الجعفي الكو في الشيعي عن جا بر عن أبي الطفيل عن علي وعما ر قا ل‬

. ‫يقنت في الفجر ويكبر يو م عر فة من صال ة الغد اة ويقطع صال ة العصر أخر أ يا م التشر يق‬

“Hadits ‘Amr ibn Syamr al-Ju’fi al-Kufi al-Syi’I dari Jabir dari Abi al-Thufail dari
‘Ali dan ‘Ammar, keduanya berkata, adalah Nabi saw qunut pada shalat subuh dan
bertakbir pada hari ‘Arafah mulai dari shalat subuh dan berakhir pada waktu shalat
‘asar di akhir hari Tasyriq”.

24
Hukum Hadis Matruk ; adalah sebagai hadis dlaif yang paling buruk keadaannya
sesudah hadis mawdhu’. Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadis Dhai’f yang paling
buruk keadaannya adalah hadis Mawdhu’ dan setelah itu Hadis Matruk, kemudian
Hadis Munkar, Hadis Mu’aallal, Hadis Mudraj, Hadis Maqlub serta Hadis Mudhtarib.

Imam al-Nasai dan Dar al-Quthni dan para ulama hadits mengatakan bahwa 'Amr ibn
Syamr adalah hadits matruk.

2.Hadits Munkar : yaitu hadits yang rawinya memiliki cacat seperti keliru, pelupa
atau terlihat kefasikannya, bisa juga bertentangan dengan rawi yang tsiqat. Definisi
sebagai berikut :
. ‫هو الحد يث اللذ ي في إ سنا ده را و فحش غلظه أو كثر ت غفلته أو ظهر فسقه‬
“Hadits yang terdapat pada sanadnya seorang rawi yang sangat keliru, atau sering
kali lalai dan terlihat kefasikannya secara nyata”.

Dengan kata lain bahwa hadis munkar adalah :


a) Hadis yang sanadnya terdapat perawi yang mengalami kekeliruan yang
parah, banyak mengalami kesalahan dan perbuat fasiq.
b) Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yg dlaif bertentangan dengan riwayat
perawi yang tsiqat.

Cobtoh hadis munkar : Hadis yang diriwayatkan oleh al-Nasa’I dan Ibnu Majah dari

‫أخبرنا محمد بن عمر بن علي بن عطاء بن مقد م قا ل حد ثني يحيى بن محمد بن قيس قال سمعت هشام بن عر وة يذ كر عن أبيه‬
‫ و قال عا ش بن أ د م‬. ‫ كلوا البلح با لتمر فإ ن بن أ دم إ ذا أكله غضب الشيطا ن‬. ‫ م‬. ‫عن عا ئشة قالت قال رسو ل هللا ص‬
. ‫حتى أ كل الخلق با لجد يد‬

Artinya : Muhammad ibn ‘Umar bin “Ali bin Atha’ bin Miqdam , bercerita kepada
kami katanya, Yahya bin Muhammad bin Qaisy bercerita pada kami katanya, aku
mendengar Hisyam bin ‘Urwah menyebutkan (hadis) DARI Ayahnya dari “Aisyah
katanya, Rasulullah SAW bersabda: Makanlah kurma yang masih muda, karena jika
seseorang memakannya, maka setan akan marah dan berkata : Seseorang telah
hidup sampai makan ciptaan yang baru “.

Menurut al-Qadli Zakaria al-Anshariy, hadis diatas munkar sebagaimana dikatakan


Imam al-Nasai, Ibnu Shalah dan lain lain. Periwayatnya, yakni Abu Zakaria Yahya
ibn Muhammad ibn Qais al-Bashri dari Hisyam ibn ‘Urwah dari ayahnya dari ‘Aisyah
meriwayatkan secara sendiri (tafarrud). Muslim ibn Hajjaj men- takhrij-nya dalam
deretan muttabi’. Hanya saja tidak sampai ketingkat yang dapat ditoleransi. Juga
karena maknanya kaku, tidak sejalan dengan prinsip-prinsip syari’ah, karena setan
tidak akan marah semata karena hidupnya seseorang, tetapi karena hidup
seseorang yang muslim dan taat kepada Allah SWT. Sebagaimana dikutip oleh al-
Dzahabi al-Fallas menyatakan bahwa hadis tersebut munkar : “Ini adalah hadis
munkar”.

3.Hadits Mu'allal; yaitu hadits yang cacat karena al-wahm. Menurut ulama hadits :

Hadis Mu’allal adalah Hadis yang perawinya cacat karena al-wahm, yaitu
banyaknya dugaan atau sangkaan yang tidak mempunyai landasan yang kuat.
Umpamanya ; seorang perawi yang menduga suatu sanad adalah muttasil

25
(bersambung) yang sebenarnya adalah munqathi’ (terputus), atau dia meng irsalkan
yang muttashil, memauqufkan yang marfu’ dan sebagainya.
Para Ulama Hadis mendefinisikannya sebagai berikut :

. ‫هو الحد يث الذي إ طلع فيه على علة تقد ح فى صحته مع أ ن الظا هر السال مة منها‬

“Hadits yang apabila diteliti secara cermat terdapat padanya illat yang merusak
kesahihan hadits tersebut meskipun tampak secara lahiriyah tidak cacat “.

Maksud illat pada definisi di atas adalah sebab yang terselubung atau
tersembunyi yang merusak keshahihan hadits tersebut. Jadi illat disini dua makna;
yaitu (a); al-ghumudh wa al-khafa (sifat yang terselubung dan tersembunyi) (b); al-
qadh fi shihat al-hadits (merusak keshahihan hadits).
‘Illat tersebut terkadang terdapat pada sanad, dan terkadang terdapat dengan
pada matan, atau kedua-duanya. Menurut ‘Ajjaj al-Khathib, sehubungan dengan
seringnya terjadi ‘illat tersebut pada sanad, seperti al-irsal, al-inqitha’ dan al-waqf,
serta yang semakna dengannya, maka dia mengelompokkan Hadis Mu’allal ini
kedalam kelompok Hadis Dhaif pada pembagian Hadis Dhai’if kelompok pertma,
yaitu ditinjau dari segi terputusnya sanad hadis.

Contoh Hadis Mu’allal :


. ‫ البيعان بالخيا ر ما لم يتفر قا‬. ‫ م‬. ‫قال رسو ل هللا ص‬

“Rasul Allah bersabda : Penjual dan pembeli boleh berkhiyar, selama mereka belum
berpisah “

Hadis tersebut diriwayatkan Ya’la ibn ‘Ubaid bersanad Sufyan al-Tsauri dari Amr
ibn Dinar, dari Ibnu Umar. Matan hadis di atas shahih, tetapi sanadnya memiliki
‘illat. Seharusnya bukan dari Amru ibn Dinar, melainkan dari Abdullah bin Dinar.

Kitab-kitab yang membahas tentang 'Illat Hadits adalah :


1. Kitab al-"Ilal karya Ibn al-Madini.
2. 'Ilal al-Hadits karya Ibn Abi Hatim.
3. Al-'Ilal wa Ma'rifat al-Rijal karya Ahmad ibn Hambal.
4. Al-"Ilal al-Waridah fi al-Ahadits al-Nabawiyah karya Dar al-Quthni.

4. Hadits Mudraj ; yaitu hadits yang di dalamnya terdapat tambahan, bukan bagian
dari hadits tersebut. Hadits Mudraj ada dua macam;
a) Mudraj Isnad yaitu : ‫ما غير سيا ق إسنا ده‬
“Hadits yang bukan penuturan sanadnya.”
Contoh hadits mudraj adalah cerita Tsabit ibn Musa tentang :
. ‫من كثر ت صال ته با لليل حسن وجهه با النها ر‬
Asal lafal ini dari cerita bahwa Tsabit ibn Musa masuk rumah Syuraik yang ketika itu
sedang meng imlakan hadits. Syuraik sedang membacakan rangkaian sanad
“Haddasana al-a’masy an Abi Sufyan an Jabir qala, qala Rasul saw …”, Syuraik
terdiam, memberi kesempatan kepada yang menulis hadits, Ia melihat Tsabit ibn
Musa yang sudah berdiam ditempat sejenak, kemudian berkata lafal seperti hadits
disebut di atas.
b) Mudraj Matan yaitu : ‫ ما أ د خل في متنه ما ليس منه بال فصل‬.

26
“Hadits yang dimasuki oleh lafal yang bukan matan hadits, tanpa ada pemisahan
antara lafal tersebut dengan matan hadits itu “.

Contoh hadits Mudraj : Hadis diriwayatkan oleh Al-Khatib al-Baghdadi dari Abi
Hurairah :

. ‫أ سبغو ا الو ضو ء ويل لأل عقا ب من النا ر‬

Lafal asbighu al-wudhu di atas aslinya perkataan Abu Hurairah, Ia melihat orang
yang sedang wudhu, lalu Ia memberi peringatan dengan asbighu al-wudhu agar orang
yang wudhu dalam membasuh semua anggota harus berhati-hati, dengan
pernyataannya :
. ‫ ويل لأل عقا ب من النا ر‬: ‫ يقو ل‬. ‫ م‬. ‫ أبا القا سم ص‬a‫أسبغو ا الو ضو ء فإ ني سمعت‬

Kitab-kitab Hadits yang mengupas tentang Hadits Mudraj :


1. Al-Fashl li al-Washl al-Mudraj fi Naql karya al-Khathib al-baghdadi.
2. Taqrib al-Manhaj bi Tartib al-Mudraj karya Ibnu hajar.

5. Hadits Maqlub yaitu : ‫إبدا ل لفظ بأخر في سند الحد يث أو متنه بتقد يم أو تأ خير و نحو ه‬

“Mengganti lafal hadits dengan lafal lain pada sanad atau pada matan hadits dengan
cara mendahulukan atau mengakhirkannya.”.
Contoh Hadits Maqlub matan; hadits Muslim riwayat Abi Hurairah r a :

. ‫ورجل تصد ق بصدقة فأ خفا ها حتى ال تعلم يمينه ما تنفق شما له‬

sebagian rawi lain meriwayatkan sebagi berikut:


. ‫حتى ال تعلم شما له ما تنفق يمينه‬
Kitab yang membicarakan hadits maqlub adalah ; Rafi' al-Irtiyab fi al-Maqlub min al-
Asma wal al-Alqab karya Al-Khatib al-Baghdadi.

5.Hadits Mudhtharib yaitu :‫ما رءي على أو جه مختلفة متسا وية في القو ة‬
“Hadits yang diriwayatkan beberapa bentuk yang berlawanan, masing-masing sama
kuat”.
Contoh Hadits Mudhtharib:

)‫ شيبتني هو د و أ خو ا تها (رواه التر مذي‬: ‫ قا ل‬, ‫ يا رسو ل هللا أ را ك شبت‬: ‫ أنه قا ل‬. ‫ ض‬. ‫حد يث أبي بكر ر‬

“Hadits Abu Bakar ra, bahwasannya dia berkata : Ya Rasul saw, aku melihat engkau
telah beruban, Rasul saw menjawab; Yang menyebabkan uban adalah nabi Hud dan
saudara-saudaranya “.

Menurut Dar al-Quthni hadits ini muththarib, karena diriwayatkan melalui jalur Abu
Ishaq, tetapi terjadi perbedaan pendapat tentang status hadits tersebut ada yang
mursal, ada yang mawshul (muttasil) ada juga yang memasukkan beberapa
musnad.Hadits ini tidak mungkin di tarjih ataupun dikompromikan.
Kitab yang mengupas hadits mudhtharib adalah ; Al-Muqtarib fi Bayan al-
Mudhtharib, karya Al-Hafidz Ibn Hajar.

6. Hadits Mushahhaf yaitu :‫تغيير الكلمة في الحد يث إلى غير ما روا ها الثقا ت لفظا أو معنى‬

27
“Hadits yang diubah lafal atau kalimat yang sebenarnya tidak diriwayatkan rawi tsiqat
dalam hadits tersebut baik secara lafal maupun maknanya. “.

Contohnya :
‫من صا م رمضا ن و أتبعه ستا من شوا ل‬
Hadits ini ditashif oleh Abu Bakar al-Shuli dengan mengatakan :
. ‫من صا م ر مضا ن و أ تبعه شيئا من شوا ل‬
Kitab hadits mushahhaf ditulis oleh :
1. Al-Tashhif karya Dar al-Quthni.
2. Islah Khath'I al-Muhadditsin karya al-Khaththabi.
3. Tashhifat al-Muhadditsin karya Abu Ahmad al-'Askari.

7. Hadits Syadz; artinya menyendiri dari kebanyakan. Maknanya adalah :

. ‫ما رو اه المقبو ل مخا لفا لمن هو أو لى منه‬

“Hadits Syadz adalah Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul (adil dan
dhabith), tetapi berlawanan dengan hadits yang diriwayatkan perawi lain yang lebih adil
dan dhabith “. (syadz- lawan dari makhfudz).
Dari segi bahasa, hadis syadz berarti ganjil. Ulama member batasan bahwa hadis
syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya, tetapi hadisnya itu
berlainan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang juga
dipercaya. Hadis tersebut mengandung keganjilan dibandingkan dengan hadis-hadis lain
yang kuat. Keganjilan itu bias pada sanad, matan atau pada keduanya.

Contoh Hadis Syadz :


. ‫ يو م عر فة و أ يا م التشر يق أ يا م أكل و شر ب‬. ‫ م‬. ‫قال ر سو ل هللا ص‬

“Rasullah Saw bersabda : Hari ‘Arafah dan hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan
dan minum”

Hadis di atas diriwayatkan oleh Musa bin Ali bin Kubah dengan sanad dari
serentetan rawi yang dipercaya, namun matan hadis tersebut ganjil, jika dibandingkan
dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang juga dipercaya. Pada hadis-
hadis lain tidak dijumpai ungkapan “Yamu “Arafah”. Keganjilan hadis di atas terletak
pada adanya ungkapan tersebut.

XI. Hadits Maudlu': secara etimologis maudlu' artinya menggugurkan, meninggalkan


atau membuat-buat. Secara terminologi menurut Ibn Shalah yang diikuti oleh Al-
Nawawi Hadits Mawdlu adalah :‫ وهو المختلق المصنو ع‬.
“Hadits yang diciptakan dan dibuat”.
Menurut m. 'Ajjaj al-Khatib sebagai berikut :
. ‫ إختال فا وكذ با مما لم يقــله أو يفعله أ و يقره‬. ‫ م‬. ‫ما نسب إلى رسو ل هللا ص‬

“Hadits maudhu yang dinisbahkan (disandarkan) kepada Rasul Allah Saw yang
sifatnya dibuat-buat dan diadakan, karena Rasul sendiri tidak mengatakannya,
berbuat ataupun menetapkannya”.

28
Menurut Shalah al-Din ibn Ahmad al-Adhabi Hadits Mawdlu' menandung dua
pengertian :
1. Semata-mata bohong (dusta) terhadap apa yang dilakukan Rasul.
2. Kegiatan itu sengaja dilakukan, sehingga mempunyai dampak yang luas memasukkan
unsur kebohongan yang disandarkan kepada Nabi Saw.

Sejarah dan Perkembangan Hadits Mawdlu' :

Ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadi pemalsuan hadits,


diantaranya :
1. Menurut Ahamad Amin (w. 1373 H/1954 M). Hadits Mawdlu' telah terjadi
pada masa Nabi Saw, alasannya adalah hadits yang berbunyi :
. ‫ ومن كذ ب علي متعمد أ فليتيؤا مقعد ه من النا ر‬, ‫ على أحد‬a‫إن كذ با علي ليس ككذب‬

Ahmad Amin tidak menampilkan bukti seperti contoh hadits palsu pada zaman Nabi.
Hanya memahami isyarat dari hadits tersbut.

2 Menurut Shalah al-Din al-Adhabi berpendapat bahwa hadits palsu dalam konteks al-
wadh pernah terjadi pada masa Nabi. Dilakukan oleh orang munafik. Al-Adhabi
berargumen dengan hadits riwayat Al-Thahawi (w. 321 H/ 933 M) dan Al-Thabarani (w.
360 H/ 971 M) tentang seorang berdusta atas nama Nabi untuk mnyelesaikan masalah
di masyarakat Madinah. Kemudian ia melamar seorang gadis. Setelah dikonfirmasi ia
dusta, lalu dibunuh kemudian dibakar. Hadits di atas penelitian ahli Hadits ternyata
lemah.

3. Ulama Hadits berpendapat ; pemalsuan hadits terjadi setelah tahun 40 H, pada


masa khalifah 'Ali ibn Abi Thalib. Setelah terjadi fitnah kubra, perpecahan politik
antara kelompok 'Ali dan Muawiyah serta muncul kelompok baru yang disebut
Khawarij, karena tidak setuju atas tahkim yang diterima 'Ali. Mereka karena
kepentingan politik membuat hadits palsu.

Faktor yang mendorong munculnya Hadits Mawdlu:


1. Motif politik; persoalan politik mendorong untuk saling memperkuat kelompok masing-
masing dengan berargumen Al-Quran dan Al-Hadits. Jika tidak menemukannya
kemudian membuat hadits palsu, contoh:
a. Hadits palsu dari kalangan Syi'ah :

1. ‫يا علي إن هللا غفر لك ولذ ريتك ولوا لد يك وأل هلك ولشيعتك ولمحب شيعتك‬

2.‫علي خير البشر من شك كفر‬

b. Hadits palsu pendukung Mu'awiyah :


, ‫األ منا ء عند هللا ثال ثة انا وجبر يل ومعا وية‬
2. Upaya Kaum Zindiq; mereka adalah kelompok yang membenci Islam. Karena tidak
berani melwan secara terang-terangan, mereka menghancurkan Islam dari dalam
dengan membuat hadits palsu dibidang akidah, ibadah, hukum all. Diantara mereka
adalah Muhammad ibn Sa'id al-Syami yang mati disalib karena diketahui zindik.
Hadits yang diriwayatkannya adalah :
. ‫أنا خا تم النبيين ال نبي بعد ي إال أ ن يشا ء هللا‬

29
Ia termasuk orang yang mengaku nabi. Tokoh lain pemalsu hadits dari kalangan
zindik adalah 'Abd al-karim ibn Abi al-'Auja membuat hadits palsu 4000 hadits
tentang haram-halal, halal diharamkan. Dia dihukum gantung di hadapan wali kota
Bashrah setelah mengakuinya. Hammad ibn Zaid berpendapat hadits palsu produk
zindik sekitar 12000 – 14000 hadits.

4. Fanatisme bangsa, suku, bahasa, negeri dan pemimpin :

a. Contoh fanatisme bahasa :


. ‫إن كال م الذ ين حو ل العر ش با لفا رسية‬

b. Contoh fanatisme imam :

‫ ويكو ن في أمتي رجل يقا ل له‬, ‫يكو ن في أمتي رجل يقا ل له محمد ابن إ د ريس أضر على أمتي من إبليس‬
. ‫أ بو حنيفة هو سراج أمتي‬

4. Pembuat cerita atau kisah-kisah :


Contohnya :

. ‫من قا ل ال إله إال هللا خلق هللا طا ئرا له سبعون ألف لسا ن لكل لسا ن سبعو ن ألف لغة يستغفرون له‬

5. Beda pendapat dalam masalah fiqih, contohnya :

) ‫المضمضة واإل ستنشا ق للجنب ثال ثا فر يضة – أمني جبر يل عند الكعبة فجهر ب ( بسم هللا الرحمن الرحيم‬
. ‫من قا ل القر أن مخلو ق فقد كفر‬
“Berkumur-kumur dan menghirup air dimasukkan ke hidung masing-masing tiga kali
adalah wajib bagi orang yang junub”.

“Jibril mengimami aku (shalat) di Ka’bah, Ia (Jibril) membaca dengan keras


Bismillahirahmanirahim”.

“Siapa yang mengatakan al-Qur’an makhluk, maka ia menjadi kafir”.

6. Motivasi ibadah yang berlebih-lebihan, contohnya :

. ‫من قرأ يس في ليلة أصبح مغفو را له و قر أ الد خا ن ليلة أ صبح مغفو را له‬
“Siapa yang membaca surah Yasin pada malam hari, maka pada pagi harinya dia
telah diampuni dosa-dosanya, dan siapa membaca surah al-dhuhan pada malam hari,
pagi harinya diampuni dosa-dosanya”.
Hadits di atas menurut riwayat dibuat oleh Abu Ishmah ibn Abi Maryam, salah satu
pemalsu hadits dengan maksud memberi motivasi agar umat Islam berminat
membaca al-Qur’an dan sudah banyak yang berpaling kepada kitab suci tersebut.

7. Dipuja penguasa, contohnya :


.) ‫ فزا د فيه ( أو جنا ح‬, ‫ال سبق إال في نصل أو خف أو حا فر‬
“Tidak ada perlombaan kecuali dalam memanah, balapan unta, pacuan kuda, maka
Ghayas menambahkan atau burung merpati”.

Ciri-ciri Hadits Mawdlu :

30
Cara untuk mengenali Hadits Mawdlu dapat dilihat dari karakter sanad maupun
matan hadits.
Ciri-ciri pada sanad :
a) Pengakuan pemalsu sendiri, seprti pengakuan Abu 'Ishmah Nuh ibn Abi Maryam
Hadits berkaitan dengan fadhail surah fi al-Quran.
b) Kenyataan sejarah (qarinah) yang menunjukkan bahwa perawi tidak pernah bertemu
dengan gurunya. Seperti Ma'mun ibn Ahmad al-Harawi mengakui mendengar dari
Hisyam ibn Hammar.
c) Karinah yang membuktikan kepalsuannya, dengan melihat keadaan si perawi hadits,
contohnya hadits Sa'ad ibn Dharif saat anaknya pulang sekolah sambil menangis,
sambil berkata :
‫ معلموا صبيا نكم شرا ركم أقلهم رحمة لليتيم وأغلظهم على‬: ‫ قا ل‬. ‫ م‬. ‫حد ثنا عكر مة عن عبا س عن النبي ص‬
. ‫المســـــا كين‬
“Telah menceritakan kepada kami ‘Ikrimah dari ibn ‘Abbas dari Nabi saw, beliau
bersabda : Para pengajar anak-anak kamu adalah orang-orang jahat diantara kamu,
mereka kurang kasih sayang kepada anak yatim dan berlaku kasar terhadap orang-
orang miskin”.
Hadits di atas disampaikan oleh Sa’ad ibn Dharif, Dia merasa jengkel kepada
gurunya di saat anaknya pulang dari sekolah menangis. Anaknya ditanya mengapa
menangis. Ia menjawab dipukul gurunya, lalu Sa’ad berkata hadda tsana …. Menurut
Ibnu Hibban bahwa ibn Dharif adalah seorang pemalsu hadits.
d) Perawi dikenal sebagai pendusta.
Ciri-ciri pada Matan :
a) Lafalnya rancu, jika dilihat dari struktur bahasa bagi rawi yang ahli.
b) Maknanya rusak tidak dapat diterima oleh akal sehat, seperti :

. ‫ من إتخذ د يكا أبيض لم يقربه شيطا ن وال سحر‬. )1


. ‫ إن سفينة نو ح طا فت با لبيت سبعا وصلت با لمقا م ر كعتين‬. )2
. ‫ البا ذ نجا ن شفا ء من كل د ا ء‬. )3

1. “Siapa saja yang memelihara ayam jantan putih, dia tidak akan
terkena syaitan maupun sihir”.
2. “Sesungguhnya sampan (kapal) Nuh tawaf di Bait Allah tujuh
kali putaran dan shalat di Makam Ibrahim as dua rakaat”.
3. “Terong adalah obat dari berbagai penyakit”.

c) Bertentangan dengan nash Al-Quran, Hadits Mutawatir maupun 'Ijma', seperti :


. ‫ولد الز نا ال يد خل الجنة إلى سبعة أ بنا ء‬
“Anak hasil dari zina tidak akan masuk surga sampai tujuh turunan”.
Hadits di atas bertentangan dengan nash Al-Quran Q.S Al-An'am : 164 :

)163 : ‫( األ نعا م‬ ‫وال تز ر وا زرة وز ر أخر ي‬

“Dan seorang yang berdosa tidak akan mikul dosa orang lain “.
Bertentangan dengan Hadits nabi sendiri :

. ‫إذ ا حد ثتم عني بحد يث يوا فق الحق فخذ و ا به أ م لم أ حد ث‬

31
“Apabila diceritakan kepada kamu suatu hadits dariku yang sejalan dengan
kebenaran, maka ambilah (terimalah) hadits tersebut, apakah aku benar-benar
telah menyampaikan hadits itu atau tidak”.
Bertentangan dengan Hadits Mutawatir yaitu :

. ‫من كذ ب علي متعمد ا فليتبوأ مقعد ه من النا ر‬

“Barang siapa berbuat dusta atas namaku dengan sengaja, maka sungguh dia telah
menyediakan tempatnya di dalam api neraka”.
d. Dugaan bahwa shahabat-shahabat Nabi Saw sepakat menyembunyikan
pernyataan Rasul tentang kekhalifahan 'Ali ibn Abi Thalib sesudah Rasul
wafat. Para shahabat merubah hadits tersebut. Hadits ini menjadi argumentasi
kalangan Syi'ah :
. ‫هذ ا وصيي وأ خي والخليفة من بعد ي‬
“Ini adalah penerima wasiatku, saudaraku dan khalifah sesudahku “.
e. Hadits yang menyalahi fakta sejarah seperti Nabi Saw menetapkan jizyah pada
penduduk Khaibar,disaksikan oleh Sa'ad Ibn Mu'adz. Padahal Sa'adz Wafat pada
Perang Khandak. Jizyah ditetapkan setelah perang tersebut yaitu Perang Tabuk,
dibebankan kepada Nasrani Bahrain dan Yahudi Yaman.
f. Peristiwa sangat besar seperti pengepungan terhadap kaum Muslimin saat di-
Ka'bah dalam ibadah haji. Hadits seperti ini hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi saja.
g. Hadits yang memberi stimulus yang berlebihan terhadap suatu amal ibadah :
. ‫من قا ل ال اله إ ال هلل خلق هللا طا ئرا له سبعون ألف لسا ن لكل لسا ن سلعو ن ألف لغة يستغفرو ن له‬
“Siapa yang membaca la ilaha illa Allah , Allah akan menciptakan seekor burung yang
mempunyai tujuh puluh ribu lidah dan masing-masing lidah menguasai tujuh puluh
ribu bahasa yang akan memohonkan ampunan baginya”.
h. Dukungan terhadap madzhab yang sangat fanatik, seprti golongan Rafidlah
terhadap ahlu bait.

XII. Al-Jarhu Wa al-Ta'dil :

Kajian Al-Jarhu wa al-Ta'dil merupakan bagian dari Ilmu Rijal al-Hadits.


Ilmu ini dipandang sangat penting karena untuk mengetahui kriteria sanad (para
perawi hadits) apakah berkualitas atau tidak. Karena demikian, Ilmu ini kemudian
berdiri sendiri. Definisi Al-Jarhu wa Al-Ta'dil adalah :

. ‫علم يبحث فيه عن جر ح الر وا ة و تعد يلهم با لفا ظ محصو صة وعن مرا تب تلك األ لفا ظ‬
“Ilmu yang membahas tentang sifat cacat (tercela) dan atau sifat 'adil (ta'dil) yang
dituduhkan pada para perawi dengan kata-kata khusus serta tingkatan-tingkatan
kata-kata itu pula”.

Menurut Ahli hadits yang disebut al-jarhu adalah :


‫ظهو ر وصف في الرا وي يفسد عد ا لة أو يخل بحفظه وضبطه مما يترتب عليه سقو ط روا يته أو ضعفها‬
. ‫ور دها‬
“Nampak suatu sifat pada perawi yang merusakkan keadilannya atau mencerca
hafalannya karena itu maka gugurlah riwayatnya atau dipandang lemah”.
Sedangkan ta’dil dimaknai dengan :
. ‫وصف الرا وي بصفا ت تز كيه فتظهر عد الته و يقبل خبر ه‬

32
“Mensifatkan perawi dengan sifat-sifat yang menetapkan kebersihannya dari pada
kesalahan-kesalahan, lalu nampaklah keadilannya dan diterima riwayatnya”.
Tingkatan-tingkatan lafall ta'dil :

Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar ada enam tingkatan yaitu :

1. Penggunaan isim tafdil (mubalaghah) arinya sangat atau yang paling, seperti :
‫ ال أ حد أ ثبت منه‬- ‫ أليه المنتهى‬- ‫ فال ن أ ثبت النا س‬- ‫فال ن أو ثق النا س‬
“Si Fulan paling kepercayaan Si Fulan kuat hafalannya dan keadilannya.
“Kepadanya kesudahan (dianggap lengkap)
“Tidak ada seseorang yang lebih kuat daripadanya”.

2. Penggunaan kata yang berarti keadilannya sempurna (baik) seperti :


. ‫صا حب حد يث‬ ‫ ثقة مأ مو ن ثبت حجة‬- ‫ ثقة حا فظ حجة‬- ‫ ثقة ضا بط‬- ‫ثقة ثقة‬
“Kepercayaan-kepercayaan - kepercayaan kuat hafalannya.
“Penghafal hadits dan orang yang perkataanya menjadi hujjah “
“Kepercayaan hadits dan orang yang perkataanya menjadi hujjah”.

3. Menggunakan kata yang bermaksud kokoh (kuat) ingatannya seperti :


. ‫ فال ن حجة‬- ‫ فال ن ضا بط‬- ‫ فال ن ثقة‬- ‫ فال ن متقن‬- ‫فال ن ثبت وثا بت القلب واللسا ن‬
“Fulan orang yang teguh hati dan lidah “ Si Fulan teguh dan bagus riwayatnya”
“Fulan kepercayaan “ - Fulan penghafal hadits – Fulan orang yang teguh hafalannya”
- Fulan hujjah “.

4. Kata yang bermaksud kurang sempurna ingatannya seperti :

‫ فال ن ليس به بأ س‬- ‫ فال ن ال بأ س به‬- ‫ فال ن مأ مو ن‬- ‫فال ن صد وق و با لغ في الصد ق‬


“Fulan orang yang sangat benar – Fulan boleh dipegang perkataannya “
“Fulan tidak ada cacad pada dirinya “ - Fulan tidak berbahaya dirinya”.

5. Menunjukkan kokoh ingatan, tetapi menunjukkan benar dan amanah :


. ‫ فال ن وسط شيخ‬- ‫ فال ن شيخ‬- ‫ فال ن وسط‬- ‫ فال ن ر وو ا عنه‬- ‫فال ن محله الصد ق‬

“Fulan orang yang dapat dipandang benar – Fulan orang yang diriwayatkan hadits
dari dirinya “ - Fulan orang pertengahan “ - Fulan seorang syaikh” – Fulan orang
pertengahan dan syaikh “.

6. Menggunakan kata-kata di atas tetapi di tambah insya Allah :


. ‫ فال ن مقبو ل‬- ‫ فال ن صو يلح‬- ‫ أر جو أن ال بأ س له‬- ‫صد و ق إن شا ء هللا‬
“Dia orang yang benar, insya Allah – Saya harap dia orang yang dapat diterima “
“Fulan orang sedikit salih dan Fulan yang diterima “.

Tingktan-tingkatan kata-kata Al-Tajrih juga ada lima macam :

1. Celaan terhadap rawi secara jelas seperti :


‫ هو ركن الكذ ب‬- ‫ إليه المنتهى فى الو ضح‬- ‫ فال ن أو ضح النا س‬- ‫فال ن أكذ ب النا س‬
“Fulan seorang yang paling dusta - Fulan orang yang paling banyak membuat hadits
palsu “ - “Kepadanya puncak pembuatan hadits palsu “ – Dia tiang penyangga dusta”.

2. Celaan sedikit berkurang setingkat lebih rendah dari point satu :

33
. ‫ فال ن ها لك‬- ‫ فال ن ســـــا قط‬- ‫ فال ن فيه نظر‬- ‫ فال ن متهم با لو ضع‬- ‫فال ن متهم با لكذ ب‬
“Fulan tertuduh dusta “ – Fulan tertuduh memalsukan hadits “ - “ Fulan padanya
ada peninjauan “. - Fulan seorang yang gugur “.

3. Menggunakan kata-kata seprti :


. ‫ فال ن ضعيف جد ا‬- ‫ فال ن ر د الحد يث‬- ‫ فال ن مطر و ح‬- ‫فال ن القو ا حد يثه‬
“Fulan, para Ulama membuang haditsnya “ - Fulan seorang yang dicampakkan “ –
Fulan orang yang dicampakkan haditsnya “ – Fulan dhaif sekali (haditsnya) “.

4. Menggunakan sebutan seperti :


. ‫ فال ن ضعفو ه‬- ‫ فال ن ضعيف‬- ‫ فال ن و ا ه‬- ‫ فال ن منكر الحد يث‬- ‫فال ن ال يحتج به‬
“Fulan tidak dapat diambil hujjahnya “ - “ Fulan munkar haditsnya “ - Fulan bolak-
balik haditsnya “ – Fulan para Ulama melemahkannya “.

5. Memakai kata-kata seperti :


. ‫ فال ن ينكر ويعر ف‬- ‫ فال ن فيه مقا ل‬- ‫ فال ن في حد يثه ضعف‬- ‫فال ن فيه ضعف‬
“Fulan dilemahkan “ - Fulan di haditsnya ada kelemahan “ - Fulan pada hadisnya
ada cacatan “ - Fulan kadang membawa hadits munkar, kadang membawa yang
ma’ruf “.

XIII.Takhrij al-Hadits :

Takhrij artinya mengeluarkan sesuatu dari tempatnya. Sedangkan menurut istilah


ahli Hadits adalah sebagai berikut :

‫هو رواية الحد يث باالســـناد من مخرجه وراويه الي رسول هللا ص م ان كا ن مرفوعا او الي الصحابي‬

.‫ان كان موقو فا او الي التــــابعي ان كان مقطوعــــــــا‬

"Periwayatan hadits dengan menyebutkan sanadnya mulai dari Mukharrij –nya


sampai kepada Rasul Saw jika hadits tersebut marfu', atau sampai kepada
shahabat jika hadits tersebut mawquf atau sampai kepada tabi'in jika hadits
tersebut maqthu' ".

Pada makna lain takhrij diartikan sebagai ; mengembalikan (menelusuri kembali ke


asalnya) Hadits-hadits yang terdapat di dalam berbagai kitab yang tidak memakai sanad
kepada kitab-kitab musnad, baik disertai dengan pembicaraan tentang status hadits-
hadits tersebut dari segi shahih atau dlaif, ditolak atau diterima, dan penjelasan tentang
kemungkinan illat yang ada padanya, atau hanya sekedar mengembalikannya kepada kitab-
kitab asal (sumber) nya. Dengan demikian makna Mukharij dalam pengertian ini adalah
orang yang mengeluarkan/membukukan hadits (sebagai penulis pertama) atau orang yang
menelusuri hadits-hadits Nabi Saw dengan memahami sanad hadits serta mampu
menentukan status hadits tersebut sehingga dapat menentukan status hadits itu apakah
shahih atau dlaif , diterima atau ditolak.
Tujuan mempelajari Takhrij al-Hadits adalah :
1. Mengetahui sumber asli dari suatu hadits.
2. Mengetahui kwalitas hadits tersebut.

Manfaat Ilmu Takhrij Al-Hadits menurut 'AbdAl-Mahdi diantaranya :


1. Memperkenalkan sumber-sumber (asal) hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits
beserta Ulama yang meriwayatkannya.

34
2. Menambah perbendaharaan sanad.
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahu mana yang munqathi' atau
yang mu'dlal atau lainnya.
4. Memperjelas perawi hadits yang samar dan atau sanad yang tidak diketahui
namanya.
5. Memperjelas kandungan hukum yang terdapat dalam hadits tersebut.
6. Menghilangkan kemungkinan terjadinya campur riwayat.
7. Dapat mengungkap keragu-raguan /kekeliruan yang dialami rawi.
8. Dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan cetak/tulis melalui
perbandingan sanad yang ada.
Kitab-kitab yang dapat membantu proses takhrij adalah kamus atau mu'jam hadits
atau mu'jam perawi hadits diantaranya :
1. Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaddz al-Hadits al-Nabawi oleh AJ. Wensinck,
seorang orientalis dan buru besar bahasa Arab pada Universitas Leiden, lalu
bergabung dengan Muhammad Fuad Abd al-Baqi'.
2. Miftah Kuniz al-Sunnah disusun oleh orang yang sama di atas selama 10 tahun.

35

You might also like