You are on page 1of 20

MAKALAH SISIPAN ORTHODONSIA II

APLIKASI INDEKS PONT MODEL BELAJAR DALAM


BIDANG ORTODONTI

Colinda Clara Shinta Devianti


2011-11-137

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Sisipan Orthodonsia
II dan membahas tentang Indeks Pont, selain itu makalah ini juga bertujuan agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami secara jelas mengenai hal tersebut.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat


terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak. Didalam proses pembelajaran sangatlah diperlukan suatu panduan. Baik
yang berasal dari buku-buku bacaan, jurnal, internet, dosen dan masih banyak
lagi. Dengan adanya panduan-panduan tersebut maka proses belajar akan
menjadi lebih mudah.
Oleh karena itu saya berusaha untuk menyuguhkan sebuah makalah yang
saya harapkan dapat membantu pembaca dalam belajar tentang Aplikasi Indeks
Pont Model Belajar dalam Bidang Orthodonti. Di dalam makalah yang saya buat
ini, mengambil bahan dari beberapa jurnal, buku bacaan dan referensi sehingga
data yang saya sajikan ini merupakan data-data terbaru. Untuk mempermudah
memahami saya membuat kata-kata yang sederhana dalam penulisan makalah
ini. Selain itu makalah ini saya buat dengan mengambil bagian-bagian yang
penting saja.
Untuk semua pihak yang ikut serta dalam upaya penyelesaian makalah ini
saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Terutama dosen pengajar
kuliah sisipan Orthodonsia II dan bagi pembaca yang ingin memberikan saran
dan kritik saya terima untuk penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, Agustus 2014


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………..…....i

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..…..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………..……….............................1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….........................1

1.3 Maksud dan Tujuan …………………………………………………...............................1

BAB II ISI

2.1 Analisis Model Belajar……………….….....................………..…………………….……2


2.2 Analisis Pont………………………………………………………………………………....3
2.3 Faktor yang mempegaruhi ukuran mesiodistal gigi….............……..……………….….8
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan …………………………………...……………………………………….…..12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..……………………….................14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis lebar dan panjang lengkung gigi serta tinggi palatum dapat dilakukan
pada model studi. Analisis Pont salah satu diantara beberapa analisis model
studi yang telah lama digunakan di bidang ortodonti.

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupun rahang bawah serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi
pada rahang antagonisnya dinilai dalan arah sagiital, transversal, dan vertical. .

Metode yang sering digunakan sebagai metode diagnostik praperawatan


dalam kedokteran gigi adalah indeks Pont dan analisa Bolton. Indeks Pont
digunakan untuk menentukan lebar lengkung ideal terutama maksila
berdasarkan jumlah lebar empat insisivus (sentralis dan lateralis) maksila dikali
100% dibagi 80 untuk lebar interpremolar atau dibagi 64 untuk lebar intermolar.

Pont membuat sebuah metode untuk menentukan lebar lengkung ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont
menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi
melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi.

Karena analisa indeks Pont merupakan metode yang sering digunakan


sebagai metode diagnostik praperawatan dalam kedokteran gigi, maka dalam
makalah ini saya akan membahas aplikasi indeks pont model belajar dalam
bidang orthodonti lebih mendalam.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Analisis Model Belajar?
2. Apa yang dimaksud dengan Indeks Pont?
3. Apa tujuan dari Indeks Pont?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi?

1.3. Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui definisi dari Analisis Model Belajar
2. Untuk mengetahui apa itu indeks Pont
3. Untuk mengetahui kegunaan dari Analisis Pont dibidang ortodonti
4. Untuk mengetahui cara penggunaan Analisis Pont
BAB II
(ISI)

2.1. Analisis Model Belajar

2.1.1. Model Belajar


Model belajar adalah model tiruan rahang atas dan bawah yang terbuat
dari gypsum. Model belajar merupakan catatan mengenai keadaan gigi geligi
pasien, baik sebelum perawatan, tengah perawatan, maupun setelah perawatan.

Model belajar dapat memberikan informasi tambahan di samping informasi


lain yang diperoleh dari berbagai prosedur diagnostik lain seperti analisis
sefalometri, foto Roentgen dan lain-lain, guna menegakkan diagnose,
pengukuran dan perhitungan untuk penentuan rencana perawatan ortodonti.

2.1.2 Analisis Model Belajar


Analisis model belajar dapat dilakukan pada masing-masing model rahang
atas dan rahang bawah secara terpisah, serta model studi dalam keadaan oklusi
pada penilaian tiga arah yaitu sagital, transversal, dan vertical.
Pada persiapan analisis model belajar, model belajar untuk analalis model
belajar harus meliputi seluruh anatomi yang penting, termasuk ketinggian
vestibulum yang maksimal.

tampak depan tampak kiri tampak kanan

Model belajar harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus
akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak
sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang
dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga
dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin,
sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup
tinggi, maka hasil analisis tidak akurat. Model belajar dengan basis segi tujuh,
yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta
diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat analisis dan
menyenangkan untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien.

2.1.3. Macam – macam Analisis Model Belajar

Analisis model belaiar secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu
dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara
lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi
kelas I, kelas II, atau kelas II Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati
maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah
transversal antara lain meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah,
asimetri lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal
antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun
posterior, dan ketinggian palatum.

2.1.3.1. Penilaian Model Belajar berdasarkan Arah Sagital

Penilaian berdasarkan arah sagital Untuk mengetahui apakah gigi


mengalami labio versi atau linguo versi, bidang harus tegak lurus bidang
horizontal dan melalui C kanan – kiri, membedakan mesial-distal dan
anterior-posterior. Menentukan apakah gigi mengalami neutroklusi,
distoklusi, atau mesioklusi.

(neutroklusi) (mesioklusi)

(distoklusi)
2.1.3.2. Penilaian Model Belajar berdasarkan Arah Transversal
Penilaian berdasarkan arah transversal untuk mengetahui apakah gigi
mengalami buko versi, palato versi, crowding, spacing berdasarkan bidang yang
berhimpit dengan garis median dan tegak lurus terhadap bidang horizontal plane.

(palatoversion)

2.1.3.3. Penilaian Model Belajar berdasarkan Arah Vertikal


Untuk mengetahui apakah gigi mengalami open bite, deep bite, infra versi
atau supra versi, harus berpedoman pada dataran oklusal. Yang dimaksud
dengan dataran oklusal yaitu suatu bidang yang ditarik melalui oklusal gigi molar
pertama atas dan bawah, dan gigi-gigi insisivus atas dan bawah.
2.2. Analisis Pont

2.2.1. Pengertian dan Tujuan dari Indeks Pont


Salah satu analisis model studi yang banyak digunakan ialah analisis Pont.
Analisis Pont diperkenalkan pada tahun 1909 bertujuan untuk menentukan lebar
lengkung gigi maksila yang ideal dari jumalha lebar mesiodistal insisivus sentralis
dan lateralis kanan dan kiri maksila. Selain itu analisis pont juga digunakan untuk
membantu dalam menentukan lengkung gigi yang tergolong sempit, lebar, atau
normal, menentukan perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap legkung gigi, dan
menentukan besarnya kemungkinan ekspansi pada regio premolar dan molar
(Iyyer,2003). Semua pengukuran indeks Pont hanya dilakukan pada lengkung
gigi maksila (Gupta dkk, 1979). Alasan Pont memilih keempat gigi Insisivus
maksila adalah untuk penyederhanaan metode determinasi lengkung. Indeks
Pont sebesar 80 pada regio premolar dan 64 pada regio molar (Joondeph dkk,
1970).

Pont mengemukakan gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar


untuk membentuk susunan yang normal.jika jumlah lebar mesiodistal insisivus
maksila pada model gigi dan pengukuran jarak interpremolar dan jarak intermolar
diketahui, maka indeks Pont diperoleh melalui cara:

a. Indeks Premolar = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila x 100


Jarak interpremolar
b. Indeks Molar = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila x 100
Jarak interpremolar

Lebar mesiodistal gigi diperoleh dengan mengukur jarak dari titik kontak
mesial ke titik kontak distal gigi yang terbesar dengan menggunakan jangka
sorong. Dimensi mesiodistal gigi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi profil wajah. Titik pengukuran yang dipergunakan merupakan
cekung distal pada oklusal gigi premolar pertama untuk mengukur jarak
interpremolar dan pada cekung mesial pada permukaan oklusal pada gigi molar
pertama maksila untuk mengukur jarak intermolar seperti yang diperlihatkan
pada gambar
A
(interpremolar) : titik terendah dari fissure transversal gigi P1

B (intermolar): titik perpotongan antara fissure transversal dengan fisura bukal


gigi M1

Lengkung gigi yang normal mempunyai hubungan konstan antara jumlah


lebar mesiodistal keempat insisivus permanen rahang atas. Lengkung gigi yang
ideal adalah gigi-geligi yang terletak dalam lengkung rahang tanpa adanya
crowding. Terdapat korelasi antara lebar lengkung gigi intermolar dan lebar
lengkung gigi interpremolar dengan jumlah lebar mesiodistal gigi empat insisivus
rahang atas.

Lebar lengkung di daerah premolar disebut sebagai pengukuran nilai


interpremolar (MPV). MPV adalah jarak dari distal pit pada permukaan oklusal
premolar pertama kanan atas ke distal pit premolar pertama kiri atas. Lebar
lengkung molar disebut sebagai pengukuran nilai intermolar (MMV), MMV adalah
jarak dari mesial pit pada permukaan oklusal kanan atas ke mesial molar
pertama pit molar pertama kiri atas. Jika hasil pengukuran MPV dan MMV sama
dengan hasil pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior menurut
indeks Pont, dikatakan lebar lengkung gigi tersebut sesuai dengan ukuran gigi
geligi pada lengkung rahang dan dapat meletakkan gigi dalam lengkung
rahang tanpa adanya crowding.

Indeks Pont terbagi menjadi dua yaitu lebar lengkung gigi anterior dan
lebar lengkung gigi posterior. Indeks Pont digunakan untuk menentukan lebar
lengkung gigi anterior dan posterior, yang bertujuan untuk
a. Menentukan apakah lebar lengkung gigi normal atau kurag
b. Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral
c. Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar
dan molar
d. Mengetahui apakah suatu lengkung mengalami kontraksi, distraksi atau
normal

Derajat kontraksi/distraksi mild degree hanya 5mm, medium degree antara


5-10mm, dan extreme degree lebih dari 10mm.

2.2.2. Metode Pont


Dasar dari metode Pont adalah lengkung gigi dengan sususan gigi teratur
terdapat hubungan antara jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas
dengan lebar lengkung premolar pertama dan intermolar pertama.

Lengkung gigi yang ideal adalah gigi-geligi yang terletak dalam lengkung
rahang tanpa adanya crowding. Terdapat korelasi antara lebar lengkung gigi
intermolar dan lebar lengkung gigi interpremolar dengan jumlah lebar mesiodistal
gigi empat insisivus rahang atas. indeks Pont diperoleh melalui cara:

a. Indeks Premolar = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila x 100


Jarak interpremolar
b. Indeks Molar = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila x 100
Jarak interpremolar

Jarak insisivus tetap maksila dan premolar adalah jarak pada garis
sagittal anterior, titik pertemuan insisivus tetap sentral dan titik dimana garis
sagittal tersebut memotong garis transversal yang menghubungkan premolar
satu maksila pada palatum.

Untuk menggunakan Tabel Pont sebelumnya harus terlebih dahulu


menghitung jumlah mesio distal keempat gigi incisivus rahang atas. Setelah
mendapatkan jumlah mesiodistal keempat insisivus tersebut, selanjutnya melihat
kolom paling kiri dari table Pont dibawah ini. Misalnya jumlah mesiodistal
keempat gigi incisivus adalah 28mm, maka indeks Premolar perhitungannya
adalah 35mm, indeks Molar perhitungan 44mm. Setelah itu barulah
dibandingkan dengan indeks premolar dan indeks molar pada pengukuran di
model studi.
TABEL INDEKS PONT
2.3. Faktor yang mempengaruhi ukuran indeks Pont
Variasi dalam ukuran mesiodistal gigi mempengaruhi ukuran indeks pont,
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:

2.3.1 Faktor Keturunan (Genetik)


Faktor keturunan dapat mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi. Faktor
keturunan yang dimaksud adalah genetik. Faktor genetik mempunyai pengaruh
terbesar dalam menentukan ukuran mesiodistal gigi. Penelitian sebelumnya
menyatakan pengaruh factor genetic sangat kuat dengan estimasi gambaran
morfologis mahkota sebesar 90%. Pada saudara kembar dengan hubungan
darah, ditemukan hampir tidak ada variasi ukuran mesiodistal gigi.

2.3.2. Faktor Ras


Ukuran lebar mesiodistal gigi antara ras Kaukasoid, Mongoloid dan
Negroid masing-masingnya berbeda. Menurut penelitian lebar mesiodistal gigi
orang berkulit hitam lebih besar dibandingkan lebar mesiodistal gigi orang
berkulit putih.

2.3.3. Faktor Jenis Kelamin


Perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal
gigi. Lebar mesiodistal mahkota gigi pada laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan perempuan. Di Turkey, penelitian diperoleh dari 142 subjek sampel, 64
laki-laki 78 perempuan. Dengan range umur sekitar 14-15 tahun, dipilih secara
acak dari populasi pasien yang datang ke Fakultas Kedokteran Gigi Kirikkale,
Turkey. Hasil penelitian tersebut menyebutkan memang ada perbedaan antara
lebar mesiodistal gigi pada laki-laki dan perempuan namun perbedaannya tidak
terlalu signifikan.

2.3.4. Faktor Lingkungan


Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor
keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap ukuran lebar mesiodistal gigi
adalah sekitar 20%. Penelitian pada populasi Turkey di Turkey, dan populasi
Turkey di Malaysia, diperoleh orang Turkey yang lahir dinegaranya dibandingkan
dengan yang lahir di Malaysia mempunyai ukuran mesiodistal gigi yang berbeda
akibat faktor lingkungan yaitu nutrisi.

2.3.5. Faktor Suku


Faktor sukuu juga mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal gigi. Penelitian
Swasono (2004) pada suku Madura dan Jawa diperoleh anak laki-laki populasi
Madura lebih besar dari populasi Jawa. Penelitian Thu K M dkk (2005) oada
suku Cina, Melayu dan India diperoleh lebar mesiodistal gigi suku Cina lebih
besar dan dari suku Melayu dan suu Melayu lebih besar dari suku India.

2.3.6. Faktor Penyakit


Kelainan bawaan dapat mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi permanen.
Anomali ukuran gigi adalah seperti Dens Evaginatus, Dens Invaginatus,
Makrodonsia, Mikrodonsia dan Taurodonsia. Dens Evaginatus adalah tonjolan
ekstra yang langsing serta runcing pada permukaan oklusal. Dens Invaginatus
adalah terdapat struktur gig didalam gigi. Sering dikenali sebagai Dens in Dente.

dens evaginatus : suatu anomali pertumbuhan, terdiri dari tonjol ekstra yang langsing,
runcing pada permukaan oklusal atau ridge bukal triangular.
dens invaginatus : malformasi pertumbuhan gigi yang menunjukkan adanya lipatan
email dan     dentin bagian dalam yang masuk dan meluas hingga ke dalam rongga
pulpa dan kadang-kadang meluas hingga ujung akar. ( Albertus dkk, 2008)

makrodontia : ukuran gigi lebih besar daripada gigi normal.


Mikrodontia : ukuran gigi lebih kecil dari normal.

taurodontia: pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi.


BAB III
KESIMPULAN

Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupun rahang bawah serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi
pada rahang antagonisnya dinilai dalan arah sagiital, transversal, dan vertikal.

Salah satu analisis model studi yang banyak digunakan ialah analisis Pont.
Analisis Pont membantu dalam menentukan lengkung gigi yang tergolong
sempit, lebar, atau normal, menentukan perlu tidaknya ekspansi lateral terhadap
legkung gigi, dan menentukan besarnya kemungkinan ekspansi pada regio
premolar dan molar (Iyyer,2003). Semua pengukuran indeks Pont hanya
dilakukan pada lengkung gigi maksila (Gupta dkk, 1979). Alasan Pont memilih
keempat gigi Insisivus maksila adalah untuk penyederhanaan metode
determinasi lengkung. Indeks Pont sebesar 80 pada regio premolar dan 64 pada
regio molar (Joondeph dkk, 1970).

Pont mengemukakan gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar


untuk membentuk susunan yang normal.jika jumlah lebar mesiodistal insisivus
maksila pada model gigi dan pengukuran jarak interpremolar dan jarak intermolar
diketahui, maka indeks Pont diperoleh melalui cara:

a. Indeks Premolar = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila x 100


Jarak interpremolar
b. Indeks Molar = jumlah mesiodistal keempat insisivus maksila x 100
Jarak interpremolar

Jarak insisivus tetap maksila dan premolar adalah jarak pada garis sagittal
anterior, titik pertemuan insisivus tetap sentral dan titik dimana garis sagittal
tersebut memotong garis transversal yang menghubungkan premolar satu
maksila pada palatum.

Untuk menggunakan Tabel Pont sebelumnya harus terlebih dahulu


menghitung jumlah mesio distal keempat gigi incisivus rahang atas. Setelah
mendapatkan jumlah mesiodistal keempat insisivus tersebut, selanjutnya melihat
kolom paling kiri dari table Pont dibawah ini. Misalnya jumlah mesiodistal
keempat gigi incisivus adalah 28mm, maka indeks Premolar perhitungannya
adalah 35mm, indeks Molar perhitungan 44mm. Setelah itu barulah
dibandingkan dengan indeks premolar dan indeks molar pada pengukuran di
model studi.

Tujuan dari Indeks pont, adalah

a. Menentukan apakah lebar lengkung gigi normal atau kurag


b. Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral
c. Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar
dan molar
d. Mengetahui apakah suatu lengkung mengalami kontraksi, distraksi atau
normal

Derajat kontraksi/distraksi mild degree hanya 5mm, medium degree antara


5-10mm, dan extreme degree lebih dari 10mm.

Variasi dalam ukuran mesiodistal gigi mempengaruhi ukuran indeks pont,


Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
tersebut berupa faktor keturunan, ras, jenis kelamin, suku, lingkungan, dan
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Celebi, Ahmet Arif. Nov 2011,”Determination and Application of Pont’s
Index in Turkish Population”. Department of Orthodontics, Faculy of Dentistry,
Kirikkale University Merkez,71200 Kirikkale, Turkey.

Rathi, Meena Kumari, Mubassa Fida,Dec 2008,”Applicability of Pont’s


Index in Orthodontics”.The Aga Khan University Hospital, Karachi, India.

Premkuar Sridhar, 2008,”Orthodontic Prep Manual for


Undergraduates”,Elsevier,New Delhi, India

You might also like