You are on page 1of 11

https://stikes-nhm.e-journal.

id/NU/index

Article
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP
ANAK DI BAWAH UMUR DI KECAMATAN ANGATA KABUPATEN KONAWE
SELATAN

Sitti Dahlia1*, Sartiah Yusran2, Ramadhan Tosepu2


1Prodi Kesehatan Masyarakat, Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia

SUBMISSION TRACK A B S T R A C T

Recieved: September 07, 2022 Sexual behavior is a serious problem in developed


Final Revision: September 19, 2022 and developing countries. In the world, an average of
Available Online: September 29, 2022 35.6% or 1 in 3 people have had a sexual
experience. The high number indicates that sexual
behavior is still commonplace. The purpose of this
KEYWORDS study was to analyze the factors causing sexual
behavior towards minors in Angata District, Konawe
Knowledge, Attitude, Action, Selatan Regency in 2021. The design of this study
Environment, Family, Child Abuse was a qualitative research using a phenomenological
Behavior approach that produced descriptive data. The data
obtained from the results of in-depth interviews and
CORRESPONDENCE observations were then analyzed using the content
analysis method. Based on the results of the study
Sitti Dahlia showed that the perpetrators did not have good
knowledge with low educational backgrounds. The
E-mail: sitti_dahlia@gmail.com perpetrator has a positive attitude towards the action
taken, so that the perpetrator wants to take action
after experiencing an increase in sexual desire.
Perpetrators have an easy attitude to follow a friend's
invitation to take open actions. However, there is a
sense of regret and will not repeat the attitude and
behavior. It is reasonable to take action when you
see minors or the opposite sex, but it will be difficult
to control your actions when you have sexual urges,
coupled with the influence of drinking, as well as
opportunities and opportunities. The circle of friends
of the perpetrators who often do negative things so
that many of their friends in the environment become
perpetrators and also victims. Things that are often
done with friends in the perpetrator's environment
are gathering until the early hours of the morning
doing liquor, and watching pornographic videos, etc.
Some of the perpetrators were educated quite hard
and some were educated appropriately, such as
being sent to school, although many of the
perpetrators dropped out of school. Interaction of
family members is very rare because of their busy
lives.

169
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

I. INTRODUCTION mengarah pada seksual dan


pernyataan yang bersifat mengancam)
Perilaku pelecehan seksual
dan pelecehan terhadap fisik
menjadi permasalahan yang serius di
(misalnya sentuhan, mencubit,
negara maju dan berkembang (Arriola
menepuk, menyenggol dengan
et al., 2005). Berdasarkan data World
sengaja, meremas dan mendekatkan
Health Organization (WHO) (2018)
diri tanpa diinginkan) (Lubis, 2018)
Prevalensi perilaku pelecehan seksual
Komnas Perlindungan Anak
terhadap wanita masih sangat tinggi.
indonesia (2021) menunjukana bahwa
Di dunia, rata-rata sebanyak 35,6%
kasus pelecehan seksual terhadap
atau 1 dari 3 orang wanita pernah
anak data terjadi 2.726 kasus
mengalami pelecehan seksual.
pelecehan seksual seksual
Tingginya angka tersebut menandakan
terhadap anak sejak Maret 2020
masih lumrahnya perilaku pelecehan
hingga Juli 2021, lebih dari
seksual di kehidupan banyak wanita.
setengahnya 52% didominasi oleh
Perilaku pelecehan seksual di negara-
pelecehan seksual anak dibawah
negara berkembang (low/medium
umur. Beberapa jenis Kasus
income countries) cenderung lebih
pelecehan seksual anak yaitu
tinggi dibandingkan negara maju (high
serangan persetubuhan yang dapat
income countries). Prevalensi perilaku
berupa sodomi, hubungan seks
pelecehan seksual seksual tertinggi
sedarah, dan lainnya.4 Perilaku
berada di negara- negara Afrika
pelecehan seksual anak merupakan
(45,6%) dan Asia Tenggara (40,2%)
bentuk perilaku yang mengarah
(Friedrich et al., 2001; Lalor &
kepada hal-hal seksual yang dilakukan
McElvaney, 2010)
secara sepihak dan perilaku yang tidak
Badan FRA-Uni Eropa untuk
diharapkan oleh orang yang menjadi
hak – hak fundamental (2014)
sasarannya dan menimbulkan reaksi
melaporkan bahwa 83 – 102 juta
negatif seperti malu, marah, benci,
perempuan (45% - 55%) di 28 negara
tersinggung dan sebagainya (Sari et
anggota Uni Eropa mengalami
al., 2015)
tindakan pelecehan seksual sejak usia
Faktor penyebab terjadinya
15 tahun. Tingkat prevalensi tertinggi
perilaku pelecehan seksual dapat
ditemukan pada Negara Denmark
ditinjau dari beberapa sudut pandang
sebanyak 37 persen, Swedia
meliputi, Faktor internal berkaitan
sebanyak 32 persen, Belanda
dengan meningkatnya dorongan dan
sebanyak 32 persen, Perancis
minat seksual pelaku yang berada
sebanyak 30 persen, Belgia sebanyak
pada tahap perkembangan anak.
30 persen, Slovakia sebanyak 29
Adapun faktor eksternalnya meliputi
persen dan Inggris Raya sebanyak 25
pengaruh lingkungan (paparan materi
persen (Arriola et al., 2005).
pornografi, pengaruh teman),
Pelecehan seksual yang terjadi
kurangnya pengawasan orang tua dan
di negara maju dan berkembang
tidak adanya pengetahuan/ pendidikan
memiliki karakteristik yang sama dan
seks dari orang tua (Sulistiyowati et
dapat diklasifikasikan menjadi
al., 2018).
pelecehan bersifat visual (misalnya
Menurut Lumongga (2016)
tatapan penuh nafsu, tatapan
Korban perkosaan umumnya
mengancam korban, gerak gerik yang
bersifat seksual), pelecehan verbal merasakan trauma yang cukup
mendalam yang mungkin hal itu tidak
(misalnya siulan, gossip, gurauan yang
akan bisa dilupakan sepanjang

170
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

hidupnya. Dampak yang akan dialami setiap individu dan menimbulkan


oleh korban pelecehan seksual yaitu dampak jangka panjang disepanjang
dampak secara fisik seperti: sakit kehidupan anak tersebut (Dewi, 2019)
asma, menderita migrain, sulit tidur, Ada beberapa upaya yang
sakit ketika berhubungan seksual, luka dapat dilakukan untuk mencegah
pada bibir (lesion on lip caused by perilaku pelecehan seksual seperti
scratch), luka pada alat kelamin, mengetahui bagian-bagian tubuh yang
kesulitan buang air besar, luka pada boleh disentuh oleh orangtua atau
dagu, infeksi pada alat kelamin, tenaga medis dalam hal pengobatan
kemungkinan tidak dapat melahirkan serta bagian tubuh yang tidak boleh
anak, penyakit kelamin, inveksi pada disentuh. Selanjutnya, seseorang
panggul, hilangnya keperawanan, harus memiliki keberanian untuk
pendarahan, dan lain-lain (Bahri, 2021) berteriak atau meminta pertolongan
Dampak selanjutnya secara ketika ada yang mengganggu atau
yaitu penderitaan fisikis dan mental menyentuh, agar tidak berlanjut
seperti sangat takut sendirian, takut menjadi pelecehan seksual yang lebih
pada orang lain, nervous, ragu-ragu serius (Sakalasastra, 2012)
(kadang paranoia), sering terkejut, Anak harus berani menolak dan
sangat khawatir, sangat hati-hati bersikap asertif terhadap kejadian
dengan orang asing, sulit pelecehan seksual. Perilaku asertif
mempercayai seseorang, tidak sangat penting dalam mencapai
percaya lagi pada pria, takut dengan perlindungan diri dari perilaku yang
pria, takut akan sex, merasa bahwa tidak diinginkan (Cecep, dkk., 2018).
orang lain tidak menyukainya, dingin Adanya pemahaman akan hak-hak
(secara emosional), sulit berhadapan pribadi dan orang lain, seseorang akan
dengan publik dan temantemannya, dapat menjaga dan menahan diri dari
membenci apa saja, menarik perilaku pelecehan seksual terhadap
diri/mengisolasi diri, mimpi-mimpi orang lain, sekaligus juga mengetahui
buruk, kesedihan mendalam yang bahwa dirinya berhak untuk bebas dari
dirasakan korban, merasa bahwa pelecehan seksual yang dilakukan
sudah tidak berguna bagi, merasa orang lain (Sakalasastra, 2012).
kotor,depresi, trauma, menutup diri Perilaku pelecehan seksual
dan lain-lain (Rusyidi et al., 2019). terhadap perempuan dan anak di
Dampak dalam kehidupan Sulawesi Tenggara meningkat hampir
pribadi dan sosial yaitu ditinggalkan 100 persen selama pandemi. Pada
teman dekat, merasa dikhianati, tahun 2019 mencapai 140 laporan,
hubungan dengan suami memburuk, sepanjang tahun 2020 meroket
tidak menyukai sex, sulit jatuh cinta, menjadi 240 kasus. Data Dinas
sulit membina hubungan dengan pria, Pemberdayaan Perempuan,
takut bicara dengan pria, menbghindari Perlindungan Anak, Pengendalian
setiap pria, menurunkan kepercayaan Penduduk dan Keluarga Berencana
diri, menurunnya motivasi dan lain-lain. (P3APPKB) Sultra, ada beberapa hal
Sehingga penderitaan yang di rasakan yang jadi pemicu yaitu Pengetahuan,
oleh korban perkosaan seolah tidak Pendidikan rendah, Ekonomi,
ada hentinya tidak hanya terjadi pada Keluarga dan Lingkungan.
saat terjadinya pelecehan seksual. Perilaku pelecehan seksual
Keadaan tersebut dapat menjadi suatu yang mencapai 96 kasus dan
kenangan buruk bagi korban pelecehan seksual psikis sebanyak 37
pelecehan seksual. Anak mengalami kasus. Sisanya berupa masalah
dampak traumatis yang berbeda di penelantaran dan eksploitasi. Kasus

171
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

tersebut banyak terjadi dirumah, tokoh masyarakat para pelaku


jumlahnya mencapai 131 laporan, atau pencabulan tega melakukan
54,5 persen. Tempat kejadian pelecehan seksual terhadap anak
pelecehan seksual bermacam-macam dibawah umur, disebabkan oleh
yaitu ada terjadi dikebun atau halaman ekonomi karena kebanyakan dari
belakang rumah yakni 67 kejadian, pelaku berada pada kondisi
fasilitas umum sebanyak 27 laporan, kemiskinan, kebanyakan dari pelaku
11 kasus terjadi di sekolah, tiga memiliki pekerjaan yang tidak menentu
dialami korban di tempat kerja, dan dikarenakan tidak memiliki pendidikan,
kemudian satu laporan berasal dari selain itu, pelaku ikut-ikutan karena
lembaga pendidikan kilat. tidak memiliki pemahaman dan
Perilaku pelecehan seksual pengetahuan terkait faktor resiko,
pada anak berulang kali terjadi di lingkungan juga ikut berperan dimana
Kabupaten Konawe Selatan dan juga kebanyakan dari pelaku berada pada
terus meningkat setiap tahunnya. lingkungan yang kurang baik seperti
Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti minum-minuman keras,
Peksos) Kementerian Sosial RI di penyalahgunaan obat, menonton video
Konawe Selatan (2020) mencatat porno.
kejadian perilaku pelecehan seksual Berdasarkan uraian latar
pada anak berjumlah 32 kasus. belakang diatas, penulis tertarik untuk
Korban merupakan anak berusia melakukan penelitian tentang ”Analisis
antara 5 sampai 18 tahun. Korban
faktor penyebab perilaku pelecehan
kebanyakan berasal dari kalangan
usia TK, SD, SMP, dan juga SMA. seksual terhadap anak dibawah umur
Salah satu kecamatan di di Kecamatan Angata Kabupaten
kabupaten konawe selatan yang Konawe Selatan Tahun 2021”.
kejadian kasus pelecehan seksual
yang terus terulang dan cenderung II. METHODS
meningkat setiap tahunya yaitu di
Jenis penelitian ini merupakan
kecamatan Angata dimana pada tahun
penelitian kualitatif dengan
2020 setidaknya terjadi 4 kasus
menggunakan pendekatan
pelecehan seksual pelecehan seksual
fenomenologis yaitu penelitian yang
yang di laporkan, salah satunya dkutip
menghasilkan data deskriptif dan
dari mediakendari.com bahwa telah
berupaya menggali makna dari suatu
terjadi pelecehan seksual pada anak di
fenomena atau isu yang sedang terjadi
bawah umur pada 14 maret 2020
atau telah terjadi. Lokasi penelitian
berdasarkan laporan kapolsek angata,
adalah Kecamatan Angata Kabupaten
bahkan korban pelecehan sudah 2 kali
Konawe Selatan. Penelitian ini telah
menjadi korban pelecehan oleh 3
dilaksanakan pada bulan Juni – Juli
orang pelaku berinisial ED, FB, dan
2022.
AD. Selain kasus tersebut ada 3 kasus
Subjek dalam penelitian ini yaitu
pelecehan seruapa yang terjadi pada
dari dinas pemberdayaan perempuan
anak usia dibawah umur yang terjadi
dan perlindungan anak Kabupaten
pada sepanjang tahun 2020.
Konawe Selatan, tokoh masyarakat,
Hasil Observasi Awal dan
dan keluarga pelaku serta orang yang
wawancara singkat ditemukan bahwa
bisa memberikan informasi secara
setidaknya telah terjadi 5 kasus
jelas terkait dengan faktor penyebab
pelecehan seksual pada anak dibawah
pelecehan seksual terhadap anak
umur di Kecamatan Angata sepanjang
dibawah umur di kecamatan angata.
Tahun 2021. Menurut masyarakat dan

172
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

Informan kunci yaitu 1 orang dari dinas Berdasarkan hasil wawancara


pemberdayaan perempuan dan bahwa pelaku tidak memiliki
perlindungan anak dan 3 orang pengetahuan yang baik dengan latar
keluarga pelaku pelecehan seksual belakang Pendidikan yang rendah
terhadap anak dibawah umur. namun hanya mengetahui tindakan
Informan biasa yaitu 1 orang tokoh pelecehan seksual, merupakan
masyarakat atau dari pemerintah. Data tindakan kekerasan seperti
yang diperoleh dari hasil wawancara pemerkosaan, yang dapat merugikan
mendalam dan observasi yang seseorang baik secara fisik maupun
dilakukan sesuai dengan petunjuk mental. Penyebab pelaku ingin
pengolahan data kualitatif serta tujuan melakukan perilaku pelecehan seksual
penelitian lalu di analisis dengan pada anak dibawah umur disebabkan
metode content analysis kemudian di munculnya nafsu seksual yang tidak
interpretasikan dan disajikan dalam terkontrol, rendahnya moral, gangguan
bentuk narasi. kesehatan mental, adanya kuasan dan
kesempatan, kurangnya pemahanan
III. RESULT AND DISCUSSION dan pengawasan orang tua dalam
1. Pengetahuan penggunaan gadget dan media social
Pengetahuan adalah segala (Bahri, 2015)
sesuatu yang ada dikepala kita. Kita Pelaku yang ketahui dampak
dapat mengetahui sesuatu buruk dari perilaku pelecehan seksual
berdasarkan pengalaman yang kita pada anak dibawah umur seperti
miliki. Selain pengalaman, kita juga melanggar hukum, merupakan
menjadi tahu karena kita diberitahu perbuatan tercela, merusak masa
oleh orang lain. Pengetahuan juga depan korban dan pelaku. Secara
didapatkan secara formal maupun non spesifik pelaku belum memahami
formal. Pengetahuan adalah suatu dampak buruk yang dapat ditimbulkan
proses dengan menggunakan bagi korban pelecehan seksual.
pancaindra yang dilakukan seseorang Padahal dampak bagi korban tidak
terhadap objek tertentu dapat hanya bersifat fisik, namun bisa
menghasilkan pengetahuan dan mengalami dampak pisikis misalnya
keterampilan (Sumera, 2013). depresi, kecemasan, gangguan stres,
Dari hasil penelitian Putri, menjadi pribadi yang tertutup susah
Sudaryono, (2018) bahwa bersosialisasi serta beresiko terkena
pengetahuan sangat berpengaruh penyakit menular seksual. Menurut
kepada perilaku seseorang, dimana pelaku, perilaku sex bebas merupakan
bila seseorang mempunyai hal yang wajar dan biasa dilakukan
pengetahuan yang baik tidak menutup dengan konseskuensi harus menerima
kemungkinan mempunyai perilaku dampak buruk dari perilaku seks
yang positif yaitu orang tua tidak akan bebas.
melakukan pelecehan verbal pada Sejalan dengan penelitian
anaknya, begitu pula sebaliknya Erlinda, (2018) bahwa faktor penyebab
apabila seseorang mempunyai pelecehan seksual pada Anak yaitu
pengetahuan yang kurang tidak rendahnya kesadaran masyarakat
menutup kemungkinan mempunyai terhadap hak anak, rendahnya
perilaku yang negatif yaitu orang tua pendidikan dan pengetahuan dirumah,
akan melakukan pelecehan verbal kemiskinan atau rendahnya
pada anaknya (Rosyidah & Nurdin, pengetahuan tentang pendidikan seks,
2018). penyebaran perilaku jahat antar
generasi, ketegangan sosial, serta

173
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

lemahnya penegakan hukum Erlinda peningkatan hasrat seksual. Meskipun


(2018) mengungkapkan anak perlu demikian ada rasa penyesalan
dibekali pengetahuan seks supaya penyesalan dan tidak akan
anak mengerti dan memahami peran mengulangi atas sikap dan perilaku
dan jenis kelamin, setiap perubahan tersebut. Sikap pelaku ketika ada
fisik, serta memperkuat rasa percaya orang atau teman yang mengajak ingin
diri dan tanggngjawab terhadap dirinya melakukan tindakan pelecehan
(Sari et al., 2015). seksual yaitu mudah mengikuti ajakan
Senada dengan (Jatmikowati et temannya dengan dalih penasaran
al., 2015) mengugkapkan materi dan ingin coba-coba. Cara pelaku
dalam pendidikan seks pada anak usia dalam mengurangi doorongan seks
dini menekankan pemahaman kondisi yaitu mencari pelampiasan segera.
tubuhnya, pemahaman lawan jenis, Sikap pelaku ketika mengetahui
dan pemahaman akan menghindar kerabat atau teman menjadi korban
dari kejahatan seksual. Anak mulai pecehan seksual yaitu mersakan hal
mengenal identitas diri dan keluarga, yang biasa karena hal tersebut juga
mengenal anggota tubuh, dan dapat dilakukanya (Sulistiyowati et al., 2018).
menyebutkan beberapa anggota Sejalan dengan itu, apabila
tubuh. remaja melakukan seksual pranikah
Sebagai kesimpulan bahwa maka dipersepsikan menjadi dua
pelaku tidak memiliki pengetahuan bagian: 1) Positif, jika remaja memiliki
yang baik dengan latar belakang sikap positif terhadap perilaku seksual
pendidikan yang rendah, sehingga pranikah maka akan memiliki
sangat pentingnya untuk kecenderungan untuk melakukannya.
meningkatkan pendidikan seks dan 2) Negatif, jika remaja memiliki sikap
pengetahuan seks baik itu dikalangan negatif terhadap perilaku seksual
pelaku maupun korban sebagai upaya pranikah maka akan memiliki
untuk menekan perilaku pelecehan kecenderungan untuk tidak
seksual terhadap anak dibawah umur. melakukannya (Hartini et al., 2021).
Pengetahuan memiliki kontribusi
2. Sikap yang paling besardalam merubah
Sikap yaitu reaksi seseorang sikap dan perilaku sesorang, sehingga
secara tertutup terhadap objek atau untuk meningkatkan sikap baik
stimulus tertentu. Sikap juga sesorang terhadap perilaku seksual
mencakup unsur pandangan dan maka perlu meningkatkan
perasaan yang berkaitan (senang atau pengetahuan dan pendidikan terhadap
tidak senang, setuju atau tidak setuju, seksual. Pendidikan seks yang ideal
baik atau tidak baik, dan sebagainya). adalah pendidikan yang dilengkapi
Disisi lain, sikap adalah suatu wujud dengan etika, hubungan antar sesama
reaksi atau perbuatan emosional manusia, hubungan dengan keluarga
dengan dampak positif atau negatif dan masyarakat. Hal tersebut
atas suatu objek yang diiringi diberikan agar anak tidak hanya
melibatkan perasaan (Sibarani, 2019). memahami mengenai organ
Berdasarkan hasil wawancara reproduksinya saja, melainkan remaja
bahwa sikap pelaku terhadap perilaku akan mematuhi aturan agama, adat
pelecehan seksual anak dibawah umur istiadat dan hukum terkait perilaku
yaitu memiliki sikap positif terhadap seks. Sehingga secara tidak langsung
tindakan pelecehan, sehingga pelaku remaja lebih siap secara mental dan
cenderung ingin melakukan perbuatan material
tersebut apabila merasakan

174
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

Pemeberian pendidikan seks ketika melihat anak dibawah umur


sedini mungkin sangat berperan dalam maupun lawan jenis yaitu melakukan
mencegah terjadinya penyimpangan tindakan yang normal akan tetapi
seksual, perilaku seksual bebas dapat berubah ketika pelaku
bahkan mencegah pelecehan seksual. mengalami peningkatan hasrat
Pendidikan diberikan dalam frekuensi seksual, dalam pengaruh minuman
yang sering dengan isi yang beralkohol dan memiliki peluang dan
berkualitas khususnya nilai moral, kesempatan, pelaku akan berani
pengendalian diri serta nilai agama melakukan tindakan pelecehan
mampu meningkatkan kewaspadaan seksual. Tindakan yang pelaku
dan rasamenjaga diri dari perilaku lakukan ketika sedang mengalami
seksual. dorongan seks yaitu segera mencari
Sebagai kesimpulan bahwa pelampiasan dengan melakukan
pelaku memiliki sikap cenderung ingin onani, ataupun mencari korban yang
melakukan perbuatan pelecehan rentan. Tindakan yang pelaku lakukan
apabila merasakan peningkatan hasrat ketika melihat teman melakukan
seksual. Selain itu pelaku memiliki pelcehan seksual terhadap anak
sikap yang mudah untuk mengikuti dibawah umur yaitu tidak ada tindakan
ajakan teman dalam melakukan apa-apa hanya berupa penyesalan
tindakan pelecehan. Meskipun bagi diri sendiri.
demikian ada rasa penyesalan dan Tindakan terdiri dari berbagai
tidak akan mengulangi atas sikap dan tingkatan, yaitu : 1) Persepsi
perilaku tersebut. Sehingga (perception), mengenal dan memilih
pentingnya untuk meningatkan berbagai objek sehubungan dengan
pengetahuan dan pendidikan guna tindakan yang akan diambil
perubahan sikap pelaku dalam merupakan tindakan tingkat pertama.
bertindak. 2) Respon terpimpin (guided respons),
dapat melakukan sesuatu sesuai
3. Tindakan dengan urutan yang benar sesuai
Tindakan dipandang sebagai dengan contoh merupakan indicator
tingkah laku yang dibentuk oleh pelaku tindakan tingkat kedua. 3) Mekanisme
sebagai ganti respon yang didapat dari (mechanism), apabila seseorang telah
dalam dirinya. Tindakan sesorang dapat melakukan sesuatu dengan
menghasilkan karakter yang berbeda benar secara otomatis, atau sesuatu
sebagai hasil dari bentuk proses itu sudah merupakan kebiasaan maka
interaksi dalam dirinya sendiri itu. ia sudah mencapai tindakan tingkat
Untuk bertindak seseorang individu ketiga. 4) Adaptasi (adaptational),
harus mengetahui terlebih dahulu apa adaptasi adalah suatu praktek atau
yang dia inginkan. Dia harus berusaha tindakan yang sudah berkembang
menentukan tujuannya, dengan baik (Solehati, Rufaida, et al.,
menggambarkan arah tingkah lakunya, 2022).
memperkirakan tindakan orang lain, Sebagai kesimpulan bahwa
mengecek dirinya sendiri dan tindakan yang wajar dilakukan pelaku
menggambarkan apa yang dilakukan ketika melihat anak dibawah umur
oleh faktor–faktor lain. Hal itulah yang maupun lawan jenis. Namun akan sulit
sering memacu dirinya sendiri pada mengontrol tindakan ketika sedang
saat menghadapi situasi yang mengalami dorongan seksual
melemahkannya. ditambah lagi dengan pengaruh
Berdasarkan hasil wawancara minuman beralkohol, serta peluang
bahwa tindakan yang pelaku lakukan dan kesempatan. Pelaku merasakan

175
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

hal yang wajar ketika mengetahui ada didukung oleh lingkungan yang
temen yang menjadi pelaku pelecehan memberikan kesempatan, maka
anak dibawah umur. Sehingga perlu sangat mudah terjadi suatu kejahatan
adanya perubahan kebiasaan negative salah satunya perilaku pelecehan
dan meningkatkan kegaiatan yang seksual terhadap anak dibawah umur.
positif seperti kegiatan keagamaan dll, Menurut Utomo dan Hartanto, (2018)
untuk merubah segala perbuatan dan selain faktor internal yang berasal dari
tindakan yang dapat merugaikan pribadi, faktor eksternal salah satunya
orang lain. lingkungan mempunyai pengaruh yang
besar dalam menentukan kejahatan
4. Lingkungan yang bisa terjadi. Pengaruh lingkungan
Faktor lingkungan sangat menentukan bagaimana
mempengaruhi tindakan pelecehan seseorang, apakah ia akan menjadi
seksual pada anak. Lingkungan sosial orang jahat atau baik.
tempat hidup seseorang banyak Sebagai kesimpulan keadaan
berpengaruh dalam membentuk lingkungan pertemanan pelaku yang
tingkah laku kriminal, sebab pengaruh sering melakukan hal-hal negatif
sosialisasi seseorang tidak akan lepas sehingga banyak dari teman
dari pengaruh lingkungan. Pelaku dilingkungan pelaku yang menjadi
melakukan pencabulan tersebut dipicu pelaku dan juga korban pelecehan.
oleh keadaan lingkungan sekitarnya Pelaku berada dilingkungan
yang didominasi oleh orang-orang pertemanan yang melakukan sex
yang melakukan pencabulan, bebas merupakan hal yang sering
menonton video porno, minum terjadi dan dianggap wajar. Sehingga
minuman keras, dan penggunaan perlunya peran pemerintah terkait dan
obat-obatan terlarang (Marwa, 2016). masyarakat untuk merubah perilaku
Berdasarkan hasil wawancara buruk di masyarakat dengan berbagai
bahwa keadaan lingkungan tetangga upaya salah satunya meningkatkan
pelaku yaitu melakukan kegiatan pengetahuan terkait tindakan
bertani namun keadaan lingkungan pelecehan seksual terhadap anak
pertemanan pelaku yang sering dibawah umur.
melakukan hal-hal negative sehingga
banyak dari teman dilingkungan 5. Keluarga
pelaku yang menjadi pelaku dan juga Keluarga merupakan lembaga
korban pelecehan. Hal yang sering pertama dalam kehidupan anak,
dilakukan dengan teman dilingkungan tempat ia belajar dan menyatakan diri
pelaku yaitu berkumpul hingga dini sebagai makhluk sosial. Segala
hari melakukan minum minuman sesuatu yang dibuat anak
keras, dan menonton video porno dll. mempengaruhi keluarganya, begitu
Pelaku berada dilingkungan pula sebaliknya. Keluarga memberikan
pertemanan yang melakukan sex dasar pembentukan tingkah laku,
bebas merupakan hal yang sering watak, moral dan pendidikan kepada
terjadi dan dianggap wajar. Salah satu anak. Pengalaman interaksi di dalam
dari pelaku pernah mengalami keluarga akan menentukan pula pola
pelecehan seksual namun hanya tingkah laku anak terhadap orang lain
diselesaikan secara adat, sehingga dalam masyarakat (Solehati, Septiani,
pelaku ingin melakukan balas dendam et al., 2022).
dengan melakukan pelecehan seksual. Berdasarkan hasil wawancara
Seseorang yang memiliki bahwa kegiatan yang sering pelaku
gangguan pada kejiwaannya serta lakukan ketika di rumah yaitu seperti

176
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

pada umumnya masyarakat masing. Sehingga perlu adanya


diperkampungan seperti menonton tv, komunikasi yang baik antara anak dan
main HP, dan membantu keluarga orang tua, perlu adanya pendidikan
pertani. Pelaku ada yang didik dengan seks untuk anak. Orang tua perlu
cukup keras dan adajuga yang dididik memberi pemahaman terkait seks, hal
sewajarnya, seperti disekolahkan dll. ini harus dilakukan bertahap sesuai
Sikap orangtua pelaku ketika dirumah dengan perkembangan anak.
yaitu seperti pada umumnya orang tua
diperkampungan, namun sangat IV. CONCLUSION
jarang dialakukan edukasi terutama 1. Pengetahuan
terkait pelecehan seksual. Interaksi Pelaku tidak memiliki
anggota keluarga sangat jarang terjadi pengetahuan yang baik dengan latar
dikarenakan kesibukan masing- belakang pendidikan yang rendah.
masing. Pelaku hanya mengetahui tindakan
Anak yang tidak dicintai oleh pelecehan seksual, merupakan
orang tua dan keluarganya biasanya tindakan kekerasan seperti
cenderung menjadi orang dewasa pemerkosaan, yang dapat merugikan
yang membenci dirinya sendiri dan seseorang. Penyebab pelaku ingin
merasa tidak layak untuk dicintai, serta melakukan perilaku pelecehan seksual
dihinggapi rasa cemas. Perhatian dan pada anak dibawah umur disebabkan
kesetiaan anak dapat terbagi karena munculnya nafsu seksual yang tidak
tingkah laku keluarganya. Timbul rasa terkontrol, pengaruh minuman keras,
takut yang mendalam pada anak-anak adanya kuasan dan kesempatan.
di bawah usia enam tahun jika Perilaku sex bebas merupakan hal
perhatian dan kasih sayang orang yang wajar dan biasa dilakukan di
tuanya berkurang, anak merasa kalangan pelaku.
cemas terhadap segala hal yang bisa 2. Sikap
membahayakan hubungan kasih Pelaku memiliki sikap positif
sayang antara ia dan orang tuanya. terhadap tindakan pelecehan,
Dalam penelitian (Handayani, sehingga pelaku cenderung ingin
2017) menunjukan untuk mencegah melakukan perbuatan tersebut apabila
kasus kekerasan seksual pada anak merasakan peningkatan hasrat
perlu adanya komunikasi yang baik seksual. Pelaku memiliki sikap yang
antara anak dan orang tua, perlu mudah untuk mengikuti ajakan teman
adanya pendidikan seks untuk anak. dalam melakukan tindakan pelecehan.
Orang tua perlu memberi pemahaman Meskipun demikian ada rasa
terkait seks, hal ini harus dilakukan penyesalan dan tidak akan
bertahap sesuai dengan mengulangi atas sikap dan perilaku
perkembangan anak. Komunikasi yang tersebut.
harmonis juga perlu terjadi antara
orang tua dan anak agar anak dapat 3. Tindakan
terbuka (Sulastri, 2019). Tindakan yang wajar dilakukan
Sebagai kesimpulan bahwa pelaku ketika melihat anak dibawah
Pelaku ada yang didik dengan cukup umur maupun lawan jenis. Namun
keras dan adajuga yang dididik akan sulit mengontrol tindakan ketika
sewajarnya, seperti disekolahkan sedang mengalami dorongan seksual
meskipun banyak dari pelaku yang ditambah lagi dengan pengaruh
putus sekolah. Interaksi anggota minuman beralkohol, serta peluang
keluarga sangat jarang terjadi dan kesempatan. Pelaku merasakan
dikarenakan kesibukan masing-

177
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

hal yang wajar ketika mengetahui ada Perundang Undangan Dan


temen yang menjadi pelaku pelecehan Hukum Pidana Islam, 6(2), 108–
anak dibawah umur. 109.
4. Lingkungan Dewi, I. A. A. (2019). Catcalling:
Keadaan lingkungan Candaan, pujian atau pelecehan
pertemanan pelaku yang sering seksual. Acta Comitas: Jurnal
melakukan hal-hal negatif sehingga Hukum Kenotariatan, 4(2), 198–
banyak dari teman dilingkungan 212.
pelaku yang menjadi pelaku dan juga Friedrich, W. N., Fisher, J. L., Dittner,
korban pelecehan. Hal yang sering C. A., Acton, R., Berliner, L.,
dilakukan dengan teman dilingkungan Butler, J., Damon, L., Davies, W.
pelaku yaitu berkumpul hingga dini H., Gray, A., & Wright, J. (2001).
hari melakukan minum minuman Child Sexual Behavior Inventory:
keras, dan menonton video porno dll. Normative, psychiatric, and sexual
Pelaku berada dilingkungan abuse comparisons. Child
pertemanan yang melakukan sex Maltreatment, 6(1), 37–49.
bebas merupakan hal yang sering Hartini, W., Hayati, H., & Nurhaeni, N.
terjadi dan dianggap wajar. (2021). Edukasi Pencegahan
5. Keluarga Kekerasan Seksual Berpengaruh
Kegiatan yang sering pelaku Terhadap Persepsi Anak
lakukan ketika di rumah yaitu seperti Prasekolah Di Kabupaten
pada umumnya keluarga Cirebon. Jurnal Akper Buntet:
diperkampungan seperti menonton tv, Jurnal Ilmiah Akper Buntet
main HP, dan membantu keluarga Pesantren Cirebon, 5(1), 48–53.
pertani. Pelaku ada yang didik dengan Jatmikowati, T. E., Angin, R., &
cukup keras dan adajuga yang dididik Ernawati, E. (2015). Model dan
sewajarnya, seperti disekolahkan materi pendidikan seks anak usia
meskipun banyak dari pelaku yang dini perspektif gender untuk
putus sekolah. Interaksi anggota menghindarkan sexual abuse.
keluarga sangat jarang terjadi Jurnal Cakrawala Pendidikan,
dikarenakan kesibukan masing- 34(3).
masing. Lalor, K., & McElvaney, R. (2010).
Child sexual abuse, links to later
REFERENCES sexual exploitation/high-risk
sexual behavior, and
Arriola, K. R. J., Louden, T., Doldren, prevention/treatment programs.
M. A., & Fortenberry, R. M. Trauma, Violence, & Abuse,
(2005). A meta-analysis of the 11(4), 159–177.
relationship of child sexual abuse Lubis, M. R. (2018). Pelecehan
to HIV risk behavior among Seksual Terhadap Anak Di Bawah
women. Child Abuse & Neglect, Umur Dalam Persfektif Hukum
29(6), 725–746. Islam Dan Hukum Pidana. Jurnal
Bahri, S. (2015). Suatu kajian awal Hukum Kaidah: Media Komunikasi
terhadap tingkat pelecehan Dan Informasi Hukum Dan
seksual di aceh. Jurnal Masyarakat, 17(3), 178–194.
Pencerahan, 9(1). Marwa, M. (2016). Pengetahuan, sikap
Bahri, S. (2021). Model pengawasan dan keterampilan guru sebagai
anak dalam upaya pencegahan prevensi terhadap kekerasan
pelecehan seksual di lingkungan seksual pada anak. Journal An-
pesantren. Legalite: Jurnal Nafs: Kajian Penelitian Psikologi,

178
SITTI DAHLIA/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO. 3 (2022)

1(1), 51–68. Kekerasan Seksual Anak di


Rosyidah, F. N., & Nurdin, M. F. Indonesia: Scoping Review.
(2018). Perilaku menyimpang: Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
media sosial sebagai ruang baru Anak Usia Dini, 6(3), 2201–2214.
dalam tindak pelecehan seksual Sulastri. (2019). Kekerasan Seksual
remaja. Jurnal Pemikiran Dan Terhadap Anak: Relasi Pelaku-
Penelitian Sosiologi, 2(2), 38–48. Korban, Pola Asuh Dan
Rusyidi, B., Bintari, A., & Wibowo, H. Kerentanan Pada Anak. Jurnal
(2019). Pengalaman dan Psikologi Malahayati, 1(2), 61–71.
pengetahuan tentang pelecehan Sulistiyowati, A., Matulessy, A., &
seksual: studi awal di kalangan Pratikto, H. (2018). Psikoedukasi
mahasiswa perguruan tinggi seks: Meningkatkan pengetahuan
(experience and knowledge on untuk mencegah pelecehan
sexual harassment: a preliminary seksual pada anak prasekolah.
study among indonesian Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
university students). Share: Social 6(1), 17–27.
Work Journal, 9(1), 75–85. Sumera, M. (2013). Perbuatan
Sakalasastra, P. P. (2012). Dampak Kekerasan/Pelecehan Seksual
psikososial pada anak jalanan Terhadap Perempuan. Lex et
korban pelecehan seksual yang Societatis, 1(2).
tinggal di Liponsos anak
surabaya. UNIVERSITAS
AIRLANGGA.
Sari, R., Nulhaqim, S. A., & Irfan, M.
(2015). Pelecehan seksual
terhadap anak. Prosiding
Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 2(1).
Sibarani, S. (2019). Pelecehan
Seksual dalam Sudut Pandang
Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
SOL JUSTISIO, 1(1 April), 98–
108.
Solehati, T., Rufaida, A., Ramadhan,
A. F., Nurrahmatiani, M., Maulud,
N. T., Mahendra, O. S., Indah, V.
R., Rahman, W. A., Hermayanti,
Y., & Kosasih, C. E. (2022).
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Orang Tua dalam Mencegah
Kekerasan Seksual pada Anak.
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 6(5), 5342–5372.
Solehati, T., Septiani, R. F., Muliani,
R., Nurhasanah, S. A., Afriani, S.
N., Nuraini, S., Fauziah, S.,
Pratiwi, S. D., Alam, S. P., &
Hermayanti, Y. (2022). Intervensi
Bagi Orang Tua dalam Mencegah

179

You might also like