You are on page 1of 7

Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud

OBJEKTIF :
dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean
4
1. Mahasiswa Dapat Memahami Tata Cara Penghitungan dan Pemungutan.
2. Mahasiswa Dapat Memahami Saat Terutang.
3. Mahasiswa Dapat Memahami Tata Cara, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak.
4. Mahasiswa Dapat Memahami Sanksi.

4.3 Pendahuluan
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean merupakan penyerahan yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Orang pribadi atau
badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan dan
tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010 yang
berlaku per 1 April 2010. Berikut akan disampaikan tata cara penghitungan, pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak
tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

4.4.1 Tata Cara Penghitungan dan Pemungutan


Dengan Mengacu pada Pasal 3A ayat (3) Undang-Undang PPN dan PPnBM bahwa
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean harus dipungut
oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut. Atas pemungutan tersebut harus pula disetor dan
dilaporkan yang tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak disebut sebagai berasal
dari luar Daerah Pabean apabila orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau
berkedudukan di luar Daerah Pabean menyerahkannya ke dalam Daerah Pabean tidak
melalui atau tidak atas nama Bentuk Usaha Tetapnya yang berada di dalam Daerah Pabean.
Apabila penyerahannya dilakukan melalui atau atas nama Bentuk Usaha Tetap yang berada
di dalam Daerah Pabean, maka terhadap penyerahan tersebut berlaku ketentuan PPN atas
Topik 4.4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean

penyerahan dalam negeri.


Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dapat berupa hak-hak
sepen hak paten, hak oktroi, hak cipta, dan hak menggunakan merek dagang, yang
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, baik yang berstatus sebagai Pengusaha Kena
Pajak maupun yang berstatus bukan sebagai Pengusaha Kena Pajak, di dalam Daerah
Pabean Indonesia.
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dapat berupa jasa-jasa sebagai berikut:
1. Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean, yang melekat pada atau ditujukan untuk
barang tidak bergerak yang berada dalam Daerah Pabean dan dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau badan, baik yang berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak maupun yang
berstatus bukan sebagai Pengusaha Kena Pajak, di dalam Daerah Pabean Indonesia,
misalnya jasa perencanaan atau penggambaran bangunan.
2. Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean, yang melekat pada atau ditujukan untuk
barang bergerak yang berada atau dimanfaatkan di dalam Daerah Pabean dan
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, baik yang berstatus sebagai Pengusaha
Kena Pajak maupun yang berstatus bukan sebagai Pengusaha Kena Pajak, di dalam
Daerah Pabean Indonesia, misalnya jasa persewaan rig atau pengeboran minyak dan jasa
persewaan alat-alat berat.
3. Jasa yang dilakukan secara fisik di dalam Daerah Pabean. Sebagai contoh jasa konsultan,
jasa pengacara, jasa akuntan, dan jasa surveyor.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean dihitung dengan cara:
a. Sebelas persen (11%) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak bila dalam jumlah yang dibayarkan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai; atau
b. Sebelas per seratus sebelas (11/111) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau
seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak bila dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
dibayarkan sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

Dalam hal tidak ditemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis untuk jumlah yang
dibayarkan atau seharusnya dibayarkan sebagaimana dimaksud di atas atau ditemukan
adanya kontrak atau perjanjian tertulis, akan tetapi tidak dengan tegas dinyatakan bahwa

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean

dalam jumlah kontrak atau perjanjian sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang dihitung sebesar 11% (sebelas persen) dikalikan dengan
jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

Berikut contoh Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai:


Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, dihitung sesuai dengan
keadaannya, salah satu cara menghitung di antaranya adalah sebagai berikut:
1. 11% x jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak, apabila dalam
jumlah tersebut tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Contoh: Jumlah yang dibayarkan Rp110.000.000,00PPN yang terutang:
=11% x Rp110.000.000,00
= Rp12.100.000,00.
Dengan total biaya menjadi 110.000.000+12.100.000 =Rp.122.100.000
2. 11/111× jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak, apabila
dalam jumlah tersebut sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Contoh: Jumlah yang dibayarkan (termasuk PPN) Rp111.000.000,00 PPN yang terutang:
= 11/111× Rp111.000.000,00
= Rp11.000.000,00.
3. Bila tidak diketemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis untuk pembayaran kepada
pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak, atau
meskipun diketemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis, akan tetapi tidak dengan
tegas dinyatakan bahwa dalam jumlah kontrak atau perjanjian sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai, maka Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung sebesar:

11% x jumlah yang dibayarkan atau yang seharusnya dibayarkan kepada pihak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean.
Contoh: Jumlah yang dibayarkan Rp110.000.000,00 PPN yang terutang
= 11% x Rp 110.000.000,00
= Rp12.100.000,00.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean

4.4.2 Saat Terutang


Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah terjadi pada saat Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut mulai dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau badan di dalam Daerah Pabean Indonesia.
Saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean, adalah saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa
peristiwa berikut ini:
1. Saat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak secara nyata
digunakan oleh pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak tersebut, meskipun belum didukung oleh bukti-bukti yang formal,
seperti kontrak atau perjanjian tertulis; Pemanfaatan secara nyata dapat diartikan antara
lain telah digunakannya Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
sesuai dengan tujuannya, misalnya dalam hal pemanfaatan merek dagang, telah dibuat
label dan dijahit atau ditempel pada Barang Kena Pajak yang diproduksi.
2. Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut, yang didukung antara lain dengan adanya
surat pengakuan utang atau telah dicatat dalam pembukuan sebagai utang, maupun
berdasarkan bukti-bukti lain; atau
3. Saat harga jual Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau penggantian Jasa Kena
Pajak ditagih oleh pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut, yang didukung antara lain bukti penagihan, baik
tertulis maupun tidak tertulis, dari pihak yang menyerahkan kepada pihak yang
memanfaatkan;
4. Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkan Barang Kena
Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut.
Apabila saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan
angka 4 di atas tidak diketahui, maka saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah tanggal
ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean

4.4.3 Tata Cara, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak


Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dipungut oleh orang pribadi atau badan yang
bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean. Orang pribadi atau
badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean harus mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak yang berwenang atas wilayah tempat
tinggal atau tempat kedudukan orang pribadi atau badan tersebut.
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean, harus disetorkan seluruhnya ke Kas Negara paling lama tanggal 15 (lima
belas) bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak. Tempat penyetoran dimaksud adalah
PT Pos Indonesia, atau
Bank persepsi. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas
nama Wajib Pajak Luar Negeri yang menyerahkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean. Surat Setoran Pajak yang digunakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai ketentuan umum
dan tata cara perpajakan dengan ketentuan:
1. Kolom "Nama WP" dan "Alamat WP" di sisi nama dan alamat orang pribadi atau badan
yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan
Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa kena Pajak ke dalam Daerah Pabean.
2. Pada kolom "NPWP" diisi dengan angka 0 (nol), kecuali kode Kantor Pelayanan Pajak
diisi dengan kode Kantor Pelayanan Pajak dari pihak yang memanfaatkan Barang Kena
Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak.
3. Pada kotak "Wajib Pajak/Penyetor" diisi nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak pihak
yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, Pajak Pertambahan Nilai yang telah dipungut dan disetor
tersebut harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk
Masa Pajak/bulan terutangnya pajak. Dalam hal pembayaran PPN tersebut berkaitan dengan
kegiatan usaha yang terutang PPN, maka PPN tersebut merupakan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tersebut
diperlakukan sebagai laporan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean

Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak, wajib melaporkan
pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai tersebut dengan mempergunakan
lembar ke SSP paling lama akhir bulan berikut setelah saat terutangnya pajak, kepada
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat
kedudukan badan tersebut.

4.4.4 Sanksi
Bagi orang pribadi atau badan yang melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
setelah melewati batas waktu, yaitu paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah saat terutangnya pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean

Sumber :
Waluyo. 2019. Perpajakan Indonesia. Penerbit Salemba Empat.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum

You might also like