You are on page 1of 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Terkait dengan penelitian beban kerja mental dan fisik sudah banyak

dilakukan, mengingat pentingnya mengetahui beban kerja mental dan beban

kerja fisik yang dirasakan pekerja untuk menjadi bahan evaluasi bagi

perusahaan guna meningkatkan efektivitas, efisiensi, serta meningkatkan

produktivitas produksi. Penelitian ini memiliki beberapa studi literatur dari

penelitian sebelumnya sebagai bentuk acuan yang akan dilakukan, berikut studi

literatur penelitian sebelumnya

Terdapat penelitian terhadap beban kerja secara mental dengan metode

SWAT oleh Pratama, Ricko Galih dan Hutabarat (2020), dimana pada

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar beban kerja secara

mental pada karyawan di bagian Gudang logistik pada sebuah PT. Molindo Inti

Gas. Kemudian hasil perhitungan beban kerja didapatkan bahwa beban kerja

mental untuk setiap bagian di gudang logistik PT. Molindo Inti Gas yaitu

diperoleh hasil pada pekerjaan “merekap keluar masuk barang diperoleh” nilai

tertinggi 73.2 dan nilai terendah 9.6, dan untuk pekerjaan “melayani

permintaan barang” diperoleh nilai tertinggi 84.4 dan nilai terendah 45.9,

kemudian untuk pekerjaan “menghitung isi tangki solar” diperoleh nilai rescale

tertinggi 73.2 dan nilai rescale terendah 8.3, selanjutnya pekerjaan

9
10

“menghitung isi tangki CO2” diperoleh nilai rescale tertinggi 73.2 dan nilai

rescale terendah 20.9.

Terdapat juga penelitian di PD. Mitra Sari oleh Handika (2020) yang

merupakan perusahaan dagang salah satu produknya yaitu paving block.

Perusahaan tersebut terdapat permasalahan yang menimbulkan keluhan beban

kerja pada operator produksi yaitu karena sering terjadinya lembur kerja.

Tujuan utama penelitian ini untuk mengukur beban kerja baik secara fisik dan

mental pada operator produksi baik sebelum dan sesudah diberikan usulan

perbaikan. Pengukuran beban kerja fisik berdasarkan %CVL dan pengukuran

beban kerja mental diukur menggunakan metode NASA-TLX. Berdasarkan

hasil pengukuran beban kerja fisik dengan %CVL sebelum dilakukan

perbaikan diketahui bahwa 6 dari 10 operator produksi diperoleh nilai rata-rata

sebesar 32,07% atau perlu dilakukan perbaikan dan hasil pengukuran sesudah

diberikan usulan perbaikan diperoleh nilai rata-rata keenam operator tersebut

turun menjadi 28,05% atau tidak terjadi kelelahan. Selanjutnya, menurut hasil

pengukuran beban kerja mental dengan NASA-TLX sebelum dilakukannya

perbaikan diperoleh nilai rata-rata 10 operator produksi sebesar 60,73 (tinggi)

dan sesudah diberikan usulan perbaikan nilai rata-ratanya turun menjadi 46,93

(agak tinggi).

Terdapat juga penelitian terhadap beban kerja fisik menggunakan

metode HRR ( Herat Rate Reverse ) oleh Silalahi (2018). Seluruh pekerja yang

bekerja di UKM Sofia yang mengolah emping jagung di Kota Malang

merupakan subjek dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengukuran beban


11

kerja fisik dengan HRR dapat diklasifikasikan tidak terjadi kelelahan yaitu

pada proses pengukusan (21%), pendinginan (10%), perebusan (23%),

pemipihan dan pengayakan (9%), penggorengan (16%), penjemuran (15%).

Proses yang diklasifikasikan memerlukan perbaikan adalah pada proses

pencucian satu (31%) dan pencucian dua (31%). Menurut konsumsi oksigen,

proses yang diklasifikasikan sedang yaitu proses pemipihan dan penjemuran

(0,9 liter/menit), pengayakan (0,8 liter/menit), perebusan (0,9 liter/menit),

penggorengan (0,9 liter/menit). Proses yang diklasifikasikan berat adalah

proses pencucian 2 (1,1 liter/ menit), pengukusan (1,1 liter/menit), pencucian

1 (1,1 liter/menit) dan pendinginan (1,1 liter/menit). UKM lebih baik

melakukan evaluasi kerja terhadap pekerja yang mengalami beban kerja,

terlebih pada pekerjaan yang memiliki kapasitas beban kerja yang cukup berat

dan dapat menimbulkan kelelahan atau perlu adanya perbaikan, seperti pada

pencucian 1 dan 2.

Menurut penelitian Siregar dan Yurisditira (2019) yang berjudul

”Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental Mekanik Pada Departemen

Remanufacturing dengan Metode CVL dan NASA-TLX Pada PT. XYZ”

penelitian diatas bertujuan untuk mengukur beban kerja secara fisik dan metal

pekerja pada departemen Remanufacturing. Metode yang dipakai adalah CVL

dan NASA-TLX. Hasil dari pengukuran didapatkan beban kerja mental yang

dirasakan oleh pekerja remanufacturing empat pekerja diklasifikasikan

mengalami beban kerja berat dan empat pekerja lain diklasifikasikan

mengalami beban kerja sedang dan untuk beban kerja fisik yang dirasakan
12

pekerja remanufacturing dua pekerja diklasifikasikan mengalami beban kerja

berat dan enam pekerja diklasifikasikan mengalami beban kerja sedang.

Menurut penelitian Yeni (2018) yang berjudul ”Analisis Ergonomi

Beban Kerja Terhadap Stres dan Kinerja Karyawan PT. Rifansi Dwi Putra

Duri” penelitian diatas memiliki tujuan untuk mengukur beban kerja fisik

terhadap stress kerja dan kinerja karyawan. Metode yang digunakan yaitu

metode sensus yang merupakan Teknik penentuan. Hasil pengukuran beban

kerja fisik terhadap kinerja pada karyawan memperoleh nilai dari t-hitung

sebesar -2,137<-1,985 atau dengan nilai dari signifikansi -0,035<0,05 yang

artinya memiliki pengaruh yang negatif dan bersignifikan kepada kinerja

karyawan. Stres kerja terhadap kinerja karyawan memiliki nilai t-hitung

sebesar -7,989<-1,985 atau dengan nilai signifikansi 0,000<0,05 yang berarti

stress kerja memiliki pengaruh negatif dan bersignifikan terhadap kinerja

karyawan. Pengaruh beban kerja fisik terhadap stress kerja didapatkan nilai t-

hitung sebesar 10,351>1,980 dan nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05 yang

berarti beban kerja fisik berpengaruh positif dan bersignifikan terhadap stres

kerja.
13

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


14

Tabel Lanjutan 2.1 Penelitian Terdahulu


15

Tabel Lanjutan 2.1 Penelitian Terdahulu


16

Tabel Lanjutan 2.1 Penelitian Terdahulu


17

Tabel Lanjutan 2.1 Penelitian Terdahulu


18

B. Landasan Teori

1. Beban Kerja (Workload )

Menurut Permendagri (2008) beban dari suatu pekerjaan merupakan

suatu besaran pekerjaan yang harus diterima oleh seseorang atau pekerja

yang diberikan sebuah tanggu jawab oleh perusahaan untuk menyelesaikan

tugasnya yang merupakan hasil dari volume kerja dikali dengan normal

waktu.

Definisi dari Haryanto (2004) beban kerja merupakan seluruh

kegiatan dalam keadaan normal, itu harus diselesaikan oleh satu orang atau

sekelompok orang dalam jangka waktu tertentu. (Handika, 2020) Beban

pekerjaan merupakan kemampuan dari diri tubuh pekerja untuk menerima

suatu pekerjaan tertentu. Berdasarkan dari aspek ergonomi, untuk setiap dari

beban pekerjaan yang akan didapatkan seseorang saat bekerja harus sesuai

atau harus seimbang dengan kemampuan fisik maupun kemampuan

psikologis dari pekerja itu sendiri karena pekerja itulah yang akan menerima

beban kerja tersebut.

(Handika, 2020) menjelaskan bahwa beban dari suatu pekerjaan

merupakan frekuensi aktivitas dari masing-masing pekerjaan dalam kurun

waktu tertentu. Suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan

bantuan tenaga fisik (otot) dan mental (otak) termasuk dalam beban kerja.

Setiap pekerjaan menjadi beban bagi pekerja, dan beban tersebut bergantung

pada cara pekerja menyelesaikan pekerjaannya, sehingga disebut sebagai

beban kerja. Beban kerja merupakan pengorbanan dan harus dilakukan oleh
19

seseorang dengan memberdayakannya untuk mencapai tingkat kinerja

pekerjaan dengan kebutuhan tertentu. Beban kerja adalah bagian penting

pada tenaga kerja yang harus diperhatikan oleh perusahaan . Beban kerja

diartikan sebagai tanggung jawab pekerjaan yang diterima oleh seseorang

maupun satu organisasi dengan jangka waktu tertentu. Setiap individu

mempunyai tingkatan beban kerja yang berbeda-beda, hal ini berdasarkan

dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki setiap individu.

2. Beban Kerja Mental

Menurut (Handika, 2020) perbedaan antara kemampuan mental

dengan tuntutan kerja secara mental yang dimiliki oleh pekerja yang

bersangkutan merupakan beban kerja mental. Sebuah pekerjaan yang

membutuhkan mental akan tidak mudah diukur apabila dilihat dari

perubahan fungsi faal tubuhnya saja. Dapat dilihat dari sebuah tanggung

jawab di suatu pekerjaan, bahwa sebuah aktivitas kerja dengan adanya sifat

mental jelas akan terlihat terasa lebih berat dibanding dengan aktivitas kerja

yang memiliki sifat fisik, karena aktifitas kerja yang memiliki sifat mental

lebih menggunakan kerja otak dari pada dengan aktifitas yang memiliki sifat

fisik yang lebih mengandalkan kerja otot meskipun aktivitas yang memiliki

sifat mental akan terlihat sebagai sebuah jenis pekerjaan ringan karena

kalori yang dibutuhkan saat melakukan aktifitas secara mental juga terlihat

lebih rendah.

Beban kerja mental menurut (Sari, 2017) adalah perbedaan antara

tuntutan tugas dan kapasitas psikis seseorang ketika berada pada situasi
20

termotivasi. Keadaan mental seseorang dalam pekerjaan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya keahlian, motivasi, jenis pekerjaan, waktu

penyelesaian, dan kelelahan. Setiap aktivitas mental yang dilakukan akan

melibatkan aspek interpretasi, persepsi, dan proses mengingat informasi

yang telah terjadi (Rahmah, 2018). Pekerjaan yang berlebihan atau terlalu

sedikit dapat mengakibatkan pekerja mengalami beban kerja secara mental.

Kondisi pekerjaan yang sedang mengalami beban yang terlalu sedikit atau

dalam arti lain tuntutan secara mental pada sebuah pekerjaan tersebut

sedang terjadi secara sederhana dan apabila disaat kondisi sebuah pekerjaan

yang terlihat berlebihan maka pekerjaan tersebut terlalu kompleks (Made &

Wulanyani, 2015).

3. Beban Kerja Fisik

Menurut (Rahmah, 2018) adanya sebuah ilmu fisiologi yang akan

mempelajari tentang fungsi organ dari tubuh manusia yang dapat

dipengaruhi akibat dari tegangan otot manusia selama melakukan aktivitas

bekerja. Seorang fisiolog adalah seseorang yang dapat membuat individu

menyelesaikan pekerjaannya tanpa merasakan kelelahan yang berlebih,

sehingga ketika selesai bekerja mereka tidak hanya dapat memulihkan diri

dari kelelahan yang dirasakan akibat pekerjaan yang dilakukan sehingga

keesokan harinya dapat kembali bekerja, tetapi juga dapat menikmati waktu

luang mereka. Pekerjaan secara fisik adalah pekerjaan yang menggunakan

otot manusia sebagai energi untuk melakukan aktivitas bekerja. bekerja

menggunakan fisik secara terus-menerus akan menbuat adanya perubahan


21

fungsi dari beberapa alat-alat tubuh. Oleh karena itu, beban kerja dengan

tubuh manusia dapat dilihat melalui perubahan fungsi organ

tubuh.Misalnya, kecepatan denyut nadi dapat mempengaruhi beberapa

fungsi tubuh seperti:

a. Komposisi kimia dalam darah

b. Aliran dan tekanan darah

c. Tingkat penguapan

d. Temperatur tubuh

e. Kadar udara yang dikeluarkan oleh paru-paru

4. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

(Ragil Suryoputro, 2016) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan

bahwa ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi hubungan antara

kapasitas kerja dan beban kerja yaitu :

a. Faktor dari luar (external)

Merupakan beban pekerjaan yang berasal dari luar tubuh pekerja

yang meliputi organisasi, tugas, dan lingkungan kerja. Terdapat dua

macam sifat yaitu fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya. Tugas

yang bersifat fisik misalnya, alat-alat, tata letak ruang tempat, stasiun

kerja dan sarana prasarana, area kerja, alat bantu kerja, sikap kerja, beban

yang diangkat, alur bekerja dan lain sebagainya, Sedangkan untuk yang

bersifat secara mental misalnya, emosi pekerja, dan sebagainya. Didalam

Organisasi disebuah pekerjaan terdiri dari waku bekerja, waktu

beristirahat, pembagian jam kerja, sistem pekerjaan dan sebagainya.


22

Selain itu kondisi lingkungan sat bekerja juga dapat mempengaruhi

beban tambahan yang terdiri dari, lingkup kerja Kimiawi, lingkup kerja

fisik.

b. Faktor dari dalam (Internal)

Berasal dari dalam tubuh diri seseorang akibat dari reaksi beban

kerja eksternal yang akan berpotensi sebagai stresor adalah faktor

somatik dan faktor psikologis. Faktor somatik meliputi status gizi, jenis

kelamin, kondisi kesehatan, ukuran tubuh, usia, dan sebagainya.

Sedangkan faktor psikologis meliputi motivasi, kepuasan, persepsi,

keinginan, keyakinan dan sebagainya.

5. Dampak Beban Kerja

Menurut Winaya (1989), dampak kurang baik yang akan timbul

apabila beban dari pekerjaan yang diterima karyawan kurang sesuai dengan

kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh pekerja seperti :

a. Menurunnya kualitas kerja

Hal ini akan terjadi jika kemampuan yang tidak seimbang bagi

karyawan saat menanggung beban kerja yang terlalu berlebihan.

Kelelahan saat bekerja akibat dari beban kerja yang diterima berlebihan

dan dapat menurunkan tingkat kualitas kerjanya sehingga hasil dari

pekerjaan tersebut kurang sesuai dari standar yang sudah ditetapkan.

b. Meningkatnya Absensi
23

Dampak jika karyawan mengalami kelelahan atau sakit akibat

beban kerja yang berlebihan yaitu salah satunya tidak dapat hadir

bekerja, jika hal ini dilakukan oleh banyak orang akan berdampak buruk

bagi kelancaran usaha sehingga secara keseluruhan dapat mempengaruhi

kinerja perusahaan.

c. Keluhan dari pelanggan

Keluhan yang dilakukan pelanggan dapat terjadi karena

pelayanan yang didapat pelanggan tidak sesuai dengan harapannya. Hal-

hal yang dapat mengganggu proses bisnis adalah ketika ada keluhan dari

pelanggan yang tidak ditanggapi dengan baik.

6. NASA TLX

Metode NASA-TLX merupakan metode yang dapat digunakan

untuk menganalisis beban kerja secara psikologis yang sedang dialami oleh

pekerja saat sedang melakukan aktivitas bekerja. Metode NASA-TLX

merupakan metode pengukuran beban kerja subjektif yang dikembangkan

oleh Sandra G. Hartt pada tahun 1981(Sari, 2017).

Metode pengukuran ini dilakukan dengan cara memberikan rating

pada keenam dimensi untuk dapat menentukan nilai beban mental. Dimensi

penilaian NASA-TLX meliputi: kebutuhan mental, kebutuhan fisik,

kebutuhan waktu, tingkat frustrasi, kinerja, dan yang terakhir adalah tingkat

upaya.

Beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam

melakukan pengukuran dengan metode NASA-TLX yaitu :


24

1) Penjelasan indikator beban mental

Tabel 2.2 Indikator beban kerja mental

Skala Rating Keterangan

Mental Rendah & Melihat seberapa besar tingkat aktivitas

Demand Tinggi mental dan perseptual yang dibutuhkan

(MD) untuk dapat melihat, mengingat dan

mencari apakah pekerjaan tersebut

merupakan pekerjaan yang sulit,sederhana

maupun kompleks, longgar atau ketat.

Physical Rendah & Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan

Demand Tinggi (misalnya mendorong,menarik, mengontrol

(PD) putaran).

Temporal Rendah & Jumlah tekanan yang saling berkaitan

Demand (TD) Tinggi dengan waktu yang dirasakan selama

elemen pekerjaan tersebut berlangsung.

Dapat diketahui apakah pekerjaan tersebut

tergolong pada pekerjaan yang perlahan,

santai, cepat atau melelahkan

Tabel Lanjutan 2.2 Indikator beban kerja mental


25

Performance Tidak Tingkat keberhasilan seseorang di dalam

(OP) Tepat & suatu pekerjaanya serta seberapa tingkat

Sempur kepuasan dengan hasil kerjanya.

na

Frustation Rendah & Seberapa tidak aman,tersinggung,putus

Level (FR) Tinggi asa,terganggu,dibandingkanperasaan aman,

puas,nyaman dan kepuasaan diri yang

dirasakan.

Effort (EF) Rendah & Seberapa keras kerja mental dan fisik yang

Tinggi dibutuhkan dalam hal untuk menyelesaikan

pekerjaan.

2) Pembobotan

Bagian pembobotan adalah bagian dari responden yang diminta

untuk memilih salah satu dari dua indikator yang dianggap dominan

menyebabkan peningkatan beban mental dalam bekerja. Kuesioner yang

telah disebar berupa perbandingan berpasangan. Kemudian dari

kuisioner ini akan dihitung besarnya beban mental menurut indikator

yang paling berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut 2.3 menyajikan

secararinci penentuan pembobotan :

Tabel 2.3 Indikator Pembobotan


26

NO Indikator Pembobotan

1 Kebutuhan Mental Atau Kebutuhan Fisik

2 Kebutuhan Mental Atau Kebutuhan Waktu

3 Kebutuhan Mental Atau Performasi

4 Kebutuhan Mental Atau Usaha

5 Kebutuhan Mental Atau Tingkat Frustasi

6 Kebutuhan Fisik Atau Kebutuhan Waktu

7 Kebutuhan Fisik Atau Performasi

8 Kebutuhan Fisik Atau Usaha

9 Kebutuhan Fisik Atau Tingkat Frustasi

10 Kebutuhan Waktu Atau Performasi

11 Kebutuhan Waktu Atau Usaha

12 Kebutuhan Waktu Atau Tingkat Frustasi

13 Performasi Atau Usaha

14 Performasi Atau Tingkat Frustasi

15 Usaha Atau Tingkat Frustasi

3) Pemberian Rating

Pembagian rating adalah bagian dari responden yang diminta

untuk memberikan penilaian terkait enam indikator beban kerja mental.

Penilaian yang diberikan bersifat subjektif tergantung dari beban mental

yang dirasakan oleh responden (Sari, 2017).

Berdasarkan hal tersebut 2.4 menyajikan secararinci penentuan


27

skala rating :

Tabel 2.4 Pemberian Rating

PERTANYAAN SKALA

Seberapa besar tuntutan aktivitas mental

dan perseptual yang dibutuhkan dalam


Mental Demand (Kebutuhan Mental)
pekerjaan anda (contoh: berpikir,
Low High
memutuskan, menghitung, mengingat,

melihat, mencari). Apakah pekerjaan


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau

kompleks, longgar atau ketat?

Seberapa besar aktivitas fisik yang

dibutuhkan dalam pekerjaan anda (contoh: Physical Demand (Kebutuhan Fisik)

mendorong, menarik, memutar, Low High

mengontrol, menjalankan, dan lainnya).

Apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

pelan atau cepat, tenang atau buru - buru?

Seberapa besar tekanan waktu yang anda

rasakan selama pekerjaan atau elemen Temporal Demand (Kebutuhan Waktu)

pekerjaan berlangsung? Apakah pekerjaan Low High

perlahan dan santai, atau cepat dan

melelahkan? 0 1020 30 40 50 60 70 80 90 100

Tabel Lanjutan 2.4 Pemberian Rating

Seberapa besar keberhasilan anda di dalam Performance (performa)


28

mencapai target pekerjaan anda? Seberapa Good Poor


puas Anda dengan performansi anda dalam

mencapai target tersebut? 0 1020 30 40 50 60 70 80 90 100

Effort(Tingkat Usaha)

Seberapa besar usaha yang anda keluarkan Low High


secara mental dan fisik yang dibutuhkan

untuk mencapai level performansi anda? 0 1020 30 40 50 60 70 80 90 100

Seberapa besar rasa tidak aman, putus asa, Frustration (Tingkat Frustasi)

tersinggung, stres, dan terganggu dibanding Low High


dengan perasaan aman, puas, cocok,

nyaman, dan kepuasaan diri yang dirasakan 0 10 20 30 40 50 60


selama mengerjakan pekerjaan tersebut? 70 80 90 100

Data yang berasal dari pemberian (rating) terkait beban kerja

nantinya akan diolah dengan menggunakan perhitungan seperti berikut

ini:

a) Menghitung produk

Nilai produk didapatkan dengan mengalikan peringkat

dengan bobot faktor untuk setiap deskriptor. Berdasarkan hal

tersebut maka dihasilkan enam indikator yaitu kebutuhan mental,

kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, usaha dan tingkat frustasi

(Handika, 2020). Persamaan 1 menunjukan perhitungan untuk

menentukan nilai produk :


29

Gambar 2.1 Rumus menghitung produk

b) Menghitung Weighted Workload (WWL)

Weighted Workload (WWL) dilakukan dengan cara

menjumlahkan keenam nilai produk (Handika, 2020).

Gambar 2.2 Rumus menghitung weighted workload (WWL)

c) Menghitung nilai rata-rata dari Weighted Workload (WWL)

Dilakukan dengan cara membagi Weighted Workload (WWL) dengan

bobot total (Handika, 2020).

Gambar 2.3 Rumus menghitung rata-rata WWL

Menghitung interpretasi hasil skor, skor beban kerja dibagi menjadi

tiga bagian, diantaranya nilai lebih besar dari 80 dinyatakan beban

kerja agak berat, a nilai 50-80 dinyatakan beban kerja sedang dan nilai

kurang dari 50 dinyatakan beban kerja agak ringan.

d) Menghitung interprestasi
30

Interprestasi nilai skor dalam metode NASA-TLX, skor beban

kerja terbagi dalam tiga bagian antara lain nilai yang lebih besar dari

80 dinyatakan beban kerja yang agak berat, nilai 50-80 dinyatakan

beban kerja sedang dan nilai yang kurang dari 50 dinyatakan beban

kerja agak ringan (Rahmah, 2018). Tabel 2.5 menunjukkan penentuan

kategori menggunakan NASA-TLX :

Tabel 2.5 Kategori NASA-TLX

Nilai
Golongan Beban

Kerja

0-9
Rendah

10-29
Sedang

30-49
Agak Tinggi

50-79
Tinggi

80-100
Sangat Tinggi

7. Cardiovascular (CVL)

Dalam pengukuran beban kerja fisik selain dilihat dari keseluruhan

kalori yang sedang dikonsumsi, bisa juga dilihat dari beban statis yang

diterima dan jumlah otot yang terlibat dan tekanan panas dari kondisi

lingkungan kerja yang dapat membuat denyut nadi meningkat. Dengan hal

tersebut, bisa diartikan denyut nadi juga bisa digunakan sebagai cara untuk
31

menghitung nilai indeks dari beban kerja yang dilakukan. Untuk

memperkirakan indeks dari beban kerja fisik dengan denyut nadi

mepunyai beberapa indikator perhitungan:

 Denyut nadi rata-rata selama bekerja merupakan denyut nadi kerja

 Denyut nadi rata-rata sebelum mulai bekerja atau saat

istirahat merupakan denyut nadi istirahat

 Denyut nadi kerja merupakan selisih antara jumlah denyut

nadi kerja dan denyut nadi istirahat.

Metode yang digunakan untuk menilai ketegangan

kardiovaskular dengan cara melakukan pengukuran denyut nadi

selama bekerja. Jika tidak memiliki ketersediaan alat dapat

direkam secara manual menggunakan stopwatch dengan metode

10 ketukan.

Untuk memperoleh nilai klasifikasi dari beban disuatu

pekerjaan dapat dengan cara membandingkan antara peningkatan

denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum akibat beban

kardiovaskuler (beban kardiovaskuler = % CVL) bisa dihitung

dengan persamaan berikut (Handika, 2020).

You might also like