Professional Documents
Culture Documents
SOAL IX Teks Cerita Inspiratif
SOAL IX Teks Cerita Inspiratif
Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan
katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga
di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan
akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan
sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik
ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai
mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk
berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah
layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan
memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan
itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung
pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal
yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk
menampung setiap kepahitan itu.”
(1)Suatu hari, Burung Gereja berjalan-jalan ke hutan. (2) Ia ingin sekali menemui teman-
temannya, tetapi tidak ada satu pun temannya yang terlihat. (3) Ia lalu berjalan ke tepi
hutan. (4) Di tempat Pak Tani, Burung Gereja melihat Burung Merak, Burung Beo,
Burung Murai Batu, dan Burung Elang dalam perangkap Pak Tani. (5) “Kami hendak
dijual ke kota,” kata Burung Beo. (6) Burung Merak, Burung Beo, Burung Murai Batu,
dan Burung Elang terlihat murung. (7)“Kasihan sekali mereka,” kata Burung Gereja. (8)
Dia ingin sekali menolong, tetapi bagaiman caranya?
Rendy sejak kecil merupakan kesayangan keluarganya. Dia selalu mendapat dukungan
dari keluarganya dalam segala hal. Dia dikenal anak yang selalu ingin menang. Di sekolah
dia menggemari sepak bola. Dalam pikirannya banyak akal agar dapat bermain bola. Jika
tidak menemukan bola, ia akan membuat bola dari gulungan kaos kaki teman-temannya.
Setiap hari Rendy mempunyai ide kreatif agar dapat bermain bola. Rutinitas Rendy
terbawa hingga remaja. Akhirnya, di usia remaja ia mendapatkan prestasi yang luar biasa.
Bahkan menjadi siswa yang terkenal di sekolahnya.
“Senna, ayo ke bagian sana!” seru Mbak Tasya yang sedang menyusul ibu dan
kakaknya ke bagian lain candi.
“Iya, sebentar,” Senna kembali mengikuti alur cerita sejarah Hindu-Budha yang ada. Ia
terus memperhatikan gambar-gambar tersebut hingga saat tersadar, mata Senna tidak
dapat menangkap sosok ibu dan kedua kakaknya. Rasa panik menjalar di tubuh Senna. Ia
mencoba berjalan ke bagian lain candi tetapi keluarganya tidak juga ia temukan.
Di sisi lain, Ibu dan kedua kakak Senna juga tengah mencarinya. Mereka mendatangi
tempat terakhir bersama Senna, tetapi Senna sudah tak lagi berada di sana. Takut nantinya
semakin terpecah, mereka memutuskan untuk tidak berpencar. Telah dicarinya ke seluruh
penjuru candi, Senna tak juga ditemukan.
Berdasarkan struktur teks cerita inspiratif kutipan teks tersebut termasuk bagian …
A. orientasi
B. pemunculan konflik
C. konflik
D. peleraian
Kutarik selimutku menutupi pundak. Kakiku kram, beku sedingin es. Aku memang
berharap agar suara kentongan itu berhenti, berganti suara lain. Tetapi, bukan suara
bisikan tengah malam seperti ini.
“Jikalau aku Titir, maukah kau mendengarkanku? Maukah? Dengar ak ….”
“Kakak!” teriakku refleks.
Kak Gilang tersentak, berusaha mengumpulkan seluruh ruhnya dari alam bawah
sadar. Sejurus kemudian, ia memandangku kesal.
“Siapa yang menyuruhmu membaca buku-buku horor?!” serunya.
“Dinda yang sering membawanya ke rumah! Aku tidak suka baca tentang hantu!”
elakku, “Kakak, barusan aku dengar….”
Berdasarkan struktur teks cerita inspiratif kutipan teks tersebut termasuk bagian …
A. orientasi
B. pemunculan konflik
C. konflik
D. peleraian
8. Bacalah teks berikut!
"Kamu, siswa baru, rupanya pintar, ya?" ejek Indah, ketua kelas. Begitu pula teman-
teman yang lainnya mengejek Dita sebagai penyontek ulung. "Aku tidak menyontek,
sungguh! Aku mengerjakan sendiri!" Sanggah Dita sembari menekan rasa takut.
"Bohong! Buktinya, waktu kamu duduk di belakang itu hasil ulanganmu jelek!" bentak
Indah, "Ta ...Tapi.aku tidak rnenyontek," kata Dita hampir menangis. "Sudahlah mana
ada pencuri mau mengaku atas perbuatannya," sela Bambang dengan nada mengejek.
"Begini saja, kalau kamu memang betul-betul tidak menyontek, nanti kalau ada ulangan
lagi, kamu harus duduk di kursi paling belakang sana itu, dan buktikan bahwa kamu pun
bisa memperoleh nilai sembilan tanpa Melati!" ujar Indah memberi keputusan.
Yulia meloncat turun dari dalam angkot. O ... o ...! Tinggal delapan menit lagi untuk
bisa tiba dengan selamat di kelas. Tak ada waktu untuk berlambat-lambat. Yulia
bergegas menyeberang jalan dan berlari terbirit-birit menuju pintu gerbang sekolahnya.
Sebenarnya, kalaupun terlambat, Yulia masih bisa masuk. Paling-paling hanya
mendapat tugas tambahan. Tetapi bagi Yulia, itu sudah merupakan sebuah aib. Di mata
Yulia, terbayang-bayang wajah ayah ibunya hingga membuatnya enggan bermalas-
malas. Bagaimana mungkin ia tega bersantai-santai, sementara kedua orang tuanya
sibuk membanting tulang?
Pelajaran yang dapat diambil dari kutipan cerita tersebut adalah ....
A. berhati-hati bila menyeberang jalan raya
B. berjalan cepat dan tidak boleh bersantai-santai
C. mempertimbangkan untung dan ruginya
D. ingat jerih payah dan pengorbanan orang tua.
Ia pun pasrah, menyerahkan segalanya pada kehendak Tuhan. Ia akan berusaha ikhlas
dengan apa pun yang akan terjadi pada istrinya. Kini, ia hanya bisa memanjatkan doa-doa
sepanjang malam demi kesembuhan istrinya. Tak jarang ia menitikkan air mata.
Hingga sampailah ia pada sebuah malam yang beku. Cuma ada suara binatang malam ke
dalam biliknya, yang tiba-tiba membangunkan istrinya dari tidur. Ia berjingkat dari
posisinya yang semula bersila sembari menggumamkan doa-doa panjang, menghampiri
istrinya yang terengah seolah ada yang menghentakkannya.
“Pa, sebelum ibu mati, ibu ingin sekali saja ketemu dengan Sodik!” Ia memeluk
istrinya, dan sedanau pedih menggenang di pelupuk matanya.
“Ayo, Cung masuk!” Seruan Bapak mengejutkanku dari lamunan. Bapak melebarkan
mulut plastik bening berukuran besar, seukuran karung beras. Cukup muat untuk ukuran
badanku yang kecil.
“Pak, arus sungainya kencang.” Aku tidak segera masuk ke dalam plastik karena cemas.
“Tidak Cung. Jangan khawatir. Ini sedikit kencang saja. Ayo nanti ketinggalan
belajarnya,”seru bapak dengan tetap tenang.
Aku mulai memasukkan kakiku satu persatu ke dalam plastik. Sampai akhirnya seluruh
tubuhku berada di dalamnya dengan posisi meringkuk. Kemudian, bapak memasukkan
udara, lalu mengikatnya. Ini biasa kami lakukan saat akan pergi ke sekolah yang berada
jauh menyebrang sungai. Ide bapak saat jembatan tidak bisa digunakan lagi untuk
menyebrang. Karena berpikir airnya mengalir tidak terlalu deras dan kedalaman air yang
setinggi antara pinggang dan dada orang dewasa, muncullah ide ini dari bapak agar
seragam yang aku kenakan tidak terkena air dan agar aku tetap bisa sekolah.
(1)Aneh, bapak selalu terlihat ceria dan semangat yang tak pernah luntur. Setelah
seharian lelah memancing dan tak ada hasilnya. (2) Namun, yang kulihat di wajah bapak
hanyalah semangat berapi-api dan bahagia yang tak pernah aku lihat dari bapak-bapak
manapun. (3) Sepanjang jalan pulang, bapak selalu mengajakku bersenda gurau. (4) Aku
yang sangat lelah dan bosan hanya ikut tersenyum saja meladeni bapak. (5) Aku tak bisa
seperti bapak.
Simpulan makna simbol semangat berapi-api pada teks cerpen tersebut adalah…
A. semangat bekerja
B. semangat memancing
C. semangat mengobrol
D. semangat membara
Pikiran Yuni tetap tak beralih dari kartu-kartu pos yang ingin dibacanya. Malam itu juga
ia mengajak ibunya mengambil kartu-kartu itu kembali dari gudang. Tetapi, ibu
menasihati, kalau sudah larut malam dan sebaiknya kartu-kartu itu dicari esok hari saja.
Yuni sebenarnya tidak bisa menerima. Tapi, apa boleh buat, ia sadar, ia harus banyak
istirahat setelah pulang dari rumah sakit.
SOAL URAIAN
[…]
Ayahnya tersenyum, tetapi pasangan muda yang duduk di dekatnya memandang
perilaku kekanak-kanakan lelaki yang berusia 24 tahun dengan kasihan. Tiba-tiba
lelaki tersebut kembali berseru, “Ayah, awan itu terlihat berlari mengejar kita!”
Pasangan ini tidak bisa menahan risih mereka dan berkata kepada orang tua lelaki
tersebut, “Mengapa Anda tidak membawa anak Anda ke dokter ahli jiwa?” Orang tua
itu tersenyum dan berkata, “Saya sudah membawanya ke dokter, dan kami baru saja
pulang dari Rumah Sakit.