You are on page 1of 13

JMH e-ISSN.

2715-9728
p-ISSN. 2715-8039
Jurnal Medika Hutama
Vol 02 No 02, Januari 2021
www.jurnalmedikahutama.com

Open Acces

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH


MEDIS OLEH PERAWAT DI RUANGAN RAWAT INAP
Anugrah Mureski1, Erwin2, Siska Mayang Sari1
1,2
Program Studi Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Corresponding Author: Anugrah Mureksi, STIKes Hang Tuah Pekanbaru.

E-Mail: anugrahmureski01@gmail.com

Received September 23, 2020; Accepted Oktober 03, 2020; Online Published Januari 06, 2021

Abstrak
Sampah medis berasal dari aktivitas pelayanan medis, seperti jarum suntik, sampel diagnostik, darah, farmasi, peralatan
medis dan bahan radioaktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan
pengelolaan sampah medis oleh perawat di ruangan rawat inap. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain
deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini adalah 49 orang yang diambil menggunakan
teknik purposive sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi
dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 29 responden berusia dewasa awal (59,2%).
32 orang (65,3%) responden berjenis kelamin perempuan, berpendidikan terbanyak adalah D III keperawatan sebanyak 32
responden (65,3%) dan lama bekerja sebanyak 38 responden (77,6%) yang sudah bekerja lebih dari enam tahun. Sebanyak
26 orang (53,1%) mengatakan supervisi kepala ruangan sesuai prinsip dan sebanyak 25 orang (51%) responden yang
melakukan pengelolaan sampah medis dengan baik. Hasil uji chi square Pvalue 0,001 (<0,05) menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antar supervisi kepala ruangan dengan pengelolaan sampah medis oleh perawat diruangan rawat
inap. Hasil uji chi square menunjukkan Pvalue 0,000 (<0,05) terdapat hubungan yang bermakna antara supervisi kepala
ruangan dengan pewadahan sampah medis oleh perawat. Hasil uji chi square pemilahan Pvalue 0,266 (> 0,05) menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara supervisi kepala ruangan dengan pemilahan sampah medis oleh perawat.
Diharapkan kepala ruangan untuk dapat meningkatkan peran supervisinya dalam melakukan pengamatan agar dapat
meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam melakukan pemilahan dan pewadahan sampah medis dengan baik.

Keywords: Kepala Ruangan, Pengelolaan Sampah Medis, Perawat, Supervis

PENDAHULUAN Sampah medis adalah sampah yang


Sampah rumah sakit merupakan semua berasal dari pelayanan medis, misalnya jarum
sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah suntik, perawatan gigi, bagian tubuh, sampel
sakit dan kegiatan penunjang yang lain. Hal ini diagnostik, darah, farmasi, peralatan medis,
jika dibandingkan dengan kegiatan yang bahan radioaktif, pengobatan, penelitian yang
dilakukan oleh instansi lain, maka dapat menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius
dikatakan bahwa jenis sampah rumah sakit berbahaya atau bisa membahayakan. Sampah
dapat dikategorikan kompleks. Secara umum non medis merupakan sampah yang berasal dari
sampah di rumah sakit dibagi dalam dua pelayanan non medis, misalnya sampah dari
kelompok besar, yaitu sampah medis dan non ruangan pasien, kantor atau administrasi
medis baik padat maupun cair (Asmadi, 2013). (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng,
botol), sisa makanan buangan, sampah dapur.

484
Semua sampah yang dihasilkan di rumah sakit mengajar, mengobservasi, mendorong,
dibuang sesuai tempatnya (Adisasmito, 2014). memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi
World health organization (WHO) secara berkesinambungan dan menyeluruh
bersama Departemen Kesehatan pada 1997 (Suyanto, 2009). Jika pelaksanaan supervisi
melakukan survei pengelolaan sampah atau terkait pengelolaan sampah medis tidak
limbah di 88 rumah sakit diluar kota Jakarta. dilakukan dengan baik maka bisa menyebabkan
Berdasarkan kriteria WHO, pengelolaan sampah terjadinya penularan penyakit, infeksi
atau limbah rumah sakit yang baik bila nosokomial, dan menurunnya kualitas sanitasi
persentse sampah/limbah medis 15%, lingkungan rumah sakit yang akan
sedangkan di Indonesia mencapai 23,3%. mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan
Survey juga menemukan rumah sakit yang di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
memisahkan limbah 80,7%, melakukan
pewadahan 20.5%, pengangkutan 72,7%. METODOLOGI PENELITIAN
Pengelolaan limbah dengan insinerator untuk Jenis penelitian ini adalah penelitian
limbah infeksius 62%, limbah toksik 51,1%, kuantitatif dengan menggunakan desain
limbah radioaktif di batan 37%. Kemudian hasil deskriptif korelasi dan pendekatan cross
kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi perawat pelaksana berjumlah 49 responden.
sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari. Teknik sampling yang digunakan adalah
Analisa lebih jauh menunjukkan purposive sampling dengan alat pengumpulan
produksi sampah (limbah padat) berupa limbah data menggunakan kuesioner. Analisis yang
domestik sebesar 76,8% dan berupa limbah digunakan adalah analisis univariat, dan
infeksius sebesar 23,2%. Diperkirakan secara bivariat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
nasional produksi sampah rumah sakit sebesar mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan
376.089 ton/ hari dan produksi air limbah dengan pengelolaan sampah medis oleh perawat
sebesar 48.985,70 ton/hari. diruangan rawat inap dalam hal pemilahan dan
Supervisi merupakan tindakan pewadahan.
pengamatan yang dilakukan manajer
keperawatan terhadap bawahan secara langsung HASIL PENELITIAN
dan berkala. Tindakan ini dilakukan untuk Hasil penelitian yang dilakukan dari
melihat apa saja masalah-masalah yang bulan februari sampai bulan juli 2019 pada 49
ditemukan. Masalah yang ditemukan akan responden perawat pelaksana yang berada
dicari penyelesaian secara tepat yang akan diruangan rawat inap dahlia dan edelweis
dibantu oleh atasan. Penyelesaian masalah RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dengan
berbentuk kegiatan yang dimulai dari data yang diperoleh sebagai berikut.
merencanakan, mengarahkan, membimbing,

485
A. Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis kelamin, dan lama bekerja.
Total (N=49)
Karakteristik Frekuensi %
Umur
- Dewasa awal (26-35 tahun) 29 59,2%
- Dewasa akhir (36-45 tahun) 17 34,7%
- Lansia awal (46-55 tahun) 3 6,1%
Total 49 100%
Pendidikan
- S1 17 34,7%
- Diploma III 32 65,3%

Total 49 100%
Jenis kelamin
- Laki-laki 17 34,7%
- Perempuan 32 65,3 %
Total 49 100%
Lama bekerja
- 1-3 tahun 3 6,1%
- 4-6 tahun 8 16,3%
- > 6 tahun 38 77,6%
Total 49 100%

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa mayoritas perawat pelaksana di dua ruangan rawat inap (Edelweis dan
Dahlia) RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau berada pada usia dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 29
orang (59,2%). Berdasarkan jenis kelamin mayoritas perawat pelaksana berjenis kelamin perempuan sebanyak 32
orang (65,3%) dan laki-laki 17 orang (34,7%). Berdasarkan pendidikan perawat pelaksananya yaitu mayoritas
perawat Diploma III Keperawatan, yang berjumlah 32 orang (65,3%) dan S1 keperawatan 17 orang (34,7%).
Sementara untuk lama bekerja mayoritas >6 tahun 38 orang (77,6%).

B. Supervisi kepala ruangan


Tabel 2 Distribusi frekuensi supervisi kepala ruangan
No Supervisi Kepala Ruangan Frekuensi (%)
1 Sesuai prinsip 26 53,1
2 Tidak sesuai prinsip 23 46,9
Jumlah 49 100

Tabel diatas menjelaskan frekuensi supervisi kepala ruangan bahwa ada 26 orang (53,1%) responden menyatakan
supervisi kepala ruangan sesuai prinsip.

486
Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan peran supervisi kepala ruangan
Peran supervisi kepala ruangan Persentase (%)
Sesuai Tidak sesuai
Perencanaan 53,1% 46,9%
Pengarah 53,1% 46,9%
Pelatih 49% 51%
Pengamat 42,9% 57,1%
Penilai 51% 49%

Tabel diatas menjelaskan bahwa persentase tertinggi responden yang menyatakan supervisi kepala ruangan sesuai
adalah peran supervisi kepala ruangan sebagai perencana dan pengarah yaitu sebesar 53,1%, sedangkan
persentase tertinggi responden yang menyatakan peran supervisi kepala ruangan tidak sesuai adalah peran
supervisi kepala ruangan sebagai pengamat yaitu sebesar 57,1%.

C. Pengelolaan sampah medis


Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan pengelolaan sampah medis
No Pengelolaan sampah medis Frekuensi (%)
1 Baik 25 51,0
2 Tidak baik 24 49,0
Jumlah 49 100

Tabel diatas menjelaskan bahwa sebanyak 25 orang (51%) responden melaksanakan pengelolaan sampah medis
dengan baik dan 24 orang (49%) responden tidak melaksanakan pengelolaan sampah medis dengan baik.

Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan pemilahan dan pewadahan sampah medis


Pengelolaan sampah medis Persentase (%)
Baik Tidak baik
Pemilahan 63,3% 36,7%
Pewadahan 46,9% 53,1%

Tabel diatas menjelaskan bahwa persentase tertinggi responden yang menyatakan sudah melakukan pengelolaan
sampah medis dengan baik adalah pengelolaan sampah medis dalam hal pemilahan yaitu sebesar 63,1%,
sedangkan persentase tertinggi responden yang menyatakan pengelolaan sampah medis tidak baik adalah
pengelolaan sampah medis dalam hal pewadahan yaitu sebesar 53,1%.

D. Analisis Bivariat
1) Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pengelolaan Sampah Medis oleh perawat

487
Tabel 6 Hubungan supervisi kepala ruangan dengan pengelolaan sampah medis oleh perawat
Pengelolaan sampah medis oleh perawat
Surpervisi Kepala
Ruangan
Baik Tidak baik P
Total
Value

N % N % N %

Sesuai prinsip 19 73,1 7 26,9 26 100


0,001
Tidak sesuai prinsip
6 26,1 17 73,9 23 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil p value 0,001.


Dari hasil tersebut diketahui p value < α(0,05), maka dari itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan pengelolaan sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap.

2) Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pengelolaan Sampah Medis oleh Perawat
Tabel 7 Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pemilahan Sampah Medis
Pemilahan Sampah Medis oleh perawat
Surpervisi
Kepala P
Ruangan Baik Tidak baik Total
Value
N % N % N %
Sesuai prinsip 18 69,2 8 30,8 26 100

Tidak sesuai 0,266


prinsip 13 56,5 10 43,5 23 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil Pvalue 0,266.


Dari hasil tersebut diketahui P> α(0,05), maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan pemilahan sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap.

3) Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pewadahan Sampah Medis oleh Perawat
Tabel 8 Hubungan supervisi kepala ruangan dengan pewadahan sampah medis
Pewadahan Sampah Medis oleh perawat
Surpervisi Kepala
Ruangan P
Baik Tidak baik Total
Value
N % N % N %
Sesuai prinsip 19 73,1 7 26,9 26 100

Tidak sesuai 0,000


prinsip 4 17,4 19 82,6 23 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil Pvalue 0,000.
Dari hasil tersebut diketahui P< α(0,05), maka dari itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara supervisi kepala ruangan dengan pewadahan sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap.

488
PEMBAHASAN pekerjaan yang didasarkan atas naluri keperawatan
A. Karakteristik responden banyak dilakukan dan diminati oleh perempuan.
1) Umur Wanita dalam bekerja akan lebih cenderung
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan perasaan dibandingkan laki-laki. Hal
terhadap 49 orang responden didapatkan bahwa ini sesuai dengan sejarah awal dari profesi
sebagian besar responden berada pada tahap dewasa keperawatan Florence Nighttingale yang identik
awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 29 orang dengan pekerjaan yang didasari oleh kasih sayang,
(59,2%). Pada tahap dewasa awal individu mulai kelembutan seorang ibu atau perempuan (Potter &
menata kehidupan untuk mencapai kestabilan. Pada Perry, 2010). Dunia keperawatan memiliki ciri khas
tahap dewasa awal individu memiliki konsep diri mother instinct yang artinya menuntut seseorang
yang stabil dan motivasi yang baik untuk lebih memiliki jiwa keibuan. Jiwa keibuan biasanya
mengembangkan lagi pengetahuannya (Siswanto, dimilki oleh perempuan, sehingga dalam bekerja
2014). perempuan akan lebih mengutamakan perasaan
Semakin bertambahnya umur tentu terjadi mereka dibandingkan dengan laki-laki yang
juga peningkatan cara berfikir dan bertindak dalam biasanya cenderung bekerja dengan logika.
melakukan suatu pekerjaan sehingga pekerjaan yang
dilakukan dapat memberi hasil yang maksimal. Pada 3) Pendidikan
penelitian ini umur tidak berpengaruh dalam Dari hasil penelitian mengatakan bahwa
pengelolaan sampah medis yang dilakukan oleh lebih banyak perawat yang masih dalam jenjang
perawat, karena umur tidak menentukan bagaimana pendidikan Diploma III keperawatan dibandingkan
sikap atau prilaku perawat itu sendiri untuk dengan program pendidikan S1 ners. Tingkat
melakukan pengelolaan sampah dengan baik. pendidikan mempengaruhi baik buruknya dari
pengelolaan sampah medis oleh perawat, tetapi
2) Jenis Kelamin berbeda dengan dua tingkatan ini karena telah diakui
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebagai perawat di indonesia.
di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau bahwa dari Menurut SK Mendikbud No.056/U/1994
49 orang sebagian besar responden berjenis kelamin program D III keperawatan menghasilkan perawat
perempuan yaitu sebanyak 32 orang (65,3%) dan 17 vokasional (ahli madya keperawatan) yang memilki
orang (34,7%) berjenis kelamin laki-laki. Menurut tingkah laku, dan kemampuan profesional, akuntabel
Asmadi, (2008) mengatakan bahwa keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
lebih dikenal dengan sebuah istilah yang melekat Sedangkan profesi keperawatan S1 ners lebih
padanya sebagai mother instinct, karena berawal dari dikenal dengan perawat ilmuan ( sarjana
dorongan naluriah seperti naluri keibuan, naluri keperawatan profesional) yang dibekali dengan
dalam memberikan perlindungan dan sosial yang sikap, tingkah laku, kemampuan profesional, serta
tinggi. Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan
secara tabiat lebih intuitif (lebih peka) atau lebih secara mandiri dan memiliki landasan keilmuan
mengemukakan perasaan, sehingga sebagai suatu yang kokoh dari pada lulusan D III.

489
Dari itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan D III berpengalaman serta beradaptasi yang lama dapat
dan S1 ners tidak memiliki hubungan dengan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
pengelolaan sampah medis, karena banyak hal lain
yang membuat D III keperawatan mampu 5) Supervisi Kepala Ruangan
melaksanakan pengelolaan sampah medis dengan Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap
baik seperti pengalaman bekerja yang sudah lama. 49 orang responden yang diteliti didapatkan bahwa,
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan DIII yang menganggap supervisi kepala ruangan sesuai
dibentuk sebagai perawat yang ahli dalam bekerja prinsip yaitu 26 orang (53,1%). Supervisi adalah
serta dengan terpaparnya pekerjaan pewadahan dan suatu proses pengawasan dari atasan terhadap
pemilahan sampah medis yang dijadikan rutinitas pelaksanaan kegiatan, guna untuk memastikan suatu
perawat setiap harinya dalam jangka waktu yang kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi
lama bisa membuat pelaksanaan pengelolaan dan standar yang telah ditetapkan (Bakri, 2017).
sampah menjadi bagus bagi perawat DIII. Menurut Suarli dan Yanyan (2009), supervisi akan
4) Lama Bekerja meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja kinerja
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan perawat pelaksana akan menjadi lebih baik, apabila
bahwa sebanyak 38 orang (77,6%) sudah bekerja kegiatan supervisinya dilakukan dengan baik juga.
lebih dari enam tahun. Pengalaman perawat Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa,
pelaksana dapat mempengaruhi baik buruknya sehingga terjalin kerja sama yang baik antara atasan
pemilahan dan pewadahan sampah, perawat pemula dan bawahan, terutama pada waktu melaksanakan
dengan perawat ahli akan memilki kebutuhan atau upaya penyelesaian masalah untuk lebih
kemampuan yang berbeda. Seperti perawat pemula mengutamakan kepentingan bawahan.
akan membutuhkan atau memerlukan informasi Menurut Sitorus (2011) dan Kuntoro (2010)
tambahan dalam pemilahan dan pewadahan sampah mengatakan bahwa peran supervisi kepala ruangan
medis, dibandingkan dengan perawat yang ahli. terdiri dari perencana, pengarah, pelatih, pengamat,
Informasi ini bisa didapatkannya melalui bimbingan, dan penilai. Bedasarkan hasil penelitian dari 49
orientasi, dan dukungan dari perawat ahli responden yang diteliti, diketahui bahwa persentase
(Triwibowo, 2013). tertinggi responden yang menyatakan peran
Masa kerja yang lama akan cenderung supervisi kepala ruanganan sesuai prinsip adalah
membuat individu lebih merasa nyaman dalam peran supervisi kepala ruangan sebagai perencana
lingkungan pekerjaan. Hal ini disebabkan telah dan pengarah yaitu sebesar 53,1%. Penelitian ini
beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama dan mengungkapkan bahwa peran supervisi kepala
semakin berpengaruh pada tingkat kedisiplinan ruangan sebagai perencana dan pengarah terhadap
dalam melaksanakan pemilahan dan peawadahan pengelolaan sampah medis oleh perawat diruangan
sampah medis. Menurut Oktafiani (2009), durasi rawat inap sudah baik. Menurut Arwani dan
masa kerja yang lama juga akan membentuk pola Supriyatno (2006), kemampuan kepala ruangan
kerja yang efektif, karena dari berbagai masalah atau dalam membuat perencanaan dan memberikan
kendala yang muncul akan dapat dikendalikan arahan sangat diperlukan saat melakukan supervisi,
berdasarkan pengalaman sehingga individu yang pengarahan yang diberikan kepala ruangan
merupakan pedoman bagi perawat dalam bekerja

490
sehingga perawat lebih terarah dalam memberikan kurang kesadaran dari perawat sendiri untuk
tindakan keperawatan. membuang sampah medis sesuai kategori
Disamping itu, responden yang menyatakan sampahnya. Berdasarkan hasil penelitian dari 49
persentase tertinggi peran supervisi kepala ruangan responden yang diteliti, diketahui bahwa persentase
kurang baik adalah peran supervisi kepala ruangan tertinggi responden yang menyatakan pengelolaan
sebagai pengamat yaitu 57,1%. Dari hasil penelitian, sampah medis oleh perawat yang paling baik adalah
peran supervisi sebagai pengamat terkait pengelolaan sampah medis dalam hal pemilahan
pengelolaan sampah medis masih tidak baik. Dalam yaitu sebesar 81,6%. Penelitian ini menunjukkan
pelaksanaan pengelolaan sampah medis oleh bahwa pengelolaan sampah medis oleh perawat
perawat diruangan rawat inap terutama dalam hal diruangan rawat inap dalam hal pemilahan sampah
pemilahan dan pewadahan, kepala ruangan harus medis sudah baik, tetapi pengelolaan sampah medis
melakukan pengamatan untuk mengetahui oleh perawat dalam hal pewadahan masih tidak baik.
perkembangan baik kualitas maupun kedisiplinan Responden yang menyatakan pengelolaan sampah
perawat dalam membuang sampah medis sesuai medis oleh perawat diruangan rawat inap yang tidak
kategori, yang apabila ditemukan kesalahan dalam baik adalah pengelolaan sampah medis dalam hal
hal pembuangan sampah medis kepala ruangan bisa pewadahan yaitu sebesar 69,4%, menunjukkan
langsung menegur perawat pelaksana dan bahwa masih kurangnya kesadaran perawat
memberikan arahan dari hasil pengamatan, yang pelaksana akan petingnya berprilaku positif dalam
intinya kepala ruangan ikut secara langsung dalam hal pembuangan sampah medis sesuai wadah dan
meningkatkan kualitas pelaksanaan pengelolaan kategori sampah.
sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap.
B. Analisis Bivariat
6) Pengelolaan Sampah Medis 1) Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 25 Pengelolaan Sampah Medis oleh Perawat
orang (51%) responden yang melakukan Berdasarkan hasil penelitian terdapat adanya
pengelolaan sampah medis dengan baik dan 24 hubungan supervisi kepala ruangan dengan
orang (49%) melakukan pengelolaan sampah medis pengelolaan sampah medis oleh perawat diruangan
tidak baik. Untuk memudahkan pengelolaan sampah rawat inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
medis rumah sakit maka terlebih dahulu limbah atau Teori Menurut Suarli dan Yanyan (2009) supervisi
sampahnya dipilah-pilah untuk dipisahkan. akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja
Pewadahan atau penampungan sampah medis harus kinerja perawat pelaksana akan menjadi lebih baik,
memenuhi persyaratan dengan penggunaan jenis apabila kegiatan supervisinya dilakukan dengan baik
wadah sesuai kategorinya (Asmadi, 2013). juga. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian
Pengelolaan sampah medis oleh perawat rupa, sehingga terjalin kerja sama yang baik antara
diruangan rawat inap RSUD Arifin Achmad atasan dan bawahan, terutama pada waktu
Provinsi Riau sudah baik dengan diberinya label melaksanakan upaya penyelesaian masalah untuk
pada setiap tempat sampah diruangan rawat inap lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
sesuai kategori sampahnya, tetapi dalam hal
pemilahan dan pewadahan sampah medis masih

491
Supervisi kepala ruangan dapat berpengaruh bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
terhadap sikap, prilaku dan kinerja perawat suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan
pelaksana. Supervisi yang dilakukan akan membuat dengan bawahan apabila dilakukan secara berkala
perawat merasa mendapat pengarahan dan dan tidak boleh dilakukan hanya satu kali saja.
pengawasan sehingga akan lebih berhati-hati dalam Dari penelitian yang dilakukan di RSUD
melaksankan tindakan keperawatan (Sitorus, 2011). Arifin Achmad Provinsi Riau didapatkan hasil
Menurut Darmadi (2008), supervisi kepala ruangan bahwa dari 26 orang (100%) yang menyatakan
terhadap kinerja perawat pelaksana sangat supervisi kepala ruangan sesuai prinsip dan
dibutuhkan dalam upaya pencegahan infeksi pengelolaan sampah medis oleh perawat diruangan
nosokomial, supervisi yang dilakukan untuk rawat inap baik sebanyak 20 orang (76,9%),
mengetahui sejauh mana kemampuan perawat untuk supervisi kepala ruangan sesuai prinsip dan
melakukan pencegahan terhadap infeksi nosokomial pengelolaan sampah medis oleh perawat diruangan
terutama dalam hal pengelolaan sampah medis yang rawat inap tidak baik sebanyak 6 orang (23,1%).
dilakukan oleh perawat. Dari 23 orang (100%) yang menyatakan supervisi
Terkait dengan permasalahan yang kepala ruangan tidak sesuai prinsip dan pengelolaan
ditimbulkan oleh pengelolaan sampah medis yang sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap
tidak baik seperti kemungkinan terjadinya infeksi baik sebanyak 5 orang (21,7%), supervisi kepala
nosokomial, maka diharapkan dengan adanya ruangan tidak sesuai prinsip dan pengelolaan
supervisi dari kepala ruangan akan membuat sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap
perawat pelaksana melakukan pengelolaan sampah tidak baik sebanyak 18 orang (78,3%).
dengan baik. Kepala ruangan dalam melakukan Hasil uji statistik bivariat menggunakan Chi
supervisi bisa melakukan secara langsung sehingga Square yang telah dilakukan, diperoleh hasil p value
perawat pelaksana merasa bahwa mereka diawasi 0,000. Dengan demikian p< α(0,05) berarti
secara langsung, sehinnga perawat pelaksana bekerja menunjukan ada hubungan antara supervisi kepala
degan baik dan penuh tanggung jawab. Menurut ruangan dengan pengelolaan sampah oleh perawat
Kuntoro (2010), pelaksanaan supervisi salah diruangan rawat inap. Penelitian ini menunjukan
satunya secara langsung yaitu kepala ruangan bahwa supervisi sangat berpengaruh terhadap
langsung terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah oleh perawat dirungan rawat
tersebut, agar proses pengarahan dan pemberian inap, dengan dilakukan supervisi oleh kepala
petunjuk dapat dilakukan dengan baik. Supervisor ruangan, perawat akan merasa diawasi dan
juga bisa melihat langsung keahlian dan tingkat didampingi dalam melakukan pengelolaan sampah
kemampuan yang dimiliki bawahan dan jika dalam hal pemilahan dan pewadan sampah medis.
ditemukan masalah bisa segera diberikan solusinya.
Hastuti (2014), mengatakan bahwa presepsi 2) Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan
perawat pelaksana terhadap supervisi kepala ruangan Pemilahan Sampah Medis
yang baik sebanyak 52 orang (64,7%). Supervisi Menurut Asmadi (2013), pemilahan sampah
akan memiliki manfaat seperti, dapat meningkatkan dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan
efektivitas kerja yang berhubungan dengan pengelolaan sampah sejak dari sumber daya efektif
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang di awali dari pemilahan. Pemilahan yang sudah

492
baik disebabkan karena pengetahuan perawat ditolak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
tentang pengelolaan sampah yang sudah baik, tidak terdapat hubungan signifikan antara supervisi
sedangkan pemilahan yang kurang baik disebabkan kepala ruangan dengan pemilahan sampah medis
karena pengetahuan perawat yang masih minim dan oleh perawat diruangan rawat inap. Penelitian ini
tidak peduli mengenai pemilahan. menunjukkan bahwa supervisi kepala ruangan tidak
Peneliti berasumsi bahwa supervisi kepala berpengaruh terhadap pemilahan sampah medis oleh
ruangan tidak ada hubungan dengan pemilahan perawat diruangan rawat inap.
sampah medis yang dilakukan oleh perawat,
disebabkan karena pemilahan yang baik tergantung 3) Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan
bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh perawat Pewadahan Sampah Medis
itu sendiri. Pada penelitian ini pengetahuan perawat Menurut Adisasmito (2015), pewadahan
sudah baik yang dilihat dari pemilahan yang dilakukan agar memudahkan pengelolaan sampah
dilakukan oleh perawat yang dinyatakan oleh dirumah sakit, maka terlebih dahulu limbah atau
sebagian responden sudah baik (63,3%), dengan sampahnya dipilah-pilah untuk dipisahkan, yang
semakin meningkatnya pengetahuan perawat akan kemudian sampah dibuang kewadah sesuai kategori
membuat perawat lebih berprilaku positif. Hal ini sampahnya. Dari hasil penelitian dilihat kesadaran
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh perawat dalam hal pewadahan masih kurang dan
Solikhah Sudiharti (2012), dengan hasil penelitian tidak ada dorongan kuat perawat untuk berprilaku
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna positif, hal tersebut dikarenakan kurangnya
antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawat pengawasan dari kepala ruangan. Sebenarnya
dalam pembuangan sampah medis (p=0,002). mereka mengetahui pentingnya membuang sampah
Dari penelitian yang dilakukan di RSUD kedalam wadah sesuai kategori sampahnya, namun
Arifin Ahcmad Provinsi Riau didapatkan bahwa dari karena beberapa faktor seperti kurangnya
26 orang (100%) yang menyatakan supervisi kepala pengawasan dari kepala ruangan dan keyakinan
ruangan sesuai prinsip dan pemilahan sampah medis bahwa nanti akan dipilah kembali oleh cleaning
oleh perawat diruangan rawat inap baik sebanyak 18 service, maka hal ini yang menyebabkan perawat
orang (69,2%), supervisi kepala ruangan sesuai memiliki sikap positif tetapi ada saja perilakunya
prinsip dan pemilahan sampah medis oleh perawat yang negatif.
diruangan rawat inap tidak baik sebanyak 8 orang Sikap juga erat hubungannya dengan tingkat
(30,8%). Dari 23 orang (100%) yang menyatakan pendidikan formal yang dimiliki oleh perawat,
supervisi kepala ruangan tidak sesuai prinsip dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar
pemilahan sampah medis oleh perawat diruangan responden di ruangan Dahlia dan Edelweis RSUD
rawat inap baik sebanyak 13 orang (56,5%), Arifin Achmad Provinsi Riau yaitu D3 keperawatan
supervisi kepala ruangan tidak sesuai prinsip dan 32 responden. Menurut Sunaryo (2008), sikap
pemilahan sampah medis oleh perawat diruangan merupakan respon tertutup seseorang terhadap
rawat inap tidak baik sebanyak 10 orang (73,9%). stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
Dari uji statistik bivariat menggunakan Chi Square faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan,
yang dilakukan, diperoleh hasil p value 0,266. Dari dimana sikap belum tentu terwujud kedalam
hasil tersebut diketahui p> α(0,05), sehingga Ha tindakan. Sehingga dengan proses berpikir secara

493
baik didukung dengan pengetahuan yang baik akan pengelolaan sampah medis dalam hal
menghasilkan sikap yang baik. pewadahan sebagian responden belum
Dari uji statistik bivariat menggunakan Chi melakukan dengan baik. Hasil analisis bivariat
Square yang telah dilakukan, diperoleh hasil p value menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
0,000. Dari hasil tersebut diketahui p< α(0,05), supervisi kepala ruangan dengan pengelolaan
sehingga Ha diterima. Maka dari itu dapat sampah medis oleh perawat diruangan rawat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan inap. Analisis hubungan supervisi kepala
antara supervisi kepala ruangan dengan pewadahan ruangan dengan pemilahan sampah medis tidak
sampah medis oleh perawat diruangan rawat inap. terdapat hubungan yang signifikan, tetapi dari
Dari kedua variabel diketahui bahwa supervisi analisis supervisi kepala ruangan dengan
kepala ruangan yang sesuai prinsip akan membuat pewadahan sampah medis menunjukkan adanya
perawat pelaksana bersikap dan berprilaku positif hubungan yang signifikan. Hasil penelitian
dalam melakukan pewadahan sampah medis. menunjukan bahwa apabila supervisi kepala
Sebaliknya, supervisi yang tidak sesuai prinsip akan ruangan baik akan membuat perawat pelaksana
membuat perawat pelaksana melakukan pewadahan melakukan pengelolaan sampah medis dengan
sampah medis kurang baik. baik terutama dalam pemilahan dan pewadahan.

KESIMPULAN SARAN
1) Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat 1. Bagi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
disimpulkan bahwa diruang rawat inap Dahlia Diharapkan bagi manajemen rumah sakit untuk
dan Edelweis RSUD Arifin Achmad Provinsi supaya lebih menerapkan dan mensosialisasikan
Riau mayoritas perawat pelaksana berada pada bagaimana melakukan pengeolalaan sampah
tahap dewasa awal (26-35 tahun), kebanyakan medis dengan baik terutama untuk pemilahan
perawat berjenis kelamin perempuan, dan dan pewadahan sampah medis.
mayoritas perawat pelaksana berpendidikan 2. Bagi Perawat
diploma III keperawatan dengan lama bekerja Kepala ruangan diharapkan dapat meningkatkan
lebih dari 6 tahun. peran supervisinya terutama dalam melakukan
2) Perawat pelaksana menyatakan supervisi kepala pengamatan agar dapat meningkatkan kinerja
ruangan sesuai prinsip, dan peran supervisi perawat pelaksana. Bagi perawat pelaksana
sesuai prinsip yang dinyatakan oleh sebagian diharapkan dapat melakukakan pemilahan dan
responden yaitu peran supervisi sebagai pewadahan sampah medis dengan baik.
perencana dan pengarah, sedangkan peran 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
supervisi tidak sesuai prinsip yaitu peran Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan
supervisi sebagai pengamat. Pengelolaan peneliti dengan variabel yang berbeda, seperti
sampah medis oleh perawat diruangan rawat hubungan supervisi kepala ruangan dalam
inap sudah baik yang dinyatakan oleh sebagian mempertahan hygine perawatan luka dan
responden, sedangkan pengelolaan sampah kejadian infeksi nosokomial.
medis dalam hal pemilahan sebagian responden 4. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
menyatakan sudah melakukan dengan baik, dan

494
Bagi institusi pendidikan diharapkan bisa Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Kementrian
dijadikan referensi tambahan tentang manajemen Kesehatan Republik Indonesia (2008).
keperawatan dalam proses belajar keperawatan, Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen
dengan harapan tingkat kualitas pendidikan Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Nuha
semakin baik. Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental
REFERENSI Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Adisasmito, W. (2012). Audit Lingkungan Rumah https://doi.org/10.1109/RELAW.2008.2
Sakit (2nd ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Purnamasari, D. Hubungan supervisi kepala ruangan
Persada. dengan motivasi kerja perawat di ruang rawat
Adisasmito, W. (2014). Sistem Manajemen inap. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi
Lingkungan Rumah Sakit (3rd ed.). Jakarta: PT Ilmu Keperawatan Universitas Riau,1(2), 1-9.
Raja Grafindo Persada. Diperoleh dari http://jom.unri.ac.id
Arwani, S. (2005). Manajemen Bangsal Sitorus., Ratna., & Rumondang P. (20011).
Keperawatan. Jakarta: EGC. Manajemen keperawatan: Manajemen
https://doi.org/10.1097/CND.0b013e3181d4a5 keperawatan di ruang rawat inap. Jakarta:
15 Erlangga.
Asmadi. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Rumah Suarli, S., Bahtiar, Y. (2009). Manajemen
Sakit (1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing. Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. (A.
Bakri, M. H. (2017). Manajemen Keperawatan Safitri & R. Astikawati, Ed.). Jakarta: Penerbit
Konsep dan Aplikasi dalam Praktik Erlangga.
Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Sudiharti, S., & Solikhah, S. (2012). Hubungan
Pustaka Baru Press. Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika Perawat Dalam Pembuangan Sampah Medis
dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Medika Yogyakarta. Kes Mas: Jurnal Fakultas
Depkes. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Daulan, 6(1).
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.
(2006). Jakarta: EGC.
Hastuti, A. T. (2014). Hubungan persepsi perawat https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1002/casp.
pelaksana tentang kemampuan supervisi kepala 2137
ruang dengan kinerja perawat di instalasi rawat Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan
inap RSUD Semarang. Jurnal Keperawatan. Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.
7(2), 118-129. Diperoleh dari: Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKkeS/a Triwibowo, C. (2013). Manajemen pelayanan
rticle/view/1892 keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta Trans
Kesehatan, K. Undang-undang Menteri Kesehatan Info Media.
No : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar

495
Undang-Undang Keperawatan RI. (2014). Undang- WHO. (2012). Healt care waste management:
Undang RI No.38 Tahun 2014 Jakata: Sinar http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fx28
Grafika 1/en/

496

You might also like