You are on page 1of 8

1.

Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut
(ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi subtansi asing,
berupa radang paru- paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi. (Nanda 2015).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agens infeksius (Brunner & suddarth 2013).
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami
peradangan dan terisi oleh cairan (Shaleh, 2013).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).

2. Etiologi
Menuruti Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:
1. Bakteri pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcus aureus.
Haemophilus influenzae, mycobacterium tuberculosis,
2. Virus: Influenza, parainfluenza, adenovirus.
3. Jamur Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
ryptococosis. pneumocytis ca
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
5. Inhalasi Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
1. virus sinsisial pernafasan
2 adenovinas
3. virus parainfluenza
4. virus influenza.

3. Tanda dan Gejala

Menurut (Gumelar & Universa, 2020) tanda dan gejala pneumonia yaitu:
1. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
2. Batuk, batuk berdahak
3. Demam tinggi, berkeringat dan menggigil
4. Lebih rendah dari suhu tubuh normal (pada orang dewasa yang lebih tua duri usia
65
dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah), hal unik ini bisa terjadi.
5. Mual, muntah atau diare
6. Sesak napas
7. Mudah lelah dan kelelahan
8.Bayi baru lahir dan bayi mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Atau
mereka mungkin muntah, demam dan batuk, tampak gelisah atau lelah dan tanpa
energi, atau mengalami kesulitan bernapas dan makan.

4. Patofiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada


beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel
bersilia di saluran nafas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme
imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari
pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkanak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami
aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak
tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru
melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat
menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas
bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke
orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis
dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes
simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear
di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret fiat
yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari
imunoglobulin A (IgA).
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal nya
akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti
trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan antibiotika
yang tidak sempurna

5. pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 40.000/ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
leukopenia.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.

d. Analisa Gas Darah


Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan
asidosis respiratorik

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Oksigen 1-2L/menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose
10% NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan
berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengansalin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base: Ampicilin 100 mg/kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian, Kloramfenicol 75 mg/kg BB/ hari dalam 4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base: Cefotaxim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10-15 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara primer yaitu
memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi,
hygiene personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah
memberikan fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan latihan nafas dalam dan batuk
efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.

7. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015), pengkajian
yang harus dilakukan adalah:

a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,

b. Riwayat sakit dan kesehatan

1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.

2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijau- hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil
(onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.

3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita


penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma,
TB paru dan lain sebagainya.

5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap

beberapa obat, makanan, udara, debu.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas

2) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen

3) Tanda-tanda vital:

TD: biasanya normal

Nadi: takikardi

RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal

-Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis

5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru:

Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu
napas Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerahyang
terkena.
Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani - Auskultasi: bisa terdengar ronchi.

6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan

7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang akan muncul pada kasus Pneumonia dengan menggunakan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja

SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:


a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
b. Nafas Tidak Efektif (D.0005)
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. (D.0001) Bersihan L.01004 1.01011
Jalan Nafas Tidak Manajemen Jalan Nafas
Efektif b.d sekresi Setelah dilakukan tindakan Observasi:
yang tertahan keperawatan... x24 jam diharapkan  Monitor bunyi nafas tambahan
inspirasi dan ekspirasi yang tidak  Monitor frekuensi, irama,
memberikan ventilasi adekuat kedalaman dan upaya napas
membaik. Dengan kriteria hasil :  Monitor adanya produksi sputum
a) Dispnea menurun
b)Penggunaan otot bantu nafas Terapeutik
menurun
c) Frekuensi nafas membaik  Pertahankan kepatenan jalan nafas •
d) Kedalaman nafas membaik Posisikan semi foller atau fowler
 Berikan minuman hangat
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

 Ajarkan teknik batuk efektif


 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu

101014

Pemantauan Respirasi Observasi:


Monitor pola nafas, monitor saturasi
oksigen .
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas

Monitor adanya sumbatan jalan nafas


Monitor adanya produksi sputum

Monitor kemampuan batuk efektif •


Monitor hasil X-Ray thoraks

Terapeutik
Atur Interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien

Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
informasikan hasil pemantauan,jika perlu

2. (D.0005) Pola Nafas L.01004 1.01014 Pemantauan Respirasi


Tidak Efektif b.d Observasi:
Hambatan Upaya Nafas Setelah dilakukan tindakan Monitor pola nafas, monitor saturasi
keperawatan 2x24 jam diharapkan oksigen Monitor frekuensi, irama,
inspirasi dan ekspirasi yang tidak kedalaman dan upaya napas
memberikan ventilasi adekuat Monitor adanya sumbatan jalan nafas
membaik. Dengan kriteria hasil : Monitor adanya produksi sputum
Monitor kemampuan batuk efektif
a) Dispnea menurun Monitor hasil X-Ray thoraks
b) Penggunaan menurun otot bantu Terapeutik Atur Interval pemantauan
nafas respirasi sesuai kondisi pasien
c) Frekuensi nafas membaik Edukasi
d) Kedalaman nafas membaik Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

1.01011

Manajemen Jalan Nafas


Observasi:
Monitor bunyi nafas tambahan
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas Monitor adanya produksi
sputum

Terapeutik
Pertahankan kepatenan, jalan nafas
Posisikan semi fowler atau fowler
Berikan minuman hangat Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu

Daftar Pustaka
Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta: Penerbit Mediaction
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Rencana
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).

You might also like