You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI : ASMA

DISUSUN OLEH :

1. DEVI RAHMANIA (2214471010)


2. SHELLA OKTARISA (2214471020)
3. AFRIDA INDRIYAWATI (221447102

Dosen Pembimbing : Ns. RINA MARIANI, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :

1. DHEA JULIANTI (2214471011)


2. CAHYA DILA FITRIA (2214471034)
3. FEBRI ROHMAYANTI (2214471046)
4. FITRI NOVIYANI (2214471048)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KOTABUMI


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami menyadari
bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki, oleh karena itu saran dan kritik pembaca
akan kami terima dengan senang hati untuk perbaikan makalah ini lebih lanjut.

Tulisan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu sudah sepantasnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak terutama kepada dosen mata kuliah keperawatan anak yang telah memberikan
masukan demi kelancaran penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Kotabumi, 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II MATERI.............................................................................................................. 3
A. Pengertian ........................................................................................................ 3
B. Etiologi............................................................................................................. 3
C. Tanda dan gejala............................................................................................... 4
D.Patofisiologi......................................................................................................... 5
E. Komplikasi ....................................................................................................... 5
F. Pemeriksaan diagnostik ................................................................................... 5
G. Penatalaksanaan ............................................................................................... 6
a. Medis ........................................................................................................... 6
b. Keperawatan ................................................................................................ 7
H. Proses keperawatan .......................................................................................... 7
a. Pengkajian ................................................................................................... 7
b. Diagnosa ...................................................................................................... 9
c. Intervensi ..................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12
C.

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di nega
ra maju maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma juga sudah
tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari
usia anak-anak sampai usia dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan penyakit geneti
k yang diturunkan dari orang tua pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan
merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi udara dan kurangnya kebersihan ling
kungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam peningkatan serangan asm
a. Asma adalah penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang ditandai oleh peny
empitan saluran pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial sekresi atau lendi
r dan pembengkakan mukosa atau peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebi
h memicu. Asma ditandai dengan serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat obstruk
si jalan napas (Gibbs, 2008). Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergi
es in Childhood pada tahun 2008 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala 2 penyak
it asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen di jawa tengah 1,5 persen
menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat dari 1,5 persen menjadi 2 persen. Selam
a 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat dengan kasus kematian yang dipr
ediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang. WHO memperkir
akan di tahun 2015 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena asma. Asma da
pat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita mempunyai gejala pada umur 1 tah
un, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma, gejala pertamanya muncul sebelum
umur 4-5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang hanya mendapat sera
ngan ringan sampai sedang, yang relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami as
ma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak yang terus menerus dari pada yang
musiman. Hal tersebut yang menjadikannya tidak mampu dan mengganggu kehadirann
ya di sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari hari ke hari (Sundaru, 2006). Asma jug
a salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kese
mbuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari
ancaman serangan berikutnya. Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta fak
tor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi pe
nyebab serangan. Karena asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secar
a total, biasanya dokter merujuk penderita asma kepada fisioterapi yang dapat membant
u mengatasi permasalahan yang 3 ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu pend
erita asma untuk dapat tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal. Fisi
oterapi dapat membantu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat asma. Fisiote
rapi membantu penderita asma untuk dapat tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubu
h yang optimal. Dari berbagai macam modalitas fisioterapi untuk mengatasi asma, secar
a umum paling banyak digunakan adalah latihan kontrol pernapasan (breathing control)
teknik pembersihan saluran napas (seputum clearance techniques), latihan pola pernapa
san (active breathing techniques). Berbagai penelitian telah mengemukakan bahwa latih
an pernapasan memberikan perbaikan pada pasien dengan kondisi asma. Fisioterapi me

1
mpunyai kemampuan penanganan asma yang secara umum dengan langkah-langkah se
bagai berikut: melakukan pemeriksaan derajat asma, memaksimalkan fungsi paru, mem
pertahankan fungsi optimal paru dengan menghindarkan dari faktor pencetus, mempert
ahankan fungsi optimal paru dengan inhalasi, secara teratur melakukan evaluasi progra
fisioterapi pada kondisi asma (Sasanahusada, 2013).

B. Tujuan
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pa
da klien dengan Asma Bronkhiale melalui pendekatan proses keperawatan.

BAB II
MATERI
2
A. Pengertian
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk
akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik
berulang (Brunner and suddarth, 2011).
Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang
melibatkan banyak sel dan elemennya (GINA, 2011).
Asma adalah suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran pernapasan yang
berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus berupa
hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi mukus, edema dinding saluran
pernapasan, deskuamasi epitel dan infiltrasi sel inflamasi yang disebabkan berbagai
macam rangsangan(Alsagaff, 2010).
Bedasarkan beberapa definisi diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan Asma
adalah suatu penyakit yang di tandai oleh hiperresponsif cabang trakeobronkial
terhadap berbagai rangsangan yang akan menimbulkan obstruksi jalan nafas dan gejala
pernafasan (mengi dan sesak).

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor presdiposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma menurut Baratawidjaja (2000) yaitu :
a. Faktor presdiposisi
Berupa genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Penderita denganpenyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang menderita menyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernafasan juga
bisa di turunkan.
b. Faktor presipitasi
1. Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan yaitu yang masuk melalui salura pernafasan misalnya debu, bulu
binantang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut misalnya makanan dan obat
obatan.
c) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak denga kulit misalnya perhiasan,
logam dan jam tangan.
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa penggunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atsmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.

3. Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang

3
timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stress perlu diberi
nasehat untuk menyelesaiakan masalah pribadinya. Karena juka stresnya belum
diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes atau polisi lalul intas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga atau aktivitas yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Menurut NANDA (2013) etiologi asma adalah dari


a. Lingkungan, yaitu berupa asap dan rokok
b. Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok,pasif, sekresi yang
tertahan, dan sekresi di bronkus.
c. Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi kronik.

C. Tanda dan Gejala


Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di timbulkan
berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak napas/susah
bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan di dada, dan
gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah bernapas. Gejala ini terjadi
secara reversibel dan episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2011)
Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan dengan
bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat (aspirin, beta-blocker),
olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan stress (GINA, 2004).
Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma
tersebut sehingga bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan yang di biasa
dikenal dengan Status Asmaticus (Brunner & Suddarth, 2011).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan whizing,
ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut
menjadi pernapasan labored (pepanjangan ekshalasi), perbesaran vena leher,
hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir
dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara whizing
dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner &
Suddarth, 2011).
Begitu bahayanya gejala asma. Gejala asma dapat mengantarkan penderitanya kepada
kematian seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit ini dikontrol dan di
kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa penderitanya (Sundaru, 2008).

D. Patofisiologi
Corwin (2000) berpendapat bahwa pada penderita asma, terjadi
bronkokonsentriksi. Proses bronkokonsentriksi ini diawali dengan proses
hypersensitivitas yang distimulasi agent fisik seperti suhu dingin, debu, serbuk

4
tanamana dan lainya. Asma juga dapat terjadi karena adanya stimulasi agent
psikis seperti kecemasan dan rasa takut. Pada suatu serangan asma otot-otot
polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan 20yang melapisi saluran udara
mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke
dalam saluran udara.Hal ini memperkecil diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha
sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu didalam saluran udara
(terutama sel mast) diduga bertanggung jawab terhadap awal terjadinya
penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya konstraksi otot polos,
peningkatan pembentukan lender dan perpindahan sel darah putih tertentu ke
bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu
yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus
yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi
pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang
tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan
kecemasan juga bisa memicu dilepaskanya histamin dan leukotrien .

E. Komplikasi
Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang bisa saja terjadi:
a. Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).
b. Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
c. Tubuh sering terasa lelah.
d. Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak.
e. Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal).
f. Pneumonia.
g. Gagal pernapasan.
h. Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru dan atelektasis.
i. Kematian.

F. Pemeriksaan diagnostik
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang merupakan
dasar dari diagnosis asma. Diagnosis asma sering ditegakkan berdasarkan gejala
berupa sesak episodik, mengi, batuk, dan dada terasa sakit atau sempit.
pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat keterbatasan arus udara
dan reversibilitas. Faktor-faktor pencetus serangan asma perlu diketahui untuk
mencegah terjadinya serangan asma. Pengukuran respon dapat membantu
menegakkan diagnosis pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru
normal. Asma diklasifikasikan menurut derajat berat, akan tetapi hal tersebut
dapat berubah dengan waktu. Dianjurkan klasifikasi asma menurut ambang
kontrol untuk membantu penanganan klinis.

a. Anamnesis
Pada anamnesis akan ditemukan keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa berat
di dada. Namun terkadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja yang pada
umumnya timbul di malam hari atau saat melakukan kegiatan jasmani. Adanya

5
riwayat penyakit alergi lain seperti rinitis alergi, dermatitis atopik dapat membantu
diagnosis asma. Gejala asma sering muncul pada malam hari atau pada musim
tertentu, tetapi dapat juga muncul sewaktu-waktu.
Pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat, hal tersebut yang
membedakan asma dengan penyakit paru lain. Akan tetapi membiarkan pasien asma
dalam serangan tanpa obat merupakan hal yang membahayakan nyawa pasien.
Gejala asma pada masing-masing individu dapat bervariasi, misalnya gejala pada
malam hari lebih sering muncul dibandingkan pada siang hari.

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien asma, tanda yang ditemukan tergantung dari
derajat obstruksi saluran napas. Tanda yang dapat dijumpai pada pasien asma
adalah ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, pernapasan cepat, dan
sianosis. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang karena
sering dijumpai pasien bukan asma yang mempunyai mengi.

c. Pemeriksaan penunjang
1) Spirometri
2) Uji provokasi bronkus
3) Pemeriksaan sputum
4) Pemeriksaan eisonofil total
5) Uji kulit
6) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7) Foto dada
8) Analisis gas darah

G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
a) Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua
golongan, yaitu:
(1) Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya terbutalin/bricasama.
(2) Santin/teofilin (Aminofilin)
b) Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru terlihat
setelah satu bulan.
c) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis dua kali
1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan secara oral.
d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera
penderita diberi steroid oral.

b. Penatalaksanaan keperawatan
a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan

6
d) Fisioterapi napas (senam asma)
e) Pemberian oksigen jika perlu

H. Proses keperawatan
a. Pengkajian
 Data subjektif
a) Keluarga pasien mengatakan.sulit bernapas
b) Keluarga pasien mengatakan batuk
c) Keluarga pasien mengatakan pernapasan pasien mengi saat tidur
d) Keluarga pasien mengatakan terdapat sekret
e) Keluarga pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas

 Data objektif
a) Bunyi nafas tidak normal
b) Gangguan pengembangan dada
c) TD : 120/70 MmHg
Nadi : 110 X/menit
Suhu : 36.0 0C
RR : 28 X/menit
BB : 26 kg
d) Klien tampak lemah

 Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Bersihan jalan Peningkatan
 Keluarga pasien mengatakan sulit napas tidak efektif produksi
bernapas sputum/sekret
 Keluarga pasien mengatakan
batuk
 Keluarga pasien mengatakan
terdapat sputum/sekret

DO :
 Bunyi napas tidak normal
DS : Pola nafas tidak Penurunan
 Keluarga pasien mengatakan efektif ekspansi paru
pernapasan pasien mengi saat
tidur
 Keluarga pasien mengatakan
batuk

DO :
 Bunyi napas tidak normal
 Gangguan pengembangan dada
 TD : 120/70 MmHg
Nadi : 110 X/menit
Suhu : 36.0 0C

7
RR : 28 X/menit
BB : 26 kg
DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
 Keluarga pasien mengatakan umum,
tidak dapat melakukan aktivitas ketidakseimbang
an suplay dan
DO : kebutuhan O2
 Klien tampak lemah

b. Diagnosa keperawatan
a) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Peningkatan produksi sputum/sekret
b) Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru
c) Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan
kebutuhan O2

c. Intervensi

DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
Bersihan jalan napas MANAJEMEN JALAN NAPAS
tidak efektif b.d 1. Observasi
Peningkatan produksi  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
sputum/sekret usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling,mengi, wheezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Teraupetik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurangdari 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Pola nafas tidak efektif MANAJEMEN JALAN NAPAS

8
b.d Penurunan ekspansi 1. Observasi
paru  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling,mengi, wheezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Teraupetik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurangdari 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Intoleransi aktivitas b.d MANAJEMEN ENERGI
Kelemahan umum, 1. Observasi
ketidakseimbangan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
suplay dan kebutuhan O2 mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Terupetik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau
aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika dapat
berpindah atau berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang

9
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
A. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.

d. Luaran keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN KEPERAWATAN


Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Bersihan jalan napas
Peningkatan produksi sputum/sekret

Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan Pola napas


ekspansi paru

Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan Toleransi aktivitas


umum, ketidakseimbangan suplay dan
kebutuhan O2

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma juga
sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat
dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Asma juga salah satu diantara beberapa
penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma
tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya.
Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus
selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan.

11
DAFTAR PUSTAKA
(2) ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA | Bustanil Firdauz - Academia.edu

https://www.herminahospitals.com/id/articles/asma.html

12

You might also like