You are on page 1of 9

Desain Bahan Ajar Teks Deskripsi untuk Siswa SMP Kelas VII

Yuyun Wahyuni, Sobihah Rasyad, dan Juwanda


Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Unswagati Cirebon
yuyun_wahyuni@yahoo.com

Abstrak

Seorang pendidik yang profesional dituntut kreativitasnya untuk mampu menyusun bahan
ajar yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan guru, siswa, dan tuntutan kurikulum.
Berdasarkan hasil observasi di beberapa sekolah, dapat diketahui guru dan siswa sangat
membutuhkan bahan ajar pendamping selain yang sudah disediakan oleh pemerintah. Pada
hakikatnya, bahan ajar merupakan komponen penting yang digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Teks deskripsi merupakan salah
satu genre teks yang terdapat pada silabus Kurikulum 2013 Revisi yang harus dipelajari oleh
siswa SMP Kelas VII. Berkaitan dengan masalah tersebut, tujuan penelitian ini untuk
mengembangkan bahan ajar teks deskripsi untuk siswa SMP Kelas VII. Secara khusus,
masalah yang dikaji meliputi (1) proses penyusunan bahan ajar teks deskripsi untuk siswa
SMP kelas VII, (2) bentuk bahan ajar teks deskripsi untuk siswa SMP Kelas VII, dan (3)
respons guru bahasa Indonesia dan siswa terhadap bahan ajar teks deskripsi untuk siswa SMP
kelas VII. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan analisis data dilakukan
secara triangulasi.

Kata Kunci : Bahan Ajar, Teks Deskripsi, Buku Teks

A. PENDAHULUAN
Saat ini, materi pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 berbasis
pada pembelajaran teks. Setiap teks memiliki karakteristik tersendiri untuk
mengekspresikan gagasannya. Mahsun (Rozak & Rasyad, 2016: 47) mengemukakan
bahwa teks itu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada
situasi konteksnya. Pada hakikatnya, manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu
berdampingan dengan kata-kata dan apabila kata-kata tersebut dirangkai untuk
mengekspresikan gagasannya, sebenarnya telah menciptakan teks.
Kurikulum 2013 Revisi untuk mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan
teks sebagai sarana pembelajaran. Anderson (Priyatni, 2015: 66) mengelompokkan jenis
teks, yaitu genre sastra dan genre faktual. Genre faktual menghadirkan informasi atau
gagasan dan bertujuan untuk menggambarkan, menceritakan, atau meyakinkan
pembaca/penyimak. Salah satu jenis teks genre faktual ialah teks deskripsi.
Deskripsi berasal dari kata “descrebe” yang berarti menulis tentang, atau
membeberkan hal. Teks deskripsi menurut Priyatni (2014: 72) yaitu pemaparan suatu
objek/hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah mendengar, melihat atau merasakan hal
yang dipaparkan. Senada dengan hal itu, Mariskan (Dalman, 2016: 93) mengemukakan
bahwa deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan kesan atau pancaindera
semata dengan teliti dan sehidup-hidupnya agar pembaca atau pendengar dapat melihat,
mendengar, merasakan, menghayati seperti yang dilihat, didengar dan dirasakan penulis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi
merupakan karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa
tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga seolah-olah pembaca ikut
merasakan atau mengalami yang dideskripsikan oleh penulisnya.
Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa membutuhkan
sarana penunjang untuk mempelajari materi yang sudah dicantumkan dalam silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sarana penunjang dalam pembelajaran salah
satunya adalah bahan ajar. Bahan ajar berfungsi untuk membantu guru atau instruktur
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Majid, 2008: 174). Bahan ajar
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak,
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
Prastowo (2014: 138). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahan ajar memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik oleh guru maupun siswa.
Untuk merancang bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan guru, perlu dilakukan
penjaringan data awal akan kebutuhan bahan ajar. Penjaringan data awal dilakukan
dengan menyebarkan angket ke tiga sekolah di wilayah Cirebon, yaitu SMP N 1 Sumber,
SMP N 2 Sumber, dan SMP N 1 Dukupuntang. Data ini bertujuan untuk mengetahui
keberadaan bahan ajar yang selama ini digunakan di ketiga sekolah tersebut. Berdasarkan
angket yang telah disebarkan, diperoleh hasil bahwa 83,3% siswa menganggap teks
deskripsi sangat penting untuk dipelajari. 83,3% siswa berpendapat bahwa teks deskripsi
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 91,6% siswa mengaku bahwa dengan adanya
bahan ajar dapat membantu proses pembelajaran. 69% siswa menyatakan bahwa materi
teks deskripsi dalam buku ajar yang disediakan oleh sekolah cukup jelas dan sistematis.
80% siswa mengaku bahwa buku ajar yang disediakan oleh sekolah menarik untuk dibaca
dan dipelajari. 78.3% siswa mengaku bahwa bahasa dalam materi teks deskripsi yang ada
di buku ajar mudah dipahami. 80% siswa mengaku bahwa dengan adanya foto dan
ilustrasi yang ada di buku ajar dapat membantu dalam penguasaan materi. 86% siswa
menyadari bahwa dengan adanya evaluasi dan penilaian yang ada di buku ajar dapat
membantu untuk mengukur kemampuan. 82,5% siswa merasa tertarik belajar dengan
menggunakan buku ajar Kemendikbud. 90% siswa berpendapat perlu adanya buku ajar
atau buku teks yang lain sebagai penunjang bahan pembelajaran di sekolah untuk
meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru bahasa
Indonesia kelas VII di tiga sekolah yaitu SMP N 1 Sumber, SMP N 2 Sumber, dan SMP N
1 Dukupuntang memperoleh informasi bahwa materi teks deskripsi sangat penting untuk
diajarkan terutama kepada siswa SMP kelas VII. Ketika mengajarkan materi teks deskripsi
beberapa siswa masih ragu-ragu dalam menyampaikan pendapat dan menuangkan ide atau
gagasannya sehingga guru selalu memotivasi dan memberi pendekatan khusus. Dari ketiga
sekolah tersebut, bahan ajar yang dipakai dalam pembelajaran teks deskripsi yaitu buku
paket dari pemerintah sesuai dengan Kurikulum 2013 Revisi. Guru berpendapat bahwa
buku paket dari pemerintah sangat membantu dalam pembelajaran dan dapat mengukur
kemampuan siswa baik pengetahuan maupun keterampilan serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa karena materi yang ada di buku tersebut sudah jelas dan sistematis, contoh
teks deskripsi sudah kontekstual, serta bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami oleh
siswa. Guru merasa belum cukup apabila pembelajaran teks deskripsi hanya menggunakan
bahan ajar dari satu sumber saja, untuk itu guru mengharapkan perlu adanya bahan ajar
yang lainnya sebagai penunjang pembelajaran baik untuk guru maupun siswa.
Penulis menyadari bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
adalah kompetensi profesional yaitu selain harus menguasai materi juga dituntut untuk
mampu mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Salah satu cara
untuk mewujudkan hal itu adalah dengan menyusun bahan ajar yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik dan kurikulum yang berlaku. Selain buku utama yang memang
sudah disediakan pemerintah untuk proses pembelajaran, buku tersebut bukan berarti
menjadi pegangan utama bagi guru maupun peserta didik. Bahan ajar memiliki berbagai
macam jenisnya salah satu jenis bahan ajar cetak yaitu subbab pada buku teks. Buku teks
merupakan salah satu bahan ajar yang berisi ilmu pengetahuan yang dapat dipakai dalam
proses belajar mengajar yang disesuaikan dengan kurikulum.
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan, penulis akan membuat
rancangan Bahan Ajar Teks Deskripsi untuk Siswa SMP Kelas VII. Bahan ajar yang
dihasilkan belum sampai pada produk, tetapi masih berupa rancangan sampai pada mtode
penelitian. Diharapkan melalui kegiatan seminar ini, dapat memberikan masukan untuk
menghasilkan produk berupa bahan ajar teks deskripsi untuk siswa kelas VII SMP.

B. PEMBAHASAN
1. Teks Deskripsi
Teks deskripsi merupakan teks yang menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Priyatni (2014: 72) berpendapat bahwa teks yang memaparkan
suatu objek/hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah mendengar, melihat atau
merasakan hal yang dipaparkan dikategorikan sebagai teks deskripsi. Teks deskripsi
bertujuan menjelaskan pengalaman yang berhubungan dengan hasil pengamatan
pancaindera, seperti bentuknya, suaranya, rasanya, kelakuannya, atau gerak-geriknya.
Hal di atas diperkuat oleh pendapat Mahsun (2014: 28) bahwa teks deskripsi
memiliki tujuan sosial untuk menggambarkan sesuatu objek/benda secara individual
berdasarkan ciri fisiknya. Gambaran yang dipaparkan dalam teks ini haruslah yang
spesifik menjadi ciri keberadaan objek yang digambarkan. Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa teks deskripsi merupakan teks yang menggambarkan sesuatu
objek atau benda sesuai yang dilihat dan dirasakan oleh pancaindera penulisnya.
Setiap jenis teks memiliki struktur isi, ciri kebahasaan, dan tujuan sosial yang
berbeda. Sebagai sebuah teks, teks deskripsi memiliki kekhasan dilihat dari struktur isi dan
ciri bahasanya. Mahsun (2014: 29) mengungkapkan bahwa struktur berpikir yang menjadi
muatan teks deskripsi adalah pernyataan umum, uraian bagian-bagian. Secara jelas
dikatakan bahwa struktur teks deskripsi terdiri dari dua, yaitu : pertama, pernyataan umum
memaparkan hal-hal yang yang umum dari suatu objek atau peristiwa. Kedua, uraian
bagian-bagian memaparkan hal-hal yang umum dari suatu objek atau peristiwa yang
dipaparkan tersebut.
Kualitas sebuah teks tidak hanya ditentukan oleh isi dan struktur, tetapi juga
ditentukan oleh penggunaan kaidah kebahasaan. Priyatni (2014: 73) mengungkapkan
bahwa selain kekhasan dilihat dari struktur isinya, setiap teks juga memiliki kekhasan dari
ciri bahasa yang digunakan. Teks deskripsi memiliki ciri, yaitu (1) menggunakan kata sifat
untuk mendeskripsikan objek, (2) menggunakan kata benda terkait dengan objek yang
dideskripsikan, dan (3) menggunakan kata kerja aksi untuk mendeskripsikan
perilaku/kondisi objek.
Menulis teks deskripsi dapat dilakukan dengan cara menyusun dan
mengembangkan berdasarkan data, gagasan, dan kesan yang muncul berdasarkan objek
yang diamati. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan dikembangkan lebih
lanjut menjadi sebuah teks deskripsi. Agar teks deskripsi yang disusun memiliki daya tarik
bagi pembaca, perlu mempertimbangkan penggunaan bahasa yang menarik, jelas dan
mudah dipahami sehingga mampu menimbulkan efek emosional tertentu bagi pembaca.
Dalman (2014: 99) memaparkan langkah-langkah menyusun teks deskripsi, di
antaranya: 1) menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan; 2) menentukan
tujuan; 3) mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan; 4)
menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (sistematis) atau membuat kerangka
karangan; 5) menguraikan/menggambarkan kerangka karangan menjadi karangan
deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

2. Bahan Ajar
Salah satu keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu ketersediaan bahan ajar yang
digunakan. Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang disusun oleh guru yang
disesuaikan dengan kondisi kelas yang diajarnya. Untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar
di kelas, guru dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Menurut Abidin (2016: 263), bahan ajar dapat
diartikan sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan atau generalisasi yang
dirancang secara khusus untuk memudahkan pengajaran. Secara lebih sempit, bahan ajar
biasa disebut juga sebagai materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dikatakan
sebagai program yang disusun guru untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap positif terhadap pembelajaran yang diturunkan dari kurikulum yang berlaku.
Pengembangan bahan ajar juga mendatangkan manfaat bagi guru. Beberapa
manfaat pengembangan bahan ajar bagi guru diuraikan dalam Kemendiknas (Abidin,
2016: 264) sebagai berikut: 1) diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan
kebutuhan siswa; 2) tidak bergantung pada buku teks yang terkadang menyajikan satu
sudut pandang kebenaran; 3) memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi; 4) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar; 5) membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan
siswa. Sejalan dengan manfaat penyusunan bahan ajar bagi guru, bagi siswa pun
penyusunan bahan ajar memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1) kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik; 2) kesempatan untuk belajar secara mandiri dan
mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru; 3) mendapatkan kemudahan dalam
mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
Menurut Majid (2007: 174), bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu: 1) bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. 2) bahan ajar dengar
(audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3) bahan ajar pandang
dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4) bahan ajar interaktif (interactive
teaching material) seperti compact disk interaktif.
Guru dalam menyusun bahan ajar dapat memilih bentuknya yang disesuaikan
dengan kondisi sekolah saat bahan ajar itu digunakan. Bahan ajar yang paling banyak
dijumpai, yaitu bahan ajar cetak. Hal ini karena mudah digunakan dan lebih murah dalam
pembuatannya.

3. Buku Teks
Buku teks merupakan salah satu bahan ajar cetak yang digunakan di sekolah baik
oleh guru maupun siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum. Buku teks yang diterbitkan
oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber materi pembelajaran.
Buku teks yang digunakan sebagai sumber materi pembelajaran untuk suatu jenis mata
pelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau
penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
Menurut Rohman dan Amri (2013: 90) Buku teks pelajaran meliputi buku teks utama dan
buku teks pelengkap. Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi
yang digunakan sebagai buku pokok bagi siswa dan guru, sedangkan buku teks pelengkap
adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama dan
digunakan oleh guru dan siswa. Dari sisi formal, buku teks pelajaran diterbitkan oleh
penerbit tertentu dan memiliki ISBN.
Tarigan (2015: 13) mengemukakan buku teks adalah buku pelajaran dalam
bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam
bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang diperlengkapi dengan
sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program
pengajaran.
Senada dengan pendapat di atas, Nasution (Prastowo, 2015: 165) mengatakan
bahwa buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran yang paling banyak digunakan
diantara semua bahan pengajaran lainnya. Menurut Prastowo (2015: 168) buku teks
pelajaran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan dari kompetensi
dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik
untuk belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pengertian buku teks, dapat
disimpulkan bahwa buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang berisi ilmu
pengetahuan yang digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan
kurikulum dan kebutuhan peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Menurut Rohman dan Amri (2013: 90) setiap buku teks pelajaran diharapkan
memenuhi standar-standar tertentu. Standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga
aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa atau keterbacaan. Sebagai bahan tertulis
dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover) yang
menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya, buku
ajar tersusun dari sejumlah unsur. Susunan unsur-unsur inilah yang kemudian disebut
sebagai struktur bahan ajar. Menurut Prastowo (2014: 246) buku ajar memiliki setidak-
tidaknya memiliki lima unsur utama, yaitu: judul, kompetensi dasar atau materi pokok,
informasi pendukung, latihan, dan penilaian. Dalam membuat buku ajar, maka lima unsur
utama itu harus ada. Dan, isi kandungannya harus mengacu kepada kompetensi dasar yang
telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Prastowo (2015: 176) mengungkapkan setidaknya ada delapan langkah yang
perlu diperhatikan dalam menulis buku teks di antaranya: 1) memperhatikan kurikulum
dengan cara menganalisisnya; 2) menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan
standar-standar kompetensi yang akan disediakan oleh buku kita. 3) merancang outline
buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai
suatu kompetensi; 4) mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan; 5) menulis buku
dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan
pengalaman pembacanya; 6) mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara
membaca ulang; 7) memperbaiki tulisan menjadi menonjol; 8) memberi ilustrasi gambar,
tabel, diagram, atau sejenisnya secara proporsional.
C. SIMPULAN
Dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 Revisi, dituntut untuk
menciptakan pembelajarn secara kreatif dan inovatif.Tidak hanya guru yang dituntut untuk
berperan aktif dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar. Tetapi, perangkat
pembelajaran pun, khususnya bahan ajar, harus dikembangkan secara kreatif. Bahan ajar
sebaiknya memuat tiga ranah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Bahan ajar teks deskripsi dirancang dengan memperhatikan kebutuhan guru dan
siswa serta memperhatikan kurikulum. Dengan adanya bahan ajar berupa buku teks
deskripsi diharapkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran, dapat meningkatkan hasil
belajar sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif.

REFERENSI

Abidin, Y. (2016). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:
Refika Aditama.
Dalman. (2014) Keterampilan Menulis. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mahsun. (2014). Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT
Raja Grafindo.

Majid, A. (2007). Perencanaan dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Prenadamedia Group.

Priyatni, E. T. (2015). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.

Rohman, M. & Amri, S. (2013). Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Rozak, A. & Rasyad, S. (2016). Pembelajaran Sastra Berbasis Teks. Yogyakarta:


Framepublishing.

Tarigan, H.G. & Tarigan, D. (2015). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung:
Angkasa.

You might also like