You are on page 1of 11

13.

LOMBA CERITA ISLAMI / MENDONGENG MAPSI 2023 TINGKAT SD

a. Peserta terdiri dari 1 putra dan 1 putri, utusan dari masing-masing Kabupaten/kota

b. Waktu penampilan maksimal 7 menit

c. Tidak diperkenan (dilarang) membawa alat peraga, kecuali yang melekat di badan (surban, kopiah,
tongkat, tasbeh)

d. Peserta menampilkan cerita sesuai dengan salah satu tema yang dipilih, antara lain :

a) Kisah Sunan Maulana Malik Ibrahim

b) Kisah Sunan Ampel

c) Kisah Sunan Bonang

d) Kisah Sunan Drajat

e) Kisah Sunan Giri

f) Kisah Sunan Kalijaga

g) Kisah Sunan Kudus

h) Kisah Sunan Muria

i) Kisah Sunan Gunung Jati

j) Tidak diperkenankan menceritakan cerita diluar tema yang sudah ditentukan oleh Panitia.

e. Peserta membuat dan menyerahkan rangkuman naskah teks cerita islami yang diketik rapi
menggunakan komputer kepada juri. Naskah ini berfungsi sebagai acuan penilaian, namun tidak
dinilai.

f. Juri akan memilih dan menetapkan juara 1, juara 2, dan juara 3 serta juara harapan 1, juara
harapan 2, dan juara harapan 3.

MATERI CERITA ISLAMI

A) KISAH SUNAN MAULANA MALIK IBRAHIM

Sunan Maulana Malik Ibrahim - Sang Pelita Cinta dan Cahaya Ilahi

Pada zaman dahulu kala, di tanah Jawa yang subur, hiduplah seorang wali Allah yang
disebut Sunan Maulana Malik Ibrahim. Beliau dikenal sebagai pelita cinta dan cahaya
ilahi yang menerangi hati manusia dengan kasih sayang dan kebijaksanaan. Cerita ini
bermula dari perjalanan hidupnya yang penuh berkah.

Sunan Maulana Malik Ibrahim lahir dari keluarga yang saleh di sebuah desa kecil.
Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecerdasan dan ketakwaan yang luar biasa.
Ayahnya, seorang ulama terkemuka, menyadari bahwa putranya memiliki bakat
spiritual yang tinggi. Oleh karena itu, setelah beliau dewasa, ayahnya mengajaknya
untuk belajar ilmu agama lebih dalam di bawah bimbingan para sufi terkenal di
Negeri Timur.

Setelah melalui perjalanan yang panjang dan penuh perjuangan, akhirnya Sunan
Maulana Malik Ibrahim tiba di negeri yang menjadi pusat ilmu spiritual saat itu. Di
sana, ia menemui banyak guru sufi yang bijaksana dan mendalam. Selama bertahun-
tahun, beliau memperdalam ilmu tasawuf dan mengalami proses bimbingan yang
intensif.

Suatu hari, dalam meditasi mendalam, Sunan Maulana Malik Ibrahim mendapatkan
ilham dari Tuhan yang maha Esa. Ia merasa panggilan untuk kembali ke tanah
kelahirannya dan menyebarkan kasih sayang serta cahaya ilahi yang ia peroleh dari
guru-gurunya. Dengan hati yang penuh semangat, beliau pulang ke tanah Jawa.

Sesampainya di tanah air, berita tentang kebijaksanaan dan kesucian hati Sunan
Maulana Malik Ibrahim menyebar cepat. Banyak orang yang datang mencari
petunjuk dan hikmah dari sang wali Allah. Beliau menerima semua orang dengan
ramah dan menyebarkan pesan perdamaian serta kasih sayang.

Salah satu ajaran Sunan Maulana Malik Ibrahim yang paling terkenal adalah pesan
tentang cinta kasih terhadap sesama manusia tanpa memandang perbedaan agama,
suku, atau ras. Beliau selalu mengajak umatnya untuk berbuat kebaikan dan saling
tolong-menolong dalam kebaikan.

Dalam satu kesempatan, ada seorang penguasa yang mendengar kabar tentang
kebijaksanaan Sunan Maulana Malik Ibrahim dan merasa penasaran. Ia datang
mengunjungi sang wali Allah dengan maksud untuk menguji kebenaran
kebijaksanaannya. Namun, setibanya di hadapan Sunan, hatinya menjadi tenang dan
terpikat oleh aura kebijaksanaan yang mengalir dari beliau.

Penguasa itu pun bertanya, "Wahai Sunan, aku datang untuk menguji
kebijaksanaanmu. Berikan aku nasihat yang paling berharga!"

Dengan senyum lembut, Sunan Maulana Malik Ibrahim menjawab, "Wahai penguasa,
nasihat berharga yang kupunya adalah cintailah rakyatmu seperti engkau mencintai
dirimu sendiri. Hormatilah sesama manusia dan jagalah keadilan di dalam
pemerintahanmu. Ingatlah, kekuasaan adalah amanah, dan Tuhan akan bertanya
bagaimana engkau mengemban amanah itu."

Penguasa itu sangat terkesan dengan nasihat bijaksana tersebut dan merasa hatinya
menjadi lebih ringan. Ia pun menyadari pentingnya keadilan dan cinta kasih dalam
memerintah, dan mulai merubah cara pemerintahannya menjadi lebih adil dan
bijaksana.
Kisah-kisah kebijaksanaan dan kasih sayang Sunan Maulana Malik Ibrahim terus
menyebar ke berbagai penjuru tanah Jawa. Banyak orang yang datang untuk
mengikuti ajarannya dan mencari pencerahan spiritual. Sunan Maulana Malik Ibrahim
membimbing mereka dengan penuh kesabaran dan kelembutan, mengajarkan
mereka tentang kebesaran Allah dan keagungan cinta-Nya.

Hingga suatu hari, tibalah masa dimana Sunan Maulana Malik Ibrahim merasakan
panggilan dari Tuhan untuk kembali ke alam-Nya. Sebelum berpulang, beliau
berkumpul dengan para pengikutnya dan memberikan pesan terakhirnya.

"Anak-anakku yang tercinta, teruslah menyebarkan cahaya kasih sayang dan ilmu
kebenaran. Jadilah pelita bagi orang-orang yang gelap hatinya. Ingatlah, kasih
sayang dan kebijaksanaan adalah bekal terbesar dalam perjalanan menuju Tuhan
Yang Maha Esa. Tetaplah bersatu dan hidup dalam damai, karena hanya dengan
cinta dan kedamaian, kita akan meraih keridhaan-Nya."

Dengan berkata demikian, Sunan Maulana Malik Ibrahim mengembuskan nafas


terakhirnya dalam ketenangan dan kedamaian. Namun, pesan-pesannya terus hidup
dan memberi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya.

Cerita tentang Sunan Maulana Malik Ibrahim, sang pelita cinta dan cahaya ilahi,
masih diwariskan dan dikenang oleh umat Islam hingga saat ini. Perjalanan hidupnya
menjadi teladan bagi kita semua untuk menjalani kehidupan dengan kasih sayang
dan kebijaksanaan, serta selalu mengingatkan kita untuk mencintai sesama manusia
dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan ikhlas.

B) KISAH SUNAN AMPEL

Sunan Ampel - Menemukan Cahaya dalam Kegelapan

Pada zaman dahulu, di Jawa Timur, hiduplah seorang wali Allah yang bijaksana dan
penuh cinta kasih, bernama Sunan Ampel. Beliau dikenal sebagai seorang tokoh
agama yang mengajarkan nilai-nilai Islam dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan. Di balik kearifan dan kedermawanan beliau, Sunan Ampel juga
dikenal sebagai seorang pedagang yang jujur dan penuh integritas.

Suatu hari, di sebuah desa kecil, beredar kabar tentang seorang pedagang kaya
bernama Raden Patah yang membutuhkan panduan rohaniah. Raden Patah merasa
kesulitan menghadapi kegelapan hatinya karena godaan harta dan kuasa.
Mendengar kabar ini, Sunan Ampel merasa tertarik untuk membantu Raden Patah
menemukan cahaya dalam kegelapan hatinya.
Sunan Ampel segera mengambil perjalanan menuju istana Raden Patah, tetapi ia
tidak datang sebagai seorang pedagang yang terhormat. Sebaliknya, beliau
mengenakan pakaian sederhana seperti seorang sufi miskin dan membawa hanya
beberapa buah buku yang berisi ayat-ayat suci Al-Qur'an. Saat beliau tiba di istana,
para pengawal dan pengikut Raden Patah memandang sebelah mata, meremehkan
penampilan Sunan Ampel.

Namun, hati Sunan Ampel tetap tenang dan penuh kasih. Beliau mendekati Raden
Patah dengan rendah hati dan berbicara dengan lemah lembut, "Assalamu'alaikum,
wahai tuanku. Saya mendengar Anda membutuhkan panduan rohaniah. Semoga
Allah membuka pintu hati Anda untuk menerima nasihat saya."

Raden Patah merasa terkejut dan tersentuh oleh ketulusan Sunan Ampel. Beliau
merasa ada sesuatu yang berbeda pada pria sederhana ini, dan hatinya merasa
nyaman berbicara dengan Sunan Ampel. Ia pun mempersilahkan Sunan Ampel untuk
tinggal di istananya selama beliau mau.

Dalam beberapa minggu, Sunan Ampel membimbing Raden Patah dengan penuh
kesabaran. Beliau mengajarkan nilai-nilai Islam tentang keikhlasan, ketabahan, dan
keadilan. Setiap malam, mereka berdua berzikir dan berdoa bersama, memohon
petunjuk dan ampunan dari Allah.

Melalui ajaran dan keteladanan Sunan Ampel, hati Raden Patah mulai berubah. Rasa
tamaknya yang selalu haus akan harta dan kekuasaan berangsur-angsur menghilang,
digantikan oleh rasa syukur atas karunia Allah. Beliau mulai memperhatikan
rakyatnya dan berusaha untuk memperbaiki kehidupan mereka.

Suatu hari, Raden Patah merasa teramat terharu dan berkata kepada Sunan Ampel,
"Wahai Sunan, Anda telah membawa cahaya dalam kegelapan hatiku. Saya tidak
akan pernah bisa membayar budi baik dan ajaran yang Anda berikan. Apa yang harus
saya lakukan?"

Sunan Ampel tersenyum dan berkata, "Tidak ada yang harus Anda bayar, wahai
tuanku. Cukup bantu rakyat Anda dengan kebaikan dan berlaku adil. Luangkan waktu
untuk beribadah dan berzikir kepada Allah, maka Allah akan membalasnya dengan
berlipat ganda."

Raden Patah kini telah menjadi penguasa yang bijaksana dan adil. Ia tidak lagi
dikuasai oleh harta dan kuasa, tetapi hatinya dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang
kepada rakyatnya. Bersama Sunan Ampel, mereka membangun masjid dan madrasah
untuk menyebarkan ajaran Islam yang damai dan penuh kasih.
Tidak lama kemudian, berita tentang perubahan Raden Patah menyebar ke berbagai
daerah, dan banyak orang datang untuk belajar dari Sunan Ampel. Keagungan dan
kebijaksanaan Sunan Ampel menarik banyak hati yang haus akan cahaya hidayah.

Dan begitulah kisah tentang Sunan Ampel, seorang wali Allah yang membawa
cahaya dalam kegelapan hati Raden Patah dan banyak orang lainnya. Ia mengajarkan
nilai-nilai keikhlasan, ketabahan, dan keadilan, serta menunjukkan bahwa
kesederhanaan dan kasih sayang adalah kunci untuk menemukan cahaya dalam
kegelapan. Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk mengikuti jejak
kebaikan Sunan Ampel dan menjadi cahaya bagi orang lain dalam kehidupan ini.

C) KISAH SUNAN BONANG

Sunan Bonang - Cahaya Cinta dan Kebijaksanaan

Di sebuah desa kecil yang subur di pulau Jawa, hiduplah seorang pria yang dihormati
dan dikasihi oleh masyarakat setempat. Nama pria itu adalah Sunan Bonang. Ia
tumbuh dalam keluarga yang taat beragama, dan sejak kecil telah menunjukkan
kecintaannya pada agama Islam. Sunan Bonang memiliki wajah penuh kebijaksanaan
dan senyuman yang ramah, yang selalu menenangkan hati siapa pun yang bertemu
dengannya.

Kehidupan Sunan Bonang berjalan dengan penuh kesederhanaan. Setiap pagi, dia
pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat dan mengaji Al-Quran. Kemudian,
sepanjang hari, ia memberikan pelajaran agama kepada anak-anak dan remaja di
desanya. Sunan Bonang dengan lembut dan bijaksana menyampaikan pesan-pesan
Islam, memperkuat nilai-nilai kebaikan, dan mengajarkan toleransi di antara sesama
manusia.

Suatu hari, sebuah peristiwa mengguncang desa mereka. Musim kemarau panjang
telah mengeringkan sumur-sumur mereka, dan sumber air terdekat pun mulai
berkurang. Masyarakat desa menjadi gelisah dan takut akan masa depan mereka.
Sunan Bonang, yang selalu mencari solusi bijaksana dalam setiap situasi,
menyampaikan pesan keberanian dan kepercayaan kepada Allah kepada
masyarakatnya. Ia mengajak mereka untuk saling bergandengan tangan, bekerja
sama, dan berdoa agar Allah membuka pintu rahmat-Nya.

Dengan penuh keyakinan dan kesatuan, mereka semua berdoa di masjid, memohon
kepada Allah untuk mengirimkan hujan yang ditunggu-tunggu. Setelah doa mereka,
Sunan Bonang membimbing mereka untuk menjaga kesabaran dan tetap bekerja
keras, tanpa putus asa, karena rahmat Allah akan datang pada waktunya.
Beberapa hari kemudian, anugerah dari Allah tiba. Hujan turun dengan lebatnya,
mengisi sumur-sumur yang kering, dan menyuburkan kembali tanah pertanian
mereka. Masyarakat desa bersyukur dan menganggap ini sebagai karunia dari Allah
yang tak ternilai.

Kepiawaian Sunan Bonang dalam mengatasi masalah ini membuatnya semakin


dicintai dan dihormati oleh masyarakat desa dan daerah sekitarnya. Berita tentang
kebijaksanaan dan keteladanan Sunan Bonang menyebar jauh dan luas, hingga
mencapai telinga seorang penguasa yang berkuasa di kerajaan setempat.

Penguasa yang ingin mengukuhkan kekuasaannya merasa terancam dengan


kebijaksanaan dan popularitas Sunan Bonang. Ia merasa bahwa ajaran Sunan Bonang
yang penuh cinta dan toleransi akan mengancam otoritasnya yang otoriter.

Penguasa itu memanggil Sunan Bonang ke istananya dan mencoba mengintimidasi


dan mengancamnya agar tidak lagi menyebarkan ajaran kebajikan dan toleransi.
Namun, Sunan Bonang dengan tenang dan penuh kasih menjawab, "Oh, tuan, ajaran
saya adalah ajaran cinta dan kedamaian. Saya hanya ingin memperkuat persatuan
dan kesatuan di antara rakyat. Jika ini mengancam kekuasaan tuan, mohon izinkan
saya pergi."

Meskipun penguasa itu ingin menahan Sunan Bonang, dia tidak berani melanggar
kesucian dan ketulusan hati pria bijaksana ini. Akhirnya, Sunan Bonang dibiarkan
pergi, tanpa celaan atau gangguan lebih lanjut dari penguasa.

Sunan Bonang terus melanjutkan misi hidupnya dengan mengajarkan kasih sayang
dan kedamaian di mana pun ia berjalan. Pengaruh kebaikan dan kebijaksanaannya
menjalar ke seluruh penjuru pulau Jawa, dan banyak orang datang mencari petunjuk
dan pencerahan darinya.

Kisah Sunan Bonang menjadi cermin bagi kita semua, tentang kekuatan cinta dan
kebijaksanaan dalam menghadapi cobaan hidup. Ia mengajarkan pentingnya
kesabaran, keberanian, dan kepercayaan pada Allah, serta arti sejati dari rahmat dan
kasih sayang yang tidak mengenal batas.

Sampai saat ini, ajaran Sunan Bonang masih menjadi sumber inspirasi bagi banyak
orang. Dia adalah cahaya cinta dan kebijaksanaan yang tak pernah padam,
membimbing manusia menuju jalan kebenaran dan kedamaian.
D) KISAH SUNAN DRAJAT

Nasihat Sunan Derajat: Menyampaikan Pesan Kebaikan

dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang tenang dan damai, hiduplah seorang
pria bijaksana bernama Sunan Derajat. Ia dikenal sebagai orang yang pandai dan
selalu memberikan nasihat yang bijaksana kepada siapa pun yang membutuhkannya.
Penduduk desa sangat menghormati dan menghargainya karena sifatnya yang
lembut dan pemahamannya tentang agama Islam yang mendalam.

Suatu hari, Sunan Derajat berkumpul dengan beberapa warga desa di bawah pohon
rindang. Mereka ingin mendengar nasihatnya tentang bagaimana menghadapi
berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Sunan Derajat tersenyum lembut dan
memulai nasihatnya.

"Cobalah untuk menehono teken marang wong kang wuto," ujar Sunan Derajat
dengan penuh kelembutan. Artinya, kita harus sabar dan mengendalikan diri ketika
berhadapan dengan seseorang yang berperilaku kasar atau emosi yang tidak
terkendali. Dalam agama Islam, kesabaran merupakan sifat mulia yang sangat
dianjurkan.

Kemudian, Sunan Derajat melanjutkan dengan nasihat selanjutnya, "Menehono


mangan marang wong kang luwe." Artinya, kita harus bersyukur dan merasa cukup
dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Jangan iri atau menginginkan apa
yang dimiliki orang lain, karena itu hanya akan menimbulkan ketidakpuasan dalam
hati.

"Menehono busono marang wong kang wudo," Sunan Derajat melanjutkan lagi.
Artinya, kita harus mengampuni orang yang telah melakukan kesalahan kepada kita.
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah, dan kita sebagai muslim diajarkan untuk
memaafkan kesalahan sesama. Dengan memaafkan, hati kita akan menjadi lebih
lapang dan terhindar dari rasa dendam.

Dan pada akhirnya, Sunan Derajat memberikan nasihat terakhirnya, "Menehono


ngiyup marang wong kang kodanan." Artinya, kita harus berbuat baik kepada
sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Menolong sesama
adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan
keberkahan dalam hidup.
Penduduk desa mendengarkan dengan khusyuk dan merenungkan setiap kata
nasihat dari Sunan Derajat. Mereka merasa terinspirasi dan bersemangat untuk
menerapkan nasihat tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dari hari itu, nasihat-nasihat bijaksana dari Sunan Derajat menjadi pegangan bagi
penduduk desa. Mereka belajar untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan,
mensyukuri nikmat Allah, memaafkan kesalahan orang lain, dan berbuat baik kepada
sesama. Kehidupan di desa itu pun semakin harmonis, dan kebahagiaan mewarnai
setiap sudutnya.

Setelah berkumpul selama enam menit, pertemuan itu pun berakhir. Para penduduk
desa berterima kasih kepada Sunan Derajat atas nasihatnya yang berharga. Mereka
merasa lebih siap menghadapi tantangan kehidupan yang akan datang, karena telah
mendengarkan nasihat dari seorang bijaksana yang mendalami ajaran agama Islam
dengan sepenuh hati.

Dan begitulah, nasihat-nasihat Sunan Derajat tetap melekat di hati setiap penduduk
desa, menjadi cahaya yang membimbing mereka dalam kehidupan yang penuh
makna dan berarti.

E) KISAH SUNAN GIRI

"Sunan Giri dan Keajaiban Cinta Ilahi"

Di suatu zaman di tanah Jawa, hiduplah seorang ulama besar yang disegani dan
dihormati oleh banyak orang. Dialah Sunan Giri, seorang wali Allah yang berjuang
untuk menyebarkan agama Islam dan mengajarkan makna cinta ilahi kepada seluruh
masyarakat.

Sunan Giri lahir sebagai putra dari Sunan Ampel, seorang ulama tersohor pada
masanya. Semenjak kecil, Sunan Giri telah menunjukkan ketekunan dalam menuntut
ilmu agama. Ia belajar dengan tekun dan selalu merasa lapar akan pengetahuan.

Ketika dewasa, Sunan Giri merantau ke berbagai tempat untuk mencari ilmu. Ia
belajar kepada banyak guru yang bijaksana dan berpengalaman. Di tengah
perjalanan hidupnya, ia merasa panggilan hati untuk kembali ke Jawa Timur dan
berdakwah kepada masyarakat setempat.

Kedatangan Sunan Giri disambut hangat oleh masyarakat. Ia tidak hanya


mengajarkan ilmu agama, tetapi juga memberikan contoh nyata tentang kebaikan
dan kasih sayang kepada sesama. Sunan Giri menjadi teladan bagi banyak orang
dalam menjalankan ibadah dan berbakti kepada Tuhan.

Ketika Sunan Giri berdakwah, ia selalu menekankan tentang pentingnya cinta ilahi.
Bagi Sunan Giri, cinta kepada Allah adalah inti dari seluruh ajaran agama. Ia
mengajarkan agar setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia harus berasal dari
cinta dan kasih sayang kepada Allah serta sesama makhluk-Nya.

Sunan Giri melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Jawa Timur untuk


menyebarkan ajaran Islam. Ia tak pernah lelah berjalan kaki dan menyeberangi hutan,
gunung, dan lembah untuk mencapai desa-desa terpencil. Setiap kali tiba di suatu
tempat, Sunan Giri akan bertemu dengan masyarakat setempat, mendengarkan kisah
mereka, dan membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi.

Selama berdakwah, Sunan Giri juga menunjukkan beberapa keajaiban yang diyakini
sebagai karunia Allah sebagai bentuk cinta-Nya. Diantaranya, ketika tanah kering
menjadi subur, saat air sungai mengalir di tempat yang sebelumnya kering, dan
ketika ia menyembuhkan orang sakit hanya dengan doa dan sentuhan penuh cinta
kasih.

Sunan Giri tidak pernah meninggalkan anak keturunan, tetapi ilmu yang diajarkan
dan cintanya kepada Allah diteruskan oleh para pengikutnya yang setia. Pesan cinta
ilahi yang diajarkan oleh Sunan Giri tetap melekat dalam hati mereka dan tersebar ke
generasi berikutnya.

Demikianlah kisah singkat tentang Sunan Giri dan keajaiban cinta ilahi yang diajarkan
olehnya. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk mencintai Allah dengan
segenap hati dan menyebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya.

F) KISAH SUNAN KALIJAGA

"SUNAN KALIJAGA: Kebijaksanaan dalam Pengampunan"

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sunan Kalijaga adalah salah satu wali Allah yang memiliki kebijaksanaan dalam
memaafkan dan mengajarkan makna pengampunan yang mulia. Mari kita
mendengarkan kisahnya.

Sunan Kalijaga lahir dengan nama Raden Mas Said pada abad ke-15 di wilayah Jawa
Tengah. Beliau berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Namun, kekayaan
dan kedudukan tidak membuatnya sombong atau angkuh. Sebaliknya, Sunan
Kalijaga tumbuh sebagai pemuda yang rendah hati dan mencintai ilmu agama.
Setelah dewasa, ia mengembara untuk menuntut ilmu agama lebih jauh. Dalam
perjalanan hidupnya, Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Bonang, seorang ulama
besar penyebar agama Islam di Jawa. Sunan Bonang menjadi gurunya, dan dia
meneruskan perjuangan dakwahnya untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Suatu hari, ketika Sunan Kalijaga berada di pasar, ia melihat seorang laki-laki yang
marah besar. Laki-laki tersebut marah karena merasa ditipu oleh seseorang. Tanpa
berpikir panjang, Sunan Kalijaga menghampiri dan mencoba menenangkan laki-laki
tersebut.

Sunan Kalijaga berkata, "Saudaraku, marah hanya akan membuat hatimu gelap.
Sebaliknya, praktikkanlah sikap pengampunan dan lapangkanlah hatimu. Allah
mencintai hamba-Nya yang mampu memaafkan."

Laki-laki itu awalnya menolak saran Sunan Kalijaga, namun setelah didengarkan
dengan penuh perhatian, lama-kelamaan hatinya mereda. Akhirnya, dia memutuskan
untuk mengikuti nasihat Sunan Kalijaga dan memaafkan orang yang telah
menipunya.

Kebaikan dan kebijaksanaan Sunan Kalijaga tidak hanya terbatas pada nasihatnya
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga melibatkan kegiatan amal yang berguna
bagi masyarakat. Beliau membantu orang miskin, memberikan bantuan kepada
mereka yang membutuhkan, dan mengajarkan nilai-nilai Islam dengan
kesederhanaan yang mudah dimengerti.

Sunan Kalijaga juga mendirikan pesantren dan masjid sebagai sarana pendidikan dan
penyebaran agama Islam. Di sinilah banyak murid datang untuk belajar dan mencari
pencerahan spiritual.

Suatu ketika, ada seorang mantan raja yang pernah berkuasa dan dikenal zalim,
namun kemudian hidup dalam kesederhanaan dan bertaubat dari dosa-dosanya.
Raja tersebut mendengar tentang kebijaksanaan dan kebaikan Sunan Kalijaga, lalu ia
pun ingin bertemu dengannya untuk meminta maaf atas perbuatannya di masa lalu.

Ketika Raja tersebut datang menemui Sunan Kalijaga, beliau menyambut dengan
ramah dan hati terbuka. Raja itu menumpahkan rasa penyesalannya dan memohon
ampun atas dosa-dosanya yang lalu. Sunan Kalijaga dengan tulus memaafkan dan
mengatakan, "Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang
bertaubat dengan sungguh-sungguh. Kita harus saling memaafkan karena kita
semua adalah hamba-Nya."

Setelah pertemuan itu, Raja dan Sunan Kalijaga bekerja sama dalam menyebarkan
kebaikan dan agama Islam di seluruh wilayah. Keduanya menyadari bahwa
pengampunan dan kebaikan adalah pangkal keberkahan dan kunci untuk mencapai
kedamaian dan keselamatan.

Demikianlah cerita tentang kebijaksanaan dalam pengampunan dari Sunan Kalijaga,


seorang tokoh Islami yang luhur dan berbudi pekerti mulia. Semoga kisah inspiratif
ini dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk senantiasa berlaku rendah hati, bijaksana,
dan selalu siap memaafkan sesama manusia.

G) KISAH SUNAN KUDUS

H) KISAH SUNAN MURIA

I) KISAH SUNAN GUNUNG JATI

You might also like