Professional Documents
Culture Documents
2366-Article Text-5376-1-10-20230324
2366-Article Text-5376-1-10-20230324
Abstract
Education is an awareness that is designed to support the learning environment and the learning process so that
learners can actively develop their potential to have spiritual strength, noble character, and the necessary skills
themselves, society, nation, and state. In education can not be separated what is called Character Education.
According to Fenty Sulasty, there are 18 character values developed, including responsibility, religious, honest,
tolerant, discipline, hard work, creative, independent, and democracy. Other values include love of peace,
respect for others, love of the motherland, and the spirit of Honor. Researchers use qualitative research with a
descriptive approach to explain the phenomena that are happening in SMP Plus Al Masduqiah, which then the
information obtained is then interpreted and written in the form of words or descriptive based on facts obtained
at the time of the research site. The results of the study were the management of Character Education in the
guidance of noble morals in SMP Plus Al Masduqiah through planning and implementation. Implementation of
character education in SMP Plus Al Masduqiah such as morning apples, exemplary, learning, control,
evaluation. SMP Plus Al Masduqiah requires its students to follow the extracurricular Scout Movement in order
to have a good attitude of discipline and integrity.
Keywords: Education Management, character, noble character
Abstrak
Pendidikan adalah kesadaran yang dirancang untuk mendukung lingkungan belajar dan proses pembelajaran
supaya peserta didik bisa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Didalam pendidikan tidak
lepas yang namanya pendidikan karakter. Menurut Fenty Sulasty, ada 18 nilai karakter yang dikembangkan,
antara lain tanggung jawab, taat beragama, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan demokrasi.
Nilai-nilai lainnya termasuk cinta damai, menghormati orang lain, cinta tanah air, dan semangat kehormatan.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deksriptif untuk menjelaskan fenomena yang
sedang terjadi di SMP Plus Al Masduqiah, yang kemudian informasi yang diperoleh kemudian diinterpretasikan
dan dituliskan dalam bentuk kata-kata atau secara deskriptif berdasarkan fakta yang diperoleh pada saat di
lokasi penelitian berlangsung. Hasil penelitian yakni Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan
Akhlak Mulia di SMP Plus Al Masduqiah melalui perencanaan dan pelaksanaan. Pelaksanaan pendidikan
karakter di SMP Plus Al Masduqiah seperti apel pagi, keteladanan, pembelajaran, pengontrolan, evaluasi. SMP
Plus Al Masduqiah mewajibkan siswa-siswinya untuk mengikuti ekstrakurikuler Gerakan Pramuka supaya
memiliki sikap disiplin yang baik serta berintegritas.
Kata Kunci : manajemen pendidikan, karakter, akhlak mulia
Copyright (c) 2023 Eka Sri Wahyuni, Endah Tri Wisudaningsih, Nur Hayati
Corresponding author: Eka Sri Wahyuni
Email Address: ekasriw750@gmail.com (Jl. Raya Panglima Sudirman No.360, Semampir, Kec. Kraksaan)
Received 18 March 2023, Accepted 24 March 2023, Published 24March 2023
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kesadaran yang dirancang untuk mendukung lingkungan belajar dan proses
pembelajaran supaya peserta didik bisa secara aktif mengembangkan potensi dirinya serta memiliki
kekuatan spiritual, berakhlak terpuji, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. Negara akan maju jika generasi penerusnya berpendidikan dan berkompeten dalam
Manajemen Pendidikan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP PLUS Al Masduqiah, Eka Sri Wahyuni,
Endah Tri Wisudaningsih, Nur Hayati
13579
bidang teknologi. Salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan dengan
menekankan pada hasil belajar siswa (Mhd Saleh, 2022).
Pada dasarnya, belajar adalah proses mencoba mempelajari sesuatu yang baru dan bagaimana
proses itu mengakibatkan seseorang mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman atau
interaksinya dengan lingkungannya. Ada dua kategori elemen yang memiliki dampak keseluruhan
pada pembelajaran: faktor internal dan pengaruh eksternal. Masalah fisik, psikologis, dan kelelahan
adalah contoh dari faktor internal. Masalah keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah contoh kekuatan
eksternal (Agustinus Tanggu Daga, 2021).
Didalam pendidikan tidak lepas yang namanya pendidikan karakter. Menurut Fenty Sulasty,
ada 18 nilai karakter yang dikembangkan, antara lain tanggung jawab, taat beragama, jujur, toleran,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan demokrasi. Nilai-nilai lainnya termasuk cinta damai,
menghormati orang lain, cinta tanah air, dan semangat kehormatan (Fenty Sulastini dan Moh. Zamili,
2019).
Ayat Al-Qur’an juga menerangkat tentang pentingnya pendidikan karakter :
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (QS. Luqman, 12) (Departemen
RI, 2015).
Beberapa ahli pendidikan mengklaim bahwa siswa Indonesia di sekolah dasar dan menengah
menunjukkan kurangnya kemampuan untuk menghubungkan apa yang telah mereka pelajari. dan
bagaimana menggunakannya untuk melewati rintangan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang
sama disampaikan oleh Sudarman yang mengatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi industri
pendidikan adalah masalah proses pembelajaran yang kurang baik. Tidak mungkin memisahkan
komunikasi dua arah antara guru dan murid dari proses pembelajaran pada umumnya (Ipung Purwati
dan Endang Fauziati, 2022).
Dalam penelitian terdahulu oleh Linda Mayasari tentang manajemen pendidikan karakter
dalam pembinaan akhlak mulia di SMA Negeri 1 Purbolinggo menegaskan, bahwasanya guru
merupakan suri tauladan baik untuk siswanya (Mayasari, 2020)
Gejala kemerosotan nilai moral dan etika di kalangan pelajar pada zaman sekarang ini mulai
menimbulkan kekhawatiran. Merosotnya nilai keluhuran bangsa Indonesia seperti tolong menolong,
kejujuran, keadilan serta sopan santun dijadikan semboyan belaka. Lembaga pendidikan yang
bertugas mencetak generasi yang berkarakter, terampil dan berakhlak mulia telah kehilangan
perannnya.
Berdasarkan penjelasan di atas memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dan fokus
pada Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP Plus Al Masduqiah
13580 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13578-13585
METODE
SMP Plus Al Masduqiah memiliki prinsip keteladanan yang harus dipegang dalam
menerapkan perilaku baik, supaya memiliki pengaruh kepada masyarakat sekolah, seperti prinsip 3 M
: Mulai diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan biasa, Mulai sekarang juga. Prinsip ini bertujuan supaya
bisa memberikan contoh yang baik kepada siswa dan siswi.
Adapun untuk mewujudkan program ini, Kepala Sekolah menyampaikan beberapa hal,
sebagai berikut :
a. Semua warga sekolah diwajibkan memberikan contoh prilaku nilai akhlakul karimah kepada
orang lain, seperti bagaimana berjalan yang berakhlak (tidak berlari-lari saat ada guru,
bagaimana menyapa guru dan teman, mengucapkan salam, berjabat tangan, berinteraksi
dengan santun, saling menasehati, memberikan arahan.
b. Memperlakukan orang lain dengan perilaku terpuji, supaya orang lain bisa menerima kita
dengan baik.
3. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya untuk memasukkan nilai-nilai kedalam pendidikan melalui
pembelajaran moral, serta berintegrasi pada dimensi religus keagamaan yang menekankan iman dan
takwa (imtak) dan akhlak mulia (Cut Zahri Harun, 2013).
SMP Plus Al Masduqiah memiliki kurikulum untuk membekali siswa dengan pemahaman,
pengetahuan seperti akhlak yang baik. Pembelajaran akhlakul karimah bisa dilakukan dengan cara
khusus atau secara umum. Cara khusus, seperti memberikan materi khusus tentang akhlak yang baik,
melalui materi saat MPLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah), ceramah, guru bimbingan penyuluhan,
serta kepala sekolah menghimbau semua mata pelajaran harus bisa mengaitkan materi dengan
pendidikan karakter. Cara umum berarti memasukkan, menghubungkan dan melekatkan nilai moral
pada segala sesuatu yang ada di sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler.
Berkaitan dengan pembentukan karakter siswa, SMP Plus Al Masduqiah mewajibkan siswa-
siswinya (santri) mengikuti ekstrakurikuler Gerakan Pramuka, bahkan di tingkatan pramuka penegak
(SMA) wajib ikut pelatihan Kursus Mahir Dasar (KMD). Melalui Gerakan Pramuka, SMP Plus Al
Masduqiah memiliki kedisiplinan yang tinggi, serta Akhlak yang baik.
Gerakan Pramuka memiliki tujuan supaya membentuk karakter, seperti : (1) Memiliki jiwa
yang menanamkan keimanan, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani (2)
Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik, dan berguna,yang dapat membangun dirinya
sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa, dan negara,
memiliki kepedulian terhadap sesama hidup, dan alam lingkungan (Intan Kusumawati, 2012).
4. Pengontrolan
Manajemen Pendidikan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP PLUS Al Masduqiah, Eka Sri Wahyuni,
Endah Tri Wisudaningsih, Nur Hayati
13583
Pengawasan mengacu pada program pemeriksaan untuk memastikan terwujudnya perilaku
terpuji dalam segala kegiatan serta sesuai dengan rencana dan aturan yang ada. Hal ini merupakan
bertujuan bagaimana setiap orang peka untuk mengingatkan perilaku menyimpang yang terjadi di
depan mereka, dimanapun dan kapanpun mereka berada. Program pemantauan diharapkan
menghasilkan hukuman sosial untuk perilaku yang menyimpang (Imam Mushafak, 2015).
Supaya pengontrolan tersistem dalam pelaksanaan pembinaan karakter akhlak mulia secara
maksimal maka perlu diterapkan sebuah pengontrolan secara berkesinambungan yang bisa
mengontrol pembinaan akhlak secara terus menerus.
Bapak Kepala Sekolah menegaskan, bagi siswa-siswi yang melanggar peraturan sekolah
maupun pondok, akan diberikan sangsi berupa teguran apabila pelanggarannya ringan, akan tetapi jika
pelanggarannya berat diberikan sangsi yang sangat merugikan siswa seperti memakai jilbab
pelanggaran yang memiliki beberapa warna (bagi siswi/santriwati). Bagi pelanggar siswa/santri,
sangsi yang diberikan juga lumayan tegas seperti dicukur gundul.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan program bagaimana cara memberikan penilaian dan bagaimana cara
mengkoreksi semua kegiatan sistem tersebut secara terus menerus yang nantinya diharapkan bisa
menentukan kebijakan/program baru yang lebih unggul kedepannya. Evaluasi dilaksanakan secara
terus menerus supaya akhlakul karimah berjalan tanpa hambatan.
SMP Plus Al Masduqiah memiliki cara untuk mengevaluasi seperti mementukan tujuan,
merumuskan tujuan dan evaluasi pendidikan karakter akhlak mulia diterapkan bersamaan dengan
proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan cara memperhatikan tingkah laku
siswa dalam berinteraksi.
Proses evaluasi yang dilakukan oleh guru di SMP Plus Al Masduqiah untuk melihat hasil
keseluruhan selama proses pendidikan, dari hasil evaluasi ini akan terlihat kendala atau penyebab
belum berhasilnya/tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelum diterapkan suatu kebijakan. Jika
kebiajakan yang sudah ditetapkan belum berhasil dalam melaksanakan tujuan, maka akan dilakukan
bimbingan (teguran), hukuman, serta perbaikan.
Manfaat dari evaluasi pendidikan bertujuan supaya mengetahui sejauh mana tercapainya
proses pembelajaran dan sejauh mana materi pembelajaran bisa diterima dan dikuasi peserta didik.
KESIMPULAN
Beberapa ahli pendidikan mengklaim bahwa siswa Indonesia di sekolah dasar dan menengah
menunjukkan kurangnya kemampuan supaya bisa menghubungkan apa yang telah mereka pelajari.
dan bagaimana menggunakannya untuk melewati rintangan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang
sama disampaikan oleh Sudarman yang mengatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi industri
pendidikan adalah masalah proses pembelajaran yang kurang baik. Tidak mungkin memisahkan
komunikasi dua arah antara guru dan murid dari proses pembelajaran pada umumnya.
13584 Journal on Education, Volume 05, No. 04, Mei-Agustus 2023, hal. 13578-13585
Gejala kemerosotan nilai moral dan etika di kalangan pelajar akhir ini mulai menimbulkan
kekhawatiran dalam pendidikan. Nilai luhur bangsa Indonesia dalam artian tolong menolong, sikap
kejujuran, keadilan dan kasih sayang, serta sopan santun kepada yang lebih tua hanyalah semboyan
belaka. Lembaga pendidikan yang bertugas mencetak generasi cerdas, terampil dan berakhlak mulia
telah menghitam.
Langkah-Langkah Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP
Plus Al Masduqiah (1) Perencanaan Pendidikan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP
Plus Al Masduqiah, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP
Plus Al Masduqiah.
Adapun program-program kegiatan yang direncanakan oleh SMP Plus Al Masduqiah, sebagai
berikut : (a) Apel pagi (06.30-07.00 WIB), (b) Keteladanan, (c) Pembelajaran seperti mewajibkan
siswa mengikuti ekstrakurikuler Gerakan Pramuka serta ada pelatihan Kursus Mahir Dasar untuk
pramuka tingkat Penegak (SMA), (d) Pengontrolan contohnya bagi siswa-siswi yang melanggar
peraturan sekolah maupun pondok, akan diberikan sangsi berupa teguran apabila pelanggarannya
ringan, akan tetapi jika pelanggarannya berat diberikan sangsi yang sangat merugikan siswa seperti
memakai jilbab pelanggaran yang memiliki beberapa warna (bagi siswi/santriwati). Bagi pelanggar
siswa/santri, sangsi yang diberikan juga lumayan tegas seperti dicukur gundul, (e) Evaluasi.
REFERENSI
Agus wibowo. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berkepribadian.
Pustaka Pelajar.
Agustinus Tanggu Daga. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah
Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
Albi Anggito dan Johan Setiawan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher).
Annisa Maharani dan Ceceng Syarif. (2022). Manajemen Pendidikan Karakter dalam Pembinaan
Akhlak Peserta Didik. Edumaspul, 6(1), 763–769.
Cut Zahri Harun. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 4(3), 302–
308.
Departemen RI. (2015). Al-Quran Terjemah.pdf. CV Darus Sunah.
Fenty Sulastini dan Moh. Zamili. (2019). Efektivitas Program Tahfidzul Qur’an dalam Pengembangan
Karakter Qur’ani. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 4(1), 15–22.
Imam Mushafak. (2015). Sistem kontrol pendidikan karakter di sekolah dan keluarga. TA’ALLUM,
03(01), 77–91.
Intan Kusumawati. (2012). Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Kepramukaan. Academy
Of Education Journal. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(1), 75–91.
Ipung Purwati dan Endang Fauziati. (2022). Pendidikan Karakter Religius Sekolah Dasar Dalam
Manajemen Pendidikan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Mulia di SMP PLUS Al Masduqiah, Eka Sri Wahyuni,
Endah Tri Wisudaningsih, Nur Hayati
13585
Perspektif Filsafat Idealisme. Elementa: Jurnal PGSD STKIP PGRI Banjarmasin, 4(1), 1–8.
Jamal Ma’mun Asmani. (2012). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. DIVA
Press.
Lexy J. Moleong. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Mayasari, L. (2020). Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Sma
Negeri 1 Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO.
Mhd Saleh. (2022). Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. HIkmah : Journal of Islamic
Studies, 17(2), 101–108.
Yoke Suryadarna, & Ahmad Hifdzil Haq. (2015). Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali. In
At-Ta’dib (Vol. 10, Issue 2, pp. 362–381).
Zuchri Abdussamad. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. CV Syakir Media Press.