Professional Documents
Culture Documents
Lecture Notes: COMM6265 Business Ethics and Communication
Lecture Notes: COMM6265 Business Ethics and Communication
COMM6265
Business Ethics and Communication
Week ke-2
Etika Organisasi
1
COMM6265 – Business Ethics and Communication
LEARNING OUTCOMES
Di akhir sesi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. mengidentifikasi masalah dan dilema etika yang muncu dari berbagai perspektif dan
kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang disajikan melalui contoh-contoh
dan studi kasus
2. menerapkan nilai-nilai etika dan profesional yang dapat menyelesaikan dilema dan
masalah agar tercipta praktik tata kelola perusahaan yang baik dan etis
OUTLINE MATERI:
2
COMM6265 – Business Ethics and Communication
ISI MATERI
Pada tahun 2014 Takata Corporation, supplier besar untuk airbag, mengakui adanya
kecacatan pada produk mereka dan menarik lebih dari 34 juta kendaraan dari pasaran. Peristiwa
ini menjadi penarikan produk terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Penarikan itu dipicu oleh
serangkaian kematian dan cedera akibat kecelakaan mobil di mana propelan airbag dikerahkan
dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga wadahnya pecah wadahnya bagian logam terlontar
mengenai pengemudi atau penumpang kursi depan. Sebelas produsen mobil — termasuk Toyota,
Mazda, Honda, BMW, Nissan, General Motors, dan Chrysler — menginginkan penarikan kembali.
Kemudian terungkap bahwa Takata sudah tahu tentang kecacatan itu. Perusahaan secara diam-
diam melakukan tes pada tahun 2004 pada akhir pekan dan hari libur, dan eksekutif telah
memerintahkan para insinyurnya untuk menghapus hasil tes dari komputer mereka.
Di seluruh dunia, puluhan perusahaan dituduh melakukan kecurangan akuntansi, salah
menangani dana investor, ketidaklayakan pasar, membahayakan keselamatan konsumen, dan
banyak kegiatan ilegal lainnya. Mengapa eksekutif bisnis, manajer, dan karyawan berulang kali
kedapatan melakukan kegiatan ilegal dan tidak etis? Apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk
meminimalkan atau mencegah kegiatan tidak etis yang dilakukan oleh eksekutif dan karyawan
mereka? Dapatkah perusahaan menetapkan sistem atau program untuk memantau kegiatan dan
mendeteksi perilaku ilegal atau tidak etis?
3
COMM6265 – Business Ethics and Communication
Tiga kriteria etika adalah egoisme, pengasihan (kepedulian terhadap orang lain), dan prinsip
(penghormatan terhadap integritas diri sendiri, norma-norma kelompok, dan hukum masyarakat).
Kriteria etika ini dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu, perusahaan, atau
masyarakat pada umumnya dalam menghadapi berbagai dilema moral. Contohnya, jika sebuah
perusahaan menghadapi masalah etika dengan memikirkan kebajikan, artinya dia akan
menekankan pada hubungan dengan karyawannya, menekankan pentingnya kerjasama tim untuk
keuntungan perusahaan, dan merekomendasikan program tanggung jawab sosial. Di lain sisi,
perusahaan yang menggunakan egoisme akan lebih cenderung berpikir untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan dan berjuang untuk operasional yang efisien dengan segala cara, walaupun
itu harus mengorbakan orang lain atau lingkungan.
Para peneliti menemukan bahwa beberapa iklim etika, atau sub-iklim, mungkin ada dalam
satu organisasi. Sebagai contoh, satu perusahaan memiliki beberapa manajer yang sering
berinteraksi dengan regulator publik dan pemerintah sehingga dalam menyelesaikan masalah atau
dilema etika mereka menggunakan pendekatan berbasis prinsip, dibandingkan dengan kelompok
manajer lain yang pekerjaannya diarahkan pada tugas-tugas proses rutin dan yang fokus utamanya
adalah egois — gaji pribadi yang lebih tinggi atau keuntungan perusahaan.
Iklim etika perusahaan juga dapat memberi sinyal kepada karyawan mana pelanggaran etika
tidak dapat diterima dan mana yang dianggap wajar. Dengan memberi isyarat apa yang dianggap
benar dan salah, budaya perusahaan dan iklim etika dapat menekan orang untuk menyalurkan
tindakan mereka ke arah tertentu yang diinginkan oleh perusahaan. Tekanan semacam ini bisa
mendorong ataupun menghambat praktik etika yang baik di perusahaan.
4
COMM6265 – Business Ethics and Communication
2. Etika Bisnis Lintas Fungsi Organisasi
Tidak semua masalah etika dalam bisnis adalah sama. Karena operasional bisnis sangat
terspesialisasi, masalah etika dapat muncul di area fungsional utama perusahaan mana pun.
Akuntansi, keuangan, pemasaran, teknologi informasi, dan bidang bisnis lainnya semuanya
memiliki dilema etika masing-masing. Dalam banyak kasus, asosiasi profesional dalam bidang
fungsional ini telah berupaya untuk mendefinisikan seperangkat standar etika yang sama.
5
COMM6265 – Business Ethics and Communication
ini terjadi meskipun ada upaya oleh para profesional keuangan untuk menumbuhkan lingkungan
etis.
Eksekutif yang melakukan berbagai jenis pekerjaan keuangan, menekankan pengaturan diri
sebagai jalan terbaik untuk kepatuhan etika. Standar etika profesi keuanganmenurut Chartered
Financial Analysts di antaranya adalah:
1. Bertindak dengan integritas, berkompetensi, ketekunan, rasa hormat, dan etis kepada
publik, klien, calon klien, pengusaha, karyawan, kolega dalam profesi investasi, dan
peserta lain di pasar modal global.
2. Menempatkan integritas profesi dalam investasi dan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi.
3. Memberikan pelayanan yang wajar dan lakukan penilaian profesional independen ketika
melakukan analisis investasi, membuat rekomendasi investasi, mengambil tindakan
investasi, dan terlibat dalam kegiatan profesional lainnya
4. Berlatih dan mendorong orang lain untuk berlatih secara profesional dan etis yang
mencerminkan penghargaan pada diri sendiri dan profesi.
5. Mempromosikan integritas dan kelangsungan hidup pasar modal global untuk manfaat
utama masyarakat.
6. Menjaga dan meningkatkan kompetensi profesional dan berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesional lainnya
6
COMM6265 – Business Ethics and Communication
transaksi e-commerce; kerahasiaan komunikasi surat elektronik; perlindungan hak cipta terkait
perangkat lunak, musik, dan kekayaan intelektual; dan banyak lainnya. Contoh kasus pelanggaran
etika dalam bidang teknologi informasi adalah sebagai berikut: Selama satu minggu di tahun 2012,
seorang ilmuwan yang bekerja untuk Facebook dan dua peneliti universitas memanipulasi hampir
700.000 umpan berita pengguna Facebook untuk mengukur apakah emosi menyebar di media
sosial. Investigasi mengungkapkan bahwa pengguna yang melihat lebih banyak posting positif
cenderung untuk menulis lebih banyak posting positif lagi dan sebaliknya. Studi ini menghasilkan
banyak keluhan tentang kurangnya standar etika, karena pengguna Facebook, banyak di antaranya
berusia di bawah 18 tahun, tidak diberi tahu akan dimanipulasi dengan cara ini dan tanpa disadari
digunakan sebagai “kelinci percobaan”. Studi ini menyoroti bagaimana perusahaan dan peneliti
dapat memanfaatkan sejumlah besar data yang dibuat secara online.
7
COMM6265 – Business Ethics and Communication
3. Beretika dalam Organisasi
Setiap perusahaan dapat meningkatkan kualitas kinerja etisnya. Oleh karena itu perusahaan
dituntut untuk untuk membangun perlindungan etis dalam rutinitas sehari-hari. Praktik seperti ini
dikenal dengan pelembagaan etika. Sebuah studi yang dilakukan oleh Ethics Research Center pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja di perusahaan besar yang memiliki dan
memberlakukan program etika dan kepatuhan dengan efektif cenderung tidak merasakan tekanan
untuk mengkompromikan standar etika mereka (3 persen), dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki program yang efektif di perusahaannya (23 persen). Mereka juga lebih kecil
kemungkinannya untuk melakukan pelanggaran (33 persen berbanding 62 persen) dan kecil
kemungkinannya mengalami balas dendam (4 persen berbanding 59 persen). Karyawan di
organisasi dengan program etika yang efektif hampir tiga kali lebih mungkin melaporkan
pelanggaran yang diamati di tempat kerja (87 persen berbanding 32 persen).
Ketika jajaran manajemen atas memberi sinyal kepada karyawan melalui perilaku mereka
sendiri bahwa mereka percaya etika harus mendapat prioritas tinggi dalam semua keputusan bisnis,
mereka telah mengambil langkah besar menuju peningkatan kinerja etis di seluruh perusahaan.
Apakah masalahnya pelecehan seksual, kesepakatan jujur dengan pemasok, atau pelaporan
pengeluaran, komitmen, dan keterlibatan para pemimpin dalam etika sebagai pengaruh harian pada
perilaku karyawan adalah yang paling penting sebagai perlindungan untuk menciptakan tempat
kerja yang aman dan beretika.
Tujuan dari kebijakan dan kode adalah untuk memberikan panduan kepada manajer dan
karyawan ketika mereka menghadapi dilema etika. Penelitian menunjukkan perbedaan yang
signifikan terjadi di beberapa negara terkait dengan penerapan kebijakan dan kode etik. Di
8
COMM6265 – Business Ethics and Communication
Amerika Serikat dan Amerika Latin, kebijakan etika ternyata bersifat instrumental — yaitu,
perusahaan memberikan aturan dan prosedur yang harus diikuti karyawan agar dapat juga
mematuhi kebijakan perusahaan atau hukum masyarakat. Di Jepang, sebagian besar kebijakan
merupakan campuran dari kepatuhan hukum dan pernyataan nilai dan misi perusahaan. Kebijakan
etika yang terkandung dalam nilai dan misi perusahaan juga populer di perusahaan Eropa dan
Kanada. Meskipun ada beberapa perbedaan dalam orientasi, kode etik yang ada sifatnya lebih
umum atau universal.
Biasanya, kebijakan etika mencakup masalah-masalah seperti mengembangkan pedoman
untuk menerima atau menolak hadiah dari pemasok, menghindari konflik kepentingan, menjaga
keamanan informasi hak milik, dan menghindari diskriminatif. Namun, para peneliti menemukan
bahwa kebijakan etika tertulis, walaupun merupakan kontributor penting, tidak cukup dengan
sendirinya untuk menghasilkan perilaku etis. Perusahaan harus sering mendesiminasikan
kebijakan etika di antara karyawan dan kelompok pemangku kepentingan eksternal (misalnya,
pelanggan, pemasok, atau pesaing). Banyak perusahaan menggunakan poster, panduan quick
reference, dan brosur untuk meningkatkan kesadaran dan pentingnya kode etik mereka.
Petugas etika dan kepatuhan adalah tugas tambahan yang diberikan kepada manajer di
perusahaan untuk memantau dan mengevaluasi penerapan kebijakan etika dan kode etik
perusahaan. Perusahaan survei global PricewaterhouseCoopers melaporkan bahwa 41 persen
petugas etika yang berbasis di AS dan Inggris masih melapor ke departemen hukum, tetapi tren itu
menurun; sekarang lebih banyak petugas etika dan kepatuhan melapor secara formal kepada CEO
perusahaan. Meskipun praktik ini lebih umum di Inggris, 28 persen petugas etika di Amerika
Serikat pada 2013 melaporkan kepada CEO mereka, dibandingkan dengan 20 persen pada 2012.
Studi lain menemukan bahwa lebih umum bagi petugas etika untuk melapor ke penasihat umum
(chief legal officer) jika ada program etika yang kurang efektif, sedangkan petugas etika yang
bekerja dalam program etika yang lebih efektif lebih cenderung melaporkan kepada CEO atau
dewan direktur.
Ketika karyawan bermasalah dengan etika mereka mencari atasan langsung mereka atau
orang lain di manajemen. Tetapi bagaimana jika karyawan itu enggan, untuk alasan apa pun, untuk
mengangkat masalah dengan atasan langsung mereka? Dalam hal itu, mereka dapat beralih ke
mekanisme pelaporan etika perusahaan dan menelepon “ethics help line” atau mengirim email
yang menyatakan keprihatinan mereka, secara anonim jika mereka mau. Sistem pelaporan etika
biasanya memiliki tiga kegunaan: (1) untuk memberikan interpretasi perilaku etis yang tepat yang
melibatkan konflik kepentingan dan melindungi pihak yang menjadi korban, (2) untuk
menciptakan solusi kepada pihak terkait dan pihak berwenang tentang dugaan perilaku tidak etis,
dan (3) untuk memberi karyawan dan pemangku kepentingan perusahaan informasi umum tentang
berbagai topik terkait pekerjaan dan code and conduct prosedur pekerjaan.
9
COMM6265 – Business Ethics and Communication
Program Pelatihan Etika
Sebagian besar program pelatihan etika dan kepatuhan berfokus pada memastikan karyawan
tahu apa yang dituntut oleh hukum dan yang diharapkan perusahaan. Namun, sedikit perusahaan
yang secara sistematis mengukur efektivitas upaya ini atau mempertimbangkan dampak dari
pendekatan pelatihan baru. Pendekatan baru untuk pelatihan etika karyawan menekankan
pentingnya berbagai upaya untuk mewujudkan sikap dan perspetif beretika. Efektivitas program
etika dan kepatuhan penting bagi eksekutif. Perusahaan biasanya melakukan audit untuk
memastikan kualitas program-program ini, tetapi saat ini sebagian besar perusahaan telah beralih
ke audit penilaian risiko di seluruh perusahaan untuk menentukan efektivitas program etika
bersama dengan risiko lainnya.
Para ahli percaya bahwa mengintegrasikan berbagai perlindungan etika ke dalam program
komprehensif sangat penting dan meminimalkan risiko perusahaan. Ketika kelima komponen yang
dibahas dalam sub-bab ini — komitmen manajemen atas, kebijakan dan kode etik, petugas etika
dan kepatuhan, mekanisme pelaporan, dan program pelatihan — digunakan bersama-sama akan
memperkuat satu sama lain dan menjadi lebih efektif.
10
COMM6265 – Business Ethics and Communication
4. Etika dalam Ekonomi Global
Melakukan bisnis dalam konteks global menimbulkan sejumlah tantangan etika yang
kompleks. Salah satu contoh kegiatan tidak etis adalah penyuapan, membayar sesuatu secara
sembunyi-sembunyi dan ilegal kepada pejabat pemerintah atau pihak terkait bisnis untuk
memastikan atau memfasilitasi transaksi bisnis. Tindakan suap menunjukkan bahwa kekuatan
ekonomi tidak didasarkan pada kualitas produk atau layanan atau karakteristik penjualan lainnya,
oleh karena itu elemen suap merusak proses ekonomi dan mengarah ke perbuatan yang lebih
buruk, yaitu korupsi.
Tindakan penyuapan ditemukan di banyak praktik ekonomi global, tapi beberapa negara
menyikapi tindakan ini dengan wajar. Sebuah agensi survei asal Berlin, Transparency
International, setiap tahun merilis survey yang meranking negara berdasarkan level praktik
korupsinya. Survei ini dilakukan pada kelompok eksekutif dan masyarakat. Survey di tahun 2014
menunjukkan bahwa negara yang paling sedikit praktik korupsi dan penyuapan adalah Denmark,
New Zealand, Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Swiss. Negara dengan praktik korupsi dan suap
terbanyak adalah Korea Utara, Somalia, Sudan, Afghanistan, Irak, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
11
COMM6265 – Business Ethics and Communication
SIMPULAN
Budaya dan iklim etika perusahaan akan membentuk sikap dan tindakan semua orang yang
bekerja, menghasilkan perilaku etis tingkat tinggi, dan berkontribusi pada kinerja etika yang
diinginkan.
Tidak semua masalah etika dalam bisnis adalah sama, tetapi tantangan etika terjadi di semua
bidang fungsional utama bisnis. Asosiasi profesional untuk setiap bidang fungsional sering
berupaya memberikan standar perilaku untuk memandu praktik pekerjaan dan code of conduct
perilaku mereka.
Perusahaan dapat meningkatkan kinerja etika dengan menciptakan program etika berbasis
nilai yang mengandalkan kepemimpinan manajemen atas dan pengamanan organisasi, seperti
kebijakan atau kode etik, menunjuk petugas etika dan kepatuhan, membuat mekanisme pelaporan
etika, dan program pelatihan etika. Perusahaan yang memiliki program etika komprehensif atau
beragam, seringkali lebih mampu mempromosikan perilaku etis di tempat kerja dan menghindari
tindakan tidak etis oleh karyawan.
Masalah etika, seperti penyuapan dan korupsi, terbukti masih dilakukan di kegiatan ekonomi
seluruh dunia. Banyak lembaga internasional dan pemerintah nasional secara aktif berusaha untuk
meminimalkan perilaku tidak etis seperti itu melalui sanksi ekonomi dan kode etik internasional.
12
COMM6265 – Business Ethics and Communication
DAFTAR PUSTAKA
1. Lawrence, A. T., & Weber, J. (2017). Business and Society: Stakeholders, Ethics, Public
Policy (15th ed.). New York, NY: McGraw-Hill Education. Chapter 6.
2. Nguyen, L. D., Pham, L. N., &; Ermasova, N. (2019). Business Ethics in a Global
Economy: A Cross-Cultural Study Among Working Adults in Russia and Vietnam.
Global Business Review, 20(4), 856-870. doi:10.1177/0972150919844903
3. Ethics and Compliance. (n.d.). Retrieved June 25, 2020, from
https://www.alcoa.com/global/en/who-we-are/ethics-compliance/default.asp
13
COMM6265 – Business Ethics and Communication