You are on page 1of 44

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENUNJANG

PROSES PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DI MIN 3


KARANGANYAR
ACC DPS, 6 April 2022

Luluk Mauluah, M.Si, M.Pd

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Menyusun Skripsi

Disusun Oleh
MUHAMMAD LUTFI ILHAM RAMADHAN
NIM: 18104080047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
A. Latar Belakang

Pandemi covid-19 sudah berlangsung lebih dari 2 tahun mempengaruhi


berbagai sektor termasuk pendidikan di Indonesia. Pelaksanaan pendidikan di
seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami perubahan mulai dari proses
pelaksanaan hingga desain yang harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Proses pelaksanaan pendidikan sempat mengalami kendala karena perubahan dari
tatap muka ke daring diperlukan sebuah penyesuaian yang tidak mudah dan waktu
yang cukup lama untuk guru, peserta didik, dan orang tua. 1 Proses pembelajaran di
Indonesia beralih ke full daring sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus
Disease (Covid-19) bahwa sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat
personal komputer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan
internet.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar memberikan
ijin seluruh sekolah di Kabupaten Karanganyar untuk menggelar pembelajaran
tatap mula terbatas dengan presentase yang bertahap mulai dari 20% hingga 50%
dengan penerapan protokoler kesehatan yang sangat ketat. Pembelajaran tatap
muka ini disambut baik oleh pihak MIN 3 Karanganyar. Mereka menerapkan
pembelajaran tatap muka terbatas mulai bulan Oktober. Konsep yang diterapkan
oleh MIN 3 Karanganyar merupakan sebuah kegiatan yang disebut Blended
Learning gabungan antara siswa yang belajar secara tatap muka di kelas dan siswa
yang belajar secara daring dari rumah. Beberapa siswa belum bisa mengikuti
pembelajaran tatap muka di kelas karena berbagai hal seperti ijin orangtua. Selama
pembelajaran Blended Learning media berupa powerpoint dan video pembelajaran
sebagai media audio visual sangat memudahkan guru dan siswa dalam menjalani
kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas ini. 2

1
Lingga Dwi Setiawan, ‘Pendidikan Indonesia Di Tengah Pandemi Covid-19’, Prosiding
Seminar Bahasa Dan Sastra Indonesia (Senasbasa), 4, 2020, 432–37.
2
Ganjar Susilo and Ninda Pancarani, ‘Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Blended
Learning Mata Kuliah Kalkulus Lanjut Era Pandemi Covid-19’, JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan

1
Proses pembelajaran campuran atau sering disebut Blended Learning ini
diharapkan mampu menjadi solusi di tengah masa kebiasaan baru atau new normal
yang mana proses pembelajaran belum bisa dilaksanakan secara bersamaan seperti
sebelum pandemi. Penerapan era new normal di pertengahan tahun 2020
memunculkan pertanyaan terutama bagaimana model pembelajaran yang akan
diterapkan oleh pemerintah di tengah beredarnya virus covid-19 yang bahkan
belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Muncul inovasi pada proses
pembelajaran yang diharapkan dapat efektif diterpakan di era new normal yaitu
Blended Learning yang merupakan campuran antara pembelajaran daring dan tatap
muka. Sekolah-sekolah diharapkan mampu menerapkan proses pembelajaran
Blended Learning ini dengan menyesuaikan kondisi lingkungan masing-masing
sehingga dapat menentukan persentase pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
daring.3
Seluruh sekolah di Karanganyar mengikuti arahan dari bupati dalam
menerapkan proses pembelajaran tatap muka dari mulai masa uji coba
pembelajaran tatap muka, 25% tatap muka, 50% tatap muka dan 75% tatap muka
dengan tetap menerapkan disiplin protocol kesehatan. Satgas covid-19 kabupaten
Karanganyar rutin melakukan sidak ke berbagai sekolah terkait dengan disiplin
protocol kesehatan termasuk MIN 3 Karanganyar, mereka mengikuti arahan
pemerintah kabupaten Karanganyar terkait proses pembelajaran pada masa new
normal covid-19 ini dengan baik. Pada awal semester genap ini MIN 3 Karanganyar
sudah memasuki pembelajaran tatap muka 75%. Pembelajaran tatap muka di MIN
3 Karanganyar berjalan normal seperti masa sebelum pandemi covid-19 namun
media-media yang digunakan selama pembelajaran daring tidak sepenuhnya
ditinggalkan begitu saja karena banyak media-media pendukung selama
pembelajaran daring yang masih bisa digunakan walaupun pembelajaran sudah
dilakukan secara tatap muka, selain itu media-media tersebut juga sangat membantu
dalam proses pembelajaran Blended Learning karena sebagian besar adalah media

Matematika), 6.1 (2020), 37 <https://doi.org/10.30998/jkpm.v6i1.7622>.


3
Afroh Nailil Hikmah and Ibnu Chudzaifah, ‘Blanded Learning: Solusi Model
Pembelajaran Pasca Pandemi Covid-19’, Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 6.2 (2020), 83–94
<https://doi.org/10.32489/alfikr.v6i2.84>.

2
social elektronik yang merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang dapat
ditemukan dalam alat elektronik seperti komputer dan handphone yang juga dapat
tersambung dengan koneksi internet. 4 Peserta didik dan guru sudah terbiasa dengan
gawai sehingga gawai tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media untuk proses
pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar.
Blended Learning atau campuran pembelajaran tatap muka dan daring
merupakan hal baru bagi sebagian besar sekolah yang ada di Indonesia bahkan
dunia karena sekolah pada dasarnya guru dan peserta didik berada di dalam satu
ruangan lalu guru mengajar di depan kelas namun setelah munculnya pandemi
covid-19 yang mengharuskan seluruh kegiatan dilakukan di rumah masing-masing
akhirnya dikenal yang sebuah istilah pembelajaran daring atau online. Selama 1
tahun bahkan lebih pembelajaran dilaksanakan secara daring, lalu pada awal tahun
2021 muncul wacana untuk kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka. Pada
pertengahan tahun 2021 yang bertepatan dengan awal semester tahun ajaran baru
pembelajaran tatap muka mulai dilaksanakan secara bertahap dari 25% hingga 75%.
Guru, orang tua dan peserta didik MIN 3 Karanganyar antusias menyambut rencana
ini karena mereka merasa pembelajaran daring kurang efektif dan muncul banyak
keluhan orang tua terkait dengan pembelajaran daring. 5 Pada awal penerapan
Blended Learning ini tentu banyak hambatan muncul seperti waktu pembelajaran
yang dirasa terlalu singkat selama pembelajaran tatap muka terbatas, harus memulai
ulang monitoring peserta didik setelah 1 tahun lebih tidak bertatap muka langsung,
menurunnya kepercayaan diri beberapa peserta didik karena lama tidak bertatap
muka langsung di sekolah, pemahaman materi yang berbeda-beda antara peserta
didik sehingga guru harus berkali-kali mengulang materi yang akhirnya membuat
materi tidak dapat selesai tepat waktu, guru yang harus mengajar 2 peserta didik di
kelas secara tatap muka dan peserta didik yang berada di rumah melalui zoom

4
Yunita Anggraeni Sutanti, Suryanti Suryanti, and Zainal Arifin Imam Supardi,
‘Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Blended Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa SD’, Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4.3
(2021), 594–606 <https://doi.org/10.37329/cetta.v4i3.1461>.
5
Dewi Indah Susanti and Jatut Yoga Prameswari, ‘Adaptasi Blended Learning Di Masa
Pandemi COVID-19 Untuk Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar’, Lingua Susastra, 1.2
(2020), 50–61 <https://doi.org/10.24036/ls.v1i2.8>.

3
meeting sekaligus dan kendala-kendala pembelajaran daring seperti koneksi
internet dan beberapa kendala lain. 6
Selama pembelajaran daring guru dan peserta didik dipaksa untuk mampu
mengoperasikan komputer maupun handphone yang tersambung ke koneksi
internet karena mereka menggunakan whatsapp grub, zoom meeting, google meet,
google classroom, dan berbagai media social lain dalam melaksanakan proses
pembelajaran daring. Sebagian besar guru di MIN 3 Karanganyar memanfaatkan
media-media tersebut dalam proses pembelajaran daring terutama whatsapp grub,
zoom meeting dan google classroom. Selain itu, dalam pembuatan materi media
yang banyak digunakan adalah Youtube sebagai sumber referensi video
pembelajaran dan Powerpoint sebagai tempat pembuatan materi dengan
menggunakan slide-slide yang menarik. Sebenarnya, media audio visual seperti
yang telah disebutkan sudah beberapa kali dicoba bahkan sebelum era pandemi
yang mengharuskan pembelajaran daring, namun penerapannya belum maksimal
dan guru terkesan hanya coba-coba sehingga mereka tidak mendalami media
tersebut karena merasa sulit dan belum lihai dalam mengoperasikan komputer.7
Padahal banyak manfaat yang dapat diambil seiring dengan berkembangannya
teknologi dan terbukti akhirnya para guru dan peserta didik dipaksa untuk bisa
mengoperasikan komputer dan handphone karena 2 benda tersebut yang paling
penting selama pembelajaran daring bersama dengan koneksi internet yang stabil.
Kreativitas guru dapat dituangkan melalui pembuatan media pembelajaran audio
visual dengan membuat ppt dan video pembelajaran, media audio visual dapat
dibuat semenarik mungkin agar dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik
dan membuat pembelajaran menjadi tidak membosankan, menambahkan gambar-
gambar, bentuk-bentuk, dan berbagai gerakan dapat melatih motoric siswa usia

6
Sutanto Trijuni Putro, ‘Problematika Pembelajaran Di Era Pandemi COVID-19 Stud
Kasus: Indonesia, Filipina, Nigeria, Ethiopia, Finlandia, Dan Jerman’, Geomedia: Majalah Ilmiah
Dan Informasi Kegeografian, 18.2 (2020), 50–64
<https://journal.uny.ac.id/index.php/geomedia/article/view/36058>.
7
Elvia Khoiriyah, Zulfatul Azizah, and Abdul Muhid, ‘Program Layanan Bimbingan
Klasikal Dengan Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Masa
Pandemi Covid-19 : Literature Review’, Jurnal Consulenza : Jurnal Bimbingan Konseling Dan
Psikologi, 4.1 (2021), 11–19 <https://doi.org/10.36835/jcbkp.v4i1.945>.

4
SD/MI yang masih dalam masa perkembangan. 8
Berdasarkan latar belakang di atas, komputer dan handphone merupakan
alat paling penting dan sudah lekat ditangan guru maupun peserta didik, maka
penggunaan media audio visual yang beberapa kali digunakan selama pembelajaran
daring dapat diteruskan dan dikembangkan selama proses pembelajaran Blended
Learning. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran blended learing karena selama pembelajaran daring media tersebut
sudah mulai digunakan. Dengan itu, peneliti tertarik untuk penelitian lebih lanjut
mengenai apakah penggunaan media audio visual dapat menunjang proses
pembelajaran Blended Learning dan mengatasi kendala-kendala yang muncul
selama proses pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar. Peneliti
berinisiatif mengambil judul “Penggunaan Media Audio Visual Dalam
Menunjang Proses Pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana penggunaan media audio visual dalam menunjang proses
pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar?
2. Apa saja media pembelajaran audio visual yang digunakan dalam
menunjang proses pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam menunjang proses
pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar
2. Untuk mengetahui media pembelajaran audio visual yang digunakan dalam
menunjang proses pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar

8
F Haryani and D S Sa’diah, ‘Pemanfaatan Teknologi Audio Visual Sebagai Upaya
Peningkatan Minat Belajar Siswa MI Pada Masa Pandemi Covid-19’, Proceedings Uin Sunan …,
34.November (2021)
<https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/proceedings/article/view/494%0Ahttps://proceedings.
uinsgd.ac.id/index.php/proceedings/article/download/494/436>.

5
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Secara teoritik
1) Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menjadi sumbangan
pemikiran terkait penggunaan media audio visual dalam menunjang
proses pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar.
2) Penggunaan media audio visual selama pembelajaran Blended
Learning diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang
muncul
3) Seiring dengan perkembangan teknologi, media audio visual di
harapkan dapat dikembangkan lebih jauh lagi dan penggunaanya
dapat mendukung pendidikan di Indonesia
b. Secara praktis
1) Bagi sekolah
Memberikan pengetahuan tambahan bagi sekolah terkait
penggunaan media audio visual dengan memanfaatkan aset-aset
sekolahan seperti laptop, komputer, dan layar proyektor yang sudah
tersedia.
2) Bagi guru
Memberikan opsi media pembelajaran yang terbarukan seiring
perkembangan teknologi sehingga guru mampu menuangkan
kreativitas mereka melalui media audio visual. Dengan mengenal
media baru diharapakan muncul semangat baru bagi guru dalam
mengajar peserta didik.
3) Bagi siswa
Dengan penggunaan media audio visual seperti ppt dan video
pembelajaran memberikan suasana belajar yang lebih
menyenangkan bagi siswa sehingga semangat belajar semakin
meningkat dan lebih mudah dalam memahami materi.
4) Bagi peneliti

6
Di harapkan dapat memberikan wawasan baru bagi peneliti terkait
penggunaan media audio visual dalam menunjang proses
pembelajaran Blended Learning
D. Kajian Pustaka
1. Landasan Teori
a. Media Pembelajaran
1) Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin, dan merupakan bentuk
jamak dari kata ”medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai
arti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
proses penyaluran pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Sedangkan pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah Bahasa
Inggris yaitu “instruction” atau intruksi. Intruksi sendiri diartikan
sebagai sebuah proses interaksi antara guru dan siswa yang
berlangsung secara dinamis.9
Media dalam bahasa Arab adalah wasā’il ‫ وسائل‬merupakan
jamak dari kata wasīlah ‫س ْيلَة‬
ِ ‫ َو‬yang perantara atau pengantar. Kata
perantara sendiri berarti berada di antara dua sisi atau berada di
tengah antara dua sisi yang berbeda, karena posisinya di tengah
maka dari itu media atau wasīlah menjadi pengantar atau
penghubung dari sisi satu ke sisi lain, dalam proses pembelajaran
maka media atau wasīlah ini mengantarkan atau menghubungkan
materi pembelajaran dari guru sebagai sisi satu kepada peserta didik
sebagai sisi yang lain.10
Menurut AECT (Association of Education and
Communication Technology) yang dikutip oleh Basyaruddin (2002)

9
Rohani, ‘Diktat Media Pembelajaran’, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, 2019, 1–95.
10
Rahimi Rahimi, ‘Konsep Media Pembelajaran Dalam Perspektif Alquran’, Ilmuna:
Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam, 3.2 (2021), 87–101
<https://doi.org/10.54437/ilmuna.v3i2.228>.

7
mengungkapkan bahwa “media adalah segala bentuk yang
dipergunakan untuk proses penyaluran informasi” sedangkan
menurut Steffi Adam dan Muhammad Taufik Syastra (2015) ”media
merupakan segala sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam
proses pembelajaran yang dapat membantu guru untuk
mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan”.11
Menurut Ruth Lautfer (1999) media pembelajaran
merupakan sebuah alat bantu dalam proses belajar mengajar yang
berfungsi untuk menyampaikan materi pembelajaran dari guru
kepada peserta didik sehingga dapat meningkatkan fokus, kreatifitas
dan motivasi belajar peserta didik agar mampu merangsang peserta
didik untuk membaca, menulis, berimajinasi, berbicara, bertanya
dan menjawab. Media pembelajaran akan membuat proses belajar
mengajar menjadi lebih efektif dan efisien serta menciptakan
suasana dan hubungan yang baik antara guru dan peserta didik.
Media pembelajaran juga dapat meningkatkan semangat belajar
peserta didik dan mengatasi kebosanan peserta didik agar mereka
lebih termotivasi kembali dalam belajar. Media dapat berupa apa
saja yang bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran baik
yang berada di kelas maupun di dalam kelas, benda hidup maupun
mati dan berasal dari alam maupun diciptakan oleh manusia. 12
Menurut Yusufhadi Minarso (2011) media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang berwujud maupun tidak berwujud
yang mampu menyalurkan pesan dan merangsang perasaan, pikiran,
perhatian dan kemauan seseorang dalam belajar sehingga tercipta
sebuah proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara sengaja,

11
Talizaro Tafonao, ‘Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Mahasiswa’, Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2.2 (2018), 103
<https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113>.
12
Tafonao.

8
memiliki tujuan yang telah ditentukan, dan dapat dikendalikan
sesuai perancanaan yang telah disusun.13
Menurut Tarigan (2019) media pembelajaran merupakan
sesuatu yang berperan aktif dan efektif dalam meningkatkan
kemampuan membaca peserta didik sehingga mereka mampu
memahami isi materi yang dipelajari. Media pembelajaran sangat
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar agar sebuah materi
mampu dikemas secara efektif dan inovatif dan terlihat lebih
menarik sehingga dapat meningkatkan minat, semangat dan
motivasi belajar peserta didik serta mengatasi kebosanan dalam
proses belajar mengajar. 14
Menurut Ramli (2018) media pembelajaran merupakan salah
satu bagian integral dari sebuah sistem pembelajaran sehingga
media pembelajaran sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan
hasil belajar peserta didik. Kemampuan guru dalam menciptakan
media pembelajaran dan menerapkannya dalam penyampaian materi
kepada peserta didik sehingga menciptakan sebuah pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik menjadi salah
satu kunci keberhasilan proses pembelajaran. 15
Media pembelajaran dapat menambah kemenarikan tampilan
materi sehingga peserta didik dapat melihat sisi menyenangkan dari
materi pembelajaran, melalui media pembelajaran guru
menuangkan materi-materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh
peserta didik, selain itu media juga mampu meningkatkan motivasi
dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus

13
Teni Nurrita, ‘PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA’, Misykat, Volume 03, Nomor 01, Juni 2018
<https://doi.org/10.1088/1742-6596/1321/2/022099>.
14
Farida F Hendra Noviandi, Neviyarni S, ‘Pengembangan Buku Cerita IPS Berbasis
Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Membaca pada Pembelajaran Tematik
Sekolah Dasar', Jurnal Basicedu, 3.2 (2020), 524–32.
15
Rahmatullah Rahmatullah, Inanna Inanna, and Andi Tenri Ampa, ‘Media Pembelajaran
Audio Visual Berbasis Aplikasi Canva’, Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 12.2 (2020), 317–
27.

9
mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektifitas
belajar akan meningkat pula.16 Pada dasarnya media pembelajaran
diciptakan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi
dengan berbagai opsi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Dengan menggunakan media guru dapat menuangkan kreatifitas
mereka dalam berbagai bentuk media, dengan banyaknya variasi
media yang dapat digunakan membuat peserta didik tidak mudah
bosan selama proses pembelajaran.
2) Jenis-jenis media pembelajaran
Media pembelajaran bisa berupa apa saja yang dapat
dimanfaatkan sebagai sesuatu yang menunjang atau membantu guru
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Menurut Arsyad
(2015) beberapa jenis media pembelajaran antara lain.17
1. Media berbasis manusia
Media ini memanfaatkan manusia sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran, contohnya: kegiatan
kelompok, bermain peran, permainan, dan intruksi-
intruksi dari guru kepada peserta didik. Dalam media ini
manusia berperan sebagai pembuat media sekaligus alat
yang digunakan dalam media itu sendiri.
2. Media berbasis cetak
Media ini memanfaatkan alat-alat cetak atau media yang
dibuat menggunakan alat cetak, contohnya: buku materi,
buku latihan, lembaran lepas, dan buku-buku tuntunan.
Media ini banyak memanfaatkan lembar-lembar kertas
dan buku yang dihasilkan melalui proses cetak.

16
Sabran and Edy Sabara, ‘Keefektifan Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran’,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI Makasar,
2019, 122–25
<https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:SS_jKM_r2TAJ:https://ojs.unm.ac.id/s
emnaslemlit/article/download/8256/4767+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id>.
17
Eko Sri Wahyuni and Yokhebed Yokhebed, ‘Deskripsi Media Pembelajaran Yang
Digunakan Guru Biologi Sma Negeri Di Kota Pontianak’, Jurnal Pendidikan Informatika Dan
Sains, 8.1 (2019), 32 <https://doi.org/10.31571/saintek.v8i1.1105>.

10
3. Media berbasis visual
Media ini memanfaatkan alat-alat yang dapat ditangkap
oleh indera penglihatan, contohnya: gambar, slide, grafik,
peta, tabel, dan diagram. Media ini banyak berupa gambar
dan bentuk yang mampu ditangkap oleh mata sebagai
indera penglihatan.
4. Media berbasis audio-visual
Media ini hampir sama dengan visual namun lebih
dikembangkan lagi dengan menambahkan suara-suara
yang mampu ditangkap oleh indera pendengar,
contohnya: video pembelajaran, film, slide powepoint,
televisi dan alat eletronik lain seperti komputer, laptop dan
handphone. Media ini mampu merangsang 2 indera
sekaligus yaitu indera penglihatan (mata) dan indera
pendengaran (telinga) sehingga meningkatkan kualitas
dan efektifitas media penyampaian materi oleh guru
kepada peserta didik
3) Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran menjadi penghubung guru dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik. Media sangat
bermanfaat dalam proses pembelajaran, banyak permasalahan
dalam proses pembelajaran salah satunya terkait dalam
penyampaian materi dan media mampu mengatasi masalah tersebut.
Menurut Rohani (2019) media pembelajaran memiliki manfaat
antara lain.18
1. Media pembelajaran mampu menyeragamkan materi
pembelajaran sehingga mudah dalam penyampaian
2. Media pembelajaran mampu menghindari perbedaan

18
Anita Trisiana, ‘Penguatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui
Digitalisasi Media Pembelajaran’, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 10.2 (2020), 31
<https://doi.org/10.20527/kewarganegaraan.v10i2.9304>.

11
penafsiran antar guru dalam sebuah materi sehingga tidak
terjadi kesenjangan informasi yang diperoleh siswa satu
dengan yang lain
3. Media pembelajaran dapat membuat proses pembelajaran
menjadi lebih menarik dan jelas.
Menurut Levie dan Lentz (2010) media pembelajaran
khususnya media visual memiliki beberapa fungsi antara lain.19
1. Fungsi Atensi
Media pembelajaran berfungsi menarik dan
mengarahkan perhatian peserta didik untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran.
2. Fungsi Afektif
Media pembelajaran berfungsi untuk menciptakan
tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau
membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta
didik, misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras.
3. Fungsi Kognitif
Media pembelajaran berfungsi untuk memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar
atau media-media lain.
4. Fungsi Kompensatoris
Media pembelajaran terutama jenis visual mampu
memberikan konteks untuk memahami teks dan
membantu peserta didik yang lemah dalam membaca

19
Abdul Wahid, ‘Pentingnya Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar’,
Istiqra, 5.2 (2018), 1–11.

12
untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali.
Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional mengidentifikasi terdapat setidaknya delapan manfaat dari
media pembelajaran dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
antara lain.20
1. Penyampaian materi menjadi lebih mudah karena
dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
sehingga peserta didik lebih semangat dan termotivasi
ketika belajar
3. Dengan adanya media, proses pembelajaran menjadi
lebih interaktif dan tidak membosankan karena
terdapat hal-hal baru dalam proses pembelajaran
4. Media pembelajaran dapat meningkatkan efisiensi
waktu dan tenaga
5. Dengan meningkatnya motivasi dan semangat belajar
maka hasil belajar peserta didik juga ikut meningkat
6. Media pembelajaran membuat pembelajaran lebih
fleksibel dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik
terhadap materi serta proses pembelajaran
8. Media dapat mengubah peran guru ke arah yang lebih
positif dan produktif
b. Media pembelajaran audio visual
1) Pengertian media audio visual
Media pembelajaran audio visual merupakan inovasi media
pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi.
Menurut Djamarah (2010) media audio visual adalah media yang

20
Wahid.

13
memiliki unsur suara dan gambar. Media ini memiliki kemampuan
yang lebih baik dari yang lain, karena mencakup kedua media yaitu
media audio dan media visual. Raharja (2000) mengemukakan
bahwa media audio visual adalah media pembelajaran modern
dengan memanfaatkan alat-alat elektronik yang sesuai dengan
perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi)
termasuk media tampak dan terdengar. Selain itu, efektifitas
pembelajaran melalui media visual dapat dilihat dari kesenangan
siswa saat mempelajari (membaca) teks yang bergambar atau
bergerak.21
Budiman & Arif (2017) menjelaskan bahwa media audio
visual merupakan media yang dapat menampilkan gambar serta
memperdengarkan suara yang meliputi media auditif (mendengar)
dan visual (melihat). Audio visual dapat menjadi sebuah alat bantu
dalam proses belajar untuk menularkan pengetahuan, sikap serta ide.
Sehingga Media audio visual merupakan media kombinasi dari
gambar (indera penglihatan) serta suara (indera pendengaran) dalam
satu proses.22
Sadiman (2014) menjelaskan bahwan penggunaan media
audio visual dapat menarik perhatian, memengaruhi sikap, dan
tingkah laku karena media audio visual dapat berupa animasi
bergerak, bentuk, dan gambar yang memiliki pengaruh besar dalam
23
proses pembelajaran. Media audio visual juga relatif mudah
memeroleh gambar, bentuk dan animasi tanpa harus membawa
langsung wujud asli benda yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
Media audio visual merupakan media yang bersifat dapat

21
Haryani and Sa’diah.
22
Khoiriyah, Azizah, and Muhid.
23
Stephanie Victoria Ester and Ratih Kurniasari, 'Pengaruh Edukasi Tentang Anemia
Melalui Media Cetak Dan Media Audio Visual Kepada Remaja Putri ' JGK-Vol.13, No.2 Juli 2021
(’, 13.2 (2021), 97–106.

14
didengar dan dilihat karena mengandung unsur suara dan gambar.
Media audio visual mampu merangsang kemampuan peserta didik
dalam melatih konsentrasi dan fokus dalam proses pembelajaran
karena mereka dituntut untuk mampu menggunakan indera
pendengaran dan penglihatan dengan baik. 24
Azizah, (2016) menjelaskan bawah media audio visual
mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis
sebuah karangan seperti karangan deskriptif karena selain
merangsang indera pendengaran dan indera penglihatan media audio
visual juga mampu merangsang otak dalam mengembangkan
imajinasi peserta didik sehingga muncul ide-ide yang dapat
dituangkan dalam sebuah tulisan seperti karangan deskriptif.25
2) Macam-macam media audio visual
Media audio visual merupakan jenis media yang bersifat
menyerap dengan merangsang indera pendengaran dan indera
penglihatan. Ahmad Rohani (1997) menjelaskan bahwa media
audio visual merupakan media instruksional modern yang sesuai
dengan perkembangan zaman seperti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti alat elektronik dan komunikasi salah satunya
media yang dapat dilihat dan didengar seperti media audio visual.26
Menurut Rudi Bertz macam-macam media audio visual antara lain:27
1) Media audio visual gerak
Media audio visual gerak rata-rata meliputi media yang

24
Asep Iin Muhlisin, ‘PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
AUDIO VISUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM’, 2022, hlm. 11.
25
Edy Suprianto, ‘Implementasi Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Teks Eksplanasi’, Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar, 1.02 (2020), 22
<https://doi.org/10.30742/tpd.v1i02.810>.
26
Muhandis Azzuhri and Jepri Nugrawiyati, ‘Media Audio-Visual Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab Pendahuluan Definisi Media Pembelajaran’, INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan, 6.3 (2018), 348–445.
27
Asep Iin Muhlisin, ‘PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
AUDIO VISUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM’.

15
muncul seiring dengan perkembangan teknologi karena
meliputi pendengaran, penglihatan dan gerak.
Contohnya: televisi, video tape, animasi gerak dan film
2) Media audio visual diam
Media audio visual diam merupakan media yang
menampilkan suara dan gambar tanpa menampilkan
sebuah gerakan dari gambar tersebut. Contohnya: film
bingkai suara yaitu suatu film transparan (transparant)
berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai
berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau plasti dan film
rangkai suara yang sedikit berbeda dengan film bingkai
karena gambar atau frame dalam film merupakan satu
kesatuan.
3) Kelebihan dan kekurangan media audio visual
Media pembelajaran termasuk audio visual pada dasarnya
diciptakan untuk memudahkan proses pembelajaran namun setiap
ciptaan manusia pasti terdapat kelebihan dan kekurangan termasuk
dalam penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran.
Kelebihan media audio visual antara lain. 28
1) Penyampaian pesan dalam proses pembelajaran dapat
lebih terstandar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik dan menyenangkan
bagi peserta didik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan
menerapkan berbagai teori belajar
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif dan
tidak memakan banyak waktu dalam penyampaian
materi oleh guru
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan mengikuti

28
Azzuhri and Nugrawiyati.

16
perkembangan zaman dan teknologi
6) Proses pembelajaran lebih fleksibel karena dapat
berlangsung kapanpun dan di mana pun diperlukan
7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta
proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8) Peran guru mengalami perubahan ke arah yang positif.
Kelebihan lain dari media audio visual adalah kemampuan
yang mungkin timbul dan memengaruhi proses pembelajaran ke
arah yang positif, kemampuan tersebut adalah: 29
1) Kemampuan fiksatif
Kemampuan fiksatif merupakan kemampuan media
dalam menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan
ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada
saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali
seperti kejadian aslinya.
2) Kemampuan manipulatif
Kemampuan manupulatif adalah kemampuan media
dalam menampilkan kembali obyek atau kejadian
dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya,
warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
3) Kemampuan distributif
Kemampuan distributif adalah kemampuan media dalam
menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu
kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau
radio.
Selain memiliki kelebihan seperti yang telah disebutkan di

29
Azzuhri and Nugrawiyati.

17
atas, media pembelajaran juga memiliki beberapa kekurangan
sebagai berikut.30
1) Pengadaan media pembelajaran rata-rata
memerlukan biaya seperti media audio visual dan
tidak semua sekolah dan guru mampu untuk
memberikan fasilitas tersebut
2) Terbatas nya media pembelajaran terutama media
audio visual dibeberapa tempat yang masih sulit
dijangkau energi listrik
3) Beberapa media yang kurang efektif membuat fokus
belajar peserta didik justru pecah dan menganggap
media tersebut sekadar sebuah hiburan dan
melupakan tujuan belajar yang seharusnya
4) Banyaknya materi dan mata pelajaran membuat
media pembelajaran menjadi terbatas penggunaan
nya.
c. Pembelajaran Blended Learning
1) Pengertian pembelajaran
Pembelajaran dan belajar merupakan dua hal yang saling
berkaitan, pada hakikatnya pemebelajaran merupakan sebuah proses
yang telah terorganisir lingkungan di sekitar tempat berlangsungnya
proses belajar untuk menumbuhkan dan mendorong peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar. 31 Proses pembelajaran sendiri
harus memperhatikan konteks dan pengalaman untuk meningkatkan
minat belajar pada peserta didik sehinggal proses belajar dapat
berjalan optimal. Proses pembelajaran yang terorganisir dengan baik
akan menciptakan sebuah kualitas belajar yang efektif dan mampu
meningkatkan minat dan semangat belajar pada peserta didik

30
Azzuhri and Nugrawiyati.
Iain Padangsidimpuan Afridapane, ‘BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Aprida Pane
31

Muhammad Darwis Dasopang’, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 03.2 (2017).

18
sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan
baik oleh peserta didik.32
Dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah interaksi
antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan sebuah
bahan ajar dan sumber belajar yang telah disiapkan lalu disampaikan
menggunakan metode penyampaian dan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi lingkungan belajar.33 Menurut Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung
dalam suatu lingkungan belajar. Secara Nasional, pembelajaran
dipandang sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan
komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan
sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.34
Proses pembelajaran berlangsung ketika sebuah sistem yang telah
tersusun dalam suatu komponen saling berkaitan dan berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan yang sama. 35
Pembelajaran merupakan sebuah interaksi yang dilakukan
oleh guru sebagai pendidik atau pengajar dan peserta sebagai
pembelajar atau orang yang sedang belajar. Pembelajaran dilakukan
untuk membantu pembelajar dalam memperoleh ilmu pengetahuan
melalui perantara pendidik atau dengan kata lain pembelajaran
dilakukan agar peserta didik dapat belajar dan memperoleh ilmu
dengan baik. Proses pembelajaran dilakukan manusia sepanjang
hayat dan dapat dilakukan di mana pun dan kapanpun.36

32
Pendidikan Guru Sekolah Dasar and Jurnal Pesona Dasar, ‘KESESUAIAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN PROSES PEMBELAJARAN’, Universitas Syiah
Kuala, 6.2 (2018), 55–65.
33
Padangsidimpuan Afridapane.
34
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang
Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 6
35
Padangsidimpuan Afridapane.
36
Moh Suardi, Belajar & Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2018).

19
Menurut Poerwadaminta pembelajaran merupakan sebuah
proses yang menekankan pada pola pikir interaktif antara guru
sebagai pendidik dan peserta didik sebagai pembelajar yang erat
hubungannya dengan belajar dan mengajar, sehingga dalam proses
pembelajaran terjadi interksi (belajar dan mengajar) antara pendidik
dan peserta didik.37
Menurut Sun & Feng (2006) definisi pembelajaran memiliki
tiga komponen penting antara lain.38
1. Belajar adalah suatu proses bukan produk. Namun,
karena proses ini terjadi dalam sebuah pikiran, kita
hanya melihat dan menyimpulkan bahwa proses itu
terjadi dari produk yang berwujud pertunjukan siswa
2. Belajar melibatkan perubahan dalam pengetahuan,
keyakinan, perilaku dan sikap, perubahan tersebut
terjadi dari waktu ke waktu, terjadi tidak secara
instan atau singkat dan hasilnya akan bertahan lama
dalam diri dan pikiran seorang pembelajar
3. Belajar bukan sesuatu yang dilakukan kepada siswa
melainkan dilakukan oleh siswa itu sendiri secara
sadar atau tidak sadar sehingga menghasilkan
pengalaman berupa tanggapan dan penafsiran oleh
siswa.
2) Prinsip pembelajaran
Setiap manusia memiliki pandangan masing-masing dalam
menilai dan mendefinisikan arti termasuk definisi pembelajaran.
Para ahli mengemukakan definisi mereka masing-masing melalui
persepsi, pengalaman dan pengamatan mereka. Ada empat prinsip
belajar menurut Manjone (2006) antara lain. 39

37
Nursalim, Manajemen Belajar Dan Pembelajaran (Yogyakarta: Lontar Mediatama,
2018).
38
Suhendi Syam dkk, Belajar Dan Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2022).
39
Suhendi Syam dkk.

20
1. Kedekatan (Contiguity)
Menurut teori kedekatan, materi pembelajaran dan
respon yang diharapkan harus disajikan secara
bersamaan. Ilustrasi dari definisi ini adalah ketika bagian-
bagian mobil ditampilkan pada layar komputer dan siswa
diminta untuk mengklik filter oli sehingga materi
pembelajarannya adalah filter oli dan respon yang
diharapkan adalah mengklik filter oli tersebut.
2. Pengulangan
Menurut teori pengulangan, materi pembelajaran dan
hasil yang diharapkan perlu diulang-ulang untuk
meningkatkan pembelajaran dan retensi pengetahuan.
Pengulangan ini dilakukan sesuai dengan situasi karena
perbedaan situasi akan mempengaruhi perolehan
penguasaan pembelajaran. Pengulangan materi secara
langsung akan menyimpan materi ke dalam memori
namun dalam waktu yang singkat. Peninjuan materi
dengan jeda intermiten seperti harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan akan meningkatkan pembelajaran
dan retensi pengetahuan pada orang disegala usia.
3. Penguatan
Penguatan ini berupa pemberian tugas baru dan
penghargaan atas kinerja yang telah dilakukan. Beberapa
siswa mampu memperoleh kepuasan melalui
penyelesaian tugas dalam rentang waktu tertentu,
kepuasan dari penyelesaian tugas mereka merupakan
sebuah penghargaan intrinsik. Penghargaan lain dapat
datang secara internal maupun eksternal. Mempelajari
materi yang menyenangkan merupakan penghargaan
internal sedangkan menghargai siswa untuk mempelajari
materi-materi tertentu merupakan penghargaan eksternal

21
4. Pembelajaran sosial-budaya
Sebagian studi tentang pembelajaran fokus pada cara
siswa belajar dari model pembelajaran yang telah
ditentukan sehingga gagal mengamati kebutuhan sosial-
budaya siswa, kebutuhan tersebut berupa ilustrasi
gambar, frekuensi presentasi grafis, dan kecepatan
intruksi. Ketiga poin tersebut digunakan untuk
memprediksi pembelajaran dan retensi pengetahuan
3) Model pembelajaran
Setiap manusia mempunyai karakter dan potensi masing-
masing, maka dari itu kebutuhan belajar setiap manusia juga
berbeda-beda sehingga muncul tipe-tipe belajar manusia yang
diutarakan oleh Gagne dalam Siregar & Nara (2017) sebagai
berikut.40
1. Belajar isyarat (signal learning)
Tidak semua manusia memiliki reaksi spontan
terhadap stimulus yang menimbulkan sebuah
respon sehingga dalam konteks inilah signal
learning terjadi.
2. Belajar stimulus dan respon
Dalam tipe ini terjadi pemberian stimulus yang
diterima oleh respon yang tepat lalu reaksi
dikuatkan sehingga terbentuk sebuah perilaku
tertentu
3. Belajar merantaikan
Tipe belajar ini menggunakan gerak-gerak motorik
sehingga terbentuk sebuah rangkaian gerak dengan
urutan tertentu
4. Belajar asosiasi verbal

40
Shilphy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2020).

22
Tipe belajar dengan menghubungkan sebuah kata
dengan berbagai objek seperti makhluk, benda, atau
sebuah kejadian dengan urutan yang tepat
5. Belajar membedakan
Tipe belajar ini memunculkan reaksi yang berbeda-
beda dengan stimulus yang sama
6. Belajar konsep
Tipe belajar ini merupakan bentuk klasifikasi objek-
objek pada kelompok tertentu sehingga
menghasilkan sebuah konsep
7. Belajar memecahkan masalah
Tipe belajar ini menggabungkan berbagai kaidah
untuk memecahkan sebuah masalah lalu
menghasilkan kaidah yang lebih tinggi
Bloom dalam Siregar dan Nara (2017) menggolongkan
tingkatan jenis belajar yang terdiri dari tiga ranah sebagai
berikut.41
1. Ranah kognitif yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi
2. Ranah afektif yang terdiri dari penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan
pola hidup
3. Ranah psikomotor yang terdiri dari persepsi,
persiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan
kreativitas
Model pembelajaran merupakan sebuah bentuk atau
gambaran awal bagaimana sebuah pembelajaran akan dilakukan

41
Octavia.

23
atau bisa dikatakan model pembelajaran merupakan cover atau
bungkus awal dari penerapan sebuah pendekatan, metode dan
teknik pembelajaran. Setiap guru atau sekolah yang
menyelenggarakan sebuah pembelajaran harus memerhatikan
kondisi lingkungan dan kondisi siswa serta hal-hal yang
berkaitan materi ajar, sumber dan media pembelajaran yang
tepat sesuai dengan kondisi sekolah dan guru. Model
pembelajaran itu sendiri memiliki banyak jenis dan selalu ter
update sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan
teknologi dibidang pendidikan. Beberapa model pembelajaran
yang populer dan sering digunakan antara lain.42
1. Take and give
Model pembelajaran memberi dan menerima dengan
sintaks. Contoh penerapannya adalah siswa diberikan
sebuah kartu yang berisi materipembelajaran, setiap
siswa memiliki kartu yang isi materinya berbeda-
beda, lalu siswa diperintahkan untuk mencari teman
untuk saling memberikan informasi sesuai dengan
kartu yang mereka punya secara bergantian satu sama
lain.
2. Picture and picture
Disajikan sebuah gambar acak yang lalu salah satu
siswa diminta untuk mengurutkan gambar tersebut
agar sistematik, guru meneliti urutan gambar yang
telah disusun oleh siswa. Model ini menanamkan
konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan,
evaluasi dan refleksi
3. Mind maping
Siswa dibentuk dalam sebuah kelompok lalu guru

42
Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-Model Pembelajaran Dalam Penelitian Tindakan Kelas
(Semarang: Pilar Nusantara, 2018).

24
menyajikan sebuah permasalahkan terbuka, masing-
masing kelompok menanggapi dengan berbagai
alternatif jawaban lalu dipresentasikan. Siswa
membuat kesimpulan dari hasil jawaban setiap
kelompok sebagai evaluasi dan refleksi. Model ini
cocok untuk interview awal pengetahuan siswa
4. Jigsaw
Siswa membentuk sebuah kelompok setiap
kelompok merupakan ahli dalam salah satu materi
yang akan dibagikan oleh guru. Masing-masing
kelompok menjelaskan materi kepada kelompok lain
yang berkunjung, lalu kembali pada kelompok awal
untuk penyimpulan, evaluasi dan refleksi
5. Problem solving
Guru menyajikan sebuah masalah, masing-masing
siswa mengindentifikasi, mengeksplorasi,
menginvestigasi, dan menduga masalah tersebut dan
akhirnya masing-masing siswa menemukan sebuah
solusi yang berbeda atau sama.
4) Pengertian Blended Learning
Pembelajaran Blended Learning pada dasarnya merupakan
campuran antar dua model pembelajaran, untuk saat ini Blended
Learning sering dikenal sebagai sebuah gabungan atau
campuran antara pembelajaran daring (online) dan pembelajaran
tatap muka. Menurut Nastiti (2020) model Blended Learning
merupakan pembelajaran pada era revolusi industri 4.0 yang
merupakan integrasi dari pembelajaran tatap muka dengan
pembelajaran daring atau online. Pembelajaran Blended
Learning diharapkan melatih kemandirian peserta didik
terutama pada saat pembelajaran daring (online) dan tetap dalam

25
bimbingan dan pengawasan guru terutama pada saat
pembelajaran tatap muka. 43
Menurut Martin & Garcia (2020) Blended Learning
merupakan sebuah proses memperoleh ilmu dan pengetahuan
secara serempak yang dilakukan oleh guru dan peserta didik
diruang yang sama secara fisik maupun virtual dengan materi-
materi yang telah disiapkan. Blended Learning melatih peserta
didik untuk belajar mandiri namun tetap dalam pengawasan dan
kontrol guru sebagai seorang pendidik sehingga Blended
Learning dapat terlaksanan dengan baik ketika kedua belah
pihak (guru dan peserta didik) saling terkait sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi satu sama lain. 44
Penggabungan 2 proses pembelajaran yaitu tatap muka dan
daring (online) dapat menambah variasi pembelajaran sehingga
peserta didik tidak merasa bosan serta melatih guru untuk dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat
diterapkan kepada peserta didik. Tujuan pembelajaran Blended
Learning menurut Pradnyana (2014) antara lain.45

1. Membantu peserta didik untuk terus berkembang ke


arah yang positif dalam proses belajar
2. Membuka dan memanfaatkan peluang-peluang yang
lebih praktis
3. Jadwal menjadi lebih fleksibel untuk guru dan
peserta didik dalam belajar mengajar

43
I G W Putra, K Agustini, and I G W Sudatha, ‘Tren Dan Implementasi Blended Learning
Pada Bidang STEAM: Kajian Studi Di Indonesia’, Seminar Nasional Teknologi …, 2021, 1–13
<https://www.snastep.com/proceeding/index.php/snastep/article/view/12>.
44
Muhammad Insan Muttaqien and Tia Sylviana, ‘Pembelajaran E-Learning Dalam Model
Pembelajaran Blended Learning : Tinjauan Literatur Sistematis’, Ejurnal Unesa, 2012, 2021.
45
Maria Shelyn Fobia, Yuliana M. H. Nenohai, and Damianus D. Samo, ‘Tren Blended
Learning Untuk Pengembangan Keterampilan Berpikir Matematika Siswa’, Fraktal: Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2.2 (2021), 94–104.

26
4. Kelas tatap muka melatih peserta didik untuk lebih
interaktif, sementara kelas daring (online) membuat
proses belajar lebih luas dan fleksibel dengan konten
multimedia
5. Metode pembelajaran menjadi lebih bervariasi
2. Kajian penelitian yang relevan
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa
penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penggunaan media
audio visual dalam menunjang proses pembelajaran Blended Learning.
Kajian yang relevan tersebut antara lain.
a. Skripsi Nurhasanah (2021) mahasiswa prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Tadris IAIN
Bengkulu dengan judul “Pemanfaatan Media Audio Visual
Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Masa
Pandemi Covid 19 SDN 169 Seluma”. Hasil penelitian
menunjukkan adanya dampak yang cukup signifikan dalam
penggunaan media audio visual terutama Whatsapp Grub sebagai
penunjang proses pembelajaran di masa pandemi covid-19 di SDN
169 Seluma, melalui media audio visual beberapa materi yang sulit
disampaikan secara langsung atau melalui tulisan dapat disampaikan
melalui foto dan video yang pengirimannya melalui Whatsapp Grub
tersebut sehingga masalah tersebut dapat diatasi.46
b. Skripsi Asep Iin Muhlisin (2020) mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten dengan judul “Pengaruh Penggunaan
Media Pembelajaran Audio Visual Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam”. Hasil
penelitian menunjukkan media pembelajaran audio visual membuat
pembelajaran menjadi efektif dan efisien sehingga prestasi belajar

46
Nurhasanah, ‘Pemanfaatan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Di Masa Pandemi Covid 19 SDN 169 Seluma’ (IAIN Bengkulu, 2021).

27
siswa SMP Negeri 1 Pabuaran Kab. Banten yang dikatakan rendah
dapat meningkat setelah adanya penggunaan media pembelajaran
audio visual. Pengaruh penggunaan media pembelajaran audio
visual terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Pabuaran Kab. Serang adalah 8,10% dengan kriteria rendah. 47
c. Skripsi Kaleb Lay (2020) mahasiswa prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Nusa Cendana Kupang dengan judul “Pengaruh Media Audio
Visual Materi Tentang Sistem Peredaran Darah Pada Manusia
Terhadap Hasil Belajar Kelas V SDI Fatufeto 1 Kupang”. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDI
Fatufeto 1 Kupang pada pembelajaran sistem peredaran darah pada
manusia. Hal ini dibuktikan dari data hasil yang dilakukan peneliti
yang menunjukan bahwa adanya perbedaan dari nilai posttest dan
nilai pretest yaitu nilai rata-rata pretest sebesar 54.60 dan nilai rata-
rata posttest menjadi 73.80.48
d. Skripsi Lingga Saputra (2020) mahasiswa prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi dengan judul “Penggunaan Media Audio
Visual Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III
Dalam Pembelajaran IPA Di MI Al-Munawwarah Kota Jambi”.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa
kelas III MI Al-Munawwaroh Kota Jambi dengan hasil observasi
awal menunjukkan bahwa nilai rata- rata kelas mencapai 53%
dengan ketuntasan belajar sebesar 24% sebelum penggunaan media
audio visual. Setelah penggunaan media audio visual menunjukkan
peningkatan pada siklus 1 pertemuan 1 nilai rata-rata kelas mencapai

47
Asep Iin Muhlisin, ‘Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam’ (UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2020).
48
Kaleb Lay, ‘Pengaruh Media Audio Visual Materi Tentang Sistem Peredaran Darah Pada
Manusia Terhadap Hasil Belajar Kelas V SDI Fatufeto 1 Kupang’ (Universitas Nusa Cendana
Kupang, 2020).

28
63,2 sedangkan ketuntasan belajar sebesar 56%, pada petemuan ke
2 dengan adanya perbaikan dan motivikasi materi yang akan
ditampilkan menggunakan media audio visual disertai kerjasama
guru dan orang tua dirumah, prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,4 % dengan
ketuntasan belajar sebesar 88%.49
e. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Andhika Puteri, Dita Ayu
Maharani dan Ayu Wulandari (2020) dengan judul “Penggunaan
Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Selama Masa Pandemi Covid-19 Pada SD N 1 Serayu
Larangan”. Media audio visual yang digunakan adalah video
pembelajaran menggunakan penjelasan langsung secara visual
dengan melampirkan materi dengan tulisan dan gambar. Hasil
penelitian menunjukkan penggunaan media audio visual dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa akan lebih mudah
memahami materi jika guru memberikan penjelasan dengan media
audio visual. Selain itu, media audio visual juga mempermudah
siswa untuk mengerjakan tugas, sehingga siswa memiliki perhatian
lebih terhadap suatu materi. 50

49
Lingga Saputra, ‘Penggunaan Media Audio Visual Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran IPA Di MI Al-Munawwarah Kota Jambi’ (UIN Sultan
Thaha Saifuddin Kota Jambi, 2020).
50
Wahyu Andhika Puteri, Dita Ayu Maharani, and Ayu Wulandari, ‘Penggunaan Media
Audio Visual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Selama Masa Pandemi Covid-19 Pada
Sd N 1 Serayu Larangan’, ABDIPRAJA (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 1.1 (2020), 122
<https://doi.org/10.31002/abdipraja.v1i1.3146>.

29
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian

Penelitian dalam Bahasa Inggris disebut research yang diambil dari


2 susunan kata “re” dan “search”. Re berarti pengulangan atau mengulang
dan search berarti melihat, mencari, atau mengamati, sehingga penelitian
dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mencari atau
meneliti dengan tujuan mendapatkan pemahaman baru yang lebih kompleks
dari suatu hal yang sedang diteliti.51 Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan jenis penelitian lapangan atau field research untuk
membangun fakta dan menguji teori dengan mengumpulkan informasi
langsung dari objeknya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap suatu fenomena yang
konteks nya natural sehingga peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi
data dari fenomena yang sedang diamati.52 Berdasarkan filosofi
postpositivisme, penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti sebuah
kondisi alamiah di mana seorang peneliti berperan sebagai instrument
kunci, pengambilan sampel data dilakukan dengan purposive dan snowball,
teknik pengumpulan data dengan gabungan (trianggulasi), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif dan hasilnya lebih menekankan pada makna
daripada generalisasi.53
Metode penelitian kualitatif dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan
penelitian yang akan mengungkap fakta dari sebuah fenomena yang terjadi
di MIN 3 Karanganyar dalam penggunaan media audio visual selama proses
pembelajaran Blended Learning di era new normal ini. Data yang diperoleh
dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi akan dianalisis lalu
diinterpretasikan dan dideskripsikan melalui kata-kata bukan angka. Data
dari hasil pengamatan diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu data primer

51
Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: Jejak
Publisher, 2018) hlm 7.
52
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Indeks, 2012).
53
Albi Anggito & Johan Setiawan. hlm 8.

30
dan data sekunder. Peneliti berusaha mendalami informasi mengenai
penggunaan media audio visual selama pembelajaran Blended Learning
yang sedang diterapkan oleh MIN 3 Karanganyar.
2. Objek dan subjek penelitian
Objek penelitian merupakan gejala yang terjadi dalam suatu tempat
yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2009) objek penelitian merupakan
sebuah kegiatan atau atribut dan memiliki berbagai variasi yang akan
ditetapkan oleh peneliti untuk diamati sehingga dapat diambil kesimpulan.54
Objek dalam penelitian adalah peran atau dampak yang terjadi dari
penggunaan media audio visual selama proses pembelajaran Blended
Learning di MIN 3 Karanganyar.
Subjek penelitian merupakan sumber yang menjadi tempat
pengambilan data melalui berbagai proses seperti observasi dan wawancara
sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Menurut Tatang (1995) subjek
penelitian merupakan tempat atau sumber yang diperlukan peneliti dalam
memperoleh berbagai keterangan dalam proses penelitian. 55 Subjek dalam
peneltian ini adalah kepala sekolah MIN 3 Karanganyar, guru kelas V-A
dan siswa kelas V-A.
3. Sumber data

Sumber data merupakan sumber atau tempat pemerolehan sebuah


data dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh
menggunakan data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer merupakan data utama yang dikumpulkan oleh
peneliti melalui penyedia informasi secara langsung dari
lapangan tanpa melalui perantara dari hasil observasi dan
wawancara dengan penyedia informasi.56 Sumber data primer

54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013). hlm. 150
55
Tatang M Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995).
56
Ahmad Albar Tanjung & Muliyani, METODOLOGI PENELITIAN SEDERHANA,

31
yang akan diperoleh peneliti adalah melalui guru dan siswa MIN
3 Karanganyar.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak secara
langsung oleh peneliti dan dapat berupa data pendukung
penelitian seperti buku-buku referensi yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan, data yang telah dikumpulkan
orang lain, dan dokumen-dokumen yang sudah ada di tempat
penelitian.57
3. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada pembelajaran semester ganjil


tahun ajaran 2021/2022 pada bulan April 2022 setelah pelaksanaan
penilaian tengah (PTS) semester ganjil di MIN 3 Karanganyar yang terletak
di Dusun Sroyo, Desa Sroyo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar
4. Teknik pengumpulan data penelitian

Sebelum melakukan analisis data dalam penelitian seorang peneliti


harus mengumpulkan data-data yang akan diolah dan dianalisis. Kehadiran
langsung seorang peneliti dalam pengumpulan data penelitian kualitatif
mutlak karena peneliti berperan penting dengan kata lain peneliti menjadi
instrument itu sendiri.58 Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini antara lain.
1. Observasi

Obervasi merupakan sebuah tindakan langsung oleh peneliti yang


menjadi penafsiran dari sebuah teori. Observasi merupakan tindakan
langsung yang dilakukan oleh peneliti dalam mengambil informasi-
informasi yang berkaitan dengan penelitian seperti ruang, tempat,
kegiatan, pelaku, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan melalui

RINGKAS, PADAT DAN MUDAH DIPAHAMI (Surabaya: Skripindo Media Pustaka, 2021).
57
Sugiyono.
58
Albi Anggito & Johan Setiawan. hlm 75.

32
media pengamatan.59 Melalui obervasi, peneliti mampu mengamati
banyak gejala secara langsung, beberapa kelebihan lain dari teknik
observasi adalah.60
1) Tidak terlalu mengganggu subjek penelitian karena
pengamatan melalui observasi tidak terlalu banyak
tuntutan dari peneliti terhadap subjek penelitian
2) Memungkinkan melakukan pencatatan secara serempak
dalam satu gejala
3) Peneliti dapat mengungkap hal-hal yang mungkin tidak
dapat diungkap melalui teknik lain
4) Peneliti tidak harus mengulang-ulang proses
pengumpulan data karena teknik ini melaporkan apa
adanya bahkan di luar konteks permasalahan dari
penelitian yang sedang dilakukan
5) Melalui teknik ini peneliti dapat melihat pandangan
holistic atau menyeluruh terhadap seluruh responden

Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik


pengumpulan data tersebut untuk mengobservasi fenomena-
fenomena yang muncul di MIN 3 Karanganyar seperti proses
pembelajaran Blended Learning, proses penyampaian materi dari
guru kepada peserta didik, media pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran terutama pada saat Blended Learning,
penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran Blended
Learning, dampak yang terlihat dari penggunaan media
pembelajaran audio visual dan berbagai fenomena lain yang
mungkin muncul pada saat proses observasi lapangan.
2. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah pertemuan langsung yang

59
Mamik, Metodologi Kualitatif (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2015). hlm 106.
60
Mamik. hlm 107.

33
direncanakan oleh pewawancara untuk mengajukan beberapa
pertanyaan dan telah disetujui oleh orang yang diwawancarai untuk
memberikan jawaban dan informasi yang diperlukan. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh tanggapan, pendirian, keterangan dan
pendapat secara lisan dari seseorang yang diwawancarai atau sering
disebut responden.61 Dalam sebuah proses wawancara akan sering
ditemukan perbedaan persepsi dari responden dan peneliti terkait
dengan penelitian yang sedang dilakukan, dalam sebuah penelitian
kualitatif naturalistic dua perbedaan persepsi ini disebut sebagai
informasi emic dan etic. Informasi emic merupakan pandangan
responden terhadap dunia luar berdasarkan perspektifnya,
sedangkan informasi etic merupakan persepsi dari seorang
peneliti.62 Sebelum melakukan wawancara, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh seorang peneliti antara lain. 63
1. Hindari kata-kata yang bermakna ganda pada saat
mengajukan pertanyaan
2. Hindari mengajukan pertanyaan yang terlalu panjang
3. Isi pertanyaan sesuai dengan bidang dan pengalaman
responden
4. Gunakan bahasa yang halus pada saat mengajukan
pertanyaan
5. Hindari pertanyaan yang menyinggung responden
6. Jangan terburu-buru dalam menyampaikan pertanyaan
kepada responden
7. Bersikap netral dan menjadi pendengar yang baik ketika
responden menyampaikan jawaban atau informasi
8. Jika pertanyaan terdiri dari beberapa alternatif maka
sampaikan semua alternative

61
Mamik. hlm 108.
62
Mamik. hlm 111.
63
Mamik. hlm 114.

34
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali
informasi terkait penggunaan media audio visual selama
pembelajaran Blended Learning di MIN 3 Karanganyar.
Narasumber dalam wawancara tersebut adalah kepala sekolah, guru
dan siswa.
3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pendukung dalam proses pengumpulan


data penelitian. Dokumentasi dapat berupa file foto atau video dari
peristiwa valid sehingga proses penelitian dan hasil pengumpulan
data melalui teknik lain seperti wawancara dan observasi sehingga
bisa lebih akurat dan dapat diyakini.64 Dokumentasi dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti akurat dari hasil
pengumpulan data penelitian dalam proses wawancara dan
observasi, selain itu juga mengumpulkan file-file lain yang terkait
dengan penelitian di MIN 3 Karanganyar.
5. Validitas Data
Seluruh data yang telah diambil melalui berbagai teknik
perlu dicek kembali keabsahannya. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik keabsahan data triangulasi. Teknik ini
memiliki tujuan untuk memperoleh variasi informasi yang luas dan
lengkap. Triangulasi dalam sebuah pengujian data diartikan sebagai
proses pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan waktu. Dalam penelitian ini, teknik validitas data menggunakan
triangulasi teknik, triangulasi teori, dan triangulasi sumber. 65
1. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji reliabilitas data,
mengetahui dan mengetahui keaslian data dari sumber yang
sama melalui teknik yang berbeda. Teknik yang digunakan

64
Sugiyono. hlm 315.
65
Sugiyono. hlm 241.

35
dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
2. Triangulasi teori
Triangulasi teori merupakan kegiatan memeriksa data yang
telah diperoleh dengan mengacu pada teori para ahli. Dalam
penelitian ini teori yang digunakan adalah teori media audio
visual dari Sadiman (2014).
3. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber mengacu pada pengujian data dari
berbagai sumber informasi, dari mana data diperoleh.
Ketajaman data dapat ditingkatkan jika triangulasi sumber
dilakukan dengan cara memeriksa data yang diperoleh dari
berbagai sumber atau informan selama masa penelitian.
Dalam penelitian ini sumber dan informasi akan diperoleh
melalui wawancara dan observasi kepada subjek dan objek
penelitian seperti kepala sekolah MIN 3 Karanganyar serta
guru dan siswa kelas V-A.
6. Teknik analisis data

Langkah selanjutnya dari sebuah penelitian setelah


pengumpulan data adalah analisis data. Data yang telah
dikumpulkan dengan berbagai teknik seperti observasi, wawancara
dan dokumentasi lalu dianalisa jika menggunakan metode penelitian
kualitatif maka hasil analisis nya berupa deskripsi kata-kata.
Analisis data kualitatif dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang
dilakukan peneliti dalam mengorganisasikan data, memilah-milah
menjadi kesatuan yang dapat dikelola, menginterpretasikan, mencari
dan menemukan sebuah pola, menemukan berbagai hal penting dan
memutuskan apa yang dapat dilaporkan menjadi sebuah hasil
penelitian.66

66
Abu Achmadi & Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997).

36
Kegiatan analisis data kualitatif harus dilakukan secara terus
menerus dan interaktif sehingga menghasilkan data yang akurat
hingga mencapai titik ujung dan mengulas seluruh data yang
dibutuhkah dalam proses penelitian. 67 Beberapa tahap analisis data
yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain.
1) Reduksi data
Reduksi data merupakan proses memilah dan
mengelompokkan data yang akan digunakan sehingga dapat
membuang data-data yang tidak diperlukan dalam penelitian.
Menurut Miles & Huberman (2007) reduksi data adalah bentuk
analisis data penelitian untuk mempertajam, memilih,
memfokuskan, membuang dan menyusun data kearah
pengambilan kesimpulan. 68 Dalam proses pengumpulan data
melalui beberapa teknik pasti akan ditemukan banyak data yang
beberapa akan berguna dalam proses penelitian dan sebagian
tidak terkait dengan penelitian sehingga tidak digunakan, maka
pada proses reduksi data ini lah peneliti akan menentukan dan
memilih data-data yang akan digunakan dalam proses penarikan
kesimpulan.
2) Penyajian data
Setelah semua data direduksi maka tahap selanjutnya adalah
penyajian data penelitian. Penyajian data dalam penelitian
kualitatif menggunakan bentuk ikhtisar, bagan, hubungan antar
kategori, pola, dan bentuk lain sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Data yang disajikan dengan baik akan memudahkan
pembaca memahami konsep-konsep dalam hasil penelitian,
kategori serta perbedaan masing-masing pola.69

hlm 98.
67
Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik
(Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019). hlm 122.
68
Helaluddin & Hengki Wijaya. hlm 123.
69
Helaluddin & Hengki Wijaya. hlm 124.

37
3) Penarikan kesimpulan
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan
awal yang diambil bersifat sementara karena dapat berubah jika
tidak didukung dengan bukti-bukti, namun ketika bukti-bukti
sudah valid sebagai pendukung penelitian maka kesimpulan
yang diambil bersifat fleksibel. Penarikan kesimpulan harus
mampu menjawab rumusan masalah, selain itu kesimpulan juga
harus mampu menemukan temuan baru dari penelitian yang
telah dilakukan, temuan tersebut dapat berupa deskripsi tentang
gejala atau fenomena yang sebelumnya belum terlihat dan masih
samar menjadi lebih jelas atau berupa hipotesis baru atau
bahkan teori baru.70

70
Helaluddin & Hengki Wijaya. hlm 124.

38
DAFTAR PUSTAKA
Abu Achmadi & Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara,
1997)
Ahmad Albar Tanjung & Muliyani, METODOLOGI PENELITIAN SEDERHANA,
RINGKAS, PADAT DAN MUDAH DIPAHAMI (Surabaya: Skripindo Media
Pustaka, 2021)
Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi:
Jejak Publisher, 2018)
Asep Iin Muhlisin, ‘Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama
Islam’ (UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2020)
———, ‘PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO
VISUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM’, 2022
Azzuhri, Muhandis, and Jepri Nugrawiyati, ‘Media Audio-Visual Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab Pendahuluan Definisi Media Pembelajaran’,
INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 6.3 (2018), 348–445
Dasar, Pendidikan Guru Sekolah, and Jurnal Pesona Dasar, ‘KESESUAIAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN PROSES
PEMBELAJARAN’, Universitas Syiah Kuala, 6.2 (2018), 55–65
Dwijayani, N. M., ‘Development of Circle Learning Media to Improve Student
Learning Outcomes’, Journal of Physics: Conference Series, 1321.2 (2019),
171–87 <https://doi.org/10.1088/1742-6596/1321/2/022099>
Ester, Stephanie Victoria, and Ratih Kurniasari, ‘JGK-Vol.13, No.2 Juli 2021 (’,
13.2 (2021), 97–106
Fobia, Maria Shelyn, Yuliana M. H. Nenohai, and Damianus D. Samo, ‘Tren
Blended Learning Untuk Pengembangan Keterampilan Berpikir Matematika
Siswa’, Fraktal: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2.2
(2021), 94–104
Haryani, F, and D S Sa’diah, ‘Pemanfaatan Teknologi Audio Visual Sebagai
Upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa MI Pada Masa Pandemi Covid-19’,

39
Proceedings Uin Sunan …, 34.November (2021)
<https://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/proceedings/article/view/494%0
Ahttps://proceedings.uinsgd.ac.id/index.php/proceedings/article/download/49
4/436>
Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori &
Praktik (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019)
Hendra Noviandi, Neviyarni S, Farida F, ‘Jurnal Basicedu’, Jurnal Basicedu, 3.2
(2020), 524–32
Hikmah, Afroh Nailil, and Ibnu Chudzaifah, ‘Blanded Learning: Solusi Model
Pembelajaran Pasca Pandemi Covid-19’, Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam,
6.2 (2020), 83–94 <https://doi.org/10.32489/alfikr.v6i2.84>
Kaleb Lay, ‘Pengaruh Media Audio Visual Materi Tentang Sistem Peredaran
Darah Pada Manusia Terhadap Hasil Belajar Kelas V SDI Fatufeto 1
Kupang’ (Universitas Nusa Cendana Kupang, 2020)
Khoiriyah, Elvia, Zulfatul Azizah, and Abdul Muhid, ‘Program Layanan
Bimbingan Klasikal Dengan Media Audiovisual Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19 : Literature Review’,
Jurnal Consulenza : Jurnal Bimbingan Konseling Dan Psikologi, 4.1 (2021),
11–19 <https://doi.org/10.36835/jcbkp.v4i1.945>
Lingga Saputra, ‘Penggunaan Media Audio Visual Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran IPA Di MI Al-Munawwarah
Kota Jambi’ (UIN Sultan Thaha Saifuddin Kota Jambi, 2020)
Mamik, Metodologi Kualitatif (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2015)
Moh Suardi, Belajar & Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2018)
Muttaqien, Muhammad Insan, and Tia Sylviana, ‘Pembelajaran E-Learning
Dalam Model Pembelajaran Blended Learning : Tinjauan Literatur
Sistematis’, Ejurnal Unesa, 2012, 2021
Nurhasanah, ‘Pemanfaatan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Di Masa Pandemi Covid 19 SDN 169 Seluma’
(IAIN Bengkulu, 2021)
Nursalim, Manajemen Belajar Dan Pembelajaran (Yogyakarta: Lontar

40
Mediatama, 2018)
Octavia, Shilphy A., Model-Model Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2020)
Padangsidimpuan Afridapane, Iain, ‘BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Aprida
Pane Muhammad Darwis Dasopang’, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman,
03.2 (2017)
Puteri, Wahyu Andhika, Dita Ayu Maharani, and Ayu Wulandari, ‘Penggunaan
Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Selama
Masa Pandemi Covid-19 Pada Sd N 1 Serayu Larangan’, ABDIPRAJA
(Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 1.1 (2020), 122
<https://doi.org/10.31002/abdipraja.v1i1.3146>
Putra, I G W, K Agustini, and I G W Sudatha, ‘Tren Dan Implementasi Blended
Learning Pada Bidang STEAM: Kajian Studi Di Indonesia’, Seminar
Nasional Teknologi …, 2021, 1–13
<https://www.snastep.com/proceeding/index.php/snastep/article/view/12>
Putro, Sutanto Trijuni, ‘Problematika Pembelajaran Di Era Pandemi COVID-19
Stud Kasus: Indonesia, Filipina, Nigeria, Ethiopia, Finlandia, Dan Jerman’,
Geomedia: Majalah Ilmiah Dan Informasi Kegeografian, 18.2 (2020), 50–64
<https://journal.uny.ac.id/index.php/geomedia/article/view/36058>
Rahimi, Rahimi, ‘Konsep Media Pembelajaran Dalam Perspektif Alquran’,
Ilmuna: Jurnal Studi Pendidikan Agama Islam, 3.2 (2021), 87–101
<https://doi.org/10.54437/ilmuna.v3i2.228>
Rahmatullah, Rahmatullah, Inanna Inanna, and Andi Tenri Ampa, ‘Media
Pembelajaran Audio Visual Berbasis Aplikasi Canva’, Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha, 12.2 (2020), 317–27
Rohani, ‘Diktat Media Pembelajaran’, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019, 1–95
Sabran, and Edy Sabara, ‘Keefektifan Google Classroom Sebagai Media
Pembelajaran’, PROSIDING SEMINAR NASIONAL LEMBAGA
PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI Makasar, 2019, 122–25
<https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:SS_jKM_r2TAJ:h
ttps://ojs.unm.ac.id/semnaslemlit/article/download/8256/4767+&cd=2&hl=id

41
&ct=clnk&gl=id>
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Indeks, 2012)
Setiawan, Lingga Dwi, ‘Pendidikan Indonesia Di Tengah Pandemi Covid-19’,
Prosiding Seminar Bahasa Dan Sastra Indonesia (Senasbasa), 4, 2020, 432–
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D (Bandung: Alfabeta, 2013)
Suhendi Syam dkk, Belajar Dan Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis,
2022)
Suprianto, Edy, ‘Implementasi Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi’, Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar,
1.02 (2020), 22 <https://doi.org/10.30742/tpd.v1i02.810>
Susanti, Dewi Indah, and Jatut Yoga Prameswari, ‘Adaptasi Blended Learning Di
Masa Pandemi COVID-19 Untuk Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah
Dasar’, Lingua Susastra, 1.2 (2020), 50–61
<https://doi.org/10.24036/ls.v1i2.8>
Susilo, Ganjar, and Ninda Pancarani, ‘Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui
Blended Learning Mata Kuliah Kalkulus Lanjut Era Pandemi Covid-19’,
JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika), 6.1 (2020), 37
<https://doi.org/10.30998/jkpm.v6i1.7622>
Sutanti, Yunita Anggraeni, Suryanti Suryanti, and Zainal Arifin Imam Supardi,
‘Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Blended Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Siswa SD’, Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4.3 (2021), 594–606
<https://doi.org/10.37329/cetta.v4i3.1461>
Tafonao, Talizaro, ‘Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Mahasiswa’, Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2.2 (2018), 103
<https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113>
Tatang M Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995)
Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-Model Pembelajaran Dalam Penelitian

42
Tindakan Kelas (Semarang: Pilar Nusantara, 2018)
Trisiana, Anita, ‘Penguatan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui
Digitalisasi Media Pembelajaran’, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
10.2 (2020), 31 <https://doi.org/10.20527/kewarganegaraan.v10i2.9304>
Wahid, Abdul, ‘Pentingnya Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar’, Istiqra, 5.2 (2018), 1–11
Wahyuni, Eko Sri, and Yokhebed Yokhebed, ‘Deskripsi Media Pembelajaran
Yang Digunakan Guru Biologi Sma Negeri Di Kota Pontianak’, Jurnal
Pendidikan Informatika Dan Sains, 8.1 (2019), 32
<https://doi.org/10.31571/saintek.v8i1.1105>

43

You might also like