You are on page 1of 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM


Disusun oleh : Nama : Resa Ayu Aprilia NIM : 09.70.0023 Kelompok : C8

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009

1. DESKRIPSI ACARA Praktikum Kimia Dasar ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 September 2009. Dimulai pada pukul 14.30 17.00 WIB. Ada beberapa percobaan yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu : Ketelitian Alat-alat Ukur Mengetahui alat ukur mana yang paling teliti diantara alat ukur yang lain. Pembuatan Larutan NaCl Mengamati perubahan yang terjadi pada larutan NaCl setelah ditunggu beberapa menit. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret Menghitung perbedaan waktu ketika melakukan titrasi dengan metode cepat dan metode lambat. Pengenceran Mengencerkan Titrasi Mengetahui langkah titrasi beserta prinsip kerjanya, mengetahui reaksi yang terjadi dan menghitung konsentrasi laruan yang dititrasi. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus Mengenal jenis gas, dari bau yang keluar pada larutan ketika dilakukan pemanasan. larutan yang semula pekat serta menghitung konsentrasinya setelah larutan tersebut diencerkan.

2. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan mengenal alat alat praktikum kimia dasar I beserta fungsi dan cara penggunaannya dalam laboratorium, mengetahui ketelitian alat-alat ukur , mengetahui cara pembuatan larutan NaCl dengan aquadestilata sesuai standar NaCl yang diberikan, mengetahui cara titrasi dan mengetahui perbedaan waktu antara penurunan dengan lambat dan penurunan dengan cepat, mengetahui cara perhitungan konsentrasi larutan setelah proses pengenceran, mengetahui cara melakukan titrasi dan reaksi yang terjadi ketika titrasi dan mengetahui cara perhitungan konsentrasi larutan dititrasi, mengenal jenis gas dengan menggunakan kertas lakmus.

3. MATERI METODE 3.1. Materi 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur 100 ml, labu takar, erlenmeyer, gelas arloji, buret, pipet gondok, pipet tetes, penjepit, kaki tiga, segitiga, kasa, tabung reaksi, corong, neraca digital, gelas piala, pipet ukur, pengaduk, bunsen, statif dan klem. 2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadestilata, larutan NaCl, larutan H2SO4, larutan NaOH, indikator PP, larutan NH4Cl dan kertas lakmus merah. 3.2. Metode 3.1. Ketelitian Alat Ukur Aquadestilata dituangkan ke dalam gelas ukur hingga mencapai 100 ml, kemudian pindahkan aquadestilata tersebut ke dalam labu takar lalu catat ketelitiannya. Setelah dari labu takar, pindahkan aquadestilata tersebut ke dalam erlenmeyer dan catat lagi ketelitiannya. 1.2.2. Pembuatan Larutan NaCl NaCl ditimbang sebanyak 2 gram atau 5 gram sesuai dengan ketentuan kelompok masing-masing, NaCl ditimbang menggunakan gelas arloji yang diletakkan di atas neraca digital. Kemudian larutkan NaCl tersebut dilarutkan dengan aquadestilata hingga mencapai 100 ml di dalam gelas piala. Kemudian larutan tersebut dipindah ke dalam labu takar dan air aquades ditambahkan menggunakan pipet tetes sampai miniskus tepat tanda batas (miniskus terlihat sejajar dengan mata). perubahan yang terjadsi dan catat hasilnya. Tunggu 5 menit, amatilah

3.2.4. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Air destilata dimasukkan ke dalam buret pada sembarang angka. Lalu air destilata tersebut dikeluarkan 10 ml secara lambat (kran buret tidak dibuka secara maksimal) kemudian hitung waktunya menggunakan stopwatch sampai destilata keluar sebanyak 10 ml, dan catat miniskusnya. Kemudian keluarkan lagi 10 ml air destilata secara cepat (kran buret dibuka secara maksimal) kemudian hitung waktunya menggunakan stopwatch sampai telah keluar 10 ml dan cata miniskusnya. 3.2.4. Pengenceran Larutan H2SO4 0,3 N diambil sebanyak 5 ml menggunakan pipet gondok, kemudian masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan menambahkan air destilata. Pengenceran harus sekali jadi. Setelah mendekati tanda tera, gunakan pipet tetes menambahkan air destilata sedikit demi sedikit. 3.2.5. Titrasi Buret dicuci menggunakan cairan pencuci. Setelah itu dibilas menggunakan NaOH. Ambil larutan H2SO4 yang telah diencerkan tadi sebanyak 10 ml menggunakan pipet gondok, lalu masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan indikator PP sebanyak 3 sampai 4 tetes menggunakan pipet tetes. Lalu kran buret dibuka secara perlahan sehingga titran menetes. Erlenmeyer tersebut digoyang secara terus menerus dan secara perlahan. Penghentian titran ketika penambahan setetes NaOH memberikan warna merah sangat muda yang tidak hilang saat erlenmeyer digoyang. 3.2.6. Pengenalan Gas Dengan Kertas Lakmus Larutan NH4Cl diambil 2 ml kemudian masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 2 ml larutan NaOH. Tabung reaksi tersebut dipegang menggunakan penjepit lalu dipanaskan dan digoyang-goyangkan. Mulut tabung jangan diarahkan ke muka sendiri atau muka orang lain, condongkan ke tempat yang kosong. Saat mendidih, zat dalam tabung jangan sampai keluar jadi tabung harus diangkat ketika zat akan keluar dari tabung. Apabila dari dalam tabung sudah keluar asap, cium bau asapnya dan segera hadapkan kertas lakmus merah ke asap yang keluar dari tabung, amati perubahan warna yang terjadi pada lakmus. 3. HASIL PENGAMATAN

4.1. Ketelitian Alat-alat Ukur Kelompok C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 Alat Labu Takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Labu takar Erlenmeyer Ketelitian (ml) < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml < 100 ml

4.2. Pembuatan Larutan NaCl Kelompok C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 Massa NaCl (gram ) 2 gr 2 gr 2gr 2gr 5 gr 5 gr 5 gr 5 gr 5 gr Pengamatan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan

4.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret Kelompok Metode Volume Waktu 6 Pengamatan

C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9

Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat Cepat Lambat

10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml

00 : 12 :23 02 : 20 : 00 00 : 36 : 00 01 : 51 : 00 00 : 26 : 19 01 : 59 : 12 00 : 04 : 70 05 : 42 : 13 00 ; 26 : 69 04 : 39 : 71 00 : 06 : 37 02 : 47 : 00 01 : 05 : 09 05 : 23 : 34 00 : 17 : 00 03 : 06 : 00 00 : 42 : 72 07 : 19 : 00

Tetap Setelah 5 menit turun Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Sedikit turun Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap

4.4. Pengenceran Kelompok C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 Vol. H2SO4 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml Konsentrasi awal 0,3 N 0,3 N 0,3 N 0,3 N 0,3 N 0,3 N 0,3 N 0,3 N 0,3 N Vol. H2SO4 akhir 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml Konsentrasi akhir 0,015 N 0,015 N 0,015 N 0,015 N 0,015 N 0,015 N 0,015 N 0,015 N 0,015 N

4.5. Titrasi dengan Buret Percobaan Volume NaOH C1 1,3 ml 0,115 N C2 1,5 ml 0,1 N C3 1,3 ml 0,115 N C4 1,3 ml 0,115 N C5 1,8 ml 0,083 N C6 1 ml 0,15 N C7 1,2 ml 0,125 N C8 1,1 ml 0,136 N C9 1,3 ml 0,115 N 4.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus Kelompok C1 Gas yang terbentuk NH3 Sifat Basa Normalitas

Bau Pesing

Warna Biru

C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9

NH3 NH3 NH3 NH3 NH3 NH3 NH3 NH3

Basa Basa Basa Basa Basa Basa Basa Basa

Pesing Pesing Pesing Pesing Pesing Pesing Pesing Pesing

Biru Biru Biru Biru Merah jadi Biru Biru Biru Biru

5. PEMBAHASAN 5.1 Ketelitian Alat-Alat Ukur Setelah dilakukan percobaan menggunakan labu takar, erlenmeyer dan gelas ukur ternya 8

alat yang paling tinggi ketelitiannya adalah labu takar. Hal ini terjadi karena skala pada labu takar lebih kecil ukurannya daripada skala pada erlenmeyer dan gelas ukur. Oleh karena itu gelar ukur dan erlenmeyer sering tidak teliti dan akurat dalam pengukuran. 5.2. Pembuatan Larutan NaCl Pada percobaan ini, dibuat larutan NaCl dengan massa yang berbeda yaitu 2 gram dan 5 gram. Ternyata pada saat dilakukan percobaan dan kemudian diamati, didapatkan hhasil yang sama antara NaCl yang bermassa 2 gram dengan NaCl yang bermasssa 5 gram. Yaitu sama-sama tidak mengalami perubahan (tetap) dengan warna yang sama yaitu bening. Padahal sudah dibuat dengan massa yang berbeda, tetapi tetap tidak ada perbedaan. Apabila konsentrasi larutan berbeda seharusnya ada perbedan warna, larutan yang pekat berwarena lebih keruh dibandingkan dengan larutan yang encer atau kurang pekat dari larutan yang lain. Semakin banyak NaCl yang digunakan maka seharusnya semakin keruh larutan tersebut. 5.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret Buret memiliki bentuk silinder kaca rang panjang dan dipasang pada statif, pada bagian statifnya terdapat kunci pipa yang berguna untuk mengeluarkan cairan baik berupa aquadestilata atau berupa larutan. Pada percobaan titrasi dengan menggunakan buret ini, dilakukan dengan dua metode yaitu metode lambat dan metode cepat. Ada beberapa perbedaan antara penurunan dengan metode lambat dan penurunan dengan metode cepat salah satunya yaitu dari segi waktu, penurunan metode lambat membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan penurunan metode cepat membutuhkan waktu yang cukup singkat. Dan setelah ditunggu beberapa menit tidak ada perubahan pada miniskusnya.

5.4. Pengenceran Pengenceran kadang-kadang dilakukan untuk membuat larutan standart dari hasil pengenceeran larutan yang telah tersedia. Pengenceran tetap ada pengawasan yang

lebih. Larutan H2SO4 0,3 N yang telah tersedia diambil sebanyak 5 ml menggunakan pipet gondok dan diencerkan di dalam labu takar hingga volume 100 ml.. Pengenceran diusahakan dilakukan cukup sekali saja, supaya tidak menambahkan zat yang berlebihan. Setelah pengenceran dilakukan, maka dihasilkan larutan yang telah encer dan kemudian dihitung konsentrasi larutan yeng telah diencerkan tersebut. Dan konsentrasi akhir yang di dapat adalah 0.015 N. 5.5. Titrasi Pada saat melakukan titrasi harus benar-benar teliti, semua praktikum memang harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati tetapi untuk praktikum titrasi diperlukan ketelitian dan konsentrasi yang penuh agar tidak melakukan kesalahan. Pada saat titrasi hal yang sukar yaitu ketika kita harus menggunakan tangan untuk menggoyangkan erlenmeyer sedangkan tangan yang lain harus cepat dan sigap untuk menuutup kran yang terus mengeluarkan titran dan bahkan mata kita juga harus tertuju pada erlenmeyer supaya kita tepat waktu untuk menutup kran ketika acairan dalam erlenmeyer berwaran merah muda apabila terus digoyang. Hal itu yang merupakan hal paling sukar dilakukan dalam titrasi. Pada percobaan terjadi reaksi : H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O PP atau fenolftealinyang diteteskan larutan H2SO4 berfungsi sebagai indicator saat perubahan warna merah. Indicator dapat untuk mengetahui titik ekuivalen dan saat indikator menunjukan warna merah disebut dengan titik akhir titrasi ( Purba, 2006 ). Pada percobaan titrasi ini menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi 0,015 N , karena larutan NaOH yang digunakan merupakan hasil pengenceran pada percobaan pengenceran sebelumnya. 5.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Pada percobaan pengenalan gas menggunakan kertas lakmus, larutan yang digunakan adalah NH4Cl dan NaOH. Kedua larutan ini dicampur dengan volume masing-masing larutan yaitu 2 ml. Reaksi yang terjadi antara kedua larutan tersebut adalah NH4Cl + NaOH NaCl + H2O + NH3 . Kertas lakmus merah digunakan untuk menguji gas yang dihasilkan dari campuran larutan tersebut. Setelah kertas lakmus diletakkan di atas asap ynag keluar dari hasil pemanasan laruta tersebut, kertas lakmus merah berubah menjadi

10

biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Ada beberapa tahap untuk melakukan percobaan ini, yang pertama dilakukan adalah larutan NH4Cl 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi dan masukkan juga 2 ml larutan NaOH kedalam tabung reaksi yang sama. Kemudian tabung reaksi tersebut dipegang menggunakan penjepit dan dipanaskan langsung diatas bunsen sambil digoyangkan, mulut tabung jangan dihadapkan atau diarahkan ke muka tetapi diarahkan ke tempat yang kosong supaya ketika suatu ketika zat dalam tabung keluar tidak akan mengenai bagian wajah dan kulit kita yang lain karena hal itu beresiko tinggi. Zat dalam tabung dijaga saat mendidih agar tidak keluar dari mulut tabung, dengan cara tabung diangkat saat zat dalam tabung sudah mulai naik. Lalu gas atau asap yang keluar dibau dengan cara mengibas-ngibaskan telapak tangan diatas mulut tabung kearah hidung. Setelah itu kertas lakmus diletakkan di atas milut tabung dan kenakan asap yang keluar dan amati perubahan warna yang terjadi.

11

6.

KESIMPULAN Alat-alat laboratorium yang kita gunakan memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan praktikum. Labu takar adalah alat yang memiliki ketelitian pengukuran yang tinggi dibandingkan dengan gelas ukur dan erlenmeyer. Semakin banyak NaCl yang digunakan maka semakin keruh larutan tersebut. Tidak ada perubahan miniskus pada saat titrasi baik menggunakan metode cepat maupun lambat, hanya ada perbedaan waktu saja. Larutan yang encer memiliki konsentrasi yang lebih kecil. Indikator PP digunakan untuk mengetahui perubahan warna pada saat titik akhir titrasi. Kertas lakmus merah jika berubah menjadi biru setelah dimasukkan dalam larutan, maka larutan tersebut bersifat basa.

12

7.

DAFTAR PUSTAKA

Godman, A. (1998). Kamus Sains Bergambar. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Purba, Michael. 2006. Kimia. Erlangga. Jakarta.

Sutresna, Nana. 2008. Kimia. Grafindo. Bandung.

13

8. LAMPIRAN 8.1. Perhitungan 8.1.1. Perhitungan pengenceran C1. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N

C2. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N

C3. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N

14

Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N

C6. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N

C4. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N C7. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N C5. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N C8. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? Jawab : V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N

15

Jawab : C9. Diketahui : vol. H2SO4 = 5 ml Konsentrasi awal = 0,3 N Vol. H2SO4 akhir = 100 ml Ditanya : konsentrasi akhir = ? 8.1.2. Perhitungan titrasi Diketahui : Vol. H2SO4 = 10 ml N H2SO4 = 0,015 N Ditanya : N H2SO4? C4. Vol. H2SO4 = 1,3 ml V1 x N1 = V2 x N2 C1. Vol. H2SO4 = 1,3 ml V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0.015 = 1,3 x N2 N2 = 0,115 N C5. Vol. H2SO4 = 1,8 ml V1 x N1 = V2 x N2 C2. Vol. H2SO4 = 1,5 ml V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0,015 = 1,5 x N2 N2 = 0,1 N 10 x 0,015 = 1,8 x N2 N2 = 0,083 N C6. Vol. H2SO4 = 1 ml V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0,015 = 1 x N2 C3. Vol. H2SO4 = 1,3 ml V1 x N1 = V2 x N2 N2 = 0,15 N 10 x 0,015 = 1,3 x N2 N2 = 0,115 N 10 x 0,015 = 1,3 x N2 N2 = 0,115 N V1 x N1 = V2 x N2 5 ml x 0,3 N = 100 ml x N2 N2 = 0,015 N

16

C7. Vol. H2SO4 = 1,2 V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0,015 = 1,2 x N2 N2 = 0,125 N

C8. Vol. H2SO4 = 1,1 ml V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0,015 = 1,1 x N2 N2 = 0,136 N

C9. Vol. H2SO4 = 1,3 V1 x N1 = V2 x N2 10 x 0,015 = 1,3 x N2 N2 = 0,115

17

8.2. Laporan Sementara

You might also like